Anda di halaman 1dari 4

Lapoaran Pendahuluan Asuhan Keperawatan WSD (Water Seald Drainage)

Definisi
Water Seal Drainage (WSD) adalah Suatu sistem drainage yang menggunakan water seal untuk mengalirkan udara atau cairan dari cavum pleura ( rongga pleura) WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan (darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut. Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit cairan pleura/lubrican.

Etiologi
Membuang udara, cairan atau darah dari area pleura. Mengembalikan tekanan negatif pada area pleura. Mengembangkan kembali paru yang kolaps/ kolaps sebagian. Mencegah reflux drainase kembali ke dalam dada.

Patofisiologi
Normal tekanan negatif pada ruang pleura adalah -10 s/d -12 mmHg. Fungsinya membantu pengembangan paru selama ventilasi. Pada waktu inspirasi tekanan intra pleura lebih negatif daripada tekanan intra bronchial, maka paru akan berkembang mengikuti dinding thoraks sehingga udara dari luar dimana tekanannya nol (0) akan masuk bronchus sampai ke alveoli. Pada waktu ekspirasi dinding dada menekan rongga dada sehingga tekanan intra pleura akan lebih tinggi dari tekanan di alveolus ataupun di bronchus sehingga udara ditekan keluar melalui bronchus. Tekanan intra bronchial meningkat apabila ada tahanan jalan napas. Tekanan intra bronchial akan lebih meningkat lagi pada waktu batuk,bersin, atau mengejan, pada keadaan ini glottis tertutup. Apabila di bagian perifer dari bronchus atau alveolus ada bagian yang lemah maka akan pecah atau terobek. Pneumotoraks terjadi disebabkan adanya kebocoran dibagian paru yang berisi udara melalui robekan atau pecahnya pleura. Robekan ini akan berhubungan dengan bronchus. Pelebaran dari alveoli dan pecahnya septa-septa alveoli yang kemudian membentuk suatu bula di dekat suatu daerah proses non spesifik atau granulomatous fibrosis adalah salah satu sebab yang sering terjadi pneumotoraks, dimana bula tersebut berhubungan dengan adanya obstruksi emfisema. Penyebab tersering adalah valve mekanisme di distal dari bronchial yang ada keradangan atau jaringan parut. Secara singkat penyebab terjadinya pneumotorak menurut pendapat MACKLIN adalah sebagai berikut: Alveoli disanggah oleh kapiler yang lemah dan mudah robek, udara masuk ke arah jaringan peribronchovaskuler apabila alveoli itu

menjadi lebar dan tekanan didalam alveoli meningkat. Apabila gerakan napas yang kuat, infeksi, dan obstruksi endobronchial merupakan fakltor presipitasi yang memudahkan terjadinya robekan. Selanjutnya udara yang terbebas dari alveoli dapat menggoyakan jaringan fibrosis di peribronchovaskuler kearah hilus, masuk mediastinum dan menyebabkan pneumotoraks atau pneumomediastinum.

Gejala klinis
Keluhan: timbulnya mendadak, biasanya setelah mengangkat barang berat, habis batuk keras, kencing yang mengejan, penderita menjadi sesak yang makin lama makin berat. Keluhan utama: sesak, napas berat, bias disertai batuk-batuk. Nyeri dada dirasakan pada sisi sakit, terasanya berat (kemeng), terasa tertekan, terasa lebih nyeri pada gerakan respirasi. Sesak ringsn sampai berat, napas tertinggal, senggal pendek-pendek. Tanpa atau dengan cyanosis. Tampak sakit ringan sampai berat, lemah sampai shock, berkeringat dingin. Berat ringannya keadaan penderita tergantung dari keadaan pneumotoraksnya: Tertutup dan terbuka biasanya tidak berat, ventil ringan tekanan positif tinggi biasanya berat dan selain itu tergantung juga keadaan paru yang lain dan ada atau tidaknya obstruksi jalan napas.

Penatalaksanaan Medis
Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (co; gagal jantung kongestif, pneumonia, sirosis). Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan specimen guna keperluan analisis dan untuk menghilangkan disneu. Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari tatau minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan elektrolit, dan kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan pemasangan selang dada dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase water-seal atau pengisapan untuk mengevaluasiruang pleura dan pengembangan paru. Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan kedalam ruang pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan lebih lanjut. Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding dada, bedah plerektomi, dan terapi diuretic.

Diagnosa dan Intervensi


Resiko terhadap ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan immobilitas, tekanan dan nyeri. INTERVENSI: Pastikan individu bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan.

Alihkan perhatian individu dari memikirkan tentang keadaan ansietas dengan meminta individu mempertahankan kontak mata dengan anda. Katakan, Sekarang perhatikan saya dan bernapaslah perlahan-lahan bersama saya seperti ini. Tetap bersama individu dan latih untuk bernapas perlahan-lahan, bernapas lebih efektif. Mendiskusikan kemungkinan penyebab, fisik dan emosional metode penanganan yang efektif.

Resiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan gangguan lapisan kulit sekunder akibat pemasangan selang dada. INTERVENSI: Kaji terhadap prediktor instrumentasi selang dada. Kurangi organisme yang masuk ke dalam individu. a) Cuci tangan dengan cermat. b) Teknik antiseptik. c) Tindakan isolasi. d) Diagnostik yang perlu/ prosedur terapeutik. e) Pengurangan mikro organisme yang dapat ditularkan melalui udara. Lindungi individu yang mengalami defisit imun dari infeksi. Kurangi kerentanan individu terhadap infeksi. Amati terhadap manifestasi klinis infeksi. Nyeri yang berhubungan dengan prosedur hemodialisis. INTERVENSI: Berikan informasi yang akurat untuk mengurangi rasa nyeri. Bicarakan alasan-alasan mengapa individu mengalami peningkatan / penurunan rasa nyeri. Berikan individu kesempatan untuk istirahat selama siang dan dengan waktu tidur yang tidak terganggu pada malam hari. Bicarakan dengan individu dan keluarga tentang penggunaan terapi distraksi. Bersamaan dengan metode lain meredakan nyeri. Ajarkan metode distraksi. Ajarkan tindakan penurunan nyeri non-invasif. a) Relaksasi. b) Stimulasi. Berikan individu pereda rasa nyeri yang optimal dengan obat analgesik. Setelah pemberian obat pengurang rasa sakit, kembali 30 menit kemudian untuk mengkaji efektifitasnya. Berikan informasi yang akurat untuk meluruskan kesalahan konsep pada keluarga (misal: ketagihan, ragu-ragu tentang nyeri). Berikan individu kesempatan untuk membicarakan ketakutan, marah dan rasa frustasinya di tempat tersendiri; pahami kesukaran situasi.

Resiko terhadap gangguan konsep diri yang berhubungan dengan ketergantungan pada pencapaian tugas-tugas, perkembangan dan perubahan gaya hidup. INTERVENSI: Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan perkembangan, prognosa kesehatan. Berikan informasi yang dapat di percaya dan perkuat informasi yang sudah diberikan. Perjelas berbagai kesalahan konsep individu mengenai diri, perawatan/pemberi perawatan. Hindari kritik negatif. Beri privacy dan suatu keamanan lingkungan. Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik yang berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan tentang rasional tindakan, obatobatan, prosedur hemodialisis, tanda-tanda dan gejala komplikasi. INTERVENSI: Identifikasi faktor-faktor penyebab dan penunjang yang menghalangi penatalaksanaan tak efektif. Bangun rasa percaya dan kekuatan. Tingkatkan percaya diri dan kemanjuran diri yang positif. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. Tingkatkan sikap positif dan keikut-sertaan secara aktif individu dan keluarga. Jelaskan dan bicarakan a) Proses penyakit. b) Aturan pengobatan. c) Efek samping aturan, dan lain-lain. Jelaskan bahwa perubahan dalam gaya hidup dan kebutuhan belajar akan membutuhkan waktu untuk terintegrasi.

Daftar Pustaka
http://mezzonk17nurse.wordpress.com/2011/01/08/wsd/ http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35532-Kep%20Respirasi Askep%20WSD.html

Anda mungkin juga menyukai