Anda di halaman 1dari 25

TRANSFUSI

UNTUK MEMENUHI TUGAS PERAKTIK KETERAMPILAN


DASAR DALAM KEPERAWATAN

Disusun Oleh
Kelompok 4
ARIFUDIN
ALIYUDIN AT TIZAR
ASEP SAEFULLAH
DEDEN SIREGAR
ENTIK S
ERIF HIDAYATULLOH
MR.FIRDAUS

Kelas: PSIK 2B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN


SERANG-BANTEN

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, serta atas izin dan rido-nya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Peraktik Keterampilan Dasar Dalam Keperawatan.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan penyusunan
makalah dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Peraktik Keterampilan
Dasar Dalam Keperawatan .
Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Di harapkan semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Serang, 10 April 2013

Tim penyusun

PKDDK

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI

..............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI.............................................................................3
2.1 Definisi...........................................................................................3
2.2 Etiologi...........................................................................................3
2.3 Patofisiologi....................................................................................4
2.4 Manifestasi Klinis...........................................................................4
2.5 Golongan Dan Tipe Darah..............................................................4
2.6 Macam-macam Komponen Darah..................................................6
2.7 Resiko Transfusi.............................................................................7
2.8 Syarat-syarat Teknis Menjadi Donor Darah...................................8
2.9 Seseorang tidak boleh menjadi donor darah pada keadaan............9
2.10 Manfaat Donor Darah...................................................................10
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Proses Transfusi Darah...................................................................11
3.2 Efek Samping Transfusi.................................................................12
3.3 Infeksi yang ditularkan melalui tranfusi.........................................17
3.4 Manajemen efek tranfusi................................................................18
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan.........................................................................................20
4.2 Saran ..............................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................21
PKDDK

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 . Latar Belakang

Pada pelayanan dan asuhan keperawatan mungkin membutuhkan transfusi


darah. Sangatlah penting untuk menggunakan darah, produk darah, atau cairan
pengganti yang sesuai dan memperhatikan prinsip-prinsip yang dibuat untuk
membantu tenaga medis dalam memutuskan kapan (dan kapan tidak)
melakukan transfusi. Ketika transfuse darah dari orang ke orang dicoba untuk
pertama kali, tansfusi hanya berhasil baik pada beberapa keadaan. Seringkali
timbul aglutinasi dan hemolisis sel darah merah secara cepat atau lambat,
menimbulkan reaksi transfusi yang khas yang kadang-kadang menyebabkan
kematian. Segera setelah itu, ditemukan bahwa darah dari orang yang berbeda
biasanya mempunyai sifat antigen dan imunitas yang berbeda pula, sehingga
antibody dalam plasma darah seseorang akan bereaksi dengan antigen pada
permukaan sel darah merah orang lain. Berdasarkan alasan ini, sangat mudah
terjadi ketidak cocokan antara darah donor dengan darah resipien. Bila
dilakukan tindakan pencegahan yang tepat, kita dapat menentukan sebelumnya
apakah antibody dan antigen yang terdapat dalam darah donor dan darah
resipien akan bereaksi atau tidak.
Transfusi darah telah menjadi faktor utama dalam memperbaiki dan
mempertahankan kualitas hidup bagi pasie-pasien pendaerita kangker,
ganguan hematologi, dan cedera yang berhubungan dengan trauma pada
pasien-pasien yang telah menjalani prosedur bedah mayor. Meskipun transfusi
darah penting untuk mengembalikan homeostatais, transfusi darah dapat
membahayakan. Banyak komplikasi yang di timbulkan oleh terapi komponen
darah, contohnya reaksi hemolotik akut yang kemungkinan mematikan,
penularan penyakit infeksi (hepatiti, AIDS) dari reaksi demam. Kebanyakan
reaksi transfusi yang mengancamhidup di akibatkan oleh identifikasi pasien
yang tidak benar atau pembuatan label sampel darah atau komponen darah
yang tidak akurat, menyebabkan pemberian darah yang inkompatibel.
Pemantauan pasien yang menerima darah dan komponen darah dan pemberian
PKDDK

produk-produk ini adalah tanggung jawab keperawatan. Komponen darah


harus di berikan oleh personel yang kompeten, berpengalaman, dan di latih
dengan baik dan mengikuti pedoman organisasi dan badan-badan yang telah di
akreditasi dalam memberikan terapi komponen darah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian darah atau transfusi darah
2. Apa tujuan dari transfusi darah
3. Apa macam-macam dari komponen darah
4. Bagaimana proses transfusi darah
5. Apa saja jenis donor darah
1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas
pada

mata

ajar

Peraktik

Keterampilan

Dasar

Dalam

Keperawatn.
Selain itu juga untuk memahami materi transfusi terutama
bagi mahasiswa ilmu keperawatan.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui penertian transfusi
b. Mengetahui tujuan transfusi
c. Mengetahui macam transfusi darah dan prosesnya

PKDDK

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Penggantian darah atau tranfusi darah adalah suatu pemberian darah lengkap
atau komponen darah seperti plasma, sel darah merah kemasan atau trombosit
melalui IV. Atau Transfusi adalah proses pemindahan darah dan produk darah
dari donor ke resipien (pasien). Jadi dapat di simpulkan Transfusi darah
adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari satu orang
ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah berhubungan dengan
kondisi medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar disebabkan
trauma, operasi, syok dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah
merah. Meskipun tranfusi darah penting untuk mengembalikan homeostasis,
tranfusi darah dapat membahayakan. Banyak komplikasi dapat ditimbulkan
oleh terapi komponen darah, contohnya reaksi hemolitik akut yang
kemungkinan mematikan, penularan penyakit infeksi dan reaksi demam.
Kebanyakan reaksi tranfusi yang mengancam hidup diakibatkan oleh
identifikasi pasien yang tidak benar atau pembuatan label darah atau
komponen darah yang tidak akurat, menyebabkan pemberian darah yang
inkompatibel. Pemantauan pasien yang menerima darah dan komponen darah
dan pemberian produk-produk ini adalah tanggung jawab keperawatan.
Perawat bertanggung jawab untuk mengkaji sebelum dan selama tranfusi
yang dilakukan. Apabila klien sudah terpasang selang IV, perawat harus
mengkaji tempat insersi untuk melihat tanda infeksi atau infilrasi.
2.2 Etiologi
1. Leukemia
2. Limfoma
3. Penyakit lain yang menghancurkan atau mengganggu produksi darah.
4. Perdarahan pasca persalinan dengan syok
5. Kehilangan darah saat operasi

PKDDK

6. Anemia berat pada kehamilan lanjut (Hb < 8gr% atau timbul gagal
jantung)
Catatan: untuk anemia pada kehamilan awal, obati penyebab anemia dan
sediakan hematinik.
2.3 Patofisiologi
Pada transfusi, seorang donor menyumbangkan darah lengkap dan seorang
resipien menerimanya. Tetapi konsep ini menjadi luas. Tergantung kepada
keadaan, resipien bisa hanya menerima sel dari darah, atau hanya menerima
faktor pembekuan atau hanya menerima beberapa komponen darah lainnya.
transfusi dari komponen darah tertentu memungkinkan dilakukannya
pengobatan yang khusus, mengurangi resiko terjadinya efek samping dan bisa
secara efisien menggunakan komponen yang berbeda dari 1 unit darah untuk
mengobati beberapa penderita. Pada keadaan tertentu, resipien bisa menerima
darah lengkapnya sendiri (transfusi autolog).
2.4 Manifestasi Klinis
1)

Pusing

2)

Keletihan

3)

Kelelahan

4)

Malaise

5)

Pucat

6)

Fatigue

7)

Hb menurun

2.5 Golongan Dan Tipe Darah


Darah tersusun dari beberapa unsur yang mempunyai peran utama dalam
terapi tranfusi darah. Komponen ini meliputi antigen, antibody, tipe Rh, dan
antigen HLA. Antigen adalah zat yang mendatangkan respon imun spesifik
bila terjadi kontak dengan benda asing. Sistem imun tubuh berespon dengan
memproduksi antibody untuk memusnahkan penyerang. Reaksi Antigen (Ag)
dan Antibodi (AB) ini diperlihatkan dengan aglutinasi atau hemolisis.
PKDDK

Antibodi dalam serum berespon terhadap antigen penyerang dengan


mengelompokkan sel-sel darah merah bersama-sama dan menjadikan mereka
tidak efektif atau memusnahkan sel darah merah. Sistem penggolongan darah
didasarkan pada reaksi Ag-AB yang menentukan kompabilitas darah.

Golongan darah yang paling penting untuk tranfusi darah ialah sistem ABO,
yang meliputi golongan berikut: A, B, O, AB. Penetapan penggolongan darah
didasarkan pada ada tidaknya antigen sel darah merah A dan B. Individuindividu dengan golongan darah A mempunyai antigen A yang terdapat pada
sel darah merah; individu dengan golongan darah B mempunyai antigen B,
dan individu dengan golongan darah O tidak mempunyai kedua antigen
tersebut.

Aglutinin, atau antibody yang bekerja melawan antigen A dan B, disebut


agglutinin anti A dan agglutinin anti B. Aglutinin ini terjadi secara alami.
Individu dengan golongan darah A
memproduksi aglutinin anti B di dalam plasmanya secara alami. Begitu juga
dengan individu dengan golongan darah B, akan memproduksi agglutinin anti
A di dalam plasma secara alami. Individu dengan golongan darah O secara
alami memproduksi kedua aglutinin tersebut, inilah sebabnya individu dengan
golongan darah O disebut sebagai donor universal. Individu golongan AB juga
menghasilkan antibodi AB, oleh karena itu individu dengan golongan AB
disebut resipien universal. Bila darah yang ditranfusikan tidak sesuai, maka
akan timbul reaksi tranfusi.

Setelah system ABO, tipe Rh merupakan kelompok antigen sel darah merah
dengan kepentingan klinis besar. Tidak seperti anti-A dan anti-B, yang terjadi
pada individu normal dan tidak diimunisasi, antibody Rh tidak terbentuk tanpa
stimulasi imunisasi. Individu dengan antibodi D disebut Rh positif, sedangkan
PKDDK

yang tidak memiliki antibodi D disebut Rh negatif, tidak menjadi soal apakah
ada antibodi Rh lainnya. Antibody D dapat menyebabkan destruksi sel darah
merah, seperti dalam kasus reaksi tranfusi hemolitik lambat.

Penggolongan darah mengidentifikasi penggolonga ABO dan Rh dalam donor


darah.

Pencocoksilangan

(crossmatching)

kemudian

menentukan

kompatibilitas ABO dan Rh adalah penting dalam pemberian terapi tranfusi


darah.
System HLA merupakan komponen berikutnya untuk dipertimbangkan dalam
pemberian tranfusi. System HLA didasarkan pada antigen yang terdapat dalam
leukosit, trombosit dan sel-sel lainnya. Penggolongan dan pencocoksilangan
HLA kadang-kadang diperlukan sebelum tranfusi trombosit diulangi.

2.6 Macam-macam Komponen Darah


a. Darah lengkap (whole blood)
Tranfusi darah lengkap hanya untuk mengatasi perdarahan akut dan masif,
meningkatkan dan mempertahankan proses pembekuan. Darah lengkap
diberikan dengan golongan ABO dan Rh yang diketahui. Infuskan selama
2 sampai 3 jam, maksimum 4 jam/unit. Dosis pada pediatrik rata-rata 20
ml/kg, diikuti dengan volume yang diperlukan untuk stabilisasi. Bisanya
tersedia dalam volume 400-500 ml dengan masa hidup 21 hari. Hindari
memberikan tranfusi saat klien tidak dapat menoleransi masalah sirkulasi.
Hangatkan darah jika akan diberikan dalam jumlah besar.
b. Packed Red Blood cells (RBCs)
Komponen ini mengandung sel darah merah, SDP, dan trombosit karena
sebagian plasma telah dihilangkan (80 %). Tersedia volume 250 ml.
Diberikan selama 2 sampai 4 jam, dengan golongan darah ABO dan Rh

PKDDK

yang diketahui. Hindari menggunakan komponen ini untuk anemia yang


mendapat terapi nutrisi dan obat. Masa hidup komponen ini 21 hari.
c. White Blood Cells (WBC atau leukosit)
Komponen ini terdiri dari darah lengkap dengan isi seperti RBCs, plasma
dihilangkan 80 % , biasanya tersedia dalam volume 150 ml. Dalam
pemberian perlu diketahui golongan darah ABO dan sistem Rh. Apabila
diresepkan berikan dipenhidramin. Berikan antipiretik, karena komponen
ini bisa menyebabkan demam dan dingin. Untuk pencegahan infeksi,
berikan tranfusi dan disambung dengan antibiotik.
d. Leukosit poor RBCs
Komponen ini sama dengan RBCs, tapi leukosit dihilangkan sampai 95 %,
digunakan bila kelebihan plasma dan antibody tidak dibutuhkan.
Komponen ini tersedia dalam volume 200 ml, waktu pemberian 1
sampai 4 jam.
e. Platelet/trombosit
Komponen ini biasanya digunakan untuk mengobati kelainan perdarahan
atau jumlah trombosit yang rendah. Volume bervariasi biasanya 35-50
ml/unit, untuk pemberian biasanya memerlukan beberapa kantong.
Komponen ini diberikan secara cepat. Hindari pemberian trombosit jika
klien sedang demam.
Klien dengan riwayat reaksi tranfusi trombosit, berikan premedikasi
antipiretik dan antihistamin. Shelf life umumnya 6 sampai 72 jam
tergantung pada kebijakan
pusat di mana trombosit tersebut didapatkan. Periksa hitung trombosit
pada 1 dan 24 jam setelah pemberian.
f. Fresh Frozen Plasma (FFP)
Komponen ini digunakan untuk memperbaiki dan menjaga volume akibat
kehilangan darah akut. Komponen ini mengandung semua faktor
pembekuan darah (factor V, VIII, dan IX). Pemberian dilakukan secara
cepat, pada pemberian FFP dalam jumlah besar diperlukan koreksi adanya
hypokalsemia, karena asam sitrat dalam FFP mengikat kalsium. Shelf life

PKDDK

12 bulan jika dibekukan dan 6 jam jika sudah mencair. Perlu dilakukan
pencocokan golongan darah ABO dan system Rh.
g. Albumin 5 % dan albumin 25 %
Komponen ini terdiri dari plasma protein, digunakan sebagai ekspander
darah dan pengganti protein. Komponen ini dapat diberikan melalui
piggybag. Volume yang diberikan bervariasi tergantung kebutuhan pasien.
Hindarkan untuk mencampur albumin dengan protein hydrolysate dan
larutan alkohol.
2.7 Resiko Transfusi
Sebelum memberikan darah atau produk darah untuk seorang ibu, sangatlah
penting untuk mempertimbangkan risiko transfusi dibandingkan dengan
risiko tidak melakukan transfusi.
1) Resiko Transfusi dengan Darah Lengkap atau Transfusi Sel Darah Merah
a. Reaksi transfusi
b. Infeksi HIV, hepatitis B, hepatitis C, sifilis, malaria
c. Kontaminasi bakteri lainnya jika dibuat atau disimpan secara tidak
benar
2) Resiko transfusi plasma
a. Infeksi seperti di atas
b. Reaksi transfusi
c. Sangat sedikit indikasi yang jelas dari transfusi plasma (seperti
koagulopati) dan bahkan risikonya sering melebihi keuntungan yang
mungkin dirasakan oleh ibu.
3) Upaya Mengurangi Risiko
a. Seleksi donor darah
b. Penapisan infeksi yang dapat ditularkan melalui transfusi
(khususnya HIV-l, HIV-2, HeV, HbsAg, Treponema pallidum)
Program menjaga mutu
c. Penanganan yang baik terhadap penentuan golongan darah, tes
kompatibilitas, pemisahan komponen darah, penyimpanan, dan
transportasi produk darah
PKDDK

d. Penggunaan darah dan produk darah seeara tepat

2.8 Syarat-syarat Teknis Menjadi Donor Darah :


1. Umur 17 - 60 tahun
( Pada usia 17 tahun diperbolehkan menjadi donor bila mendapat ijin
tertulis dari orangtua. Sampai usia tahun donor masih dapat
menyumbangkan darahnya dengan jarak penyumbangan 3 bulan atas
pertimbangan dokter )
2. Berat badan minimum 45 kg
3. Temperatur tubuh : 36,6 - 37,5o C (oral)
4. Tekanan darah baik ,yaitu:
Sistole = 110 - 160 mm Hg
Diastole = 70 - 100 mm Hg
5. Denyut nadi; Teratur 50 - 100 kali/ menit
6. Hemoglobin
Wanita minimal = 12 gr %
Pria minimal = 12,5 gr %
7. Jumlah penyumbangan pertahun paling banyak 5 kali, dengan jarak
penyumbangan sekurang-kurangnya 3 bulan. Keadaan ini harus sesuai
dengan keadaan umum donor
2.9 Seseorang tidak boleh menjadi donor darah pada keadaan:
1. Pernah menderita hepatitis B.
2. Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah kontak erat dengan penderita
hepatitis.
3. Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah transfusi.
4. Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah tattoo/tindik telinga.

PKDDK

5. Dalam jangka waktu 72 jam sesudah operasi gigi.


6. Dalam jangka wktu 6 bulan sesudah operasi kecil.
7. Dalam jangka waktu 12 bulan sesudah operasi besar.
8. Dalam jangka waktu 24 jam sesudah vaksinasi polio, influenza,
cholera, tetanus dipteria atau profilaksis.
9. Dalam jangka waktu 2 minggu sesudah vaksinasi virus hidup parotitis
epidemica, measles, tetanus toxin.
10. Pernah menderita hepatitis B.
11. Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah kontak erat dengan penderita
hepatitis.
12. Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah transfusi.
13. Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah tattoo/tindik telinga.
14. Dalam jangka waktu 72 jam sesudah operasi gigi.
15. Dalam jangka wktu 6 bulan sesudah operasi kecil.
16. Dalam jangka waktu 12 bulan sesudah operasi besar.
17. Dalam jangka waktu 24 jam sesudah vaksinasi polio, influenza,
cholera, tetanus dipteria atau profilaksis.
18. Dalam jangka waktu 2 minggu sesudah vaksinasi virus hidup parotitis
epidemica, measles, tetanus toxin.
2.10

Manfaat Donor Darah


1. Dapat memeriksakan kesehatan secara berkala 3 bulan sekali seperti
tensi, Lab Uji Saring (HIV, Hepatitis B, C, Sifilis dan Malaria).
2. Mendapatkan piagam penghargaan sesuai dengan jumlah menyumbang
darahnya antara lain 10, 25, 50, 75, 100 kali.

PKDDK

10

3. Donor darah 100 kali mendapat penghargaan Satya Lencana Kebaktian


Sosial dari Pemerintah.
4. Merupakan bagian dari ibadah.

2.11

Transfusi Autologi
Transfusi autologi adalah pemberian infus ulang dari darah pasien sendiri
dengan berbagi metode. Terdapat beberapa ke untungan pada transfusi
autolog: karena paparan terhadap transfusi sel darah merah homolog
adalah minimal, tidak ada penularan penyakit (hepatitis, AIDS) atau
alloimunisasi, dan menggunakan darah mereka sendiri kadang-kadang
merupakan suatu alternatif.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Proses Transfusi Darah
Tujuan dilakukannya transfusi darah adalah untuk memberikan darah
kepada orang yang kekurangan darah, misalnya karena kecelakaan,
operasi, proses melahirkan, dan sebagainya. Tentunya ada hal-hal yang
harus diperhatikan pada proses transfusi ini, terutama jenis golongan
darah.

Gambar Skema transfusi darah


Dalam kasus transfusi darah, golongan darah ini sangat penting sekali
diketahui. Jika golongan darah yang ditransfusikan tidak sesuai, terutama
protein darahnya, maka sel darah akan digumpalkan atau mengalami

PKDDK

11

aglutinasi (penggumpalan). Apabila hal ini terjadi bisa membahayakan


jiwa penerima transfusi darah.
Orang yang memberikan darahnya disebut donor, sedangkan orang yang
menerima darah disebut resipien. Kemungkinan tranfusi darah dari donor
pada resipien dapat dilihat dari skema pada Gambar Dari skema pada
gambar di samping terlihat adanya kemungkinan terjadinya transfusi
darah. Skema tersebut dapat dijelaskan dengan tabel di bawah ini:

Dari tabel di atas apabila dipandang dari donornya terlihat bahwa:


1. golongan darah A dapat menjadi donor bagi golongan darah A dan AB;
2. golongan darah B dapat menjadi donor bagi golongan darah B dan AB;
3. golongan darah AB dapat menjadi donor bagi golongan darah AB;
4. golongan darah O dapat menjadi donor bagi golongan darah A, B dan AB.
Dalam hal ini golongan darah O disebut sebagai donor universal yaitu donor
bagi semua golongan darah.
Apabila dipandang dari resipiennya terlihat bahwa:
1. golongan darah A dapat menjadi resipien dari golongan darah A dan O;
2. golongan darah B dapat menjadi resipien dari golongan darah B dan O;
3. golongan darah AB dapat menjadi resipien dari golongan darah A, B, AB
dan O, dalam hal ini golongan darah AB disebut resipien uniersal, yaitu
resipien dari semua golongan darah;
PKDDK

12

4. golongan darah O hanya dapat menjadi resipien dari golongan darah O


saja.
3.2 Efek Samping Transfusi
1) Alergi
Penyebab:
a. Alergen di dalam darah yang didonorkan
b. Darah hipersensitif terhadap obat tertentu
Gejala : Anaphilaksis (dingin, bengkak pada wajah, edema laring,
pruritus, urtikaria, wheezing), demam, nausea dan vomit, dyspnea, nyeri
dada, cardiac arrest, kolaps sirkulasi
Intervensi:
a. Lambatkan atau hentikan tranfusi
b. Berikkan normal saline
c. Monitor vital sign dan lakukan RJP jika diperlukan
d. Berikan oksigenasi jika diperlukan
e. Monitor reaksi anafilaksis dan jika diindikasikan berikan epineprin dan
kortikosteroid
f. Apabila

diresepkan,

sebelum

pemberian

tranfusi

berikan

diphenhidramin

2) Anafilaksis
Penyebab

: Pemberian protein IgA ke resipien penderita defisiensi

IgA yang telah membentuk antibodi IgA

PKDDK

13

Gejala

: Tidak ada demam, syok, distress pernafasan (mengi,

sianosis), mual, hipotensi, kram abdomen, terjadi dengan cepat setelah


pemberian hanya beberapa milliliter darah atau plasma.
Intervensi:
a. Hentikan tranfusi
b. Lanjutkan pemberian infus normal saline
c. Beritahu dokter dan bank darah
d. Ukur tanda vital tiap 15 menit
e. Berikan ephineprine jika diprogramkan
f. Lakukan resusitasi jantung paru (RJP) jika diperlukan
Pencegahan: Tranfusikan sel darah merah (SDM) yang sudah diproses
dengan memisahkan plasma dari SDM tersebut, gunakan darah dari donor
yang menderita defesiensi IgA.
3) Sepsis
Penyebab

: Komponen darah yang terkontaminasi oleh bakteri atau

endotoksin.
Gejala

: Menggigil, demam, muntah, diare, penurunan tekanan

darah yang mencolok, syok


Intervensi:
a. Hentikan tranfusi
b. Ambil kultur darah pasien
c. Pantau tanda vital setiap 15 menit
d. Berikan antibiotik, cairan IV, vasoreseptor dan steroid sesuai program
Pencegahan
PKDDK

:Jaga darah sejak dari donasi sampai pemberian


14

4) Urtikaria
Penyebab

:Alergi terhadap produk yang dapat larut dalam plasma

donor
Gejala

:Eritema lokal, gatal dan berbintik-bintik, biasanya tanpa

demam
Intervensi:
a. Hentikan tranfusi
b. Ukur vital sign tiap 15 menit
c. Berikan antihistamin sesuai program
d. Tranfusi bisa dimulai lagi jika demam dan gejala pulmonal tidak ada
lagi
Pencegahan

:Berikan antihistamin sebelum dan selama pemberian

tranfusi
5) Kelebihan sirkulasi
Penyebab

: Volume darah atau komponen darah yang berlebihan atau

diberikan terlalu cepat


Gejala

:Dyspnea, dada seperti tertekan, batuk kering, gelisah, sakit

kepala hebat, nadi, tekanan darah dan pernafasan meningkat, tekanan vena
sentral dan vena jugularis meningkat
Intervensi:
a. Tinggikan kepala klien
b. Monitor vital sign
c. Perlambat atau hentikan aliran tranfusi sesuai program
d. Berikan morfin, diuretik, dan oksigen sesuai program

PKDDK

15

Pencegahan

:Kecepatan

pemberian

darah

atau

komponen

darah

disesuaikan dengan kondisi klien, berikan komponen SDM bukan darah


lengkap, apabila diprogramkan minimalkan pemberian normal saline yang
dipergunakan untuk menjaga kepatenan IV
6) Hemolitik
Penyebab: Antibody dalam plasma resipien bereaksi dengan antigen dalam
SDM donor, resipien menjadi tersensitisasi terhadap antigen SDM asing
yang bukan dalam system ABO
Gejala :Cemas, nadi, pernafasan dan suhu meningkat, tekanan darah
menurun, dyspnea, mual dan muntah, menggigil, hemoglobinemia,
hemoglobinuria, perdarahan abnormal, oliguria, nyeri punggung, syok,
ikterus ringan. Hemolitik akut terjadi bila sedikitnya 10-15 ml darah yang
tidak kompatibel telah diinfuskan, sedangkan reaksi hemolitik lambat
dapat terjadi 2 hari atau lebih setelah tranfusi.
Intervensi:
a. Monitor tekanan darah dan pantau adanya syok
b. Hentikan tranfusi
c. Lanjutkan infus normal saline
d. Pantau keluaran urine untuk melihat adanya oliguria
e. Ambil sample darah dan urine
f. Untuk hemolitik lambat, karena terjadi setelah tranfusi, pantau
pemeriksaan darah untuk anemia yang berlanjut
Pencegahan

:Identifikasi klien dengan teliti saat sample darah diambil

untuk ditetapkan golongannya dan saat darah diberikan untuk tranfusi


(penyebab paling sering karena salah mengidentifikasi).
7) Demam Non-Hemolitik

PKDDK

16

Penyebab

:Antibody anti-HLA resipien bereaksi dengan antigen

leukosit dan trombosit yang ditranfusikan.


Gejala :Demam, flushing, menggigil, tidak ada hemolisis SDM, nyeri
lumbal, malaise, sakit kepala
Intervensi:
a. Hentikan tranfusi
b. Lanjutkan pemberian normal saline
c. Berikan antipiretik sesuai program
d. Pantau suhu tiap 4 jam
Pencegahan

:Gunakan darah yang mengandung sedikit leukosit (sudah

difiltrasi)
8) Hiperkalemia
Penyebab :Penyimpanan darah yang lama melepaskan kalium ke dalam
plasma sel
Gejala :Serangan dalam beberapa menit, EKG berubah, gelombang T
meninggi dan QRS melebar, kelemahan ekstremitas, nyeri abdominal
9) Hipokalemia
Penyebab

:Berhubungan dengan alkalosis metabolik yang diindikasi

oleh sitrat tetapi dapat dipengaruhi oleh alkalosis respiratorik


Gejala :Serangan bertahap, EKG berubah, gelombang T mendatar, segmen
ST depresi, poliuria, kelemahan otot, bising usus menurun
10) Hipotermia
Penyebab

:Pemberian komponen darah yang dingin dengan cepat atau

bila darah dingin diberikan melalui kateter vena sentral.


Gejala :Menggigil, hipotensi, aritmia jantung, henti jantung/cardiac arrest
PKDDK

17

Intervensi:
a. Hentikan tranfusi
b. Hangatkan pasien dengan selimut
c. Ciptakan lingkungan yang hangat untuk pasien
d. Hangatkan darah sebelum ditranfusikan
e. Periksa EKG
3.3 Infeksi yang ditularkan melalui tranfusi
1) AIDS
Penyebab

:Darah donor HIV seropositif

Gejala

:Demam, keringat malam, letih, berat badan menurun,

adenopati, lesi kulit seropositif terhadap virus HIV


2) Kontaminasi bakteri
Penyebab

:Kontaminasi pada saat penyumbangan atau persiapan,

bakteri endotoksin melepaskan endotoksin.


Gejala :Serangan dalam 2 jam tranfusi (menggigil, demam, nyeri
abdomen, syok, hipotensi yang nyata
3) Cytomegalovirus (CMV)
Virus CMV dapat berada pada orang dewasa yang sehat. Pasien-pasien
dengan imunosupresi berisiko tinggi tertular CMV
Gejala

:Letih, lemah, adenopati, demam derajat rendah

4) Hepatitis
Hepatitis A dan hepatitis B jarang, penyakit hati kronik lebih umum
dengan Hepatitis C daripada hepatitis B

PKDDK

18

Gejala :Terjadi dalam dalam beberapa minggu sampai bulan setelah


tranfusi, mual, muntah, ikterus, malaise, kadar enzim hati tinggi
5) GVHD (Graft versus host desease)
Penyebab

:Limfosit donor yang normal bereproduksi di dalam tubuh

resipien yang mengalami gangguan kekebalan, limfosit menyerang


jaringan resipien karena dianggap sebagai protein asing.
Gejala

:Demam, ruam kulit, diare, infeksi, gangguan fungsi hati

(jaundice, supresi sumsum tulang)


Intervensi

:Berikan metotresat dan kortikosteroid jika diprogramkan

Pencegahan

;Berikan darah yang tidak diradiasi jika diprogramkan,

berikan darah yang telah dicuci dengan saline jika diprogramkan


3.4 Manajemen efek tranfusi
Pedoman untuk mengatasi reaksi tranfusi yang dibuat oleh American
Assotiation of Blood Banks adalah:
a. Hentikan tranfusi untuk membatasi jumlah darah yang diinfuskan
b. Beritahu dokter
c. Pertahankan jalur IV tetap terbuka dengan infus normal saline
d. Periksa semua label, formulir, dan identifikasi pasien untuk menentukan
apakah pasien menerima darah atau komponen darah yang benar
e. Segera laporkan reaksi tranfusi yang dicurigai pada petugas bank darah
f. Kirimkan sample darah yang diperlukan ke bank darah sesegera mungkin,
bersama-sama dengan kantong darah yang telah dihentikan, set pemberian,
larutan IV yang diberikan, dan semua formulir dan label yang
berhubungan.
g. Kirim sampel lainnya (misal urin)

PKDDK

19

h. Lengkapi laporan institusi atau formulir reaksi tranfusi yang dicurigai


i. Peralatan yang harus disiapkan (obat-obatan seperti: aminophilin,
difenhidramin, hidroklorida, dopamine, epinefrin, heparin, hidrokortison,
furosemid, asetaminofen, aspirin; set oksigenasi; kit kateter foley; botol
kultur darah; cairan IV; selang IV)

3.5 Teknik Pemisahan


Fersis adalah suatu proses mengambil darah lengkap dari donor dan
kemudian memisahkannya kedalam bagian-bagian komponen dengan
sentrifugasi, dengan mengambil komponen yang di inginkan. Sisanya di
kembalikan ke donor, jadi memungkinkan pengumpulan sejumlah besar
komponen tunggal untuk seorang resipien. Teknik ini di gunakan untuk
pengumpulan trombosit atau sel-sel darah putih (granulosit) yang selektif,
dan menyediakan leukosit manusia dan trombosit yang cocok dalam
jumlah yang cukup untuk pasien-pasien khusus.

3.6 Transfusi masif


Transfusi masif adalah penggantian transfusi darah total pasien dalam
periode 24 jam. Volume darah di perkirakan sekitar 75 ml/kg atau kirakira 5000 ml (10 unit drah lengkap atau lebih) pada orang dewasa dengan
berat badan 70 kg.

PKDDK

20

BAB IV
PENUTUP
4.1 Simplan
Penggantian darah atau tranfusi darah adalah suatu pemberian darah
lengkap atau komponen darah seperti plasma, sel darah merah kemasan
atau trombosit melalui IV. Atau Transfusi adalah proses pemindahan darah
dan produk darah dari donor ke resipien (pasien). Jadi dapat di simpulkan
Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis
darah dari satu orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah
berhubungan dengan kondisi medis seperti kehilangan darah dalam jumlah
besar disebabkan trauma, operasi, syok dan tidak berfungsinya organ
pembentuk sel darah merah. Meskipun tranfusi darah penting untuk
mengembalikan homeostasis, tranfusi darah dapat membahayakan. Banyak
komplikasi dapat ditimbulkan oleh terapi komponen darah, contohnya
reaksi hemolitik akut yang kemungkinan mematikan, penularan penyakit
infeksi dan reaksi demam.

4.2 Saran
Penulis menyarankan pada tenaga kesehatan khususnya perawat dapat
mengerti tentang transfusi darh, golongan darah yang akan di transfusi dan
mengetahui efek dari transfusi

PKDDK

21

DAFTAR PUSTAKA
http://referensiartikelkedokteran.blogspot.com/2011/09/transfusi-darah.html
http://healthyenthusiast.com/transfusi-darah.html

Joanne, C. La Rocca.1998.Terapi Intra Vena. Jakarta :EGC


Shirley, E.otto. 1998. Terapi Intra Vena. Jakarta : EGC
Anderson KC, Braine HG: Transfusion-associeted graft-versus-host disease,
current concepts, NJM323(5):315,1990.

PKDDK

22

Anda mungkin juga menyukai