Anda di halaman 1dari 23

Tag Archives: sumur uji

Tahapan-Tahapan Dalam Usaha Pertambangan 19MAR


1.PROSPEKSI a. Pengertian Prospeksi Prospeksi merupakan langkah awal usaha pertambangan yang bertujuan untuk menemukan adanya atau terdapatnya bahan galian yang mempunyai proses untuk diselidiki atau di eksplorasi lebih lanjut. Prospeksi ini tidak selalu harus ada dalam setiap kegiatan atau aktivitas pertambangan, tetapi jika dalam awal kegiatan pertambangan, suatau lokasi mempunyai prospek untuk diselidiki lebih lanjut, atau dilakukan kegiatan eksplorasi, maka kegiatan prospeksi langsung dilewati dan kegiatan pertambangan langsung berada dalam tahapan eksplorasi. b. Metode Prospeksi Penelusuran jejak serpihan mineral (Tracing Float) Tracing float merupakan metode untuk menemukan letak sumber serpihan mineral (mineral cuts = float) yang umumnya berupa urat bijih (vein) endapan primer di tempattempat yang elevasinya tinggi. Caranya adalah dengan mencari serpihan atau potongan mineral-mineral berharga (emas, intan, kasiterit, dll) yang keras, tidak mudah larut dalam asam maupun basa lemah dan memiliki berat jenis yang tinggi dimulai dari kelokan di hilir sungai. Pada kelokan sungai sebelah dalam diambil beberapa genggam endapan pasir lalu dicuci dengan dulang atau lenggang (pan/batea/horn). Bila dari dalam dulang itu ditemukan serpihan mineral berharga, maka pendulangan di kelokan sungai diteruskan ke hulu sungai sampai serpihan mineral berharga itu tak ditemukan lagi. Selanjutnya pencarian serpihan itu dilakukan ke kiri-kanan tepian sungai dengan cara mendulang tumpukan pasir yang ada di tepian sungai tersebut. Pekerjaan ini diteruskan ke lereng-lereng bukit disertai dengan penggalian sumur uji dan parit uji sampai serpihan itu menghilang dan sumber serpihan yang berupa endapan primer itu ditemukan. Tetapi mungkin juga sumber serpihan mineral berharga itu tidak ditemukan. Penyelidikan dengan sumur uji (Test Pit) Untuk memperoleh bukti mengenai keberadaan suatu endapan bahan galian di bawah tanah dan mengambil contoh batuan (rock samples)-nya biasanya digali sumur uji (test pit) dengan mempergunakan peralatan sederhana seperti cangkul, linggis, sekop, pengki, dsb. Bentuk penampang sumur uji bisa empat persegi panjang, bujur sangkar, bulat atau bulat telur (ellip) yang kurang sempurna. Tetapi bentuk penampang yang paling sering dibuat adalah empat persegi panjang; ukurannya berkisar antara 75 x 100 m sampai 150 x 200 m. Sedangkan kedalamannya tergantung dari kedalaman endapan bahan galiannya atau batuan dasar (bedrock)nya dan kemantapan (kestabilan) dinding sumur uji. Bila tanpa penyangga kedalaman sumur uji itu berkisar antara 4 5 m. Agar dapat diperoleh gambaran yang representatif mengenai bentuk dan letak endapan bahan secara garis besar, maka digali beberapa sumur uji dengan pola yang teratur seperti empat persegi panjang atau bujur sangkar (pada sudut-sudut pola tersebut digali

sumur uji) dengan jarak-jarak yang teratur pula (100 500 m), kecuali bila keadaan lapangan atau topografinya tidak memungkinkan. Dengan ukuran, kedalaman dan jarak sumur uji yang terbatas tersebut, maka volume tanah yang digali juga terbatas dan luas wilayah yang rusak juga sempit. Penyelidikan dengan Parit Uji (Trench) Pada dasarnya maksud dan tujuannya sama dengan penyelidikan yang mempergunakan sumur uji. Demikian pula cara penggaliannya. Yang berbeda adalah bentuknya; parit uji digali memanjang di permukaan bumi dengan bentuk penampang trapesium dan kedalamannya 2-3 m, sedang panjangnya tergantung dari lebar atau tebal singkapan endapan bahan galian yang sedang dicari dan jumlah (volume) contoh batuan (samples) yang ingin diperoleh. Berbeda dengan sumur uji, bila jumlah parit uji yang dibuat banyak dan daerahnya mudah dijangkau oleh peralatan mekanis, maka penggalian parit uji dapat dilakukan dengan dragline atau hydraulic excavator (back hoe). Untuk menemukan urat bijih yang tersembunyi di bawah material penutup sebaiknya digali dua atau lebih parit uji yang saling tegak lurus arahnya agar kemungkinan untuk menemukan urat bijih itu lebih besar. Bila kebetulan kedua parit uji itu dapat menemukan singkapan urat bijihnya, maka jurusnya (strike) dapat segera ditentukan. Selanjutnya untuk menentukan bentuk dan ukuran urat bijih yang lebih tepat dibuat parit-parit uji yang saling sejajar dan tegak lurus terhadap jurus urat bijihnya. Metode geofisika (Geophysical Prospecting) Metode geofisika dipakai sebagai alat untuk menemukan adanya perbedaan (anomali) yang disebabkan oleh adanya endapan bahan galian yang tersembunyi di bawah permukaan bumi. Pada umumnya endapan bahan galian yang tersembunyi di bawah permukaan bumi itu memiliki satu atau lebih sifat-sifat fisik yang berbeda dari sifat fisik batuan di sekelilingnya, sehingga perbedaannya itu dapat dicatat (diukur) dengan peralatan geofisika. Metode geofisika ini memang mahal dan hasilnya tidak selalu teliti dan meyakinkan, karena tergantung dari kepiawaian dalam melakukan interpretasi terhadap anomali dan data geologi yang diperoleh. Walaupun demikian metode ini bisa sangat membantu dalam mengarahkan kegiatan eksplorasi di kemudian hari Metode geokimia ( Geochemistry Prospecting) Metode geokimia dipergunakan untuk merekam perubahan-perubahan komposisi kimia yang sangat kecil, yaitu dalam ukuran part per million (ppm), pada contoh air permukaan (air sungai), air tanah, lumpur yang mengendap di dasar sungai, tanah dan bagianbagian dari tanaman (pepohonan) seperti pucuk daun, kulit pohon dan akar yang disebabkan karena di dekatnya ada endapan bahan galian atau endapan bijih (ore body). Pada dasarnya semua endapan bahan galian pada saat terbentuk akan merembeskan sebagian kecil unsur kimia atau logam yang dikandungnya ke lapisan batuan di sekelilingnya. Rembesan unsur kimia atau logam inilah yang ditelusuri dengan metode geokimia. Oleh sebab itu prospeksi geokimia biasanya dilakukan di sepanjang aliran sungai dan daerah aliran sungai (DAS) serta di daratan. Prospeksi geokimia hanya mampu membantu melengkapi data dan informasi untuk mengarahkan di daerah mana prospeksi geofisika harus dilakukan. Tetapi prospeksi geokimia sangat bermanfaat untuk penyelidikan di daerah yang bila diselidiki dengan geofisika tidak efektif, terutama untuk pengamatan awal di daerah terpencil yang luas. Setiap contoh air, tanah dan komponen tumbuh-tumbuhan yang diambil dengan teliti dan sistematis dari daerah yang sedang diteliti, kemudian harus dianalisis secara kimiawi dengan reagen yang khas dan hanya peka untuk unsur kimia atau logam tertentu (a.l.

Cu, Pb, Zn, Ni dan Mo) walaupun kadar unsur kimia atau logam itu sangat rendah. Hasil analisis kimia khusus itu dipetakan untuk dipelajari adanya anomali geokimia yang antara lain disebut halos. Prospeksi geokimia biasanya berlangsung tidak terlalu lama (0,5-1,0 tahun), sedangkan jumlah contoh (sample) yang diambil dari setiap tempat tak banyak (1-2 kg). 2. EKSPLORASI a. Pengertian Eksplorasi Eksplorasi merupakan kegiatan lanjutan dari prospeksi atau penyelidikan umum yang bertujuan untuk mendapatkan kepastian tentang endapan bahan galian tersebut yang meliputi bentuk, ukuran, letak kedudukan, kualitas (kadar) endapan bahan galian serta karakteristik fisik endapan bahan galian dan batuan samping. b. Tahapan Dalam Perencanaan Kegiatan Eksplorasi Tahap Eksplorasi Pendahuluan Menurut White (1997), dalam tahap eksplorasi pendahuluan ini tingkat ketelitian yang diperlukan masih kecil sehingga peta-peta yang digunakan dalam eksplorasi pendahuluan juga berskala kecil 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah : a. Studi Literatur Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi terhadap data dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu), catatan-catatan lama, laporan-laporan temuan dll, lalu dipilih daerah yang akan disurvei. Setelah pemilihan lokasi ditentukan langkah berikutnya, studi faktor-faktor geologiregional dan provinsi metalografi dari peta geologi regional sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena pembentukan endapan bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada prosesproses geologi yang pernah terjadi, dan tanda-tandanya dapat dilihat di lapangan. b. Survei Dan Pemetaan Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia, maka survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat dimulai (peta topografi skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000). Tetapi jika belum ada, maka perlu dilakukan pemetaan topografi lebih dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini sangat menguntungkan, karena survei bisa langsung ditujukan untuk mencari tanda-tanda endapan yang dicari (singkapan), melengkapi peta geologi dan mengambil conto dari singkapan-singkapan yang penting. Selain singkapan-singkapan batuan pembawa bahan galian atau batubara (sasaran langsung), yang perlu juga diperhatikan adalah perubahan/batas batuan, orientasi lapisan batuan sedimen (jurus dan kemiringan), orientasi sesar dan tanda-tanda lainnya. Hal-hal penting tersebut harus diplot pada peta dasar dengan bantuan alat-alat seperti kompas geologi, inklinometer, altimeter, serta tanda-tanda alami seperti bukit, lembah, belokan sungai, jalan, kampung, dll. Dengan demikian peta geologi dapat dilengkapi atau dibuat baru (peta singkapan). Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut kemudian digabungkan dan dibuat penampang tegak atau model penyebarannya (model geologi). Dengan model geologi hepatitik tersebut kemudian dirancang pengambilan conto dengan cara acak, pembuatan sumur uji (test pit), pembuatan paritan (trenching), dan jika diperlukan dilakukan pemboran. Lokasi-lokasi tersebut kemudian harus diplot dengan tepat di peta (dengan bantuan alat ukur, teodolit, BTM, dll.).

Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan, gambaran mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll. dipakai untuk menetapkan apakah daerah survei yang bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan tahap eksplorasi selanjutnya. Tahap Eksplorasi Detail Setelah tahapan eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang ada mempunyai prospek yang baik, maka diteruskan dengan tahap eksplorasi detail (White, 1997). Kegiatan utama dalam tahap ini adalah sampling dengan jarak yang lebih dekat (rapat), yaitu dengan memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk mendapatkan data yang lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume cadangan), penyebaran kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak. Dari sampling yang rapat tersebut dihasilkan cadangan terhitung dengan klasifikasi terukur, dengan kesalahan yang kecil (<20%), sehingga dengan demikian perencanaan tambang yang dibuat menjadi lebih teliti dan resiko dapat dihindarkan. Pengetahuan atau data yang lebih akurat mengenai kedalaman, ketebalan, kemiringan, dan penyebaran cadangan secara 3-Dimensi (panjang-lebar-tebal) serta data mengenai kekuatan batuan sampling, kondisi air tanah, dan penyebaran struktur (kalau ada) akan sangat memudahkan perencanaan kemajuan tambang, lebar/ukuran bahwa bukaan atau kemiringan lereng tambang. Juga penting untuk merencanakan produksi bulanan/tahunan dan pemilihan peralatan tambang maupun prioritas bantu lainnya Studi Kelayakan Kegiatan ini merupakan tahapan akhir dari rentetan penyelidikan awal yang dilakukan sebelumnya sebagai penentu apakah kegiatan penambangan endapan bahan galian tersebut layak dilakukan atau tidak. Dasar pertimbangan yang digunakan meliputi pertimbangan teknis dan ekonomis dengan memperhatikan keselamatan kerja serta kelestarian lingkungan hidup. Pada tahap ini dibuat rencana produksi, rencana kemajuan tambang, metode penambangan, perencanaan peralatan dan rencana investasi tambang. Dengan melakukan analisis ekonomi berdasarkan model, biaya produksi penjualan dan pemasaran maka dapatlah diketahui apakah cadangan bahan galian yang bersangkutan dapat ditambang dengan menguntungkan atau tidak. 3. PERSIAPAN PENAMBANGAN Kegiatan ini meliputi penyiapan infrastruktur dan lahan kerja penambangan yang antara lain meliputi pembuatan jalan, pembabatan semak/pohon, penupasan tanah penutup, pembangunan kantor, gedung, bengkel, dll. 4. PENAMBANGAN Kegiatan penambangan yang dimaksud adalah kegiatan yang ditujukan untuk membebaskan dan mengambil bahan galian dari dalam kulit bumi, kemudian dibawa ke permukaan untuk dimanfaatkan. Penambangan bahan galian ini dibagi atas tiga bagian yaitu tambang terbuka, tambang bawah tanah, dan tambang bawah air. 5. PENGOLAHAN BAHAN GALIAN Bahan galian yang sudah selesai ditambang pada umumnya harus diolah terlebih dahulu di tempat pengolahan. Hal ini disebabkan antara lain oleh tercampurnya pengotor bersama bahan galian, perlu spesifikasi tertentu untuk dipasarkan serta kalu tidak diolah maka harga jualnya relative lebih rendah jika dibandingkan dengan yang sudah diolah.

Adapun tujuan pengolahan bahan galian adalah sebagai berikut: Untuk menyesuaikan spesifikasi. Bahan galian hasil penambangan (raw material), pada umumnya tidak sesuai dengan spesifikasi bahan galian yang diinginkan oleh konsumen. Untuk itu, agar sesuai dengan kebutuhan konsumen, dilakukan pengolahan bahan galian. Contohnya ialah proses pencucian dan pengecilan ukuran batubara, pembuatan tepung dolomite dan kapur. Untuk meningkatkan nilai tambah bahan galian. Pada umumnya kegiatan pengolahan bahan galian bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah bahan galian ini berupa industry pengolahan, baik berskala industry rumah tangga maupun yang berskala sedang dan besar. Contohnya adalah pembuatan batu press, genteng press, batu krawang, semen pozzoland, semen Portland, dan ubin keramik. Untuk mengurangi volume dan ongkos angkut. Pada proses pengolahan bahan galian, akan dapat dikurangi volume bahan galian yang berarti juga akan mengurangi ongkos angkut. Misalnya pada pengolahan 30 ton bijih tembaga, hanya akan menghasilkan kensentrat tembaga dan emas sebanyak lebih kurang satu ton. Berarti ongkos angkut yang dikurangi sebanyak 29 ton. Cara pengolahan bahan galian, secara sederhana dapat dibagi atas tiga macam yaitu sebagai berikut: 1. Pengolahan bahan galian secara fisika. Yaitu dengan cara memberikan perlakuan fisika seperti peremukan (crushing), penggerusan (milling), pencucian (washing), dan pengeringan (drying), dan pembakaran suhu rendah (baking). Misalnya penggilingan tepung dolomite, tepung kapur, penggilingan dan pencucian tanah liat. 2. Pengolahan secara fisik dan kimiawi, tanpa ekstraksi metal. Contoh yang tergolong pengolahan secara fisika dan kimia tanpa ekstraksi metal ini adalah pengolahan batubara skala menengah dengan menggunakan reagens kimia. 3. Pengolahan bahan galian secara fisika dan kimia dengan ekstraksi metal. Contoh pengolahan bahan galian secara fisika dan kimia dengan ekstraksi metal ini adalah pengolahan logam mulia baik skala kecil maupun skala besar. 6. PENGANGKUTAN Pengangkutan adalah segala usaha untuk memindahkan bahan galian hasil tambang atau pengolahan dan pemurnian dari daerah penambangan atau tempat pengolahan dan pemurnian ke tempat pemasaran atau pemanfaatan selanjutnya dari bahan galian tersebut. 7. PEMASARAN BAHAN GALIAN Pemasaran adalah kegiatan untuk memperdagangkan atau menjual hasil-hasil penambangan dan pengolahan bahan galian. Berdasarkan tipenya, pasar atau tempat penjualan bahan galian dibagi atas 4 macam yaitu sebagai berikut: 1. Pasar yang dikuasai oleh produsen (captive market) Yaitu pasar yang sudah dikuasai oleh produsen, baik secara monopoli, afiliasi perusahaan, ikatan formal, ataupun non formal ataupun misalnya produsen juga mempunyai pabrik pengolahan bahan galian tersebut. 2. Pasar yang dikuasai pembeli Yaitu pasar yang pembelinya hanya satu perusahaan, satu wilayah atau hanya satu negara. 3. Pasar bebas

Yaitu pasar yang tidak ada ketergantungan antara pembeli dan penjual, masing-masing pihak bebas mencari pembeli dan penjual. 4. Pasar yang dikuasai penjual Yaitu pasar yang dikuasai penjual karena minimnya produsen yang memproduksi bahan galian tersebut. Berdasarkan jangka waktu penjualannya pasar dapat dibagi atas 2 macam, yaitu sebagai berikut: 1. Penjualan berdasarkan kontrak jangka panjang Pasar kontrak jangka panjang yaitu pasar yang penjualan produknya dengan kontrak jangka panjang, misalnya lebih dari satu tahun. 2. Penjualan spot Penjualan spot yaitu penjualan sesaat atau satu atau dua kali pengiriman atau order saja. Berdasarkan lokasinya pasar dibagi atas 3 macam, yaitu sebagai berikut. 1. Pasar lokal. Pasar local yaitu pasar yang hanya berada dalam satu kabupaten atau provinsi dimana bahan galian tersebut ditambang atau dieksploitasi. 2. Pasar regional. Pasar regional yaitu pasar yang berada dalam cakupan lintas provinsi dan juga melewati Negara bertetangga. 3. Pasar internasional. Pasar internasional yaitu pasar yang cakupannya melintasi batas-batas Negara, misalnya Asia Tenggara, Asia Timur, Eropa, dan sebagainya. 8. REKLAMASI Reklamasi merupakan kegiatan untuk merehabilitasi kembali lingkungan yang telah rusak baik itu akibat penambangan atau kegiatan yang lainnya. Rehabilitasi ini dilakukan dengan cara penanaman kembali atau penghijauan suatu kawasan yang rusak akibat kegiatan penambangan tersebut.

SUmber : http:// sangpem belajardua. blogspot. com/


Leave a comment
Posted by aphiin on March 19, 2013 in Mine Planning, Reklamasi Tambanag Tags: bahan galian, parit uji, sumur uji, sungai dengan

Pemilihan Metode
17MAR
Pemilihan Metode Metode eksplorasi yang digunakan umumnya dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : a. Cara tidak langsung : *) Geofisika dan *) Geokimia.

b. Cara langsung : *) Pemetaan langsung dan *) Pemboran. c. Gabungan cara langsung dan tak langsung.

Metode Eksplorasi Langsung Berdasarkan pada sifat penyelidikan dan pendekatan teknologi yang digunakan, maka kegiatan eksplorasi secara umum dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu eksplorasi tak langsung dan eksplorasi langsung. Metode eksplorasi langsung mempunyai pengertian bahwa pengamatan dapat dilakukan dengan kontak visual dan fisik dengan kondisi permukaan/bawah permukaan, terhadap endapan yang dicari, serta dapat dilakukan deskripsi megaskopis/mikroskopis, pengukuran, dan sampling terhadap objek yang dianalisis. Begitu juga dengan interpretasi yang dilakukan, dapat berhubungan langsung dengan fakta-fakta dari hasil pengamatan lapangan. Metode eksplorasi langsung ini dapat dilakukan (diterapkan) pada sepanjang kegiatan eksplorasi (tahap awal s/d detail).Beberapa metode (aspek) yang akan dipelajari sehubungan dengan Metode Eksplorasi Langsung ini adalah : 1. 2. 3. 4. 5. Pemetaan geologi/alterasi. Tracing float, paritan, dan sumur uji. Sampling (pengambilan dan preparasi conto). Pemboran eksplorasi dan sampling pemboran. Kali ini senyawa akan membahas tentang Pemetaan Geologi/Alterasi

Pemetaan Geologi/Alterasi Pemetaan geologi merupakan suatu kegiatan pendataan informasi-informasi geologi permukaan dan menghasilkan suatu bentuk laporan berupa peta geologi yang dapat memberikan gambaran mengenai penyebaran dan susunan batuan (lapisan batuan), serta memuat informasi gejala-gejala struktur geologi yang mungkin mempengaruhi pola penyebaran batuan pada daerah tersebut. Selain pemetaan informasi geologi, pada kegiatan ini juga sekaligus memetakan tanda-tanda mineralisasi yang berupa alterasi mineral. Tingkat ketelitian dan nilai dari suatu peta geologi sangat tergantung pada informasiinformasi pengamatan lapangan dan skala pengerjaan peta. Skala peta tersebut mewakili intensitas dan kerapatan data singkapan yang diperoleh yang diperoleh. Tingkat ketelitian peta geologi ini juga dipengaruhi oleh tahapan eksplorasi yang dilakukan. Pada

tahap eksplorasi awal, skala peta 1 : 25.000 mungkin sudah cukup memadai, namun pada tahap prospeksi s/d penemuan, skala peta geologi sebaiknya 1 : 10.000 s/d 1 : 2.500. Pada tahapan eksplorasi awal, pengumpulan data (informasi singkapan) dapat dilakukan dengan menggunakan palu dan kompas geologi, serta penentuan posisi melalui orientasi lapangan atau dengan cara tali-kompas. Namun dalam tahapan eksplorasi lanjut s/d detail, pengamatan singkapan dapat diperluas dengan menggunakan metode-metode lain seperti uji sumur, uji parit, maupun bor tangan atau auger, sedangkan penentuan posisi dilakukan dengan menggunakan alat ukur permukaan seperti pemetaan dengan plane table atau dengan teodolit.

Singkapan Informasi-informasi geologi permukaan tersebut pada umumnya diperoleh melalui pengamatan (deskripsi) singkapan-singkapan batuan. Singkapan dapat didefinisikan sebagai bagian dari tubuh batuan/urat/badan bijih yang tersingkap (muncul) di permukaan akibat adanya erosi (pengikisan) lapisan tanah penutupnya. Singkapan-singkapan tersebut dapat ditemukan (dicari) pada bagian-bagian permukaan yang diperkirakan mempunyai tingkat erosi/pengikisan yang tinggi, seperti : Pada puncak-puncak bukit, dimana pengikisan berlangsung intensif. Pada aliran sungai, dimana arus sungai mengikis lapisan tanah penutup. Pada dinding lembah, dimana tanah dapat dikikis oleh air limpasan. Pada bukaan-bukaan akibat aktivitas manusia, seperti tebing jalan, sumur penduduk, atau pada parit-parit jalan, tambang yang sudah ada. Pengamatan-pengamatan yang dapat dilakukan pada suatu singkapan antara lain : Pengukuran jurus dan kemiringan (strike & dip) lapisan yang tersingkap. Pengukuran dan pengamatan struktur-struktur geologi (minor atau major) yang ada. Pemerian (deskripsi) singkapan, meliputi kenampakan megaskopis, sifat-sifat fisik, tekstur, mineral-mineral utama/sedikit/aksesoris, fragmen-fragmen, serta dimensi endapan.

Lintasan (traverse) Dalam melakukan pemetaan geologi yang sistematis, dibutuhkan lintasan-lintasan pengamatan yang dapat mencakup seluruh daerah pemetaan. Perencanaan lintasan tersebut sebaiknya dilakukan setelah gambaran umum seperti kondisi geologi regional dan geomorfologi daerah diketahui, agar lintasan yang direncanakan tersebut efektif dan representatif. Pada prinsipnya, lintasan-lintasan yang dibuat pada aliran-aliran sungai atau jalur-jalur kikisan yang memotong arah umum perlapisan, dengan tujuan dapat memperoleh variasi litologi (batuan). Kadang-kadang juga diperlukan lintasan-lintasan yang searah dengan jurus umum perlapisan dengan tujuan dapat mengetahui kemenerusan lapisan. Secara umum lintasan (traverse) pemetaan ada 2 (dua), yaitu lintasan terbuka dan lintasan tertutup. Lintasan terbuka mempunyai titik awal dan titik akhir yang tidak sama, sedangkan lintasan tertutup bersifat loop (titik awal dan titik akhir sama). Namun yang perlu (penting) diperhatikan, informasi-informasi yang diperoleh dari lintasan-lintasan yang dibuat dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan korelasi (interpretasi) batas satuan-satuan litologi. Selain itu, ada juga metode pemetaan yang dikenal sebagai lintasan kompas dan pengukuran penampang stratigrafi. Lintasan kompas (measured section atau tali kompas) dilakukan dengan tujuan membuat penampang (topografi dan litologi) di sepanjang lintasan. Sedangkan pengukuran penampang stratigrafi dilakukan untuk mengetahui ketebalan, struktur perlapisan, variasi satuan litologi, atau mineralisasi dengan detail (rinci). Umumnya pengukuran penampang stratigrafi dilakukan pada salah satu lintasan kompas yang dianggap paling lengkap memuat informasi litologi keseluruhan wilayah.

Interpretasi dan informasi data Informasi-informasi yang dapat dipelajari atau dihasilkan dari kegiatan pemetaan geologi/alterasi antara lain : Posisi atau letak singkapan (batuan, urat, atau batubara). Penyebaran, arah, dan bentuk permukaan dari endapan, bijih, atau batubara. Penyebaran dan pola alterasi yang ada.

Variasi, kedudukan, kontak, dan ketebalan satuan litologi (stratigrafi atau formasi). Struktur geologi yang mempengaruhi kondisi geologi daerah. Informasi-informasi pendukung lainnya seperti geomorfologi, kondisi geoteknik dan hidrologi. Bangunan-bangunan, dll. Sedangkan dalam melakukan interpretasi tersebut, beberapa kaidah dasar geologi perlu diperhatikan, antara lain : Efek fisiografis ; berhubungan dengan topografi dan morfologi. Zona-zona mineralogis ; berhubungan dengan batas zona endapan/bijih, zona pelapukan, dan zona (penyebaran) alterasi. Aspek stratigrafi dan litologi ; berhubungan dengan perlapisan batuan, zona-zona intrusi, dan proses sedimentasi. Aspek struktur ; berhubungan dengan ketidak selarasan, patahan, lipatan, zona kekar, kelurusan-kelurusan, dll. Dari hasil pemetaan geologi/alterasi yang baik, maka dapat memberikan manfaat antara lain : Daerah (zona) pembawa bijih (zona endapan) dapat diketahui (diperkirakan). Dapat disusun model geologi endapan yang bersangkutan. Pekerjaan eksplorasi yang berlebihan (di luar zona bijih/endapan) dapat dihindarkan (efisiensi). Daerah-daerah yang belum dieksplorasi (dipelajari) dapat diketahui dengan pasti. Selain pemetaan geologi melalui pengamatan (pendiskripsian) singkapan, penyusuran (pencarian) lokasi endapan bijih dapat juga dilakukan dengan tracing float, paritan atau sumur uji. Secara teoritis, dengan melakukan kombinasi kegiatan antara pemetaan geologi, tracing float, paritan, dan sumur uji dengan mengumpulkan petunjuk-petunjuk ke arah bijih, maka lokasi endapan dapat diketahui (ditemukan).

Tracing float Float adalah fragmen-fragmen atau pecahan-pecahan (potongan-potongan) dari badan bijih yang lapuk dan tererosi. Akibat adanya gaya gravitasi dan aliran air, maka float ini ditransport ke tempat-tempat yang lebih rendah (ke arah hilir). Pada umumnya, float ini banyak terdapat pada aliran sungai-sungai (lihat Gambar). Sketsa proses terbentuknya float

Tracing (penjejakan = perunutan) float ini pada dasarnya merupakan kegiatan pengamatan pada pecahan-pecahan (potongan-potongan) batuan seukuran kerakal s/d boulder yang terdapat pada sungai-sungai, dengan asumsi bahwa jika terdapat pecahanpecahan yang mengandung mineralisasi, maka sumbernya adalah pada suatu tempat di bagian hulu dari sungai tersebut. Dengan berjalan ke arah hulu, maka diharapkan dapat ditemukan asal dari pecahan (float) tersebut. Intensitas, ukuran, dan bentuk butiran float yang mengandung mineralisasi (termineralisasi) dapat digunakan sebagai indikator untuk menduga jarak float terhadap sumbernya. Selain itu sifat dan karakteristik sungai seperti kuat arus, banjir, atau limpasan juga dapat menjadi faktor pendukung. Selain dengan tracing float, dapat juga dilakukan tracing dengan pendulangan (tracing with panning). Pada tracing float, material yang menjadi panduan berukuran kasar (besar), sedangkan dengan menggunakan dulang ditujukan untuk material-material yang berukuran halus (pasir s/d kerikil). Secara konseptual tracing dengan pendulangan ini mirip dengan tracing float. Pada Gambar dapat dilihat sketsa pengerjaan metode tracing float atau tracing with panning tersebut, dimana pengecekan dilakukan untuk semua cabang (anak) sungai. Oleh sebab itu, informasi (peta) jaringan sungai menjadi media utama untuk metode ini. Informasi-informasi yang perlu diperhatikan adalah : Peta jaringan sungai. Titik-titik (lokasi) pengambilan float. Titik-titik informasi dimana float termineralisasi/tidak termineralisasi. Titik-titik informasi kuantitas dan kualitas float.

Lokasi dimana float mulai hilang. Pada lokasi dimana float mulai hilang, dapat diinterpretasikan bahwa zona sumber float telah terlewati, sehingga konsentrasi penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada daerah dimana float tersebut mulai hilang. Secara teoritis, pada daerah dimana float tersebut hilang dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan uji paritan (trenching) dan uji sumuran (test pitting).

Trenching (pembuatan paritan) Trenching (pembuatan paritan) merupakan salah satu cara dalam observasi singkapan atau dalam pencarian sumber (badan) bijih/endapan. Pada pengamatan (observasi) singkapan, paritan uji dilakukan dengan cara menggali tanah penutup dengan arah relatif tegak lurus bidang perlapisan (terutama pada endapan berlapis). Informasi yang diperoleh antara lain ; jurus bidang perlapisan, kemiringan lapisan, ketebalan lapisan, karakteristik perlapisan (ada split atau sisipan), serta dapat sebagai lokasi sampling. Sedangkan pada pencarian sumber (badan) bijih, parit uji dibuat berupa series dengan arah paritan relatif tegak lurus terhadap jurus zona badan bijih, sehingga batas zona bijih tersebut dapat diketahui (lihat Gambar). Informasi yang dapat diperoleh antara lain ; adanya zona alterasi, zona mineralisasi, arah relatif (umum) jurus dan kemiringan, serta dapat sebagai lokasi sampling. Dengan mengkorelasikan series paritan uji tersebut diharapkan zona bijih/minerasisasi/badan endapan dapat diketahui.

Pembuatan trenching (paritan) ini dilakukan dengan kondisi umum sebagai berikut : Terbatas pada overburden yang tipis, Kedalaman penggalian umumnya 22,5 m (dapat dengan tenaga manusia atau dengan menggunakan eksavator/back hoe), Pada kondisi lereng (miring) dapat dibuat mulai dari bagian yang rendah, sehingga dapat terjadi mekanisme self drainage (pengeringan langsung).

Test pit (sumur uji)

Test pit (sumur uji) merupakan salah satu cara dalam pencarian endapan atau pemastian kemenerusan lapisan dalam arah vertikal. Pembuatan sumur uji ini dilakukan jika dibutuhkan kedalaman yang lebih (> 2,5 m). Pada umumnya suatu deretan (series) sumur uji dibuat searah jurus, sehingga pola endapan dapat dikorelasikan dalam arah vertikal dan horisontal. Sumur uji ini umum dilakukan pada eksplorasi endapan-endapan yang berhubungan dengan pelapukan dan endapan-endapan berlapis. Pada endapan berlapis, pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan kemenerusan lapisan dalam arah kemiringan, variasi litologi atap dan lantai, ketebalan lapisan, dan karakteristik variasi endapan secara vertikal, serta dapat digunakan sebagai lokasi sampling (lihat Gambar). Biasanya sumur uji dibuat dengan kedalaman sampai menembus keseluruhan lapisan endapan yang dicari, misalnya batubara dan mineralisasi berupa urat (vein). Pada endapan yang berhubungan dengan pelapukan (lateritik atau residual), pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan batas-batas zona lapisan (zona tanah, zona residual, zona lateritik), ketebalan masing-masing zona, variasi vertikal masing-masing zona, serta pada deretan sumur uji dapat dilakukan pemodelan bentuk endapan. Pada umumnya, sumur uji dibuat dengan besar lubang bukaan 3 5 m dengan kedalaman bervariasi sesuai dengan tujuan pembuatan sumur uji. Pada endapan lateritik atau residual, kedalaman sumur uji dapat mencapai 30 m atau sampai menembus batuan dasar.

Sketsa pembuatan sumur uji (Chaussier et al., 1987)

Dalam pembuatan sumur uji tersebut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : ketebalan horizon B (zona laterit/residual), ketinggian muka airtanah, kemungkinan munculnya gas-gas berbahaya (CO2, H2S), kekuatan dinding lubang, dan

kekerasan batuan dasar.

Metode Tak Langsung Metode Geofisika pada umumnya terdiri dari: 1. Seismik 2. Geolistrik 3. Geomagnet 4. Geografity Namun sekarang, banyak sekali pengembangan dari ke 4 metode tersebut, seperti magnetolurik (Geomagnet), GPR (Seismik), dll. Dalam suatu eksplorasi geofisika, biasanya metode yang digunakan lebih dari satu karena semua metode ada kekurangan dan kelebihan, jd harus saling mendukung alias membantu. Untuk Timah, karena kedalamannya tidak begitu dalam biasanya menggunakan paduan antara Geomagnet dengan geografity, karena lebih efisien. Untuk Seismik biasanya digunakan untuk eksplorasi dalam seperti minyak, gas, batubara. sedangkan geolistrik banyak digunakan dalam eksplorasi air tanah.
Posted by aphiin on March 17, 2012 in Eksplorasi

http://fileq.wordpress.com/tag/sumur-uji/

Minggu, 03 Januari 2010

Pengenalan Dasar-Dasar Tenik Eksplorasi Bahan Galian


Eksplorasi Eksplorasi merupakan Kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh informasi secara rinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran, kualitas dan sumberdaya terukur dari bahan galian disuatu wilayah. Metoda dalam eksplorasi dapat digolongkan dalam dua kelompok besar, yaitu : metoda langsung, terdiri dari metoda langsung di permukaan danmetoda langsung di bawah permukaan; dan yang kedua adalah metoda tidak langsung, yang terdiri dari metoda tidak langsung cara geokimia yang mencakup antara lain mengenai bed rock, soil, air, vegetasi dan stream

deposit serta metoda tidak langsung cara geofisikayang mencakup beberapa cara yaitu cara magnetik (sudah jarang digunakan), gravitasi (sudah jarang digunakan), cara seismik yang terdiri dari cara reflaksi dan refleksi, cara listrik (resistifity), dua cara yang terakhir yaitu cara radiokatif yang masih jarang digunakan, hal ini disebabkan karena cara ini relatif lebih mahal dan lebih rumit dari cara-cara sebelumnya. Tulisan ini merupakan gambaran umum tentang teknik eksplorasi dengan menggunakan metoda langsung di permukaan Out Crop Metoda out crop merupakan metoda penyelidikan singkapan, dengan demikian objeknya adalah singkapan yang segar. Dimana, singkapan segar umumnya dijumpai pada : 1. Lembah-lembah sungai, hal ini dapat terjadi karena pada lembah sungai terjadi pengikisan oleh air sungai sehingga lapisan yang menutupi tubuh batuan tertransportasi yang menyebabkan tubuh batuan nampak sebagai singkapan segar 2. Bentuk-bentuk menonjol pada permukaan bumi, hal ini terjadi secara alami yang umumnya disebabkan oleh pengaruh gaya yang berasal dari dalam bumi yang disebut gaya endogen misalnya adanya letusan gunung berapi yang memuntahkan material ke permukaan bumi dan dapat juga dilihat dari adanya gempa bumi akibat adanya gesekan antara kerak bumi yang dapat mengakibatkan terjadinya patahan atau timbulnya singkapan ke permukaan bumi yang dapat dijadikan petunjuk letak tubuh batuan.

Tracing Float dan tracing with panning Float adalah fragmen-fragmen atau pecahan-pecahan (potongan-potongan) dari badan bijih yang lapuk dan tererosi. Akibat adanya gaya gravitasi dan aliran air, maka float ini ditransport ke tempat-tempat yang lebih rendah (ke arah hilir). Pada umumnya, float ini banyak terdapat pada aliran sungai-sungai (lihat gambar di bawah). Tracing (penjejakan perunutan) float ini pada dasarnya merupakan kegiatan pengamatan pada pecahan-pecahan (potongan-potongan) batuan seukuran kerakal s/d boulder yang terdapat pada sungai-sungai, dengan asumsi bahwa jika terdapat pecahanpecahan yang mengandung mineralisasi, maka sumbernya adalah pada suatu tempat di bagian hulu dari sungai tersebut. Dengan berjalan ke arah hulu, maka diharapkan dapat ditemukan asal dari pecahan (float) tersebut. Intensitas, ukuran, dan bentuk butiran float yang mengandung mineralisasi (termineralisasi) dapat digunakan sebagai indikator untuk menduga

jarak float terhadap sumbernya. Selain itu, sifat dan karakteristik sungai seperti kuat arus, banjir, atau limpasan juga dapat menjadi faktor pendukung. Selain dengan tracing float, dapat juga dilakukan tracing dengan pendulangan (tracing with panning). Pada tracing float, material yang menjadi panduan berukuran kasar (besar), sedangkan dengan menggunakan dulang ditujukan untuk material-material yang berukuran halus (pasir s/d kerikil). Secara konseptual tracing dengan pendulangan ini mirip dengan tracing float. Catatan : informasi (peta) jaringan sungai menjadi media utama untuk metode ini. Informasi-informasi yang perlu diperhatikan adalah: 1. 2. 3. 4. 5. Peta jaringan sungai. Titik-titik (lokasi) pengambilan float. Titik-titik informasi dimana float termineralisasi/tidak termineralisasi. Titik-titik informasi kuantitas dan kualitas float. Lokasi dimana float mulai hilang.

Pada lokasi dimana float mulai hilang, dapat diinterpretasikan bahwa zona sumber floattelah terlewati, sehingga konsentrasi penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada daerah dimana float tersebut mulai hilang. Secara teoritis, pada daerah dimana float tersebut hilang dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan parit uji (trenching) dan sumur uji (test pitting).

Trenching Trenching (pembuatan paritan) merupakan salah satu cara dalam observasi singkapan atau dalam pencarian sumber (badan) bijih/endapan. Pada pengamatan (observasi) singkapan, paritan uji dilakukan dengan cara menggali tanah penutup dengan arah relatif tegak lurus bidang perlapisan (terutama pada endapan berlapis). Informasi yang diperoleh antara lain ; jurus bidang perlapisan, kemiringan lapisan, ketebalan lapisan, karakteristik perlapisan (ada split atau sisipan), serta dapat sebagai lokasi sampling. Sedangkan pada pencarian sumber (badan) bijih, parit uji dibuat berupa series dengan arah paritan relatif tegak lurus terhadap jurus zona badan bijih, sehingga batas zona bijih tersebut dapat diketahui. Informasi yang dapat diperoleh antara lain; adanya zona alterasi, zona mineralisasi, arah relatif (umum) jurus

dan kemiringan, serta dapat sebagai lokasi sampling. Dengan mengkorelasikan series paritan uji tersebut diharapkan zona bijih/minerasisasi/badan endapan dapat diketahui. Pembuatan trenching (paritan) ini dilakukan dengan kondisi umum sebagai berikut : 1. 2. Terbatas pada overburden yang tipis, Kedalaman penggalian umumnya 22,5 m (dapat dengan tenaga manusia atau dengan menggunakan eksavator/back hoe), Pada kondisi lereng (miring) dapat dibuat mulai dari bagian yang rendah, sehingga dapat terjadi mekanisme self drainage (pengeringan langsung).

3.

Test Pit Test pit (sumur uji) merupakan salah satu cara dalam pencarian endapan atau pemastian kemenerusan lapisan dalam arah vertikal. Pembuatan sumur uji ini dilakukan jika dibutuhkan kedalaman yang lebih (> 2,5 m). Pada umumnya suatu deretan (series) sumur uji dibuat searah jurus, sehingga pola endapan dapat dikorelasikan dalam arah vertikal dan horisontal. Sumur uji ini umum dilakukan pada eksplorasi endapan-endapan yang berhubungan dengan pelapukan dan endapan-endapan berlapis. Pada endapan berlapis, pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan kemenerusan lapisan dalam arah kemiringan, variasi litologi atap dan lantai, ketebalan lapisan, dan karakteristik variasi endapan secara vertikal, serta dapat digunakan sebagai lokasi sampling. Biasanya sumur uji dibuat dengan kedalaman sampai menembus keseluruhan lapisan endapan yang dicari, misalnya batubara dan mineralisasi berupa urat (vein). Pada endapan yang berhubungan dengan pelapukan (lateritik atau residual), pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan batas-batas zona lapisan (zona tanah, zona residual, zona lateritik), ketebalan masing-masing zona, variasi vertikal masing-masing zona, serta pada deretan sumur uji dapat dilakukan pemodelan bentuk endapan. Pada umumnya, sumur uji dibuat dengan besar lubang bukaan 35 m dengan kedalaman bervariasi sesuai dengan tujuan pembuatan sumur uji. Pada endapan lateritik atau residual, kedalaman sumur uji dapat mencapai 30 m atau sampai menembus batuan dasar.

Pengeboran Salah satu keputusan penting di dalam kegiatan eksplorasi adalah menentukan kapan kegiatan pemboran dimulai dan diakhiri. Pelaksanaan pemboran sangat penting jika kegiatan yang dilakukan adalah menentukan zona mineralisasi dari permukaan. Kegiatan

ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mineralisasi dari permukaan sebaik mungkin, namun demikian kegiatan pemboran dapat dihentikan jika telah dapat mengetahui gambaran geologi permukaan dan mineralisasi bawah permukaan secara menyeluruh. Dengan mempertimbangkan biaya operasional, maka umumnya pengeboran yang dilakukan pada tahapan eksplorasi semi detail hanya dengan menggunakan alat bor tangan. Alat bor tangan ini ada dua jenis yaitu bor spiral (Auger drilling) dan bor Bangka. Pada tahap eksplorasi detail, peralatan bor sudah dilengkapi dengan mesin. Secara umum peralatan pemboran yang menggunakan mesin tebagai atas 2 (dua) yaitu bor mesin putar (alat bor yang termasuk jenis ini adalah bor mesin ringan, bor inti (core drill), bor putar biasa (rotary drill) dan bor-alir balik (counterflush drill) ) dan bor mesin tumbuk (cable tool).
Diposkan oleh Afdhal http://afdhal-eksplorator.blogspot.com/2010/01/pengenalan-dasar-dasar-tenikeksplorasi.html

prospeksi dan eksplorasi


1. Pengertian Prospeksi (prospecting) yaitu segala macam kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh indikasi adanya endapan bahan galian (sumber daya mineral) yang kemudian dengan data dan bukti-bukti mengenai keberadaan endapan bahan galian tersebut lokasinya dipetakan. Menurut UU No.11 Thn 1967 (UU No.11/1967) tentang ketentuan-ketentuan pokok pertambangan pada pasal dua disebutkan bahwa penyelidikan umum adalah penyelidikan secara geologi umum atau geofisika di daratan, perairan dan dari udara, segala sesuatu dengan maksud untuk membuat peta geologi umum. 2. Rincian kegiatan penyelidikan umum (prospeksi) Metode yang biasa dipakai dalam penyelidikan umum atau prospeksi adalah : Penelusuran tebing-tebing di tepi sungai dan lereng-lereng bukit Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan singkapan yang bisa memberikan petunjuk keberadaan suatu endapan bahan galian. Bila ditemukan singkapan yang menunjukkan tand-tanda adanya mineralisasi, maka letak dan kedudukannya diukur dan dipetakan serta diambil contoh batuannya (untuk diselidiki di laboratorium dan mengetahui mineral-mineral yang dikandungnya). Penelusuran jejak serpihan mineral (tracing float) Yaitu metode untuk menemukan letak sumber serpihan mineral dengan mencari serpihan atau potongan mineral-mineral berharga dimulai dari kelokan di hilir sungai. Pada kelokan hilir sungai sebelah dalam diambil beberapa genggam endapan pasir lalu dicuci dengan dulang atau lenggang. Bila ditemukan serpihan mineral berharga, maka pendulangan dikelokan sungai diteruskan kehulu sungai.

2 Penyelidikan dengan sumur uji (test pit) Untuk memperoleh bukti mengenai keberadaan suatu endapan bahan galian dibawah tanah dan mengambil contoh batuan (rock samples)-nya biasanya digali sumur uji dengan mempergunakan peralatan sederhana seperti cangkul, linggis, sekop, pengki, dsb. Bentuk penampang sumur uji bisa empat persegi panjang, bujur sangkar, bulat atau bulat telur (elips) yang kurang sempurna . Ukurannya berkisar antara 75 x 100 cm sampai 150 x 200 cm. Sedangkan kedalamannya tergantung dari kedalaman endapan bahan galian.

Agar dapat diperoleh gambaran yang representative mengenai bentuk dan letak endapan bahan secara garis besar, maka digali beberapa sumur uji dengan pola yang teratur seperti empat persegi panjang atau bujur sangkar. Penyelidikan dengan parit uji ( trench) Pada dasarnya maksud dan tujuan sama dengan penyelidikan yang mempergunakan sumur uji. Yang berbeda adalah bentuknya; parit uji digali memanjang dipermukaan bumi dengan bentuk penampang trapezium dan kedalamannya 2-3 m. Berbeda dengan sumur uji, bila jumlah parit uji yang dibuat banyak dan daerahnya mudah dijangkau oleh peralatan mekanis, maka penggalian parit uji dapat dilakukan dengan dragline atau hydraulic excavator (back hoe). Untuk menemukan urat bijih yang tersembunyi dibawah material penutup sebaiknya digali dua atau lebih parit uji yang saling tegak lurus arahnya agar kemungkinan untuk menemuka urat bijih itu lebih besar. Selanjutnya untuk menentukan bentuk dan ukuran urat bijih yang lebih tepat dibuat parit-parit uji yang saling sejajar dan tegak lurus terhadap jurus urat bijihnya. Penyelidikan dengan metode Geofisika Metode geofisika dipakai sebagai alat untuk menemukan adanya perbedaan yang disebabkan oleh adanya endapan bahan galian yang tersembunyi dibawah permukaan bumi. Pada umumnya endapan bahan galian yang

3 tersembunyi dibawah permukaan bumi itu memilik satu atau lebih sifat sifat fisik yang berbeda dari sifat fisik batuan disekelilingnya, sehingga perbedaannya itu dapat dicatat (diukur) dengan peralatan geofisika. Penyelidikan dengan metode Geokimia Metode geokimia dipergunakan untuk merekam perubahan-perubahan komposisi kimia yang sangat kecil, yaitu dalam ukuran part per million (ppm). Pada dasarnya semua endapan bahan galian pada saat terbentuk akan merembeskan sebagian kecil unsur kimia atau logam yang dikandungnya kelapisan batuan disekelilingnya. Rembesan unsure kimia atau logam inilah yang ditelusuri dengan metode kimia. Tetapi prospeksi geokimia sangat bermanfaat untuk penyelidikan di daerah yang bila diselidiki dengan geofisika tidak efektif, terutam untuk pengamatan awal di daerah terpencil yang luas. 3. Dampak negative penyelidikan umum (prospeksi) Kegiatan penyelidikan umum (prospeksi) berlangsung relative cepat didaerah yang tidfak begitu lias dan dengan mudah serta dalam waktu singkat dapat direklamasi/restorasi/rehabilitasi, maka tidak ada dampak penting negative yang

harus ditangani (dikelola). Namun perlu diketahui dan diwaspadai dampak-dampak negative ringan yang mungkin terjadi pada tiap macam kegiatan prospeksi agar dapat dilakukan tindakan tindakan antisipatif.

1. Pengertian Eksplorasi (exploration) adalah segala kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh bukti nyata yang dapat memastikan keberadaan endapan bahan galian tersebut secara meyakinkan. Menurut UU No.11/1967 pasal 2 disebutkan bahwa eksplorasi adalah segala penyelidikan geologi pertambangan untuk menetapkan lebih teliti/seksama adanya dan sifat letakan bahan galian. 2. Metode Eksplorasi Berdasarkan pada sifat penyelidikan dan pendekatan teknologi yang digunakan, kegiatan eksplorasi dibedakan menjadi dua, yaitu eksplorasi langsung dan eksplorasi tak langsung. Metode eksplorasi langsung Metode eksplorasi langsung ialah suatu metode eksplorasi yang berhubungan langsung dengan kondisi permukaan atau bawah permukaan, terhadap endapan yang dicari. Beberapa metode eksplorasi langsung adalah : Pemetaan Geologi Tracing Float, Paritan, dan Sumur uji Sampling Pemboran Eksplorasi Metode eksplorasi tak langsung Metode eksplorasi tak langsung ialah suatu metode eksplorasi yang tidak berhubungan langsung dengan kondisi permukaan atau bawah permukaan, terhadap endapan yang dicari. Namun melalui anomaly-anomali yang diperoleh dari hasil pengamatan/pengukuran dengan memanfaatkan sifat-sifat fisik atau kimia dari endapan. 5 Beberapa metode eksplorasi tak langsung adalah : Penginderaan jarak jauh Metode eksplorasi geokimia Metode eksplorasi geofisika

3. Desain dan perencanaan eksplorasi Tahap eksplorasi pendahuluan Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah : a. Studi literature ; dilakukan studi terhadap data dan peta-peta yang sudah ada, catatan-catatan lama, laporan-laporan temuan dll, lalu dipilh daerah yang akan disurvey. b. Survey dan pemetaan ; survey dilakukan untuk mencari singkapan, melengkapi peta geologi dan mengambil contoh dari singkapan-singkapan yang penting. Hal-hal penting tersebut kemudian diplot pada peta. Hal-hal yang dihasilkan dalam kegiatan ini dipakai untuk menetapkan apakah daerah tersebut memilik prospek yang baik atau tidak.Kalau daerah tersebut memiliki prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan tahapan eksplorasi selanjutnya (eksplorasi detail). Tahap eksplorasi detail Kegiatan utama dalam tahap ini adalah sampling dengan jarak yang lebih dekat, yaitu dengan memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk mendapatkan datadata yang lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan, penyebaran kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak. Sehingga dengan demikian perencanaan tambang yang dibuat menjadi lebih teliti dan resiko dapat dihindarkan. Study kelayakan Pada tahap ini dibuat rencana produksi, rencana kemajuan tambang, metode penambangan, perencanaan peralatan dan rancana investasi tambang. Dengan

6 melakukan analisis ekonomi berdasarkan model, biaya produksi penjualan dan pemasaran maka dapatlah diketahui apakah cadangan bahan galian yang bersangkutan dapat ditambang dengan menguntungka atau tidak. 4. Dampak negative kegiatan Eksplorsi Kegiatan eksplorasi juga berlangsung relative singkat didaerah yang terbatas dan dengan mudah dapat dilakukan reklamasi /restorasi/rehabilitasi terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi. Dengan demikian dampak negativenya tidak ada yang perlu dikelola. www.fhendymining.blogspot.com Diposkan 10th November 2011 oleh fhendy mining

Anda mungkin juga menyukai