Anda di halaman 1dari 21

Presentasi Kasus

G1P0A0 Hamil Aterm Inpartu Kala 1 Fase Laten dengan KPSW 13 Jam Janin Tunggal Hidup Presentasi Kepala

Oleh

Rizqa Atina M.H (0918011134)

Preceptor

dr. Ody Wijaya, Sp. OG

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RSUD dr. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG NOVEMBER 2013

I. DATA KASUS

Nama Mahasiswa NIM

: Rizqa Atina : 0918011134

1.1 IDENTITAS PASIEN Tanggal Masuk Pukul : 10 Oktober 2013 : 08.45.39

Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Agama Suku Alamat

: Ny. SE : 21 tahun : SMA : Ibu rumah tangga : Islam : Jawa : Jl. Soekarno Hatta no.40 Bandar Lampung

Nama suami Umur Pekerjaan Pendidikan

: Tn. A : 23 tahun : Wiraswasta : SMA

Agama Suku Alamat

: Islam : Jawa : Jl. Soekarno Hatta no.40 Bandar Lampung Bandar Lampung

1.2 ANAMNESIS Diambil dari Tanggal/Pukul : Autoanamnesa : 10 Oktober 2013

1. Keluhan a. Utama b. Tambahan masuk rumah sakit. : Hamil cukup bulan dan mau melahirkan : Keluar air-air sejak 13 jam yang lalu sebelum

2. Riwayat pasien sekarang 13 jam SMRS pasien mengeluh keluar air-air dari kemaluannya, warnanya bening, bau tidak ada, dan banyaknya 1 sampai 3 kali ganti celana dalam. OS juga mengeluh perut terasa mules yang menjalar ke pinggang, perut mules hilang timbul, jarang, dan dirasakan semakin lama semakin kuat. Riwayat keluar darah lendir ada , riwayat demam tidak ada, riwayat sakit gigi tidak ada, riwayat trauma tidak ada, riwayat post coitus tidak ada, riwayat keputihan tidak ada, riwayat minum jamu atau obatobatan tidak ada. Os kemudian pergi ke bidan, dikatakan ketuban sudah

pecah. Os mengaku hamil cukup bulan dan gerakan anak masih dirasakan. Lalu os dirujuk untuk berobat ke RSAM.

3. Riwayat Haid Haid pertama umur Siklus Lamanya Banyaknya HPHT Taksiran persalinan : 13 tahun : 30 hari : 6 hari : 2 kali ganti pembalut : 16 Januari 2013 : 23 Oktober 2013

4. Riwayat perkawinan Perkawinan ke Selama : Satu :1 tahun

5. Riwayat Obstetrik
No Tgl/bln/thn Persalinan 1. Hamil ini Jenis Kelamin Berat badan Usia anak Penolong Keterangan

6. Riwayat penyakit : a. Penyakit dahulu : Ibu mengatakan tidak pernah menderita

penyakit menular, menurun maupun menahun seperti hepatitis, AIDS, TBC, HT, jantung, dll serta tidak pernah masuk Rumah Sakit

b.

Penyakit dalam keluarga keluarganya tidak ada

Ibu

mengatakan

di

dalam

yang menderita penyakit menular,menahun

maupun menurun seperti hepatitis, HIV/AIDS, jantung, keturunan kembar, hiabetes mellitus, hipertensi, dll 7. Riwayat operasi 8. Riwayat keluarga berencana /kontrasepsi 9. Riwayat antenatal a. Selama hamil diperiksa di dan oleh bidan b. Keluhan dan kelainan c. Imunisasi (kehamilan usia 5 dan 7bulan). 10. Hal hal lain : Tidak ada : tidak ada : 2x selama kehamilan : diperiksa di bidan dan oleh : Tidak ada :-

2.3 PEMERIKSAAN FISIK 1. Pemeriksaan umum Keadaan umum Kesadaran Tekanan darah Nadi Respiratory rate Suhu Keadaan gizi Tinggi badan : Tampak sakit sedang : Compos mentis : 120/80 mmHg : 82 x/menit : 20 x/menit : 36,70 C : Baik, lingkar lengan 28 cm : 155cm

Berat badan Kulit Muka Mata Hidung Leher

: 64 kg : Sawo matang, chloasma gravdidarum (-) : Mimik baik, edema (-), dbn : konjunctiva anemis (-), skelera ikterik (-) :cavum nasi dbn, alae nasi dbn :pembesaran kelenjar limfa (-), struma (-),

pembengkakan vena jugularis (-) Jantung : Bunyi jantung Idan II baik, Murmur -/-, gallop -/-,

jantung dalam batas normal

Kelenjar limfe Kepala Telinga Mulut/gigi Dada

: Tidak ada pembengkakan kelenjar limfe : Normochephal : Auricula dekstra dan sinistra simetris : stomatitis (-), anemis (-), caries (-) : payudara ; bentuk bulat menggatung, areola

hiperpigmentasi, putting susu menonjol, striae tidak ada. Paru Abdomen Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Hati Limfa Ginjal : Vesikuler +/+, wheezing -/-, ronkhi -/: : Perut tampak membesar, striae gravidarum (+) : Nyeri tekan ulu hati (-), hepar dan lien sulit dinilai : Nyeri ketuk (-) : Bising usus (+) Normal : Tidak dapat dinilai : tidak dapat dinilai : dbn,nyeri ketok sudut costophrenicus tidak ada

Kandung kemih Kemaluan

: dbn : vulva ; warna kemerahan, luka parut tidak ada,

fluor albus sedikit, varices tidak ada, edema tidak ada, nampak darah lender keluar dari kemaluan. Punggung Rectum / anus Ekstremitas Refleks Sensibilitas : Skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-) : Varices (-), hemoroid (-) : edema (-), sianosis (-) : refleks fisiologis dan patologis tidak dilakukan : dbn

2. Pemeriksaan Obstetrik a. Pemeriksaan umum Inspeksi : Abdomen cembung, nampak ukuran kehamilan

sesuasi dengan usia kehamilannya, bekas luka operasi tidak ada, pada kontur abdomen nampak gambaran uterus yang menonjol. Palpasi Leopold I : : TFU 3 jari di bawah procesus xipoidheus, pada fundus ibu teraba lunak,kurang melenting, kurang bundar, diperkirakan adalah bokong janin. Leopold II : letak memanjang, pada perut bagian kiri teraba keras memanjang diperkirakan puggung janin dan disebelah kanan perut ibu teraba bagian kecil kecil janin yang diperkirakan tangan dan kaki janin.

Leopold III

: pada perut bagian terba keras dan tidak dapat digoyangkan,

wah terasa bundar,

diperkiirakan kepala janin sudah masuk PAP Leopold IV : Kedua tangan divergen, kepala sudah masuk PAP 4/5 (teraba 4 jari diatas symphisis) TFU His TBJ Perkusi Auskultasi : 3 jbpx atau 32 cm : 2/10/20 : (32-11)x 155= 3255 gr. : Pekak, nampak masa padat : DJJ 138 x/m, regular

b. Pemeriksaan dalam Vaginal taucher Porsio Pendataran Pembukaan Ketuban Bagian terendah Penurunan Penunjuk Posisi : Lunak : 25% : 3 cm : selaput ketuban (-), jernih, tidak berbau : kepala : Hodge I : UUK lintang : Medial

Inspekulo Portio OUE Fluksus Fluor Erosi/polip/laserasi Tes Lakmus : Livide : Terbuka : Positif : Negatif : Tidak ada : positif (+)

1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Laboratorium a. Hb b. Proteinuria c. Pemeriksaan Lab lainnya Leukosit GDS Trombosit Urea Kreatinin Masa perdarahan Masa pembekuan : 11,8 gr/dl : Negatif (-) : : 9.400/ul : 79 mg/dl : 139.000/mm3 : 11mg/dl : 0,4 mg/dl : 3 menit : 12 menit : tidak dilakukan

2. Pemeriksaan USG lainnya

1.5 RESUME 13 jam SMRS pasien mengeluh keluar air-air dari kemaluannya, warnanya bening, bau tidak ada, dan banyaknya 1 sampai 3 kali ganti celana dalam. OS juga mengeluh perut terasa mules yang menjalar ke pinggang, perut mules

hilang timbul, jarang, dan dirasakan semakin lama semakin kuat. Riwayat keluar darah lendir ada, riwayat demam tidak ada, riwayat sakit gigi tidak ada, riwayat trauma tidak ada, riwayat post coitus tidak ada, riwayat keputihan tidak ada, riwayat minum jamu atau obat-obatan tidak ada. Os kemudian pergi ke bidan, dikatakan ketuban sudah pecah. Os mengaku hamil cukup bulan dan gerakan anak masih dirasakan. Lalu os dirujuk untuk berobat ke RSAM.

1.6 DIAGNOSIS a. Diagnosis kerja : G1P0A0 hamil aterm inpartu kala I fase laten

dengan KPSW 13 jam JTH preskep b. Diagnosis banding : -

1.7 PENATALAKSANAAN Th/ Observasi tanda-tanda vital, DJJ,dan tanda-tanda inpartu Check laboratorium darah rutin, urin rutin, dan crossmatch IVFD RL XXgtt/menit Injeksi antibiotik profilaksis ( ampicilin 1gr ) 3dd1 R/ Akselerasi R/ partus pervaginam R/ evaluasi sesuai partograf WHO modifikasi

1.8 PROGNOSIS : 1. Ibu 2. Anak : dubia : dubia

1.9 FOLLOW UP 1.10

1.

10.10.2013

Partus Spontan dengan KPSW Ny. SE/21

08.45 WIB

G1P0A0 hamil aterm inpartu kala I fase laten dengan R/ pecah ketuban 13 jam JTH preskep Th/ Observasi tanda-tanda vital, DJJ, Check laboratorium darah rutin, urin rutin, dan crossmatch IVFD RL XXgtt/menit Injeksi antibiotik profiaksis ( ampicilin 1gr ) 3x1 R/ akselerasi 5 IU oxytocyn R/ partus pervaginam R/ evaluasi sesuai partograf WHO modifikasi G1P0A0 hamil aterm inpartu kala I fase aktif dengan R/ pecah ketuban 17jam JTH preskep Th/ Observasi tanda-tanda vital, DJJ. IFVD RL XXgtt/menit R/ partus pervaginam R evaluasi sesuai partograf WHO modifikasi

DJJ 138x/m TD : 120/80 mmHg Tes lakmus (+)

14.40WIB
DJJ 145 x/m

16.35 WIB DJJ : 143 x/m

G1P0A0 hamil aterm inpartu kala II dengan R/ pecah ketuban 17 jam JTH preskep OS gelisah ingin mengedan, VT : lengkap Th/ pimpin persalinan Lahir spontan neonates hidup laki-laki BB 3500 gr, PB 50cm, A/S 8/9, Anus (+), cacat (-) FT AGA Plasenta lahir lengkap spontan dengan BP 500gr, PTP 48cm, 17x18cm Perineum utuh Kontraksi uterus baik

16.45 WIB 16.50 WIB

18.30 WIB

Perdarahan kala III/IV 300 cc Pasien dalam k eadaan baik dipindahkan ke ruangan dan menjalani rawat gabung Post partum spontan Ny. SE

2.

11.10.13

06.00 WIB (Ruangan)

P1A0 post partum spontan


Status Present KU : Tampak sakit sedang TD : 110/80 mmHg RR : 20 x/mnt

Ksdrn : CM Nadi Suhu : 80 x/mnt : 36,7C

Status Obstetrikus PL : tifut 2 jb pusat, kontraksi baik, perdarahan aktif (-), lokia rubra (+) Th/ Oservasi tanda-tanda vital IVFD RL XXgtt/menit Amoxicillin 500 mg tab 3 dd 1 Paracetamol 500 mg tab 3 dd 1 B-complex tab 1dd1

11-10-2013 Pasien sudah pulang dalam keadaan umum baik 12.30 WIB

II. PERMASALAHAN

1. Apakah diagnosis pada kasus ini sudah tepat? 2. Apakah penatalaksanaan pada kasus ini tepat? 3. Apakah penyebab KPSW pada kasus ini?

ANALISA KASUS

1.

Apakah diagnosis pada kasus ini tepat? Seorang perempuan berusia 21 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan hamil cukup bulan dengan sudah keluar air-air 13 jam yang lalu. Dari anamnesis diketahui bahwa penderita mengeluh perut terasa mules yang menjalar ke pinggang dan keluar air-air sejak 13 jam sebelum masuk rumah sakit, bening, tidak ada bau, banyaknya 1 sampai dengan 3 kali ganti celana. Os mengaku keluar darah lendir dari kemaluan dan masih merasakan ada gerakan janinnya. Dari anamnesa, riwayat sakit gigi tidak ada, riwayat keputihan tidak ada, riwayat trauma tidak ada, riwayat postcoitus tidak ada, riwayat minum jamu dan obat-obatan tidak ada. Kemudian os pergi ke bidan dan dirujuk ke RSAM.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital ibu dalam keadaan baik dengan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 82 kali permenit, pernafasan 20 kali permenit, dan suhu 36,7C. Pada pemeriksaan luar didapatkan tinggi fundus uteri 3 jari di bawah proccessus xiphoideus, letak janin memanjang,

punggung kiri, bagian terbawah adalah kepala dan penurunan 4/5, denyut jantung janin 138 kali permenit, his ada 2x/10/20. Pemeriksaan dalam dilakukan didapatkan hasil Pemeriksaan dalam portio lunak, pendataran 25%, pembukaan 3cm, selaput ketuban utuh, bagian terendah adalah kepala, penurunan Hodge I, dan penunjuk belum dapat ditentukan. Pada saat inspekulo didapatkan hasil portio livide, OUE terbuka, flukus positif, fluor negative, dan tes lakmus positif.

Dari semua anamnesa dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan dapat ditegakkan diagnosa pasien ini adalah G1P0A0 hamil aterm inpartu kala I fase laten dengan KPSW 13 jam, janin tunggal hidup presentasi kepala.

2.

Apakah penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat? Pada kasus ini penderita masuk rumah sakit dengan diagnosis G1P0A0 hamil aterm inpartu kala I fase laten dengan KPSW 13 jam, janin tunggal hidup presentasi kepala. Penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat.

Pasien ini ditatalaksana secara aktif dengan rencana persalinan pervaginam. Hal tersebut dilakukan karena pasien dengan hamil aterm 37 mingggu dan riwayat KPSW lebih dari 12 jam. Pemilihan persalinan pervaginam pada pasien ini dengan kehamilan presentasi kepala. Pemberian antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi intrauterin akibat terhubungnya cavum intrauterine dengan dunia luar akibat pecahnya selaput ketuban. Dilakukan observasi terhadap DJJ, tanda vital ibu, dan tanda-tanda inpartu. Hal ini

dilakukan guna untuk mengetahui keadaan janin dan juga keadaan ibu. DJJ di pantau untuk mengetahui jika ditemukan adanya gawat janin yang dapat mengancam janin, dan juga tanda vital ibu untuk mengetahui kondisi ibu atau keadaan yang dapat mengancam nyawa ibu seperti terjadinya infeksi, karena morbiditas dan mortilitas pada KPSW mencakup gawat janin yang dapat terjadi karena adanya penekanan pada plasenta dikarenakan oligohidramnion, intra uterin fetal death (1-2 % kasus), dan juga adanya infeksi ibu yang ditandai dengan temperatur >38oC, 2 atau lebih dari tanda-tanda nyeri uterus, kontraksi, ketuban bau, leukosit meningkat dan kultur menunjukkan nilai positif.

3.

Apakah penyebab timbulnya KPSW pada kasus ini? Berdasarkan etiologinya, terjadinya KPSW sebagian besar ditemukan pada wanita berumur diatas 35 tahun. Hal ini mungkin juga dapat disebabkan faktor-faktor etiologi lain yang mempengaruhinya, seperti:

1.

Berkurangnya kekuatan membran ketuban akibat infeksi, terutama infeksi ascenden dari vagina atau serviks.

2.

Adanya peningkatan tekanan intra uterine pada OUI seperti serviks inkompeten, kehamilan kembar, hidramnion, kontraksi myometrium

meningkat, DKP, HAP, dan malposisi. 3. Adanya degradasi kolagen pada selaput ketuban yang dimediasi oleh matriks metalloproteinase (MMP). Dimana sewaktu masa persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1 mengarah pada degradasi proteolitik dari matriks ekstraseluler dan membran janin. Aktivitas degradasi proteolitik ini

meningkat saat proses kehamilan sehingga mengakibatkan terjadinya ketuban pecah dini. 4. Lain-lain, meliputi: sosial ekonomi rendah, defisiensi gizi dan vitamin c, merokok, keturunan, dan antagonis golongan darah AB.

Pada kasus diatas KPSW yang terjadi kemungkinan karena adanya proses peningkatan degradasi matriks ekstraseluler membran selaput ketuban oleh matriks metalloproteinase (MMP).

DISKUSI

1. Apakah KPSW dan KPD itu sama atau berbeda ? Ketuban pecah sebelum waktunya dan ketuban pecah dini memiliki pengertian yang sama yaitu pecahnya selaput ketuban pada saat pembukaan masih kurang dari 4. robeknya selaput ketuban pada setiap saat sebelum mulainya persalinan. Ketuban pecah prematur yaitu pecahnya membran khorio-amniotik sebelum onset persalinan atau disebut juga Premature Rupture Of Membrane = Prelabour Rupture Of Membrane = PROM. Insiden PROM adalah 6-19% kehamilan. Ketuban pecah prematur pada preterm yaitu pecahnya membran Chorioamniotik sebelum onset persalinan pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau disebut juga Preterm Premature Rupture Of Membrane = Preterm Prelabour Rupture Of Membrane = PPROM. Insiden PPROM adalah 2% kehamilan.8,10

2. Apakah kejadian KPSW bisa terulang pada saat kehamilan berikutnya ? KPSW bisa terulang apabila pada saat kehamilan pertama usia ibu 35 tahun. Hal ini bisa disebabkan oleh selaput ketuban semakin lama semakin menipis, maka tu usia 35 tahun menjadi faktor resiko KPSW selain : 1. Berkurangnya kekuatan membran ketuban akibat infeksi, terutama infeksi ascenden dari vagina atau serviks. 2. Adanya peningkatan tekanan intra uterine pada OUI seperti serviks

inkompeten, kehamilan kembar, hidramnion, kontraksi myometrium meningkat, DKP, HAP, dan malposisi. 3. Adanya degradasi kolagen pada selaput ketuban yang dimediasi oleh matriks metalloproteinase (MMP). Dimana sewaktu masa persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1 mengarah pada degradasi proteolitik dari matriks ekstraseluler dan membran janin. Aktivitas degradasi proteolitik ini meningkat saat proses kehamilan sehingga mengakibatkan terjadinya ketuban pecah dini. 4. Lain-lain, meliputi: sosial ekonomi rendah, defisiensi gizi dan vitamin c, merokok, keturunan, dan antagonis golongan darah AB.

3. Kenapa pada kasus ini diberikan Paracetamol, padahal suhu ibu dalam keaadan normal pada saat pulang? Paracetamol diberikan sebagai analgetik. Bukan saja menurukan suhu tubh tetapi sebagai penghilang nyeri. Selain itu ada batas ambang maximal suhu tubuh turun jadi jika suh tubuh sudah normal makan suhu tidak akan turun lagi.

Khasiat : Analgesik dan antipiretik Efek Samping : Reaksi alergi terhadap derivat p-amino fenol jarang terjadi. Manifestasinya berupa eriferm atau urtikaria dan gejala yang lebih berat berupa demam dan lesi pada mukosa. Penggunaan semua jenis analgesic dosis besar menahun , terutama dalam kombinasi dapat menyebabkan nefropatianalgesik. Dosis toksis yang paling serius ialah nekrosis hati. Nekrosis tubulus renalis serta koma hipoglikemik dapat juga

terjadi. Hepatotoksisitas dapat terjadi pada pemberian dosis tunggal 10-15 gram (200-250 mg/kgBB) parasetamol. Farmakodinamik : Efek analgesik parasetamol serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat. Efek anti-inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu parasetamol tidak digunakan sebagai antireumatik. Parasetamol merupakan penghambat biosintesis prostaglandin yang lemah. Efek iritasi erosi dan perdarahan lambung tidak terlihat pada obat ini, demikian juga gangguan pernafasan dan keseimbangan asam basa. Farmakokinetik : Parasetamol diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh. Dalam plasma 25% parasetamol terikat protein plasma. Obat ini dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati. Sebagian asetaminofen (80%) dikonjugasi dengan asam glukoronat dan sebagian kecil lainnya dengan asam sulfat. Selian itu, obat ini juga dapat mengalami hidroksilasi dan menimbulkan methamoglobinemia dan hemolisis eritrosit. Obat ini diekskresikan melalui ginjal sebagian kecil sebagai parasetamol (3%) dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi. Indikasi : Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai oral analgesik dan antipiretik telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik lainnya, parasetamol sebaiknya tidak diberikan terlalu lama karena kemungkinan menimbulkan nefropatik analgesik. Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong. Karena hampir tidak mengiritasi lambung, parasetamol sering digabung dengan AINS untuk efek analgesik.

4. Kapan diberikan Antibiotik ? Pemberian antibiotik diberikan sesegara mungkin.Antibiotika disini digunakan sebagai protesksi sebelum terjadi infeksi.

5. Kapan pada ibu hamil dilakukan suntik TT ? Jadwal Imunisasi TT ibu hamil

Bila ibu hamil sewaktu caten (calon penganten) sudah mendapat TT sebanyak 2 kali, maka kehamilan pertama cukup mendapat TT 1 kali, dicatat sebagai TT ulang dan pada kehamilan berikutnya cukup mendapat TT 1 kali saja yang dicatat sebagai TT ulang juga.

Bila ibu hamil sewaktu caten (calon penganten) atau hamil sebelumnya baru mendapat TT 1 kali, maka perlu diberi TT 2 kali selama kehamilan ini dan kehamilan berikutnya cukup diberikan TT 1 kali sebagai TT ulang.

Bila ibu hamil sudah pernah mendapat TT 2 kali pada kehamilan sebelumnya, cukup mendapat TT 1 kali dan dicatat sebagai TT ulang.

Cara pemberian dan dosis 1. Sebelum digunakan, vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen. 2. Untuk mencegah tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang disuntikkan secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah 6 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan kekebalan terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis. Dosis ke empat dan ke lima diberikan dengan interval minimal 1 tahun setelah pemberian dosis ke tiga dan ke empat. Imunisasi TT dapat diberikan secara aman selama masa kehamilan bahkan pada periode trimester pertama.

3. Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu dengan ketentuan : Vaksin belum kadaluarsa Vaksin disimpan dalam suhu +2 - +8C Tidak pernah terendam air. Sterilitasnya terjaga VVM (Vaccine Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B. 4. Di posyandu, vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya. Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan, gejalanya seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara dan kadang-kadang gejala demam.

Anda mungkin juga menyukai