Anda di halaman 1dari 16

Kelompok 8 Perjanjian Pembiayaan

Bayu Novita Zuhrowiyah Faisal Fahmi Sabrina Fitria

Pengertian
Menurut Undang-undang dengan Perbankan itu, No. 10 Tahun 1998, atau pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan berdasarkan persetujuan kesepakatan antara bank dan pihak lain yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setalah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Kontrak atau contracts (dalam Bahasa Inggris) dan overeenkomst (dalam Bahasa Belanda) dalam pengertian yang lebih luas sering dinamakan juga dengan istilah perjanjian. Kontrak adalah peristiwa di mana dua orang atau lebih saling berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan tertentu, biasanya secara tertulis.

Fungsi Perjanjian Pembiayaan


Menurut Ch. Gatot Wardoyo, dalam tulisannya mengenai Sekitar Klausul-klausul

Perjanjian Kredit Bank, perjanjian kredit/pembiayaan mempunyai beberapa fungsi


yaitu di antaranya : 1) Perjanjian pembiayaan berfungsi sebagai perjanjian pokok, artinya perjanjian pembiayaan merupakan sesuatu yang menentukan batal atau tidak batalnya perjanjian lain yang mengikutinya, misalnya pengikatan jaminan. 2) Perjanjian pembiayaan berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasan-batasan hak dan kewajiban di antara debitur dan kreditur. 3) Perjanjian pembiayaan berfungsi sebagai alat untuk melakukan monitoring pembiayaan.

Pedoman Umum Penyusunan Suatu Kontrak


Secara umum, dalam membuat suatu kontrak perjajnian, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para pihak, yaitu sebagai berikut. o Penguasaan atas aspek bisnis dari kontrak o Identifikasi pihak-pihak dalam kontrak o Pengenalan karakteristik pihak-pihak dalam kontrak

o Penguasaan regulasi
o Penggunaan tenaga lain

Setelah mengetahui dan memahami beberapa hal yang terkait sebelum membuat suatu kontrak, langkah selanjutnya adalah para

pihak melakukan beberapa tahap pembuatan kontrak, yaitu:


o Kesepakatan para pihak o Negosiasi rancangan kontrak o Penandatanganan kontrak o Pelaksanaan kontrak o Sengketa kontrak

Anatomi Perjanjian
Umumnya, setiap kontrak perjanjian mempunyai anatomi sebagai berikut: 1. Pembukuan (preamble) Bagian ini terdiri dari kata pembukaan, penyingkatan judul perjanjian, tempat dan tanggal

perjanjian, serta mengandung dua hal :


Komparisi atau suatu bagian di mana pihak-pihak yang melakukan kontrak disebutkan dan diwakili oleh pihak-pihak yang berhak. Premise (whereas clause) atau recial. 2. Badan kontrak, terdiri dari: Definisi Subtansi kontrak

Hak dan kewajiban khusus


Hak dan kewajiban umum Pernyataan dan jaminan Pernyataan afirmatif

(Lanjutan Anatomi Perjanjian)


Pernyataan negative

Pemenuhan prasyarat
Wanprestasi Pemutusan

Pilihan umum
Pilihan yurisdiksi Penyelesaian perselisihan 3. Penutup. Bagian ini terdiri dari dua hal, sebagai berikut. Testimonium clause Tanda tangan (attestation)

Klausul-klausul dalam Perjanjian Pembiayaan


Menurut Ch. Gatot Wardoyo ada beberapa klausul yang selalu dan perlu dicantumkan dalam setiap

perjanjian pembiayaan, yaitu :

1.

Syarat-syarat penarikan pembiayaan pertama kali, atau menyangkut :

predisbursement clause. Klausa ini

a)

Pembiayaan provisi, premi asuransi pembiayaan, dan asuransi barang jaminan serta biaya pengikatan jaminan secara tunai.

b)

Penyerahan barang jaminan, dan dokumennya serta pelaksanaan pengikatan barang jaminan

tersebut.
c) Pelaksanaan penutupan asuransi barang jaminan, dan asuransi pembiayaan dengan tujuan untuk memperkecil resiko yang terjadi di luar kesalahan debitur maupun kreditur.

2.

Klausul mengenai maksimum pembiayaan (Amount Clause). Klausul ini

mempunyai arti penting dalam beberapa hal, yaitu :


a. Merupakan objek dari perjanjian pembiayaan sehingga perubahan kesepakatan mengenai materi ini menimbulkan konsekuensi

diperlukannya pembuatan perjanjian pembiayaan baru (sesuai dengan Pasal 1381 butir 3 dan Pasal 1413 KUHP Novasi objektif). b. Merupakan batas kewajiban pihak kreditur yang berupa penyediaan dana selama tenggang waktu perjanjian pembiayaan, yang berarti pula batas hak debitur untuk melakukan penarikan pinjaman. c. Merupakan penetapan besarnya nilai agunan yang harus diserahkan, dasar perhitungan penetapan besarnya provisi atau commitment fee. d. Merupakan batas dikenakannya denda kelebihan tarik (overdraft).

3.

Klausul mengenai jangka waktu pembiayaan. Klausul ini penting dalam

beberapa hal, yaitu :

a.

Merupakan batas waktu bagi bank, kapan keharusan menyediakan dana sebesar maksimum pembiayaan berakhir dan sesudah dilewatinya jangka waktu ini sehingga menimbulkan hak tagih/pengembalian pembiayaan dari nasabah.

b.

Merupakan batas waktu kapan bank boleh melakukan teguran-teguran kepada debitur bila tidak memenuhi kewajiban tepat pada waktunya.

c.

Merupakan suatu masa yang tepat bagi bank untuk melakukan review,
atau analisis kembali apakah fasilitas pembiayaan tersebut perlu diperpanjang atau perlu segera ditagih kembali.

4.

Klausul mengenai bunga pinjaman atau Interest Clause (dalam bank konvensional) atau nisbah bagi hasil dan margin keuntungan (dalam bank syariah). Klausul ini diatur secara tegas dalam perjanjian pembiayaan dengan maksud untuk : Memberikan kepastian mengenai hak bank untuk memungut bagi hasil bank dengan jumlah yang sudah disepakati bersama karena bagi hasil merupakan penghasilan bank yang baik secara langsung maupun tidak langsung akan diperhitungkan dengan biaya dana untuk penyediaan fasilitas pembiayaan tersebut.

5.

Klausul mengenai barang agunan pembiayaan. Klausul ini bertujuan agar pihak debitur tidak melakukan penarikan atau penggantian barang jaminan secara sepihak, tetapi harus ada kesepakatan dengan pihak bank.

6.

Klausul asuransi (Insurance Clause). Klausul ini bertujuan untuk pengalihan resiko yang mungkin terjadi. Baik atas barang agunan maupun atas pembiayaannya sendiri. Adapun materinya perlu memuat mengenai maskapai

asuransi yang ditunjuk, premi asuransinya, keharusan polis asuransi untuk


disimpan di bank, dan sebagainya. 7. Klausul mengenai tindakan yang dilarang oleh bank (Negative Clause). Klausul ini terdiri atas berbagai macam hal yang mempunyai akibar yuridis, dan ekonomi bagi pengamanan kepentinngan bank sebagai tujuan utama. Adapun contoh tindakan yang tidak diperkenankan dilakukan debitur di antaranya, adalah :
Larangan meminta pembiayaan kepada pihak lain tanpa seizin bank.

Larangan mengubah bentuk hukum perusahaan debitur tanpa seizin bank.


Larangan membubarkan perusahaan tanpa seizin bank.

8.

Tigger Clause atau Opeisbaar Clause. Klausul ini mengatur hak bank untuk mengakhiri perjanjian kredit secara sepihak walaupun jangka waktu perjanjian pembiayaan tersebut belum berakhir.

9.

Klausul mengenai denda (Penalty Clause). Klausul ini dimaksudkan


untuk mempertegas hak-hak bank untuk melakukan pungutan baik mengenai besarnya maupun kondisinya.

10. Expense Clause. Klausul ini mengatur mengenai beban biaya dan ongkos
yang timbul sebagai akibat pemberian pembiayaan, yang biasanya dibebankan kepada nasabah, dan meliputi antara lain : biaya pengikatan

jaminan, pembuatan akta-akta perjanjian kredit, pengakuan utang, dan


penagihan pembiayaan.

11.

Debet Authorization Clause. Pendebetan rekening pinjaman debitur haruslah


dengan seizin debitur.

12.

Repsentation and Warranties. Klausul ini sering juga disebut dengan istilah

material adverse change clause. Maksudnya ialah bahwa pihak debitur


menjanjikan, dan menjamin semua data dan informasi yang diberikan kepada bank adalah benar dan tidak diputarbalikkan.

13.

Klausul ketaatan pada ketentuan Bank.


o Klausul ini dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan bila terdapat hal-hal yang tidak diperjanjikan secara khusus tetapi dipandang perlu, maka sudah

dianggap telah diperjanjikan secara umum. Misalnya mengenai masalah


tempat dan waktu melakukan pencairan dan penyetoran pembayaran, penggunaan formulir, format surat, konfirmasi atau pemberitahuan saldo

rekening bulanan.

14. Miscellaneous atau Boiler Piate Provision. Pasal-pasal tambahan.

15. Dispute Settlement (Alternative Dispute Resolution). Klausul


mengenai metode penyelesaian perselisihan antara kreditur dengan debitur (bila terjadi). 16. Pasal penutup. Pasal penutup memuat eksemplar perjanjian pembiayaan yang maksudnya mengadakan pengaturan mengenai jumlah alat bukti dan tanggal mulai berlakunya perjanjian pembiayaan serta tanggal penandatanganan perjanjian pembiayaan.

THANK YOU !!

Anda mungkin juga menyukai