Anda di halaman 1dari 33

BAB II TINJAUAN TEORI Gonore A.

Pengertian
Gonore dalam arti luas mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh neisseria gonorrhoeae. Gonorhea adalah sebuah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhea yang penularannya melalui hubungan kelamin baik melalui genito-genital, oro-genital, ano-genital. Penyakit ini menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan konjungtiva.

B. Etiologi
Penyebab gonore adalah gonokok yang di temukan oleh NEI E! pada tahun

"#$% dan baru diumumkan pada tahun "##&. 'uman tersebut termasuk dalam grup Neisseria dan dikenal ada ( spesies, yaitu N. gonorrohoeae dan N. meningitidis yang bersifat patogen serta N. catarrhalis dan N. pharyngissicca yang bersifat komensal. 'eempat spesies ini sukar dibedakan kecuali dengan tes fermentasi. Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi berukuran lebar ),# u dan panjang ",* u, bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan pe+arna gram bersifat gram negate, terlihat di luar dan di dalam sel leukosit, tidak tahan lama di udara

bebas, cepat mati dalam keadaan kerig, tidak tahan suhu di atas ,% - dan tidak tahan .at desinfektan. ecara morfologik gonokok ini terdiri atas ( tipe, yaitu tipe " dan & yang mempunyai pili yang bersifat virulen serta tipe , dan ( yang tidak mempunyai pili dan bersifat non / virulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang. 0aerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang 1immatur2 , yakni pada vagina +anita sebelum pubertas.

C.Patofisiologi
".Prosess Perjalanan Penyakit 3asa tunas sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi antara & / 4 hari, kadang-kadang lebih lama dan hal ini disebabkan karena penderita telah mengobati diri sendiri, tetapi dengan dosis yang tidak mencukupi atau gejala sangat samar sehingga tidak di perhatikan oleh penderita. Pada +anita masa tunas sulit ditentukan karena pada umumnya asimtomatik. ". 3anifestasi 'linis dan 'omplikasi Gambaran klinis dan komplikasi gonore sangat erat dengan susunan anatomi dan faal genitalia, oleh karena itu perlu pengetahuan susunan anatomi genitalia pria dan +anita. 5erikut ini dicantumkan infeksi pertama dan komplikasi, baik pada pria maupun +anita.

pada pria Infeksi pertama 6retritis 'omplikasi 7okal 8 tysonitis, parauretritis,litritis,co+peritis. 9sendens 8 Prostatitis,vesikulitis,vas pada +anita Infeksi pertama 6retritis ervisitis 'omplikasi 7okal 8 Parauretritris, bartolinitis 9sendens 8 alpingitis, P.I.0 ( pelvic inflammatory diseases ) deferintis :

funikulitis, epididimitis, trigonitis

Komplikasi desiminata pada pria dan +anita dapat berupa 8 artritis miokarditis endokarditis perikarditis meningitis dermatitis

'elainan yang timbul akibat hubungan kelamin selain cara genitor-genita, pada pria dan +anita dapat berupa 8 orofaringitis , proktitis, konjungtivitis. . Pada pria !retritis ;ang paling sering dijumpai adalah uretritis anterior akuta dan dapat menjalar ke proksimal, selanjutnya .mengakibatkan komplikasi lokal, asendens dan diseminata. 'eluhan subyektif berupa rasa gatal,panas,di bagian distal uretra di sekitar orifisium uretra ekternum, kemudian disusul disuria,

polakisuria,keluar duh tubuh dari ujung uretra yang kadang-kadang disertai darah, dan disertai perasaan nyeri pada +aktu ereksi. Pada pemeriksaan tampak orifisium uretra ekternum merah,edema dan ektropion. <ampak pula duh tubuh yang mukopurulen, dan pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening inguinal unilateral atau bilateral. T"#ONITI# 'elenjar <yson ialah kelenjar yang menghasilkan smegma. Infeksi biasanya terjadi pada penderita dengan praepusium yang sangat panjang dan kebersihan yang kurang baik. 0iagnosis dibuat berdasarkan ditemukannya butir pus atau pembengkakan pada daerah frenulum yang nyeri tekan. 5ila duktus tertutup akan menjadi abses dan merupakan sumber infeksi laten.

PARAURETRITI# ering pada orang-orang dengan orifisium uretra ekternum terbuka atau hipospadia. Infeksi pada duktus ditandai dengan butir pus pada kedua muara parauretra. $ITTRITI# <idak ada gejala khusus, hanya pada urin ditemukan benang-benang atau butir-butir. 5ila salah satu saluran tersumbat, dapat terjadi abses folikular. 0idiagnosis dengan uretroskopi. CO%PERITI# 5ila hanya duktus yang terkena biasanya tanpa gejala. kalau infeksi terjadi pada kelenjar -o+per dapat terjadi abses. 'eluhan berupa nyeri dan adanya benjolan pada daerah perineum disertai rasa penuh dan panas, nyeri pada +aktu defekasi dan disuria. =ika tidak diobati abses akan pecah melalui kulit perineum, uretra atau rectum dan mengakibatkan proktitis. PRO#TATITI# Prostatitis akut ditandai dengan perasaan tidak enak pada daerah perineum dan supra pubis, malaise, demam, nyeri kencing sampai hematuri, spasme otot uretra sehingga terjadi retensi urine, tanesmus ani, sulit buang air besar dan obstipasi.

Pada pemeriksaan teraba pembesaran prostat dengan konsistensi kenyal, nyeri tekan dan didapatkan fluktuasi, bila telah terjadi abses. =ika tidak diobati abses akan pecah, masuk ke uretra posterior atau kea rah rectum mengakibatkan proktitis. 5ila prostatitis kronik gejala ringan dan intermiten, tetapi kadang-kadang menetap. <erasa tidak enak pada perineum bagian dalam dan rasa tidak enak, bila duduk terlalu lama. Pada pemeriksaan prostat terasa kenyal, berbentuk nodus dan sedikit nyeri pada penekanan. Pemeriksaan dengan pengurutan prostat biasanya sulit menemukan kuman diplokok atau gonokok. &E#IKU$ITI# >esikulitis ialah radang akut yang mengenai vesika seminalis dan duktus ejakulatorius, dapat timbul menyertai prostatitis akut atau epididmitis akut. Gejala subyektif menyerupai gejala prostatitis akut, yakni berupa demam, polakisuria, hematuria terminal, nyeripada +aktu ereksi atau ejakulasi dan sperma mengandung darah. Pada pemeriksaan melalui rectum dapat diraba vesika seminalis yang membengkak dan keras seperti sosis memanjang di atas prostat. 9da kalanya sulit menentukan batas kelenjar prostat yang membesar. &A# 'E(ERENTITI# ATAU (UNIKU$ITI# Gejala berupa perasaan nyeri pada daerah abdomen bagian ba+ah pada sisi yang bersamaan.

EPI'I'I)ITI# Epididimitis akut biasanya unilateral, dan setiap epididimitis biasanya disertai deferintitis. 'eadaan yang mempermudah timbulnya epididimitis ini adalah akibat trauma pada uretra posterior yang disebabkan oleh salahnya pengelolaan pengobatan atau kelalaian penderita sendiri. ?aktor yang

mempengaruhi keadaan ini antara lain ialah irigasi yang terlalu sering di lakukan, cairan irigator terlalu panas atau terlalu pekat, instrumentasi yang kasar, pengurutan prostat yang berlebihan atau aktivitas seksual dan jasmani yang berlebihan. Epididimitis dan tali spermatika membengkak dan teraba panas, juga testis, sehingga menyerupai hidrokel sekunder. Pada penekanan terasa nyeri sekali. 5ila mengenai kedua epididimis dapat mengakibatkan sterilitas. TRIGONOTI# Infeksi asendens dari uretra posterior dapat mengenai trigonum vesika urinaria. <rigonitis menimbulkan gejala poliuria, disuria terminal dan hematuria.

*. Pada %anita

Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada +anita berbeda dengan pada pria. @al ini disebabkan oleh perbedaan anatomi dan fisiologi alat kelamin pria dan +anita. Pada +anita, baik penyakitnya akut maupun kronik, gejala subjektif jarang di temukan dan hampir tidak pernah didapati kelainan obyektif. Pada umumnya +anita datang kalau sudah ada komplikasi. ebagian besar penderita ditemukan pada +aktu

pemeriksaan antenatal atau pemeriksaan keluarga berencana. 0isamping itu +anita mengalami tiga masa perkembangan 8 ". masa pubertas 8 epitel vagina dalam keadaan belum berkembang 1sangat tipis2, sehingga dapat terjadi vaginitis gonore. &. masa reproduktif 8 lapisan selaput lender vagina menjadi matang, tebal dengan banyak glikogen dan basil doderlein. 5asil doderlein akan memecah glikogen sehingga suasana menjadi asam dan suasanan ini tidak menguntungkan untuk tumbuhnya kuman gonokok. ,. masa menopause 8 selaput lendir vagina menjadi atrofi, kadar glikogen menurun, basil doderlein juga berkurang, sehingga suasana ini menguntungkan untuk pertumbuhan kuman gonokok, jadi dapat terjadi vaginitis gonore. Padamulanya hanya serviks uteri yang terkena infeksi. 0uh tubuh yang mukopurulen dan mengandung banyak gonokok mengalir keluar dan menyerang uretra, duktus para uretra, kelenjar bartolin, rectum dan dapat juga naik ke atas sampai pada daerah kandung telur. URETRITI#

Gejala utama ialah disuri, kadang-kadang poliuri. Pada pemeriksaan ternyata orifisium uretra eksternum merah, edema dan ada sekret mukopurulen. PARAURETRITI#+#KENITI# 'elenjar parauretra dapat terkena, tetapi abses jarang terjadi.

#ER&I#ITI# 0apat asimptomatik, kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri pada punggung ba+ah. Pada pemeriksaan serviks merah dengan erosi dan sekret mukopurulen. 0uh tubuh akan terlihat lebih banyak, bila terjadi servisitis akut atau disertai vaginitis yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis. BART,O$INITI# 7abium major pada sisi yang terkena membengkak, merah dan nyeri tekan. 'elenjar 5artholin membengkak, terasa nyeri sekali untuk berjalan dan sukar duduk. 5ila saluran kelenjar tersumbat dapat menimbulkan abses dan dapat pecah melalui mukosa atau kulit. 'alau tidak diobati dapat menjadi rekuren atau menjadi kista. #A$PINGITI# Peradangan dapat bersifat akut, subakut atau kronis. 9da beberapa factor predisposisi, yaitu 8 masa puerpurium, dilatasi setelah dilakukan kuretase, pemakaian I.6.0.

-ara infeksi langsug dari serviks melalui tuba fallopi sampai pada daerah salping dan ovum sehingga dapat menimbulkan pelvic inflamatory diseases 1P.I.02. ini dapat menimbulkan kehamilan ektopik dan sterilitas. 'ira-kira ")A +anita dengan gonore akan berakhir dengan P.I.0. Gejalanya terasa nyeri pada daerah abdomen ba+ah, duh tubuh vaginal disuria dan menstruasi yang tidak teratur atau abnormal. @arus dibuat diagnosis banding dengan beberapa penyakit lain yang memberi gejala hampir sama seperti 8 kehamilan diluar kandungan, apendisitis akuta, sepsis aborsi, endometriosis, ileitis regional, diverticulitis. 6ntuk menegakkan diagnosis dapat dilakukan punksi kavum douglas dan diteruskan dengan kultur atau dengan laparoskopi. 'ecuali mengenai alat-alat genital, gonore juga dapat menyebabkan infeksi non-genital. PROKTITI# Proktitis pada pria dan +anita pada umumnya asimptomatik. Pada +anita daoat terjadi karena kontaminasi dari vagina dan kadang-kadang karena hubungan genitoanal seperti pada pria. 'eluhan pada +anita biasanya lebih ringan daripda pria, terasa seperti terbakar pada daerah anus:rectum, tenesmus ani, rasa basah pada daerah anus dan pada pemeriksaan tampak mukosa eritematosa, edema dan tertutup pus mukopurulen. ORO(ARINGITI#

-ara infeksi melalui kontak orogenital. Paringitis dan tonsillitis gonore lebih sering daripada gingivitis, stomatitis atau laryngitis. 'eluhan sering bersifat asimptomatik. 5ila ada keluhan sukar dibedakan dengan infeksi tenggorokan yang disebabkan kuman lain. Pada pemeriksaan daerah orofaring Nampak eksudat mukopurulen yang ringan atau sedang. KONJUNGTI&ITI# Penyakit ini dapat terjadi pada bayi yang baru lahir dari ibu yang menderita servisitis gonore. Pada orang de+asa infeksi terjadi karena penularan pada konjungtiva melalui tangan atau alat-alat. 'eluhannya berupa fotofobi, konjungtiva bengkak dan merah dan keluar eksudat mukopurulen. 5ila tidak diobati dapat berakibat terjadinya ulkus kornea,panoptalmitis sampai timbul kebutaan. GONORE 'I#E)INATA 'ira-kira " A kasus gonore akan berlanjut menjadi gonore diseminata. Penyakit ini banyak didapat pada penderita dengan gonore asimptomatik sebelumnya, terutama pada +anita. Gejala yang timbul dapat berupa 8artritis 1terutama dermatitis. monoartritis2, miokarditis, endokarditis, perikarditis, meningitis,

C. Tes 'iagnostik
0iagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan

pemeriksaan pembantu, yang terdiri atas ( macam8

A.#ediaan $angs!ng Pada sediaan langsung dengan pe+arnaan gram akan ditemukan gonokok gram negative, intra-selular dan ekstra-selular. 5ahan duh tubuh pada pria diambil dari uretra, muara kelenjar bartolin, serviks dan rectum B.K!lt!r 6ntuk identifikasi perlu dilakukan pembiakan 1kultur2. 0ua macam media yang dapat digunakan 8 ". media transpor &. media pertumbuhan contoh media transpor 8 media stuart

@anya untuk transport saja, sehingga perlu ditanam kembalipada pembenihan buatan. media transgro+

3edia ini selektif dan nutritive untuk N.gonorrhoeae dan N.meningitidis B dalam perjalanandapat hingga %* jam dan merupakan gabungan transpor dan pertumbuhan, sehingga tidak perlu lagi ditanam kembali pada pembenihan buatan. 3edia ini

merupakan modifikasi media <hayer martin dengan menambahkan trimetoprim untuk mematikan proteus. contoh media pertumbuhan 8 3c leodCs chocolate agar

berisi agar coklat, agar serum dan agar hidrokel. selain kuman gonokok kuman-kuman yang lain juga dapat tumbuh. 3edia <hayer martin

media ini selektif untuk mengisolasi gonokok. 3engandung 8 vankomisin untuk menekan pertumbuhan gram positif, kolestimetat untuk menekan pertumbuhan bakteri gram negative nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur. modified <hayer martin agar

isinya ditambah dengan trimetoprim untuk mencegah pertumbuhan kuman proteus. C. Tes denitif ". <es oksidasi !eagen oksidasi yang mengandung " A larutan tetrametil-p-fenilendiamin hidroklorida ditambahkan pada koloni gonokok tersangka. emua neisseria member

reaksi positif dengan perubahan +arna koloni yang semula bening berubah menjadi merah muda sampai merah lembayung. &. <es fermentasi

<es oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai glukosa, maltose dan sukrosa. 'uman gonokok hanya meragikan glukosa.

'. Tes serologi <es serologi yang dipakai ialah tes ikatan komplemen dengan menggunakan antigen gonokok standard dan menguji adanya antibody dalam serum. Pada kasus ini jarang positif dan ada reaksi silang dengan N. meningitidis, oleh karena itu jarang dipakai untuk menegakkan diagnosis. E. Tes T-omson <es <homson ini berguna untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung. 0ahulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena pengobatan pada +aktu itu ialah pengobatan setempat. Pada tes ini ada syarat yang perlu diperhatikan 8 sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi urin dibagi dalam dua gelas tidak boleh menahan kencing dari gelas " ke gelas & . yarat mutlak ialah kandung kencing harus mengandung air seni paling sedikit #) / ")) ml, jika air seni kurang dari #) ml maka gelas ke & sukar di nilai karena baru menguras uretra anterior.

hasil pembacaan 8 Gelas I =ernih 'eruh 'eruh =ernih Gelas II =ernih =ernih 'eruh 'eruh 9rti <idak infeksi Infeksi uretritis pars anterior Panuretritis <idak mungkin

'. Pengo.atan ecara epidemiologik pengobatan yang dianjurkan adalah pengobatan secara dosis tunggal. Dbat yang dapat dipakai bermacam-macam. PENI#I$IN ;ang efektif hanya penisilin G ben.il dan penisilin G prokain akua. 0osis obat yang pertama ialah 4 juta unit dalam # ml ),4 A lignokain, sedangkan yang kedua &,( / (,# juta unit E " gram probenesid. Dbat-obat tersebut dapat menutupi gejala sifilis. 'ontraindikasinya ialah alergi terhadap penisilin. A)PI#I$IN 'AN A)OK#I#I$IN 0osisnya ialah ,,4 gram E " gram probenesid, dan amoksisilin , gram E " gram probenesid. untikan ampisilin tidak dianjurkan. 'ontraindikasinya ialah alergi penisilin. 0osis tunggal tidak baik untuk gonore ekstra genital dan gonore diseminata. #PEKTINO)I#IN

0osisnya ialah & gram i.m. 5aik untuk penderita yang alergi penisilin yang mengalami kegagalan pengobatan dengan penisilin dan tersangka juga menderita sifilis karena tidak menutupi gejala sifilis. #E(A$O#PORIN Dbat ini member reaksi alergik bagi penderita yang alergi penisilin, jenisnya ialah seftriakson ),&4 gram 1 i.m 2 sefopera.on ),)4 / ",)) gram 1 i.m 2 AKRO#OK#A#IN / malidi0i1 a1id 2 <idak boleh untuk +anita hamil dan kelainan ginjal atau hepar, dosisnya ,))mg per oral . Efek sampingnya ialah pusing. KANA)I#IN 0osisnya & gram i.m . 5aik untuk penderita yang alergi penisilin, gagal dengan pengobatan penisilin dang tersangka sifilis. kontraindikasinya ialah kehamilan. TIA)(ENIKO$ 0osisnya &,4 / ,,4 gram secara oral, mempunyai efek toksik hemapoetik. GEN<93I IN 0osisnya &()mg i.m. , efek sampingnya toksik terhadap ginjal !I?93PI IN

0osisnya %)) / "&)) mg per oral. Dbat ini tidak dianjurkan karena dipakai untuk tuberculosis, dikuatirkan mempercepat resistensi, 0osis tunggal yang tidak efektif lagi ialah 8 tetrasiklin, streptomisin dan spiramisin. PI7I@9N 6<939 PENGD59<9N Pada pengobatan yang rutin perlu diperhatikan efektivitasnya, harganya dan sedikit mungkin efek toksiknya , ternyata pilihan utama ialah penisilin E probenesid, kecuali di daerah yang tinggi insidens N.G.P.P 1 Neisseria gonorrhoeae penghasil penisilinase 2 5agi penderita yang alergi penisilin 8 ". ;ang tidak hamil dapat diberikan 8 spektinomisin, kanamisin, tiamfenikol, sefalosporin, kotrimoksa.ol, tetrasiklin. &. ;ang hamil dapat diberikan 8 spektinomisin, eritromisin. 5agi penderita yang tersangka mendapat infeksi campuran dengan sifilis diberikan obat yang tidak mempunyai efek terhadap sifilis, seperti spektinomisin pada yang hamil, sedangkan yang tidak hamil dapat diberikan kanamisin, kotrimoksa.ol dan tiamfenikol. GONORE "ANG 'I#EBABKAN O$E, NEI##ERIA GONORR,OEAE

PENG,A#I$ PENI#I$INA#E / N.G.P.P 2

Pada permulaan tahun "%$* ditemukan pertama kali di timur jauh dan segera setelah itu atau hampir bersamaan +aktunya ditemukan di 9merika erikat satu

strain Neisseria gonorrhoeae yang mampu membuat en.im penisilinase atau betalaktamase yang dapat merusak penisilin menjadi senya+a inaktif. demikian dikenal sebagai P.P.N.G atau penicillinase producing train

neisseria

gonorrhoeaea. Gonore dengan strain N.G.P.P ini sukar diobati dengan penisilin dan derivatnya, +alaupun dengan peninggian dosis. 0i samping itu harus dibedakan gonokok yang resisten ringan terhadap antibiotika yang disebabkan karena mutasi pada suatu lokus. !esisten ringan ini masih dapat diobati dengan penisilin dengan cara peninggian dosis penisilin dan disebut resisten relatif. Gejala klinis dan komplikasi gonore dengan strain N.G.P.P. ini tidak berbeda dengan gonore biasa. -ara diagnostiknya ialah dengan melakukan tes idiometrik atau asidometrik pada koloni yang tumbuh pada pembiakkan. ejak "%$# di 5agian 3ikrobiologi, ?akultas 'edokteran 6niversitas Indonesia =akarta telah dimulai penyelidikan terhadap strain N.G.P.P. dan +aktu itu belum berhasil ditemukan. 5aru pada tahun "%#) FI=9;9 dkk. melaporkan telah menemukan ( kasus dengan N.G.P.P. pada *) orang F.<. 1+anita tuna susila2

yang diperiksa pada satu lokasi F.<. . di =akarta 1*,* A2. Pada tahun "%#) 6@9!ND melaporkan telah berhasil menemukan strain N.G.P.P. sejumlah "$," A dari semua strain neisseria gonorrhoeaea yang berhasil diisolasi di 5agian 3ikrobiologi ?akultas 'edokteran 6niversitas Indonesia 1?'6I2 =akarta. =9I?67

dkk. pada tahun "%#& pada penelitian yang telah dilakukan pada dua lokasi F.<. . di =akarta menemukan strain N.G.P.P. sebesar ,$ A dari 4( kasus gonore. PENGOBATAN Dbat-obatan yang dapat digunakan untuk pengobatan gonore dengan strain N.G.P.P. ialah 8 spektinomisin, kanamisin, sefalosporin dan tiamfenikol. 3engingat begitu cepatnya peningkatan frekuensi strain N.G.P.P. kita harus +aspada bah+a dalam jangka +aktu yang singkat akan ditemukan frekuensi strain N.G.P.P. yang lebih tinggi. 'arena itu pengobatan gonore dengan penisilin dan derivatnya perlu dipikirkan lagi mengenai efektivitasnya.

#I(I$I#

A. Pengertian
ifilis ialah penyakit yang pada umumnya berjangkit setelah hubungan seksual, menahun dengan adanya remisi dan eksaserbasi, dapat menyerang semua organ dalam tubuh terutama kardiovaskuler, otak dan susunan syarafnya, dapat terjadi sifilis congenital. ifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum. Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit ini sangat kronik, bersifat sistemik dan menyerang hampir semua alat tubuh.

B. Epidemologi
9sal penyakit sifilis masih merupakan pertanyaan, tetapi kenyataan bah+a pada abad ke-"4 dan ke-"* berjangkit epidemic di ka+asan Eropa dan meluas ke lain negeri

dan benua. Pada saat -olumbus pertama kali berada di 9merika, telah banyak terdapat kasus sifilis. 3enurut 0I9 de I 79 sifilis belum terdapat sebelum ekspedisi -olumbus yang pertama kembali pada tahun "(%,.

C. Etiologi
Penyebab penyakit sifilis ditemukan oleh -@960INN dan @D??39N 1 "%)4 2

berupa Treponema pallidum termasuk ordo Spirochaetaeas family Treponematoceae. Panjangnya 4 / "4 mikron, lebarnya ),&4 mikron mempunyai gelombang * / "( , berbentuk seperti spiral, bergerak aktif memutar. 3ultiplikasi ada yang mengatakan transversal ada yang berpendapat longitudinal. Pemeriksaan laboratorik dengan mikroskop lapangan gelap. -ara ini sangat khas, karena kuman masih dalam keadaan hidup. ecara akademis seharusnya pemeriksaan ini dilakukan tiga kali selama tiga hari berturut / turut. -ara lain ialah menurut 5urri yang kurang spesifik karena kuman telah mati. 0iagnosis sifilis pasti, apabila dapat ditemukan T.pertenue sebagai penyebab frambusia.

'. Klasifikasi
Pembagian sifilis menurut F.@.D. ialah sifilis dini dan lan3!t dengan +aktu diantaranya dua tahun, ada yang mengatakan ( tahun. Pembagian ini berdasarkan atas pertimbangan epidediologik. ifilis dini dapat menularkan penyakitnya karena pada ifilis lanjut tidak lagi menular, karena pada lesi

kelainan kulitnya terdapat T.pallidum.

tidak terdapat kuman. 'ecuali pada ibu yang hamil, T.pallidum dapat masuk ke tubuh janin. Pembagian sifilis secara klinis ialahB sifilis 1ongenital dan yang didapat. ifilis yang didapat sebagai berikut 8 sifilis stadi!m I4II4III sesuai dengan gejala-gejalanya, sifilis kardio5ask!ler dan sifilis pada otak dan saraf. ifilis laten ialah keadaan yang secara klinis tidak ada tanda:gejala kecuali tes serologic yang positif dan meyakinkan. ifilis late nada yang dini ialah pada sifilis pada stadium I dan II dan eksaser.asi. 7aten yang lan3!t adalah masa antara stadium II dan III dan antara stadium III dan I>. Shypilis demblee merupakan keadaan jika T.pallidum langsung melalui darah masuk ke tubuh calon penderita, misalnya pada tranfusi darah dan sifilis ba+aan.

E. Patogenesis
Penularan terjadi setelah berkontak langsung dengan lesi yang mengandung treponema. <reponema dapat masuk 1 porte dentre ) ke tubuh calon penderita melalui selaput lendir yang utuh atau kulit dengan lesi, kemudian masuk ke peredaran darah dan semua organ dalam tubuh. Infeksinya bersifat sistemik dan manifestasisnya akan Nampak kemudian. Perkembangan penyakit sifilis berlangsung dari stadium ke stadium berikutnya. epuluh sampai %) hari 1 umumnya , - ( minggu 2 setelah terjadi infeksi,

pada tempat masuk T.pallidum timbul lesi primer yang bertahan " / 4 minggu dan kemudian sembuh sendiri. <es serologic untuk sifilis 1<. . .2 atau ( Serologic Tes for Shyphilis ) yang klasik umumnya masih negative pada sat lesi primer tersebut dan menjadi positif setelah " / ( minggu kemudian.

'urang lebih * minggu 1 & minggu sampai * minggu 2 setelah lesi primer terdapat kelainan kulit dan selaput lendir yang pada permulaan menyeluruh, kemudian mengadakan konfluensi dan berbentuk khas. 'adang-kadang kelainan kulit hanya sedikit atau sepintas lalu. Penyembuhan sendiri biasanya terjadi dalam & / * minggu. <imbul keadaan yang tidak terdapat kelainan pada kulit dan selaput lendir, dan disebut sebagai sifilis laten, hanya < yang positif. 6mumnya seperempat kasus akan

mengalami paling sedikit satu kali relapse 1 eksaserbasi 2. Penderita yang tidak diberi pengobatan diperkirakan sepertiganya akan mengalami kelaianansifilis lanjut 1 sifilis III "$ A, kardiovaskuler ") A, neurosifilis #A 2. 0ua pertiganya tidak atau sedikit mengalami kelainan klasik. 7ebih daripada setengah penderita, < selama hidup. Pengobatan mempengaruhi jalannya penyakit dan hasil < . tetap positif

9. Pengobatan yang adekuat sebelum timbul lesi sifilis stadium I member kemungkinan besar bah+a afek primer tidak akan timbul dan < negative. 5. Pengobatan pada masa < negative pada sifilis stadium I, < akan tetap tetap

negative dan afek primer cepat sembuh. -. Pengobatan pada masa < positif pada sifilis stadium I akan mengakibatkan biasanya menjadi negatife dalam "&

cepat sembuhnya afek primer dan < bulan.

0. Pengobatan adekuat pada sifilis stadium II, < bulan pada () / %4 A penderita.

akan menjadi negative dalam "#

E. @asil pengobatan sesudah sifilis stadium II tidak menentu. 6mumnya makin cepat terjadi penurunan < . Penderita yang diberi pengobatan setelah lebih positif untuk

dari dua tahun menderita sifilis, kemungkinan akan mengalami <

selamanya, +alaupun telah mendapat pengobatan yang opyimal dan terjadi penyembuhan klinis.

(. #imtomatologi

#ifilis stadi!m I 9ntara ") / %) hari 1 umumnya , minggu 2 setelah ifeksi, timbul satu lesi pada tempat T.pallidum masuk. 7esi ini umumnya hanya satu, tetapi tidak jarang lebih dari satu. Pada permulaan terjadi infiltrate berupa papul yang permukaannya mengelupas menjadi erosi 1 papul yang erosive 2, keadaan ini disebut sebagai afek primer. 5esarnya beberapa millimeter sampai " / & sentimeter, berbentuk bulat, bulat lonjong, dasarnya bersih, merah, kulit di sekitarnya tidak ada tanda-tanda radang, bila di raba ada pengerasan 1 indurasi 2 yang merupakan satu lapisan seperti sebuah kancing kancing di ba+ah kain atau sehelai karton yang tipis. 'elainan ini tidak nyeri 1 indolen 2. Gejala-gejala tersebut sangat khas bagi sifilis stadium I afek primer 192. Erosi yang semula terjadi dapat berubah menjadi ulkus berdinding tegak lurus, sedangkan sifat-sifatnya yang lain seperti pada afek primer.

'eadaan ini disebut sebagai 1 5 2 8 ulkus surum yang dapat menjadi fagedenik bilamana ulkusnya meluas kesamping dan kedalam. 'adang / kadang pada pintu masuk T.pallidum hanya terdapat edema yang disebut sebagai 1 - 2 8 edema

induratif. @al ini sering didapatkan pada labia mayora. etelah kurang lebih tiga minggu 1 kadang-kadang kurang, dapat lebih 2 terjadi penjalaran ke kelenjar regional ialah di inguinal medial. 'elenjar tersebut membesar, padat, kenyal pada perabaan, tidak nyeri, soliter dan dapat digerakkan bebas dari sekitanya. 'eadaan ini disebut sebagai sifilis stadium I kompleks primer. 7esi sifilis stadium I umumnya terdapat pada alat kelamin, dapat juga ekstragenital, misalnya pada penularan ekstra koital. ifilis stadium I dapat sembuh spontan. -epat atau

lama bergantung pada kecil-besarnya lesi. @asil pemeriksaan < pada sifilis stadium I dapat seronegatif atau seropositif.

eronegatif umumnya terdapat bilamana kompleks primer belum terjadi. 0ua hal yang sangat penting pada masa sifilis stadium I adalah 8 9. 5ila penderita sudah mendapat pengobatan berupa apapun secara lokal atau sistemik yang spesifik akan menghilangkan T.pallidum pada tempat lesi, sehingga diduga penderita tidak menderita sifilis. ecara akademik harus dicari

T.pallidum tiga kali 1 , hari berturut / turut 2. 5ilamana masih tidak dapat dibuktikan, diagnosis boleh dibuat secara klinis. 5. 6mumnya tiap lesi pada alat kelamin, meskipun bukan sifilis, bila diberi pengobatan lokal dapat terjadi indurasi yang palsu 1pseudoindurasi2, oleh karena itu anamnesis sangat penting.

#ifilis stadi!m II Pada umumnya bilamana gejala-gejala sifilis stadium II menampilkan diri, sifilis stadium I sudah sembuh. Faktu antara sifilis stadium I dan II umumnya * / # minggu. 'adang-kadang terjadi masa transisi, yakni sifilis stadium I masih ada pada saat timbul gejala sifilis stadium II. greatest imitator of all skin disease. ifat lain yang khas pada sifilis ialah tidak ada rasa gatal, bilamana ada sangat jarang. 'elainan kulit berupa vesikel dan bula tidak terdapat. Gejala konstitusi biasanya mendahului, kadang-kadang bersamaan dengan kelainan pada kulit, seperti nyeri pada tulang, dan nyeri leher. ecara klinis pada sifilis stadium II terdapat kelainan kulit dan selaput lendir, limfadenitis yang generalisata. 'elainan kulit terdiri atas 8 macula, papul, pustule dan rupia. )ak!la 8 roseola, kemerahan, bulat:lonjong terutama pada dada, perut, punggung dan lengan. 'elainan ini dapat terlihat jelas, tetapi kadang-kadang hanya samar-samar. 7amanya sangat variable, dapat hanya beberapa hari 1transien2 atau beberapa minggu. Perubahan +arna dapat terjadi terutama di sekeliling leher yang disebut le!koderma atau coller of venus. Pap!l 8 tersebar pada perbatasan rambut kepala disebut korona 5eneris. Papulpapul dapat memberi gambaran yang khas, misalnya bentuk anular, arsinar, ifilis stadium II lah yang disebut sebagai the

korimbiformis atau kondilomata lata. 'ondilomata latum terdapat pada lipatanlipatan yang keadaan kulitnya lembab dan hangat. 7etak papul juga dapat pada folikel rambut 1folikular2 dan mengakibatkan alopesia sifilitika. Papul yang besar dapat bereksudasi membentuk krusta, sehingga gambarannya seperti frambusia, maka disebut sifilis fram.!siformis. P!st!lar 8 biasanya mulai dengan papul yang menjadi pustel, memecah menjadi ulkus yang ditutupi oleh krusta yang member gambaran seperti tiram. R!pia juga disebut sebagai sifilis maligna. kelainan pada selaput lendir berupa plak yang putih yang banyak mengandung T.pallidum . emua kelainan pada kulit dan selaput lendir dapat menyembuh dan pada suatu saat timbul kembali, biasanya tidak lagi menyeluruh dan tidak begitu banyak. <imbulnya kembali disebut sebagai relapse dan hal ini umumnya akan terjadi dalam +aktu dua tahun sejak timbulnya penyakit. Adenitis 8 yang umum terutama pada daerah sub oksipital, sulkus bisipitalis dan inguinal medial, bersifat padat:kenyal, tidak nyeri, terpisah satu dengan yang lain dan dengan sekitarnya. Pada aspirasi yang dilakukan di pembesaran kelenjar dapat ditemukan T.pallidum . Drgan lain yang kadang-kadang diserang pada sifilis stadium II ialah mata, hepar, meningen, dan ginjal. Pemeriksaan <. . . selalu positif. Pada kasus sifilis stadium II, bilamana tidak diberi pengobatan kelainan pada kulit dan selaput lendir akan sembuh sendiri, +alaupun memerlukan +aktu beberapa minggu sampai beberapa bulan, hanya <. . . yang masih positif. ifilis dalam

keadaan laten dapat berkisar antara beberapa bulan hingga sumur hidup.

ifilis yang tidak diberi pengobatan dapat mengalami tiga kemungkinan. 9. epertiganya mengalami sembuh spontan dan <. . . kemudian berangsur menjadi negative. 5. epertiganya tetap dalam keadaan sifilis laten seumur hidup, <. . . dapat positif dan penderita meninggal karena penyebab lain. Pada otopsi dapat ditemukan tanda-tanda sifilis. -. Penyakit berlanjut ke sifilis stadium III, sifilis kardiovaskuler atau neurosifilis.

#ifilis stadi!m III 7esi yang khas stadium ini adalah guma yang dapat terjadi , / $ tahun setelah infeksi. Guma umumnya satu, dapat banyak, besarnya pun bervariasi dari milier sampai berdiameter beberapa sentimeter. Guma dapat timbul pada semua jaringan dan organ, membentuk nekrosis sentral dikelilingi jaringan granulasi dan pada bagian luar jaringan fibrosa, sifatnya destruktif. 'ulit di atasnya pada permulaan terlepas, kemudian melekat pada guma. Guma mengalami supurasi dan memecah serta meninggalkan sebuah ulkus dengan dinding curam dan dalam, dasarnya terdapat jaringan nekrotik ber+arna kuning putih. ifilis dalam stadium ini sifatnya dapat merusak semua jenis jaringan,

tulang tulang ra+an pada hidung dan palatum. Guma dapat pula ditemukan pada organ-organ dalam yakni lambung, hepar, lien, paru-paru, testis dan lain-lain. 'elemahan yang lain dapat berbentuk nod!s di ba+ah kulit. 5esar nodus bervariasi dari milier sampai lentikuler, merah, dan tidak nyeri bila ditekan. 6mumnya

membentuk lingkaran atau konfigurasi yang polisiklik. 'adang-kadang menjadi ulkus dengan dinding yang curam. Permukaan nodus dapat berskuama sehingga menyerupai psoriasis, tetapi tanda 9uspit. negative.

#I(I$I# KAR'IO&A#KU$AR 6mumnya bermanifestasi ") / &) tahun setelah infeksi. ejumlah ") A

penderita sifilis akan mengalami fase ini. Pria lebih banyak diserang daripada +anita. Pada orang dengan kulit yang ber+arna lebih sering diserang daripda yang berkulit putih. =antung dan pembuluh darah terutama yang besar yang dikenai. 'ematian pada sifilis terjadi karena kelainan pada system ini.

NEURO#I(I$I# Penyakit ini umumnya bermanifestasi umumnya dalam ") / &) tahun setelah terinfeksi, +alaupun T.pallidum langsung bergerak setelah infeksi ke system otot dan urat saraf. 'elainan ini lebih banyak terdapat pada orang kulit putih. <idak dapat diramalkan, bila penderita dengan sifilis akan menderita tabes dorsalis atau paresis menyeluruh. #I(I$I# KONGENITA$

eorang bayi dengan sifilis congenital berasal dari ibu yang menderita sifilis T.pallidum dapat melalui plasenta dan masuk ke peredaran darah janin. eorang ibu yang hamil dan menderita sifilis dini 1 I atau II 2 kemungkinan

besar akan melahirkan anak yang mati. 5ilamana ibunya hamil dan sedang menderita sifilis lanjut dapat melahirkan anak dengan sifilis congenital, tetapi dapat juga anak yang tidak terinfeksi . Pengobatan yang tepat pada seorang ibu sedini-dininya mungkin untuk menghindarkan janin terinfeksi dan bila pengobatan adekuat akan menyembuhkan janin. Perjalanan sifilis congenital sama dengan sifilis yang didapat T.pallidum langsung masuk ke peredaran darah oleh karena itu tidak terdapat sifilis stadium I. ifilis congenital dibagi menjadi congenital dini 4 sifilis congenital lan3!t dan stigmata. #ifilis 1ongenital dini emakin dini gejala / gejala Nampak semakin buruk prognosisnya. 5iasanya beberapa minggu 1 tiga minggu 2 bayi dilahirkan dengan kelainan berupa vesikel dan bula, setelah memecah membentuk erosi yang ditutupi krusta. 'eadaan ini sering terdapat pada telapak tangan dan kaki dan disebut pemfig!s sifilitika. -airan vesikel dan bula banyak mengandung T.pallidum. 5ilamana kelainan pada kulit terjadi setelah beberapa bulan bayi dilahirkan, kelainan kulit akan berupa papul dengan skuama yang membentuk konfigurasi seperti pada sifilis stadium II yang didapat berbentuk anuler, sirsiner, polisklik, kandilomata lata.

'elainan pada selaput lendir berupa sekret yang ke luar dari hidung, seringkali bercampur darah dan banyak mengandung T.pallidum. 'elainan pada tulang terutama pada yang panjang berupa osteokondritis yang khas pada foto rontgen.

@epatosplenomegali terdapat pada *)A. Pada paru terdapat pneumonia alba. #ifilis 1ongenital lan3!t ifilis congenital lanjut terdapat pada usia lebih daripada & tahun. 3anifestasi klinis baru dapat ditemukan pada usia $ / % tahun dengan adanya trias ,!t1-inson 6 9. 'elainan pada mata, keratitis intertisial yang dapat mengakibatkan kebutaan. 5. 'etulian N >III. -. Gigi hutchhinson ialah insisi I atas kanan dan kiri pada gigi tetap, mempunyai bentuk yang khas seperti obeng. elain trias di atas pada sifilis lanjut juga dapat disertai kelainan seperti paresis, perforasi, palatum durum, kelainan pada tulang tibia dan frontalis1 antara yang dini dan yang lanjut berselisih dua tahun 2 tigmata terlihat pada sudut mulut berupa garis-garis yang jalannya radiar, gigi @utchinson, gigi molar pertama berbentuk seperti buah murbai, dan penonjolan tulang frontal kepala ( frontal bossing )

G. Pen1ega-an
5anyak hal yang dapat dilakukan untuk mencegah seseorang agar tidak tertular penyakit sifilis. @al-hal yang dapat dilakukan antara lain8

". <idak berganti-ganti pasangan &. 5erhubungan seksual yang aman8 selektif memilih pasangan dan

pempratikkan Gprotective seHC. ,. 3enghindari penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan transfusi darah yang sudah terinfeksi.

,. Penatalaksanaan
Penderita sifilis diberi antibiotik penisilin 1paling efektif2. 5agi yang alergi penisillin diberikan tetrasiklin (I4)) mg:hr, atau eritromisin (I4)) mg:hr, atau doksisiklin &I")) mg:hr. 7ama pengobatan "4 hari bagi I J II dan ,) hari untuk stadium laten.

Eritromisin diberikan bagi ibu hamil, efektifitas meragukan. 0oksisiklin memiliki tingkat absorbsi lebih baik dari tetrasiklin yaitu %)-"))A, sedangkan tetrasiklin hanya *)-#)A. Dbat lain adalah golongan sefalosporin, misalnya sefaleksin (I4)) mg:hr selama "4 hari, digunakan untuk efaloridin memberi hasil baik pada sifilis dini, 9.itromisin dapat I dan II.

Anda mungkin juga menyukai

  • My CV
    My CV
    Dokumen2 halaman
    My CV
    Trie Sob
    Belum ada peringkat
  • Surat Lamaran Ariep Aulia Rakhim
    Surat Lamaran Ariep Aulia Rakhim
    Dokumen1 halaman
    Surat Lamaran Ariep Aulia Rakhim
    Apt Ariep Aulia Rakhim
    Belum ada peringkat
  • Surat Lamaran Ariep
    Surat Lamaran Ariep
    Dokumen1 halaman
    Surat Lamaran Ariep
    Trie Sob
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen4 halaman
    Bab Ii
    Trie Sob
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Quu
    BAB IV Quu
    Dokumen12 halaman
    BAB IV Quu
    Trie Sob
    Belum ada peringkat
  • BAB V Bu Lunggu
    BAB V Bu Lunggu
    Dokumen1 halaman
    BAB V Bu Lunggu
    Trie Sob
    Belum ada peringkat
  • Askep Febris
    Askep Febris
    Dokumen13 halaman
    Askep Febris
    Trie Sob
    Belum ada peringkat
  • Materi 2
    Materi 2
    Dokumen8 halaman
    Materi 2
    Trie Sob
    Belum ada peringkat
  • Hemotoraks 2
    Hemotoraks 2
    Dokumen5 halaman
    Hemotoraks 2
    Trie Sob
    Belum ada peringkat
  • Materi 2
    Materi 2
    Dokumen8 halaman
    Materi 2
    Trie Sob
    Belum ada peringkat
  • Materi 2
    Materi 2
    Dokumen8 halaman
    Materi 2
    Trie Sob
    Belum ada peringkat
  • Hemotoraks 2
    Hemotoraks 2
    Dokumen5 halaman
    Hemotoraks 2
    Trie Sob
    Belum ada peringkat