Anda di halaman 1dari 26

i

POTENSI NANOPARTIKEL-MAGNETIK EKSTRAK ACETOGENESIS SEBAGAI OBAT ANTIKANKER

Oleh: Nama NIM : KRISNA : 4113240016

UNIVERSITAS MULAWARMAN 2012

ii

LEMBAR PENGESAHAN

POTENSI NANOPARTIKEL-MAGNETIK EKSTRAK DAUN SIRSAK SEBAGAI OBAT ANTIKANKER

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh: Nama NIM : Rahmadi Wijaya : 0913015015

Samarinda, 4 Mei 2012 Mengetahui,

Pembantu Dekan III Fakultas Farmasi UNMUL

Dosen Pembimbing

Hadi Kuncoro, S.Farm., Apt., M.Farm NIP. 198209012008121003

Hadi Kuncoro, S.Farm., Apt., M.Farm NIP. 198209012008121003

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. pemilik seluruh alam semesta. Tidak satupun kekurangan ada pada diri-Nya. Dia-lah Yang Maha Mengetahui, penggenggam seluruh ilmu pengetahuan. Hanya kepada-Nya saya meminta pertolongan dan hanya kepada-Nya saya menggantungkan harapan. Karya tulis ilmiah ini dapat selesai hanya atas izin Allah Swt. dalam tulisan ini saya membahas tentang penerapan nanoteknologi dalam penanganan kanker. Di luar Indonesia khususnya Amerika dan Eropa, penelitian dan pengambangan tentang nanoteknologi begitu intensif. Sedangkan Indonesia masih begitu santai dengan kondisinya sekarang. Terlena dengan perkataan Indonesia kaya akan bahan alam, menjadikan negara ini hanya berperan sebagai pemasok bahan mentah yang dijual dengan harga murah ke luar negeri dan kemudian dijual kembali ke Indonesia dengan harga yang mahal. Nanoteknologi dapat dimanfaatkan dalam pengobatan kanker karena dengan ukuran nanometer, obat akan lebih mudah masuk ke dalam sel kanker. Sehingga efek terapeutik akan lebih optimal. Dengan sedikit penambahan metode, sediaan obat dapat dibuat menjadi lebih selektif hanya menyerang sel kanker. Karya tulis ilmih yang berjudul Potensi Nanopartikel-Magnetik Ekstrak Daun Sirsak sebagai Obat Antikanker diharapkan dapat membuka wawasan pengetahuan tentang isu teknologi yang sedang berkembang di dunia. Saya mengetahui bahwa tulisan ini masih memilki banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya memohon kritik dan saran yang membangun agar terdapat perbaikan dikemudian hari.

Samarinda, 4 Mei 2012

Rahmadi Wijaya

iv

DAFTAR ISI Halaman Judul . i Lembar Pengesahan .... ii Kata Pengantar ... iii Daftar Isi .. iv Daftar Gambar . v Ringkasan vi Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah ... 2 C. Tujuan Penulisan . 3 D. Manfaat Penulisan ... 3 Bab II. Telaah Pustaka A. Kanker 4 B. Tanaman Sirsak ...... 6 C. Magnetit ................................... 8 D. Teknologi Nanopartikel .. 12 Bab III. Metode Penulisan ......................................................................... Bab IV. Analisis dan Sintesis . 17 Bab V. Kesimpulan dan Rekomendasi A. Kesimpulan 20 B. Rekomendasi ........................................................................... 20 Daftar Pustaka 21 Biodata Penulis .. 23

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gambar 2.

Tanaman Sirsak (Annona muricata L.) ................................... Struktur kristal magnetit dan salah satu foto SEM partikel magnetit 10

Gambar 2.2 Aktivitas nanopartikel terhadap sel kanker . 14 Gambar 2.3 Skema pembuatan nanomaterial logam koloid secara bottom up . 14

vi

RINGKASAN

Penyakit kanker telah menjadi ancaman bagi kesehatan yang dapat menyebabkan kematian. Seiring dengan waktu, prevalensi penyakit ini ini terus meningkat. Pengobatan yang ada dianggap belum optimal dengan alasan memberikan efek samping yang begitu berbahaya akibat rendahnya selektivitas obat dan biaya pengobatan relatif mahal. Sel kanker dapat dihancurkan dengan senyawa-senyawa yang bersifat sitotoksik dan menurut penelitian terbaru bahwa sel kanker memilki kecenderungan menyerap zat besi sebagai katalisator melakukan pembelahan sel (metatasis). Senyawa-senyawa dari bahan alam menjadi pilihan alternatif untuk pengobatan kanker karena sifatnya yang lebih biokompatibel dan aman bagi tubuh. Daun sirsak (Annona muricata L.) terbukti mengandung senyawa acetogenins yang sangat bersifat sitotoksik (membunuh sel). Sedangkan di antara bahan-bahan anorganik, para peneliti mengungkap magnetit (Fe3O4) mampu menghasilkan resultan momen magnet secara simultan yang berasal dari batuan besi. Jadi, jika kedua bahan ini dapat disatukan menjadi suatu sediaan obat, maka akan diperoleh obat baru yang lebih selektif terhadap sel kanker dengan efek sitotoksik yang sangat kuat. Nanoteknologi akan membantu kinerja zat aktif (ekstrak daun sirsak dan magnetit) menjadi lebih efektif dan efisien karena ketika suatu material dibuat dalam ukuran nanometer, maka material tersebut akan memiliki sifat-sifat yang lebih baik dan berumur lebih panjang. Menjadi permasalahan dalam tulisan ini adalah bagaimana membuat desain obat nanopartikel-magnetik ekstrak daun sirsak dan bagaimana mekanisme kerja dari sediaan obat tersebut. Sumber informasi atau data yang digunakan adalah informasi yang memenuhi kriteria, yakni terdapat data diri pengarang atau penyusun, alamat penanggung jawab, dan kehandalan. Informasi yang terkumpul dianalisa dengan

vii

metode deskriptif kualitatif untuk menerangkan nano teknologi dan metode analisis isi untuk menerangkan hubungan antara ekstrak daun sirsak, magnetit, dan nanoteknologi. Analisa dari telaah pustaka yang ada memberikan penjelasan bahwa ekstrak daun sirsak dibuat menjadi nanopartikel dengan pendekatan top down menggunakan alat Ball Mill dan magnetit dibuat dari batuan besi secara hidrotermal untuk menghasilkan nanopartikel. Untuk memperoleh hasil yang efektif dan efisien, maka obat dibuat dalam bentuk sedian parenteral-intravena untuk mengasilkan bioavaibilitas yang baik dan diberi pembawa polimer chitosan agar diperoleh sediaan lepas lambat. Rancangan desain obat seperti ini memiliki 5 keunggulan dalam bidang pengobatan kanker, yakni pertama, efek terapeutik yang optimal karena menggunakan ekstrak daun sirsak dan magnetit yang terbukti memiliki aktivitas sitotoksik yang kuat. Kedua, memberikan bioavaibilitas yang baik karena dalam bentuk sediaan parenteral-intravena dan obat dalam ukuran nanopartikel yang akan lebih cepat diabsorpsi. Ketiga, relatif aman karena menggunakan bahanbahan yang alami. Keempat, pengobatan lebih selektif. Hanya sel kanker yang diserang untuk dimatikan karena hanya sel kanker yang memiliki kecenderungan mengabsorpsi zat besi (bersifat magnetik). Dan kelima, biaya lebih murah karena pelepasan obat dirancang secara perlahan menggunakan polimer chitosan sehingga frekuensi pemberiaan obat dapat dikurangi. Pemanfaatan nanoteknolgi di Indonesia dalam bidang pengobatan kanker akan memberikan kemajuan bagi bangsa ini dalam hal ilmu kesehatan, pengetahuan, dan ekonomi. Dengan demikian, nanoteknologi perlu segera dikembangkan oleh bangsa Indonesia. Pengeluaran yang besar diawal untuk membiayai penelitian dan pengembangan nanoteknologi, tidak akan begitu berarti melihat manfaatnya di masa depan.

viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Hampir 1 juta individu ditemukan menderita kanker setiap tahun, sekitar setengah diantaranya meninggal karena penyakit ini, sehingga merupakan salah satu ancaman yang utama terhadap kesehatan. Meskipun usaha pengobatan kanker secara intensif telah dilakukan, namun hingga kini belum ditemukan obat yang dapat mengatasi penyakit tersebut secara memuaskan. Hal ini disebabkan karena rendahnya selektifitas obat-obat antikanker yang digunakan ataupun patogenasi antikanker tersebut yang belum jelas (Yohana et al., 2005). Di seluruh dunia, hingga saat ini pengobatan alternatif kanker adalah operasi, kemoterapi, radioterapi, terapi hormon atau imunoterapi, atau kombinasi di antara ke lima cara pengobatan tersebut tergantung pada jenis kanker dan stadiumnya saat dilakukan pengobatan. Penggunaan obat antikanker berupa kemoterapi umumnya tidak hanya satu obat yang diberikan melainkan beberapa kombinasi obat yang kerjanya saling melengkapi dalam membunuh sel-sel kanker. Obat antikanker yang dikombinasikan memiliki mekanisme aksi yang berbeda saat di dalam sel. Aksinya dapat meningkatkan pengerusakan terhadap sel kanker dan mungkin dapat menurunkan resiko perkembangan kanker yang resisten terhadap salah satu jenis obat. Namun, hal ini turut meningkatkan resiko efek samping yang merugikan bagi pasien. Meskipun usaha pengobatan kanker secara intensif telah dilakukan, namun hingga kini belum ditemukan obat yang dapat mengatasi penyakit tersebut secara memuaskan. Hal ini disebabkan karena rendahnya selektifitas obat-obat antikanker yang digunakan ataupun patogenasi antikanker tersebut yang belum jelas (Yohana et al., 2005; Subahar, 2004). Ada banyak bahan kimia yang sedang dikembangkan oleh para peneliti saat ini karena prospeknya untuk di gunakan sebagai obat antikanker. Fokus terbesar adalah penelitian terhadap senyawa-senyawa dari tumbuhan baik darat

ix

maupun tumbuhan laut yang bersifat aktif terhadap sel kanker. Senyawasenyawa ini pada umumnya merupakan turunan flavanoid. (Ladelta, 2008). Selain itu para peneliti juga mempelajari material-material anorganik untuk diaplikasikan sebagai antikanker. Zat besi menjadi salah satu senyawa yang dilirik sebagai obat antikanker masa depan. Profesor Henry Lai dari Universitas Washington, AS, menyatakan bahwa sel-sel kanker memerlukan banyak zat besi untuk memperbanyak DNA, bila sel-sel kanker tersebut berkembang biak (Epochtimes, 2010). Hal ini membuka kesempatan bagi penelitan zat besi dalam pengobatan kanker. Tanaman sirsak (Annona muricata L.) terutama daunnya mengandung alkaloid, tanin, dan beberapa kandungan kimia lainnya termasuk annonaceous acetogenins. Annonaceous acetogenins merupakan senyawa yang memiliki potensi sitotoksik. Senyawa sitotoksik adalah senyawa yang dapat bersifat toksik untuk menghambat dan menghentikan pertumbuhan sel kanker (Mardiana, 2011). Kemajuan teknologi di zaman sekarang, turut serta memajukan ilmu kesehatan dunia. Kini, para praktisi kesehatan tidak lagi berorientasikan pada penemuaan obat-obat baru, melainkan pada perbaikan sistem penghantaran obat yang sudah ada. Karena bisa jadi suatu obat memilki efek terapeutik yang sangat baik, namun jika sistem penghantarannya buruk, maka obat tersebut bisa tidak memiliki efek terapeutik sama sekali. Nanoteknologi memiliki potensi yang sangat besar untuk diterapkan pada bidang biologi dan farmasi. Di berbagai negara, khususnya Amerika dan Eropa dengan intensif mengembangkan nanoteknologi untuk pelabelan sel, perusakan sel tumor dengan pemanasan (hipertermia), penjelas citra magnetic resonance imaging (MRI), dan penghantaran obat (Kumar et al, 2005). Penerapan nanoteknologi terhadap ekstrak daun sirsak akan

menghasilkan ekstrak daun sirsak dalam bentuk nanopartikel. Kemudian, jika mampu dikombinasikan dengan sistem magnetik (penggunaan zat besimagnetit), maka diharapkan akan diperoleh sediaan ekstrak daun sirsak dalam

bentuk nanopartikel-magnetik yang memiliki efek terapeutik yang sangat besar sebagai obat antikanker.

B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana membuat sediaan nanopartikel-magnetik ekstrak daun sirsak? 2. Bagaimana mekanisme kerja sediaan nanopartikel-magnetik ekstrak daun sirsak sebagai obat antikanker?

C. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui cara pembuatan sediaan nanopartikel-magnetik ekstrak daun sirsak. 2. Mengetahui mekanisme kerja sediaan nanopartikel-magnetik ekstrak daun sirsak sebagai obat antikanker.

D. Manfaat Penulisan 1. Memperkenalkan nanoteknologi di kalangan civitas akademika. 2. Menambah dasar ilmiah tentang manfaat daun sirsak dan zat besi. 3. Memberikan bahan pertimbangan untuk penerapan nanoteknologi di Indonesia, khususnya di bidang kesehatan dan industri.

xi

BAB II TELAAH PUSTAKA

A. Kanker Kanker adalah suatu penyakit sel dengan ciri gangguan atau kegagalan mekanisme pengatur multiplikasi dan fungsi homeostasis lainnya pada organisme multiseluler. Pada dasarnya kanker dapat terjadi karena adanya perubahan genetik (mutasi), terutama pada gen pengatur pertumbuhan yaitu onkogen yang menjadi aktif dan tumor suppressor gen yang menjadi tidak aktif (Susilowati, 2010). Terdapat enam karakter sel kanker (The six hallmark of cancer) adalah sebagai berikut ini: 1. Kesanggupan sel untuk mencukupi diri sendiri terhadap signal pertumbuhan (growth signal autonomy) Sel normal memerlukan sinyal eksternal untuk pertumbuhan dan pembelahannya, sedangkan sel kanker mampu memproduksi growth factors dan growth factor receptors sendiri. Dalam proliferasinya sel kanker tidak tergantung pada sinyal pertumbuhan normal dan mutasi yang dimilikinya memungkinkan sel kanker untuk memperpendek growth factor pathways. 2. Tidak sensitif terhadap signal antipertumbuhan (evasion growth inhibitory signals) Sel normal merespon sinyal penghambatan pertumbuhan untuk mencapai homeostasis. Sehingga ada waktu tertentu bagi sel normal untuk proliferasi dan istirahat. Sel kanker tidak mengenal dan tidak merespon sinyal penghambatan pertumbuhan. Keadaan ini banyak disebabkan adanya mutasi pada beberapa gen (proto-onkogen) pada sel kanker. 3. Penghindaran terhadap apoptosis (evasion of apoptosis signals) Sel normal akan dikurangi jumlahnya dengan mekanisme apoptosis, bila ada kerusakan DNA yang tidak bisa lagi direparasi. Sel kanker tidak peka terhadap sinyal apoptosis (padahal sel kanker membawa acumulative DNA error yang bersifat irreversible). Kegagalan sel kanker dalam

xii

merespon sinyal apoptosis lebih disebabkan karena mutasinya gen-gen regulator apoptosis dan gen-gen sinyal apoptosis. Penghindaran teradap apoptosis (evasion of apoptosis signals). 4. Potensi replikasi tidak terbatas (unlimited replicative potential) Sel normal mengenal dan mampu menghentikan pembelahan selnya bila sudah mencapai jumlah tertentu dan mencapai pendewasaan. Perhitungan jumlah sel ini ditentukan oleh pemendekan telomer pada kromosom yang akan berlangsung setiap ada replikasi DNA. Sel kanker memiliki mekanisme tertentu untuk tetap menjaga telomer tetap panjang, hingga memungkinkan untuk tetap membelah diri. Kecacatan dalam regulasi pemendekan telomere inilah yang memungkinkan sel kanker memiliki unlimited replicative potential. 5. Angiogenesis (formation of blood vessels) Sel normal memiliki ketergantungan terhadap pembuluh darah untuk mendapatkan suplai oksigen dan nutrien yang diperlukan untuk hidup. Namun, arsitektur pembuluh darah sel normal lebih seherhana atau konstan sampai dengan sel itu dewasa. Sel kanker mampu menginduksi angiogenesis, yaitu pertumbuhan pembuluh darah baru di sekitar jaringan kanker. Pembentukan pembuluh darah baru ini diperlukan untuk survival sel kanker dan ekspansi ke bagian lain dari tubuh (metastase). Kecacatan pada pengaturan keseimbangan induser angiogenik dan inhibitornya dapat mengaktifkan angiogenic switch. 6. Invasi dan metastasis (invasion and metastasis) Sel normal memiki kepatuhan untuk tidak berpindah ke lokasi lain di dalam tubuh. Perpindahan sel kanker dari lokasi primernya ke lokasi sekunder atau tertiernya merupakan faktor utama adanya kematian yang disebabkan karena kanker. Mutasi memungkinkan peningkatan aktivitas enzim-enzim yang terlibat invasi sel kanker (MMPs). Mutasi juga memungkinkan berkurangnya atau hilangnya adesi antar sel oleh molekulmolekul adisi sel, meningkatnya attachment, degragasi dan migrasi (Susilowati,2010).

xiii

B. Tanaman Sirsak 1. Taksonomi Tanaman Sirsak Taksonomi tanaman sirsak sebagai berikut; kingdom plantae, divisi spermatophytae, subdivisi angiospermae, kelas dicotyledonae, ordo

polycarpiceae, family annonaceae, genus annona, dan spesies Annona muricata L. (Sunarjono, 2005). 2. Morfologi Tanaman Sirsak Secara morfologis, tanaman sirsak terdiri dari: Daun Berbentuk bulat panjang, daun menyirip, berwarna hijau muda sampai hijau tua, ujung daun meruncing, dan permukaan daun mengkilap. Bunga tunggal, dalam satu bunga terdapat banyak putik sehingga dinamakan bunga berpistil majemuk. Putik dan benang sari lebar dengan banyak karpel (bakal buah). Bunga keluar dari ketiak daun, cabang, ranting, atau pohon. Bunga umumnya sempurna (hermaprhodit). Tapi terkadang hanya bunga jantan dan bunga betina saja yang terdapat pada satu pohon. Bunga melakukan penyerbukan silang, karena umumnya tepung sari matang terlebih dahulu sebelum putiknya reseptif (Sunarjono, 2005).

Gambar 1. Tanaman Sirsak (Annona muricata L.).

xiv

3. Khasiat Daun Sirsak Daun sirsak dimanfaatkan sebagai pengobatan alternatif untuk pengobatan kanker, yakni dengan mengkonsumsi air rebusan daun sirsak. Selain untuk pengobatan kanker, tanaman sirsak juga dimanfaatkan untuk pengobatan demam, diare, anti kejang, anti jamur, anti parasit, anti mikroba, sakit pinggang, asam urat, gatal-gatal, bisul, flu, dan lain-lain (Mardiana, 2011). Kandungan daun sirsak mengandung senyawa acetoginin, antara lain asimisin, bulatacin dan squamosin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa acetogenin memiliki keistimewan sebagai anti feedent. Dalam hal ini, serangga hama tidak lagi bergairah untuk melahap bagian tanaman yang disukainya. Sedangkan pada konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang bisa mengakibatkan serangga hama menemui ajalnya (Septerina, 2002). Acetogenin adalah senyawa polyketides dengan struktur 3032 rantai karbon tidak bercabang yang terikat pada gugus 5-methyl-2-furanone. Rantai furanone dalam gugus hydrofuranone pada C23 memiliki aktifitas sitotoksik, dan derivat acetogenin yang berfungsi sitotoksik adalah asimicin, bulatacin, dan squamocin (Shidiqi dkk., 2008).

C. Magnetit Pada dua dekade terakhir, ahli biomaterial mulai mempelajari materialmaterial anorganik untuk diaplikasikan sebagai anti kanker. Magnetit (Fe3O4) adalah senyawa yang paling menjanjikan untuk bidang ini. Magnetit merupakan salah satu jenis oksida besi yang paling umum dikenal dan terdapat cukup banyak di alam. Sesuai namanya, senyawa ini bersifat magnet (magnet alam pertama yang ditemukan manusia). Strukturnya sangat unik, yaitu spinel terbalik karena sebenarnya senyawa ini merupakan gabungan dari dua oksida besi yaitu FeO dan Fe2O3 yang dihubungkan oleh jembatan oksigen. Struktur seperti ini menghasilkan resultan momen magnet yang nyata serta kemampuan untuk transfer elektron ke ion tetangga secara simultan (Ladelta, 2008).

xv

Agar magnetit tepat sasaran saat menyerang sel kanker, biasanya zat ini dimasukkan ke dalam tubuh bersama-sama dengan obat-obatan tertentu. Setelah magnetit diserap oleh sel kanker, maka tubuh pasien diberi medan

Gambar 2. Struktur kristal magnetit dan salah satu foto SEM partikel magnetit magnet seragam dari luar dalam rentangan frekuensi yang tidak

membahayakan (noninvasive). Momen magnet dari magnetit nanokristal dalam tubuh akan menjadi searah mengikuti arah momen medan luar sampai pada suatu titik dimana dia tidak lagi terpengaruh (kejenuhan magnetisasi). Ketika medan luar dihilangkan pada kondisi ini, momen magnet magnetit akan kembali secara perlahan-lahan ke kondisi awalnya. Peristiwa ini disebut relaksasi magnetik dan selalu menghasilkan panas sebagai akibat perubahan energi. Panas yang dihasilkan dalam sel kanker tersebut tidak berbahaya bagi manusia tapi sangat mematikan bagi sel kanker karena dia terkena secara langsung sehingga menyebabkan kematian sel kanker tersebut (sel kanker mati pada suhu 43C) (Ladelta, 2008). Banyak metoda telah dikembangkan untuk mensintesis magnetit agar memiliki struktur nanokristal. Ini merupakan syarat utama agar bisa digunakan sebagai bahan anti kanker karena jika magnetit memiliki struktur nanokristal dia akan memperlihatkan sifat superparamagentik serta mudah diserap ke dalam sel. Metoda tersebut antara lain dekomposisi kimia, transfer fasa, sonolisis, dan hidrotermal. Namun, semua metoda yang ada masih menggunakan prekursor berupa bahan kimia murni yang harganya relatif

xvi

mahal dan seringkali memerlukan atmosfir nitrogen dalam prosesnya (Ladelta, 2008). Dr. Syukri Arief, M.Eng berhasil mensintesis magnetit nanokristal secara langsung dari batuan besi yang banyak terdapat di Sumatera Barat tanpa memerlukan atmosfer inert. Batuan besi tersebut diproses secara hidrotermal sederhana sampai menghasilkan magnetit dengan kekristalan yang tinggi dan bersifat superparamagnetik (Ladelta, 2008). Penelitian lainnya mengenai partikel-partikel oksidasi besi yang digunakan dalam pengobatan kanker memperlihatkan hasil-hasil positif. Sebuah tim yang diketuai Dr. Andreas Jordan di rumah sakit terkenal Charit Hospital di Jerman, telah mampu menghancurkan sel-sel kanker dengan teknik baru yang dikembangkan untuk pengobatan kanker ini. Yaitu teknik yang diberi nama magnetic fluid hyperthermia (cairan magnetik panas tinggi). Hasil dari teknik ini, yang pertama diterapkan kepada Nikolaus H, berusia 26 tahun, dalam tiga bulan setelah perawatan, tidak ditemukan lagi pertumbuhan sel-sel kanker baru dalam tubuh pasien (The Religion of Islam, 2011). Sediaan zat besi yang paling efektif untuk terapi kanker adalah zat besi dalam bentuk nanopartikel. Pengurangan ukuran suatu material ke orde nanometer mengubah secara drastis sifat reaktivitas kimianya. Hal ini terjadi karena fraksi jumlah atom yang menempati permukaan meningkat. Reaktivitas kimia suatu partikel sangat bergantung pada jumlah atom yang ada pada permukaan partikel tersebut karena atom-atom inilah yang akan melakukan kontak langsung dengan atom-atom partikel yang lain (Schaefer, 2010).

D. Teknologi Nanopartikel Nanomaterial adalah suatu materi yang ukurannya berada pada kisaran 1100 nanometer (nm). Materi ini dapat dalam bentuk kristal yang atom-atomnya tersusun secara teratur maupun dalam bentuk non-kristal (Kumar et al., 2005). Ditemukan bahwa perilaku materi yang berukuran nanometer sangat berbeda dibanding dengan perilaku pada ukuran yang lebih besar (bulk). Perbedaan yang sangat dramatis terjadi pada sifat fisika, kimia dan sifat biologinya.

xvii

Perbedaan yang terjadi memberikan manfaat yang sangat besar sehingga membawa material berukuran nanometer sebagai material unggul pada berbagai bidang terapan, termasuk biologi dan farmasi (Saragih, 2010). Proses sintesa nanomaterial dapat dilakukan secara top down maupun secara bottom up (Kumar et al., 2005). Secara top down, material yang berukuran besar digiling (grinding) sampai ukurannya berorde nanometer. Secara bottom up sintesa nanomaterial dilakukan dengan mereaksikan berbagai larutan kimia dengan langkah-langkah tertentu yang spesifik sehingga terjadi suatu proses nukleasi yang menghasilkan nukleus-nukleus sebagai kandidat nanopartikel setelah melalui proses pertumbuhan. Laju pertumbuhan nukleus dikendalikan sehingga menghasilkan nanopartikel dengan distribusi ukuran yang relatif homogen (Saragih, 2010).

Gambar 2. Skema pembuatan nanomaterial logam koloid secara bottom up (Kumar et al, 2005) Para peneliti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan Brigham and Womens Hospital menunjukkan bahwa mereka dapat mengantarkan obat kanker cisplatin jauh lebih efektif dan aman ke dalam sel

xviii

tumor prostat dengan menggunakan enkapsulasi partikel yang hanya teraktivasi setelah mencapai sel target (Ghifari, 2011). Dengan menggunakan partikel terbaru ini para ilmuwan berhasil menghilangkan sel tumor pada tikus percobaan dengan menggunakan hanya sepertiga dari jumlah cisplatin konvensional yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang sama. Hasil studi ini merupakan kabar baik karena dapat mengurangi efek samping dari cisplatin yang dapat merusak ginjal dan sistem syaraf. Studi mereka dipimpin oleh Professor Stephen Lippard dan telah diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences (Ghifari, 2011). Pada tahun 2008 para peneliti telah mengetahui bahwa nanopartikel memiliki aktivitas tertentu terhadap pertumbuhan sel kanker. Sekarang nanopartikel ini menunjukkan hasil yang positif terhadap hewan dan besar kemungkinan akan berdampak serupa terhadap manusia, namun hal ini masih terus dikaji lebih lanjut untuk dilakukan tes terhadap manusia (Ghifari, 2011).

Gambar 3. Aktivitas nanopartikel terhadap sel kanker (Ghifari, 2011). Model obat nanopartikel ini dapat diaplikasikan dengan mudah ke berbagai macam obat anti-kanker, dan bahkan lebih dari satu jenis obat dalam satu enkapsulasi nanopartikel. Obat ini juga dapat didesain untuk jenis kanker lain selain kanker prostat, misalnya kanker payudara dengan menyesuaikan sel target dengan reseptor nanopartikel. Pengujian klinis pada manusia masih membutuhkan beberapa tahapan percobaan pada hewan dan dalam tiga tahun mendatang penemuan ini diharapkan sudah dapat digunakan oleh manusia (Ghifari, 2011).

xix

Logam koloid (nanomaterial logam dalam bentuk koloid) telah berhasil disintesa secara top down maupun secara bottom up. Secara bottom up, paduan logam organik (metalorganic) sering nakan. Paduan logam organik didekomposisi (direduksi) secara terkontrol sehingga ikatan logam dan ligannya terpisah. Ion-ion logam hasil posisi bernukleasi membentuk nukleusnukleus yang stabil, yang dibangkitkan baik dengan menggunakan katalis maupun melalui proses tumbukan. Selanjutnya nukleus-nukleus stabil tersebut bertumbuh membentuk nanopartikel. Secara skematis proses ini ditunjukkan pada gambar 1 (Kumar et al., 2005). Untuk menghindari proses aglomerasi antara nanopartikel-nanopartikel yang ada, langkah stabilisasi dilakukan dengan menggunakan larutan separator (Saragih, 2010).

xx

BAB III METODE PENULISAN

Data dan atau informasi yang dikumpulkan berasal dari sumber informasi primer dan sekunder. Sumber informasi primer, yakni informasi terbaru mengenai hasil data penelitian yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah, sedangkan sumber informasi sekunder berupa buku atau jurnal tinjauan. Sumber informasi sekunder hanya digunakan sebagai alat bantu menyeleksi dan mengakses sumber informasi primer yang terkait. Informasi yang dicantumkan terbatas pada 8 tahun terakhir. Seluruh informasi yang telah dikumpulkan akan disortir terlebih dahulu sesuai kriteria, yakni terdapat data diri pengarang atau penyusun, alamat penanggung jawab, dan kehandalan. Hanya informasi yang memenuhi kriteria yang akan dipakai dalam proses analisis-sintesis. Jika ada dua atau lebih informasi yang membahas suatu persoalan yang sama, maka yang digunakan sebagai acuan adalah informasi yang terbaru. Kegiatan analisis-sintesis menggunakan metode deskriptif kualitatif terhadap hasil informasi-informasi yang telah dikumpulkan untuk dapat menerangkan secara umum tentang nanoteknologi dan sistem magnetik dari aspek definisi, tujuan, dan penggunaannya untuk pengobatan kanker. Kemudian studi survei dan komparasi digunakan untuk mencari hubungan antara ekstrak daun sirsak, magnetit, dan nanoteknologi. Hingga akhirnya melalui metode analisis isi (content analysis) dapat ditarik kesimpulan dan perumusan saran terkait potensi nanopartikel-magnetit ekstrak daun sirsak sebagai obat antikanker.

xxi

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

Ekstrak daun sirsak telah diketahui mengandung senyawa yang memiliki aktivitas sitotoksik yang tinggi. Sebagai produk alami tentunya ekstrak daun sirsak lebih biokompatibel terhadap tubuh dibandingkan dengan obat-obat kanker yang dibuat melalui sintesis kimia. Selain itu, mengingat tanaman ini bisa tumbuh di hampir seluruh wilayah Indonesia, maka ekstrak daun sirsak dapat dibuat dalam skala yang besar. Namun, berbagai keunggulan ekstrak daun sirsak akan menjadi kurang bermakna, jika sediaan ekstrak daun sirsak tidak dirancang dengan sistem penghantaran obat yang baik untuk menghasilkan efek terapeutik yang optimal. Ada dua hal penting yang harus diperhatikan pada sistem penghantaran obat, yaitu kelarutan obat dan absorpsi obat. Setiap obat harus terlarut di dalam cairan tubuh agar bisa diabsorpsi tubuh. Jadi, semakin tinggi kelarutan obat, maka semakin baik sistem panghantaran obat tersebut. Sedangkan proses absorpsi obat sangat tergantung dengan ukuran partikel obat itu sendiri. Semakin kecil bentuk partikel obat, maka akan semakin mudah obat tersebut diabsorpsi oleh tubuh. Untuk pengobatan kanker, hanya obat yang terabsorpsi yang dapat memberikan efek terapeutik (pengobatan). Oleh karena itu, ekstrak daun sirsak harus didesain menjadi suatu sediaan yang memilki kelarutan dan absorpsi yang tinggi agar bisa menjadi obat antikanker yang unggul. Nanoteknologi mampu menjadikan ektrak daun sirsak menjadi atom demi atom yang kemudian disusun menjadi partikel-partikel yang berukuran 1-100 nanometer (nm) dengan tetap mempertahankan sifat aslinya. Bahkan aktivitas sitotoksiknya dapat ditingkatkan semaksimal mungkin ketika partikelnya dibuat dengan ukuran. Sehingga tidak terjadi pemborosan material (ekstrak daun sirsak) dan pada ukuran nanometer dapat pula memperpanjang umur bahan. Dengan demikian, dapat diperoleh efisiensi bahan hingga taraf optimal. Nanopartikel ekstrak daun sirsak dibuat melalui pendekatan top down. Ekstrak daun sirsak yang sudah kering dihancurkan dan diperhalus hingga mencapai ukuran nanometer. Teknik ini dapat dilakukan dengan alat Ball Mill.

xxii

Dengan alat ini dapat mengubah bahan mentah manjadi partikel dengan ukuran 10-20 nm. Alat ini dapat ditemukan di LIPI-Pusat Penelitian Fisika dengan nama High Energy Ball Mill PBM-4A. Penelitian tentang senyawa-senyawa anorganik sebagai obat antikanker juga telah banyak dipublikasikan. Salah satunya magnetit (Fe3O4) yang berasal dari gabungan dua oksida besi, yakni FeO dan Fe2O3 yang dihubungkan dengan jembatan oksigen. Dengan struktur seperti ini, magnetit dapat menghasilkan resultan momen magnet ke lingkungannya secara simultan. Magnetit ukuran nanopartikel dapat disintesis secara besar-besaran dengan metode yang sederhana tanpa memerlukan atmosfer inert (nitrogen) sehingga biaya produksi lebih murah. Batuan besi diproses secara hidrotermal untuk menghasilkan magnetit dengan kekristalan yang tinggi dan bersifat superparamagnetik. Sel kanker dapat dibunuh dengan senyawa-senyawa sitotoksik dan dari penelitian terbaru dapat pula dihancurkan dengan teknik Magnetic Fluid Hyperthermia. Jadi, jika kedua hal ini dapat disatukan menjadi satu sediaan yang biokompatibel dan tidak beracun terhadap tubuh, maka akan diperoleh obat baru untuk mengobati kanker dengan efek terapeutik optimal. Desain sediaan obat tersebut harus memenuhi syarat diantaranya adalah memiliki tingkat bioavaibilitas yang baik, tidak beracun (aman), dan diharapkan berharga jual yang murah. Untuk memperoleh bioavaibilitas yang baik, sediaan obat tersebut harus memiliki sifat kelarutan dan absorpsi yang baik pula. Di antara bentuk sediaan farmasi, sediaan parenteral (intravena) menjadi pilihan terbaik untuk memperoleh bioavaibilitas yang baik. Karena sediaan parenteral akan langsung menghantarkan obat dalam sirkulasi sistemik (pembuluh darah) dengan kadar 100 %. Kemudian untuk mendukung sistem penghantaran yang optimal, maka digunakan polimer sebagai pembawa nanopartikel-magnetik ekstrak daun sirsak. Dengan adanya polimer, maka pelepasan obat dapat dikontrol secara perlahan pada kadar rentang efek terapeutik. Sehingga dapat menurunkan frekunsi penggunaan obat, dengan kata lain dapat menurunkan biaya pengobatan. Adapun polimer yang dapat digunkan adalah chitosan yang dapat diperoleh dari hasil sintesis senyawa kitin dari cangkang udang (limbah perikanan). Polimer

xxiii

ini bersifat biodegradebel (dapat hancur secara perlahan di dalam tubuh), sehingga aman bagi tubuh. Rancangan desain obat seperti ini memiliki 5 keunggulan dalam bidang pengobatan kanker, yakni pertama, efek terapeutik yang optimal karena menggunakan ekstrak daun sirsak dan magnetit yang terbukti memiliki aktivitas sitotoksik yang kuat. Kedua, memberikan bioavaibilitas yang baik karena dalam bentuk sediaan parenteral-intravena dan obat dalam ukuran nanopartikel yang akan lebih cepat diabsorpsi. Ketiga, relatif aman karena menggunakan bahanbahan yang alami. Keempat, pengobatan lebih selektif. Hanya sel kanker yang diserang untuk dimatikan karena hanya sel kanker yang memiliki kecenderungan mengabsorpsi zat besi (bersifat magnetik). Dan kelima, biaya lebih murah karena pelepasan obat dirancang secara perlahan menggunakan polimer chitosan sehingga frekuensi pemberiaan obat dapat dikurangi. Bagi bangsa Indonesia sendiri, dengan adanya penerapan nanopartikelmagnetik ekstrak daun sirsak untuk pengobatan kanker, maka setidak-tidaknya dapat menumbuhkan harapan bagi penderita kanker, meningkatkan ilmu pengetahuan, dan perekonomian. Hal ini disebabkan sediaan obat bersifat lebih efektif dan efisien dan dengan adanya contoh penerapan nanoteknologi akan menjadikan nanoteknologi semakin dikenal dan memicu keinginan untuk menerapkannya di bidang-bidang yang lain. Sedangkan dalam segi ekonomi, tanaman sirsak mudah dibudidayakan di Indonesia dan Indonesia banyak mengandung mineral zat besi seperti di Sumatera Barat. Sedangkan polimer chitosan dibuat dari limbah cangkang udang. Sehingga seluruh bahan baku dari rancangan desain sediaan obat ini dapat diproduksi dalam skala industri. Indonesia dengan kekayaan alam yang melimpah perlu diolah lebih lanjut untuk menghasilkan produk dengan harga jual yang lebih tinggi. Bangsa Indonesia bisa memperoleh keuntungan yang besar menjadi pemasok bahan baku nanopartikel yang siap diolah.

xxiv

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Obat lebih efektif dibuat dalam bentuk sediaan parenteral-intravena dengan polimer sebagai pembawa dan mengandung ekstrak daun sirsak dan magnetit sebagai zat aktif. 2. Obat akan secara selektif menyerang sel kanker menggunakan sifat magnetis dan membunuh sel kanker berdasarkan sifat sitotoksiknya.

B. Saran Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat dilanjutkan berbagai penelitian yang mendukung antara lain: 1. Keamanan sediaan perlu diteliti lebih lanjut, walaupun pada umumnya sediaan nanopartikel relatif aman. 2. Penelusuran mekanisme kerja ekstrak daun sirsak untuk membunuh sel kanker. 3. Pemerintah segera menegakkan kebijakan yang mengatur penerapan nanoteknologi di Indonesia. Didukung oleh perguruan tinggi sebagai pusat penelitian dan pengembangan dan berbagai bidang seperti industri, kesehatan, dan pertahanan untuk penerapannya.

xxv

DAFTAR PUSTAKA

Epochtimes. 2010. Terapi Kanker Dalam Ilmu Kedokteran China. http://erabaru. net/iptek/55-iptek/19584-terapi-kanker-dalam-ilmu-kedokteran-china Ghifari, Abu Sofyan. 2011. Obat Anti-Kanker dari Nanopartikel. http://www. chem-is-try.org/artikel_kimia/obat-anti-kanker-dari-nanopartikel/ Kumar, C.S.S.R., Hormes, J., dan Leuschner, C. 2005. Nanofabrication towards biomedical applications., Weinheim: Wilet-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA. Ladelta, Viko. 2008. Merubah Batuan Besi Menjadi Bahan Anti kanker. http:// www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_anorganik/merubah-batuanbesi-menjadi-bahan-anti-kanker/ Mardiana. 2011. -----. Medan: Universitas Sumatera Utara. Saragih, Horasdia. Nanomaterial: Pendekatan Baru Penanggulangan Kanker dan Diabetes. http://fmipa.unai.edu/wp-content/uploads/2011/06/terapan-nano material-pada-bidang-biologi-dan-farmasi-perkembangan-dan-tantangan nya-b2.pdf Schaefer, H.E. 2010. Nanoscience The Science of the Small in Physics, Engineering, Chemistry, Biology and Medicine. Berlin: Springer-Verlag. Sopia, Siti. 2009. Pengaruh Pemberian Minyak Jintan Hitam (Nigella sativa) Terhadap Motilitas Spermatozoa Tikus Wistar Hiperlipidemia. Semarang: Fakultas Kedokteran UNDIP. Subahar, Tati S. 2004. Khasiat dan Manfaat Pare. Jakarta: Penerbit Agromedia Pustaka. Sunarjono. 2005. -----. Medan: Universitas Sumatera Utara Susilowati. 2010. Efek Kemopreventif Ekstrak Metanol Kulit Kayu Nangka (Artocarpus heterophylla Lmk.) pada Karsinogenesis Kanker Payudara Tikus Betina yang Diinduksi DMBA. http://etd.eprints.ums.ac.id/8140/2/ K100060049.pdf The Religion of Islam. 2011. The Miracle of Iron. http://www.islamreligion. com/articles/562 Yohana, Arisandi, dan Yovita Andriani. 2005. Khasiat Tanaman Obat. Jakarta: Pustaka Buku Murah.

xxvi

BIODATA PENULIS

Nama Tempat, Tanggal Lahir Jenis Kelamin Agama Alamat

: Rahmadi Wijaya : Samarinda Seberang, 10 Maret 1992 : Laki-laki : Islam : Jalan Pattimura RT 2 No. 212 Kelurahan Rapak Dalam Kecamatan Loa Janan Ilir (dulu

Samarinda Seberang), Samarinda Riwayat Pendidikan a. SD b. SMP c. SMA : SDN 008 Samarinda Seberang : SMPN 8 Samarinda : SMAN 3 Samarinda

Karya Tulis Ilmiah yang Pernah Dibuat: (1) Zat Besi Sebagai Agen Antikanker; (2) Swamedikasi; (3) Pengaruh harga Jual Obat terhadap Status Kesehatan Rakyat Indonesia; (4) Potensi Nanopartikel-Magnetik Ekstrak Daun Sirsak sebagai Obat Antikanker Penghargaan yang Pernah Diraih: (1) Juara Harapan III Lomba Karya Tulis Mahasiswa Farmasi tahun 2011 (2) Juara II Lomba Paper-PIKMA BEM UNMUL tahun 2011

Anda mungkin juga menyukai