Anda di halaman 1dari 4

Kami Bosan Tinggal di Atas Pohon

Kompas/Iwan SetiyawanZakarias Ambraro, kepala suku Kombai, di depan rumah pohon keluarganya di tepi hutan Kampung Basman, Distrik Kaibar, di pedalaman Kabupaten appi, Papua, !umat "#$/%%/#&%#'( Suku Kombai termasuk satu di antara tiga suku terasing di pelosok Papua yang masih tinggal di rumah pohon( )oto* % # $ + , Play Slideshow K- PAS(.om // 0ua.a panas menyengat terasa di kulit saat tiba di tepian hutan Kampung Basman, Distrik Kaibar, di pedalaman hutan Kabupaten appi, Papua, !umat "#$/%%/#&%#'( Saat kaki melangkah, tanah terasa goyah dan basah, tanah khas hutan gambut yang mirip karpet tebal tergelar( Ketika memasuki hutan, terbentang batang/ batang pohon kayu besi men1ulang ke langit( Tiga rumah terlihat samar berada di antara pu.uk pepohonan tersebut( Senyum khas warga lokal menyambut tamu yang datang melangkah memasuki hutan tempat mereka tinggal( Sementara itu sebagian di antara mereka menatap dengan pandangan ta1am dengan sedikit rasa resah dan tegang( Busur dan anak panah tergenggam erat di tangan para lelaki yang tak berbusana( Ke.urigaan yang terpan.ar karena kedatangan rombongan orang yang tidak mereka kenal dengan bahasa yang 1uga tak dimengerti( Perempuan dan anak/anak duduk di beranda rumah/rumah di atas pohon menatap pertemuan dua budaya itu( Kata sapa selamat siang sedikit men.airkan suasana saat satu di antara mereka menyambut tamu yang datang sambil mengulurkan tangan( 2Saya Zakarias Ambraro, pemilik rumah tinggi ini,2 kata lelaki setengah baya tanpa mengenakan busana sambil memegang erat busur dan anak panah( Zakarias merupakan salah satu kepala keluarga Suku Kombai yang tinggal di rumah pohon atau yang mereka sebut rumah tinggi( 3umah keluarganya berada di ketinggian sekitar %4 meter dari tanah(

Ia tinggal di rumah tersebut bersama se1umlah istri dan anak/anaknya( Bahasa Indonesia yang diu.apkannya didapatkan dari bela1ar otodidak saat men1ual satwa buruan di pasar terdekat( Suku Kombai merupakan satu di antara tiga suku terasing di pedalaman Kabupaten appi yang masih tinggal di rumah/rumah pohon( Selain Kombai ada Suku Korowai dan Suku 0itak( Ketiga suku ini menetap di lahan hutan tropis seluas sekitar 5&& kilometer persegi di Distrik kaibar dan Ti6ain( eskipun berada di wilayah hutan yang sama dengan bahasa keseharian yang mirip, ketiga suku ini 1arang saling mengenal dan dahulu dikenal saling bermusuhan( 7ari itu, puluhan warga tiga suku tersebut sedang berkumpul di Kampung Basman( ereka diminta datang dari berbagai pelosok hutan untuk menyambut rombongan enteri Sosial Salim Sega8 Al !u8ri, yang akan menyerahkan bantuan rumah dan beragam kebutuhan hidup( Kedatangan menteri terkait dengan program pemberdayaan masyarakat komunitas adat terasing di wilayah itu( Suku rumah pohon enemui warga pedalaman yang tinggal di rumah pohon tidaklah mudah( ereka adalah kaum nomaden yang tinggal di rumah pohon dengan berpindah/pindah tempat( !ika sumber makanan, baik umbi/umbian, sagu, ataupun binatang seperti ikan, babi, dan rusa telah habis, maka mereka akan berpindah dan membangun rumah pohon lagi di tempat lain( 9ilayah hutan yang men1adi tempat hidup mereka 1uga 1auh dari kota atau permukiman lain( Sebagai gambaran 1ika dari erauke maka harus menu1u ke Kepi sebagai ibu kota Kabupaten appi dengan naik pesawat komersial selama satu 1am( Dari Kepi dilan1utkan per1alanan melewati sungai dan rawa dengan perahu motor dengan lama per1alanan 4/: 1am( Per1alanan naik perahu motor sungguh pengalaman luar biasa( Sepan1ang per1alanan disuguhi pemandangan indahnya hutan tropis Papua yang masih lebat dan rapat( Suara burung .endrawasih liar men1adi penghilang rasa bosan( Saat berkun1ung ke sana, enteri Sosial dan rombongan mendapat 8asilitas helikopter milik T;I AD yang bisa menyingkat per1alanan men1adi sekitar #,4 1am dari erauke langsung ke Kampung Basman( Suku/suku ini hanya bagian dari banyaknya komunitas adat terasing yang masih tersebar di bumi Papua( 7anya sa1a, tiga suku inilah yang dikenal sebagai suku penghuni rumah pohon( Keberadaan mereka baru ter.atat sekitar tahun %<=&/an saat misionaris Belanda datang ke sana dan tinggal bersama Suku Korowai( Selan1utnya para antropolohg asing banyak yang meneliti kehidupan Suku Korowai dan suku lain di wilayah itu( 3umah pohon mereka bangun di atas pohon/pohon besar di hutan, biasanya pohon kayu besi( Sebuah rumah bisa dibangun oleh sekitar +/5 orang dalam waktu %/# minggu( ereka menebang pohon di hutan dan menggunakan batang rotan sebagai pengikat kayu( Atap rumah mereka buat dari daun sagu yang dianyam dan diikat rotan, Tak ada satupun paku atau pasak kayu untuk membuat rumah( Semua hanya didasarkan pada ikatan rotan yang kuat( ereka tinggal di rumah/rumah pohon bukanlah tanpa alasan( Kehidupan di hutan yang masih liar dengan an.aman satwa seperti babi hutan dan ular men1adi alasan( Selain itu,

hubungan antarsuku yang masih 1arang ada kontak membuat mereka kurang mengenal dan menganggap komunitas di luar mereka sebagai an.aman( Tinggal di rumah pohon yang tinggi men1adikan mereka aman dari an.aman serangan suku lain( Pemberdayaan suku terpen.il Pemerintah melalui Kementerian Sosial membuat program pemberdayaan komunitas adat terpen.il termasuk suku/suku yang tinggal di rumah pohon( ereka mendapatkan bantuan rumah kayu permanen di lahan yang disediakan( Selain itu mereka 1uga mendapat bimbingan untuk beradaptasi dengan budaya luar( Saat ini sudah terbangun sekitar %+& rumah kayu permanen yang sudah ditempati warga Suku Korowai( Se.ara bertahap 1uga akan dibangun untuk warga Suku Kombai dan 0itak( Zakarias yang men1adi salah satu perwakilan Suku Kombai berharap pemerintah 1uga membuatkan mereka rumah kayu permanen di atas tanah( 2Kami ingin punya rumah 1uga di atas tanah, bukan rumah tinggi di pohon( Kami .apek dan bosan tinggal di atas pohon lagi,2 u1arnya( Keinginan tersebut wa1ar mengingat mereka yang sudah menetap di rumah di bawah merasa betah dan senang( ereka 1uga mendapat bantuan kebutuhan hidup( asuknya para rohaniwan turut membantu adaptasi mereka( Pemahaman tentang agama, negara, dan hubungan sosial perlahan mulai dikenalkan( Selain itu, aparat T;I dan Polri yang ada 1uga diharapkan men1adi 1aminan keamanan untuk menghindari perang antarsuku sehingga mereka merasa aman ketika harus turun dari rumah pohon( Ketua Dewan Adat appi >alentinus ? Kamakaimu, menyambut gembira program ini( Dia berharap hal tersebut bukan sekadar upaya pemerintah menarik simpati warga lokal( 2Semoga upaya pemerintah ini dapat menyentuh hati warga dan membuka wa.ana bagaimana masyarakat adat menyadari hadirnya pemerintah Indonesia di sini karena sebagian besar suku/suku ini belum mengenal negara Indonesia,2 u1ar >alentinus( Kementerian Sosial meren.anakan program pemberdayaan ini ber1alan dalam waktu lima tahun( Selan1utnya akan diserahkan kepada pemerintah daerah untuk meneruskan pemberdayaan dan pendampingan( enurut 9akil Bupati appi, Ben1amin ;gali, saat ini ada sekitar 4&& kepala keluarga dari tiga suku yang masih tinggal di rumah pohon( Se.ara bertahap mereka akan diberi bantuan rumah kayu permanen di atas tanah yang merupakan bagian dari progam pemerintah( ereka 1uga diberi bekal ketrampilan dan bahan kebutuhan hidup untuk menghadapi pengaruh budaya luar yang kini sudah mulai mereka kenal( 2Kita akan berdayakan warga lokal dengan melibatkan tokoh masyarakat adat( Pemberdayaan ini bukan untuk mengubah adat dan budaya mereka tetapi mempersiapkan mereka karena mau tidak mau mereka sudah bersinggungan dengan budaya luar ketika harus men1ual hasil bumi di pasar,@ u1ar Ben1amin( Bagaimanapun 1uga, suku/suku terasing tersebut merupakan bagian dari saudara kita yang tinggal di wilayah negara Indonesia( Selain persoalan permukiman yang layak, akses kesehatan dan pendidikan 1uga men1adi persoalan yang masih harus disediakan pemerintah( Sehingga mereka ke depan bisa men1adi warga negara yang 1uga punya hak untuk berkarya dan ma1u(

Aditor * ;asru Alam A6i6

Anda mungkin juga menyukai