Anda di halaman 1dari 8

PENURUNAN NILAI ASET (IMPAIRMENT OF ASSETS)

Penurunan nilai aset diatur dalam PSAK No. 48 (Revisi 2009). PSAK ini merevisi PSAK 48 sebelumnya yang telah disahkan pada tahun 1998. Dalam PSAK ini diketahui, bahwa PSAK ini ditetapkan dengan tujuan agar jumlah asset yang dicatat perusahaan tidak melebihi nilai terpulihkan asset tersebut.Karena

sesungguhnya setiap asset yang dimiliki suatu perusahaan memiliki kemungginan mengalami penurunan nilai setelah diguakan. PSAK No.48 revisi 2009 ini mengatur tentang penurunan asset, baik asset yang berwujud maupun asset yang tidak berwujud.Akan tetapi, PSAK ini tidak dapat diterapkan untuk persediaan, aset terkait kontrak konstruksi, aset keuangan, properti investasi yang dikuru pada nilai wajar, aset pajak tangguhan, serta aset tidak lancar untuk dijual. Aset-aset tesebut akan diatur dalam beberapa PSAK tersendiri atau khusus yang terkait dengan aset tersebut.

1. Penentuan Penurunan Nilai Aset Penurunan nilai aset atau impairment terjadi saat nilai tercatat suatu aset lebih tinggi dari nilai terpulihkan aset. Dalam PSAK 48 ini diketahui nilai terpulihkan suatu aset adalah jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dengan nilai pakainya. Sementara nilai pakai adalah nilai sekarang dari taksiran arus kas yang akan diterima dari aset tersebut. Penurunan nilai aset ini berlaku untuk aset secara individu dan aset secara kelompok. Jika aset tersebut dapat menghasilkan arus kas secara individu maka penurunan nilai aset diperhitungkan terhadap aset tersebut. Akan tetapi, jika sulit untuk menilai arus kas yang akan dihasilkan oleh aset secara individu maka aset tersebut dapat dinilai secara kelompok. Jika aset menghasilkan arus kas dalam kelompok maka penurunan nilai diperhitungkan atas kelompok aset tersebut atau disebut juga unit penghasil kas.

Pada setiap akhir periode, entitas harus menilai apakan terdapat indikasi penurunan nilai dari aset tersebut atau tidak. Jika terdapat indikasi penurunan nilai maka etitas harus mengetahui nilai terpulihkan aset terssebut. Sedangkan jika tidak diperoleh indikasi penurunan nilai terhadap aset maka tidak perlu dilakukan penurunan nilai atas aset tersebut. Akan tetapi, khusus untuk aset tidak berwujud yang masa manfaatnya tidak terbatas, pengujian penurunan nilai harus dilakukan walaupun tidak terdapat indikasi penurunan nilai terhadap aset tersebut. Entitas perlu mempertimbangkan faktor eksternal dan internal dalam menentukan indikasi terjadi penurunan nilai. Faktor eksternal yang perlu dipertimbangkan diantaranya adalah nilai pasar aset, perubahan teknologi, ekonomi, lingkup operasi dan suku bunga pasar.Sementara faktor internal yang perlu dipertimbangkan adalah terdapat bukti keusangan, perubahan signifikan dari aset, bukti indikasi penurunan kinerja aset. Setelah diketahui adanya indikasi penurunan nilai, etitas harus mengetahui nilai terpulihkan aset tersebut dengan pengujian penurunan nilai. Seperti yang telah disebutkan, nilai terpulihkan atas aset ditentukan dua hal, yaitu nilai wajar aset dikurangi biaya untuk menjual dan juga nilai pakai aset. Nilai terpulihkan diperoleh dengan membandingkan kedua nilai tersebut dan mengambil nilai yang lebih tinggi dari kedua nilai tersebut. Nilai wajar aset dikurangi biaya untuk menjual dan nilai pakai tidak selalu harus ditentukan keduanya. Jika salah satu telah diketahui dan ternyata hasilnya tebih tinggi dari nilai tercatat aset maka aset tersebut tidak mengalami penurunan nilai dan tidak perlu mencari mencari nilai lainnya. Kondisi lain yang mungkin terjadi adalah adanya kesulitan dalam menentukan harga pasar aset. Jika terjadi kondisi ini maka untuk menentukan nilai terpulihkan dari aset dapat menggunakan nilai pakainya saja. Begitu pula sebaliknya, jika entitas kesulitan menentukan berapa nilai pakai dari aset tersebut maka nilai wajar dikurangi dengan biaya untuk menjual lah yang dijadikan nilai terpulihkan dari aset. Selanjutnya, setelah mengetahui nilai wajar aset dikurangi biaya untuk menjual dan nilai pakai dari aset, kedua nilai tersebut dibandingkan. Nilai

terpulihkan diambil dari jumlah terbesar dari perbandingan tersebut. Jika hasil pengujian penurunan nilai suatu aset diketahui nilai tercatat lebih tinggi dari nilai terpulihkan atas aset tersebut maka terjadi penurunan nilai aset dan entias harus mengakui rugi penurunan nilai. Nilai aset akan diturunkan sebesar selisih nilai tercatat dengan nilai terpulihkan. Penurunan nilai yang terjadi untuk aset diakui sebagai rugi penurunan nilai dan dimasukkan dalam komponen laba rugi. Terdapat perbedaan pengakuan rugi penurunan nilai untuk aset individual dan penurunan nilai untuk unit penghasil kas. Penurunan nilai yang terjadi untuk aset individu selain goodwill mengurangi atau menurunkan nilai aset tersebut menjadi sebesar nilai terpulihkannya. Sementara untuk aset yang berupa unit penghasil kas, rugi penurunan nilai dialokasikan untuk mengurangi nilai aset tercatat dari unit penghasilkas tersebut dengan ketentuan urutan. Pertama rugi tersebut dialokasikan untuk mengurangi nilai tercatat goodwill dari unit penghasil kas tersebut. Dan jika masih terdapat sisa, selanjutnya rugi tersebut dialokasikan untuk mengurangi nilai aset lainnya dalam unit tersebut secara prorata. Rugi penurunan nilai dapat dipulihkan atau dibalikkan kecuali goodwill. Pemulihan nilai aset yang pernah mengalami penurunan nilai diakui dalam laba rugi. Untuk aset individual yang pernah mengalami penurunan nilai, peningkatan nilainya tidak boleh melebihi jumlah tercatat sebelum aset tersebut mengalami penurunan nilai. Sementara pemulihan penurunan nilai untuk unit penghasil kas dialokasikan pada aset unit tersebut kecuali goodwill secara prorata. Rugi penurunan nilai atas goodwill tidak dapat dipulihkan.

2. Permasalahan yang Muncul dalam Penerapan Impaiment of Assets Sebelumnya, entitas cenderung menghindari melakukan penurunan nilai karena terdapat beberapa permasalahan yang mungkin dihadapi. Salah satunya adalah sulitnya menentukan nilai terpulihkan dari aset. Seperti yang telah tercantum dalam paparan sebelumnya, nilai terpulihkan dari suatu aset ditentukan dengan cara membandingkan antara nilai wajar aset dikurangi dengan biaya untuk menjuan dan nilai pakai aset tersebut.
3

Penentuan unsur nilai terpulihkan terdapat beberapa kendala, seperti dalam menentukan nilai wajar dan nilai pakai. Dalam PSAK no. 48 (revisi 2009), ada beberapa cara untuk menentukan nilai wajar tersebut. Pertama, bukti terbaik untuk menentukan nilai wajar aset dikurangi biaya untuk menjual adalah nilai yang telah tercantum dalam seuatu perjanjian. Akan tetapi, jika perjanjian tersebut tidak ada dan aset tersebut diperdagangkan dalam pasar aktif maka nilai wajar aset tersebut adalah harga pasarnya. Jika harga pasar pun tidak tersedia maka nilai wajar dapat diestimasikan dari harga transaksi terakhir. Selain nilai wajar, penentuan nilai pakai dianggap juga cukup sulit. Dalam PSAK no. 48 (revisi 2009) disebutkan untuk menentukan nilai pakai suatu aset terdapat elemen-eleman yang harus diperhitungkan. Elemen-elemen tersebut adalah estimasi arus kas masa mendatang yang diharapkan akan diperoleh, espektasi tentang kemungkinan variasi jumlah atau waktu arus kas masa mendatang tersebut, nilai waktu dari uang (suku bunga), harga untuk menanggung ketidak pastian, dan faktor lain yang dapat menjadi pertimbangan pelaku pasar dalam menilai arus kas masa mendatang dari aset tersebut. Selain dampak sulitnya menentukan nilai terpulihkan atas aset, terdapat dampak lain yang mungkin muncul dari penerapan penurunan nilai ini. Penurunan nilai aset akan menurunkan laba dan menurunkan nilai aset dari suatu entitas dibandingkan jika tidak menerapkan penurunan nilai. Laba yang akan diperoleh entitas akan berkurang karena rugi penurunan nilai aset dalam suatu periode akan diakui langsung pada laba rugi periode tersebut. Selain itu, nilai aset yang dimiliki oleh suatu entitas akan mengalami penurunan karena nilainya harus disesuaikan dengan nilai terpulihkan aset tersebut. Inilah yang menjadi penyebab perusahaan cenderung menghindari penerapan penurunan nilai aset ini.

3. Perbedaan PSAK revisi 2009 dengan revisi 1998 Terdapat perbedaan antara PSAK revisi 2009 dengan revisi 1998. Salah satu yang paling penting adalah uji penurunan nilai yang diperoleh antara lain dari:
4

1. Penurunan signifikan nilai pasar 2. Perubahan negatif signifikan teknologi, pasar, ekonomi atau lingkup hukum 3. Peningkatan suku bunga pasar atau tingkat imbalan pasar investasi 4. Jumlah tercatat aset neto entitas melebihi kapitalisasi pasarnya. 5. Informasi dari sumber internal 6. Bukti keusangan atau kerusakan fisik aset. 7. Perubahan signifikan atas penggunaan aset, penghentian aset atau restrukturisasi operasi, pelepasan aset, dan penilaian ulang umur manfaat aset dari tidak terbatas menjadi terbatas. 8. Bukti internal bahwa kinerja ekonomi aset lebih buruk, atau akan lebih buruk, dari yang diharapkan.

4. Contoh Penerapan PSAK 48 pada Perusahaan di Indonesia PT. Indosat, Tbk (selanjutnya disebut Indosat) akan kami gunakan sebagai contoh penerapan penurunan nilai aset (asset impairment) sesuai dengan PSAK 48. Indosat merupakan perusahaan penanaman modal asing (PMA) yang bergerak di bidang telekomunikasi. Indosat mempunyai beberapa anak perusahaan di Indonesia seperti PT. Indosat Multi Media, PT. Starone Mitra Telekomunikasi dan PT. Artajasa Pembayaran Elektronis. Indosat juga memiliki kepemilikan pada perusahaan mancanegara yaitu Indosat Palapa Company B.V. (Belanda), Indosat Singapore, Pte.Ltd dan lainnya. Kebijakan asset impairment yang diadopsi Indosat mengacu pada PSAK 48 (revisi 1998). Pada beberapa periode tertentu, Indosat mencatat penurunan nilai asetnya. Sebagai contoh, pada tahun 2004, Indosat mencatat penurunan nilai aset Sisindosat sebesar Rp.17.637.000.000 karena terdapat indikasi bahwa harga jual Sisindosat lebih rendah daripada nilai investasi awalnya. Pada periode 2004, Indosat mencatat penambahan pada pos penurunan nilai aktiva sebesar
5

nilai tersebut. Pada tahun Januari 2005 ketika Sisindosat dijual, penurunan nilai aktiva tersebut di-nihil-kan, karena pada saat tersebut Sisindosat sudah tidak menjadi aset dari Indosat. Akun Aktiva Tetap Laporan Posisi Keuangan PT. Indosat, Tbk 2004

Akun Aktiva Tetap Laporan Posisi Keuangan PT. Indosat, Tbk 2006

Pada tahun 2011, seluruh entitas diwajibkan untuk mengadopsi PSAK 48 revisi 2009, termasuk pula Indosat. Namun pada laporan keuangan Indosat terbaru, Indosat belum mencatat penurunan pada nilai aktiva sebagaimana telah dilakukan sebelumnya. Dalam pencatatan laporan keuangan, terdapat dua cara untuk melakukan penurunan nilai aktiva, yaitu: Langsung mengurangi nilai akun, atau Menempatkan penurunan nilai pada akumulasi penurunan nilai. Laporan keuangan Indosat 2010 menggunakan cara kedua di mana penurunan nilai dimasukkan dalam akun kontra, yaitu akun akumulasi penurunan nilai. Penggunaan metode kedua ini mempermudah pengguna laporan keuangan untuk dapat mengetahui informasi penting, misalnya seberapa jauhkah nilai aset secara real berkurang.

Anda mungkin juga menyukai