Anda di halaman 1dari 3

Grup E

Grup E berisi tentang fasilitas dan kegiatan higiene dan sanitasi. Grup E terbagi menjadi tiga sub grup. Sub grup E1 berisi penilaian mengenai Alat cuci pembersih, penilaian nomor 1 mengenai ketersediaan alat. Kelompok A menilai ketersediaan alat di industri rumah tangga tempe kurang (bernilai 1). Dikatakan kurang karena tidak tersedianya alat cuci yang memadai karena jika peralatan pembuatan tempe dicuci dengan alat pembersih maka kapang Rhizopus oryzae tidak dapat tumbuh pada tempe. Sub grup E2 berisi tentang fasilitas higiene karyawan, terdapat dua aspek yang dinilai yaitu tempat cuci tangan dan jamban toilet. Aspek tempat cuci tangan dinilai kurang karena tidak tersedia di ruang produksi, karyawan mencuci tangan dengan air rendaman kedelai. Aspek jamban toilet juga dinilai kurang karena tidak tersedia di pabrik tempe. Sub grup E3 berisi tentang kegiatan higiene dan sanitasi. Baik aspek penanggungjawab maupun penggunaan detergent dan desinfektan dinilai kurang. Hal tersebut dikarenakan tidak ada penanggungjawab terhadap sanitasi dan higiene pekerja, dan Tidak ada penggunaan deterjen dalam pembersihan lantai dan juga pembersihan peralatan, karena dalam pembersihan peralatan hanya dibilas saja. Sehingga rata-rata penilaian Grup E adalah kurang. Grup F Penilaian pengendalian hama terbagi menjadi penilaian terhadap adanya hewan peliharaan, pencegahan masuknya hama, dan pemberantasan hama. Hewan peliharaan di ruang produksi pabrik tempe dikatakan baik karena pegusaha tidak memiliki hewan pemliharaan di sekitar ruang produksi. Pencegahan masuknya hama dikatakan kurang karena tidak ada upaya mencegah masuknya hama. Hal ini terlihat dari ventilasi tidak ditutup dengan kawat kasa, ruang produksi yang kotor, dan ruang produksi dekat dengan sungai. Pemberantasan hama dikatakan kurang karena tidak ada upaya memberantas hama seperti pembersihan ruang produksi dengan disinfektan dan perangkap hama. Grup G Grup G dibagi menjadi beberapa sub grup antara lain sub grup G1 kesehatan karyawan, G2 kebersihan karyawan dan G3 kebiasaan karyawan. Aspek dari G1 antara lain pemeriksaan kesehatan dan kesehatan karyawan. Kelompok A menilai bahwa pemilik kurang peduli dengan kesehatan karyawan ketika terkena luka terciprat air panas dan terkena api. Sakit yang boleh istirahat hanya sakit yang agak berat. Untuk kesehatan karyawan kami menilai baik karena pemilik mentolerir karyawan yang sakit untuk tidak bekerja. Industri-IRT ini masih kurang memperhatikan kebersihan badan dari para pekerjanya. Hal ini dapat dibuktikan oleh badan para pegawai yang kurang bersih. Industri-IRT ini tidak memperhatikan kebersihan pakaian dan perlengkapan kerja. Hal ini dibuktikan dengan tidak

lengkapnya penggunaan APD para pekerja. Pada saat proses pengolahan pekerja tidak meakukan cuci tangan terlebih dahulu. Tidak terdapat kotak P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) di ruang produksi. Sub grup G3 aspek yang dinilai antara lain perilaku karyawan dan memakai perhiasan atau aksesoris.aspek perilaku karyawan kelompok A menilai kurang karena Kebiasaan karyawan yang kurang baik, contohnya memegang muka, peralatan kotor dan kayu bakar lalu tanpa cuci tangan memegang produk setengah jadi (kedelai rebus). Aspek perhiasan dan aksesoris lainnya dinilai baik karena karyawan tidak memakai aksesoris apapun. Sehingga rata-rata penilaian grup G adalah kurang. Grup H Pada inspeksi pengendalian proses dibagi menjadi beberapa macam aspek penilaian, diantaranya penetapan spesifikasi bahan baku, penetapan komposisi dan formulasi bahan, penetapan cara produksi yang baku, penetapan spesifikasi kemasan, dan penetapan

kadaluarsa. Pada penetapan spesifikasi bahan baku penulis memberi penilaian cukup, hal ini dikarenakan pada industri rumah tangga tempe yang terletak di daerah malabar hanya menetapkan spesifikasi bahan baku kedelai yang digunakan harus import tanpa disertai adanya ukuran dan warna dari bahan baku dan bahan pendukung yang digunakan. Hal ini juga didukung dengan kurangnya wawasan pemilik mengenai spesifikasi yang harus ditetapkan pada produk yang dihasilkan. Pada dasarnya, spesifikasi merupakan uraian yang terperinci mengenai persyaratan kinerja barang/ jasa atau uraian yang terperinci mengenai persyaratan kualitas material dan pekerjaan yang diberikan penyedia barang/ jasa. Maka, spesifikasi bahan baku sangat diperlukan untuk menentukan mutu dari produk yang dihasilkan. Kemudian pada aspek penilaian penetapan komposisi dan formulasi bahan, penulis memberi penilaian kurang. Hal ini dikarenakan, pada industri tempe ini belum menetapkan penggunaan komposisi dan formulasi bahan dengan baik. Pada produksi 1 hari, produsen dapat menggunakan 1 ton kacang kedelai dan 6 genggam ragi tempe. Akantetapi, hal ini dapat diubah sesuai dengan kondisi lingkungan. Jika musim hujan produsen dapat menambahkan ragi sesuai selera mereka. Penambahan ini dilakukan untuk membantu agar proses fermentasi tetap berjalan dengan baik. Umumnya, penambahan ragi sekitar 2-3 genggam. Pada aspek penilaian penetapan cara produksi yang baku, penulis memberi penilaian kurang. Hal ini dikarenakan pada industri tempe ini masih belum dapat

menerapkan cara produksi yang benar. Kemudian, pada penetapan spesifikasi kemasan penulis memberi penilaian kurang. Hal ini dikarenakan pada produk tempe yang dihasilkan dibungkus dengan menggunakan plastik tanpa ada spesifikasi jenis plastik dan ukurannya. Aspek penilaian selanjutnya, yaitu penetapan kadaluarsa. Pada penetapan kadaluarsa penulis memberi penilaian kurang. Hal ini dikarenakan pada produk tempe ini tidak dicantumkan tanggal kadaluarsanya. Akantetapi, produk tempe merupakan produk skala kecil yang memiliki umur simpan kurang dari 7 hari. Maka, tidak diharuskan menggunakan tanggal kadaluarsa. Pada inspeksi pengendalian proses ini diberi penilaian dengan rata-rata sebesar 1.33. Penilaian tersebut termasuk kedalam kategori penilaian kurang. Maka, dapat dinyatakan bahwa pada inspeksi pengendalian proses di industri rumah tangga tempe ini masih dinilai kurang dan memerlukan banyak perbaikan. Pada inspeksi label pangan dilakukan penilaian yang meliputi persyaratan label. Pada persyaratan label ini penulis memberi penilaian kurang. Hal ini dikarenakan pada kemasan produk tidak terdapat label pangan yang membuat mutu dari produk menjadi berkurang. Pada kemasan produk hanya menggunakan plastik yang dilubangi dengan menggunakan besi berkarat. Perlakuan ini dapat membuat kontaminasi pada produk dan membuat umur simpan produk menjadi berkurang. Pada inspeksi label pangan ini diberi penilaian dengan rata-rata sebesar 1. Penilaian tersebut termasuk kedalam kategori penilaian kurang. Maka, dapat dinyatakan bahwa pada inspeksi label pangan di industri rumah tangga tempe ini masih di nilai kurang.

Anda mungkin juga menyukai