Disediakan oleh:
1. Pancasila Buddhist adalah dasar kemoralan dalam agama Buddha. 2. Lima aturan moral dalam Pancasila Buddhist ialah: Pntipt veramani sikkhapadam samdiymi Aku bertekad melatih diri untuk menghindari pembunuhan Adinndn veramani sikkhapadam samdiymi Aku bertekad melatih diri untuk tidak mengambil barang yang tidak diberikan
Kmesu micchcra veramani sikkhapadam samdiymi Aku bertekad melatih diri untuk tidak melakukan perbuatan tidak susila
Musvda veramani sikkhapadam samdiymi Aku bertekad untuk melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar Sur meraya majja pamdatthn veramani sikkhapadam samdiymi Aku bertekad untuk melatih diri menghindari segala minuman dan makanan yang dapat menyebabkan lemahnya kewaspadaan/kesedaran
Hukum Karma
Kamma(bahasa Pali) atau Karma (bahasa Sansekerta) ertinya perbuatan. Kamma atau Karma adalah suatu perbuatan yang dapat membuahkan hasil, di mana perbuatan baik akan menghasilkan kebahagiaan dan sebaliknya perbuatan jahat juga akan menghasilkan penderitaan atau kesedihan bagi pembuatnya. Hukum Karma adalah hukum perbuatan yang akan menimbulkan akibat dan hasil perbuatan (kamma-vipaka dan kamma-phala). Dari segi perbuatan atau salurannya, kamma dibahagikan kepada: Mano-kamma = perbuatan fikiran Vaci-kamma = perbuatan kata-kata Kaya-kamma = perbuatan badan jasmani Sedangkan menurut sifatnya, kamma dapat dibahagi menjadi dua bahagian, iaitu: 1. Kusala-kamma = perbuatan baik 2. Akusala-kamma = perbuatan jahat
Klasifikasi Karma
1. Karma menurut waktunya Menurut waktunya, karma dapat kita bahagikan menjadi 4 (empat) kelompok, sebagai berikut: a). Karma yang langsung berbuah b).Karma yang berbuah agak lama tetapi masih dalam satu kehidupan. c). Karma yang berbuah pada kehidupan-kehidupan yang berikutnya. d).Karma yang tidak sempat berbuah kerana kehabisan waktu atau kehilangan kesempatan untuk berbuah.
Karma menurut fungsinya Menurut fungsinya, karma dapat kita bahagikan menjadi 4 (empat) kelompok, sebagai berikut: a). Fungsi karma yang melahirkan b). Fungsi karma yang mendukung c). Fungsi karma yang mengurangi d). Fungsi karma yang memotong
1. Salah satu ajaran Buddha yang mendasari cara berfikir Buddha adalah seperti yang tersirat di dalam Empat Kebenaran Mulia (cattari ariya sacca). 2. Empat Kebenaran Mulia tersebut adalah: Kebenaran Mulia tentang adanya penderitaan (dukkha)
Kebenaran Mulia tentang Penyebab Penderitaan Penderitaan adalah disebabkan oleh perasaan tidak puas kerana kehilangan sesuatu atas perubahan. Dalam konteks buddhis, perasaan tidak puas dinamakan tanha. Tanha adalah nafsu keinginan yang melekat.
Contohnya seseorang anak kecil yang ingin mendapatkan mainan. Sekiranya dia terlalu ingin mendapatkan mainan tersebut dan menangis, maka dia akan merasa menderita. Sebaliknya, sekiranya dia sekadar ingin mendapatkannya dalam fikirannya, dia akan sedar sebab orang tuanya tidak membelikannya mainan tersebut, jadi keinginannya akan menjadi hal yang wajar dan tidak melekat.
Kebenaran Mulia tentang Lenyapnya Penderitaan Berhentinya penderitaan adalah penghentian tanpa sisa, penyerahan, pelepasan, membiarkan pergi, dan penolakan nafsu keinginan. Ketika keinginan manusia menjadi wajar, tidak melekat, maka dia akan mengalami kebahagiaan sejati (nibbana).
Kelapan-lapan bahagian dari kesatuan jalan yang saling terjalin tersebut adalah pandangan benar, fikiran atau niat benar, ucapan benar, perbuatan benar, mata pencarian benar, upaya benar, perhatian atau perenungan benar, dan konsentrasi atau kesedaran benar
APA YANG BUDDHA AJARKAN? Pesan Buddha sungguh menggembirakan. Ia menemukan harta berharga mengenai Kebebasan dalam Kebenaran dan mendorong kita bagaimana mengikuti jalan yang membawa kita pada harta ini. Walaupun Ia mengatakan bahwa kita sedang berada dalam kegelapan, Ia juga mengajarkan kita jalan menuju terang. Ia berharap kita untuk bangun dari kehidupan penuh impian semu ini menuju kehidupan yang lebih tinggi yang penuh dengan Kebijaksanaan di mana semua saling mencintai dan tidak membenci. Pendekatan-Nya bersifat universal, karena Ia melakukan pendekatan akal budi mengenai pencarian semua makhluk akan Kebahagiaan Sejati di dalam diri kita semua. Ia meletakkan Kebenaran untuk diuji melalui pengalaman pribadi, mendorong siapa saja untuk meragukan ajaran-Nya; Ia yakin bahwa penyadaran besar dapat muncul dari lenyapnya keraguan ini. Ia mengajarkan kepada kita untuk berperhatian murni (penuh pengamatan, waspada) akan diri kita sendiri dan untuk menjadi sadar, untuk mencari dan menemukan Kebahagiaan Sejati seperti yang telah Ia lakukan.