Anda di halaman 1dari 4

SINERGITAS PERUSAHAAN PT.

TELEKOMUNIKASI INDONESIA DENGAN ANAK PERUSAHAANNYA UNTUK PERKEMBANGAN PERUSAHAAN


Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan mata kuliah Manajemen dan Organisasi Bisnis

Disusun oleh: Agung Ramadhan Putra 2513111023

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI BANDUNG 2013

Telkom mendorong peningkatan peranan masing-masing anak-anak perusahaan untuk mendapatkan value synergy, antara lain berupa sinergi go to market alignment, yaitu unit atau anak perusahaan di dalam TelkomGroup bersinergi mendapatkan revenue dari customer di luar TelkomGroup. Konsekuensi dari transformasi bisnis yang dideklarisasikan pada 23 Oktober 2009 lalu adalah bisnis Telkom tidak lagi sebatas telekomunikasi dan informasi/fixed, mobile dan multimedia (FMM) tetapi sudah menjadi telecommunication, information, media dan edutainment (TIME). Langkah untuk menjadi perusahaan TIME terbesar di Indonesia, antara lain dengan melakukan akuisisi perusahaan yang bergerak di bidang information, media dan edutainment (IME), jelas Head of Corporate Communication & Affair Telkom, Eddy Kurnia. Akuisisi yang dilakukan, antara lain pada 2008 mengakuisisi PT. Sigma Citra Caraka yang bergerak di bidang IT services, PT. AdMedika untuk e-health, Mojopia untuk e-commerce, content and communication dan paling akhir adalah membuat perusahaan patungan PT. Melon Indonesia bekerja sama dengan SK Telecom (Korea Selatan) untuk pengembangan musik digital. Tujuan yang ingin dicapai dengan akuisisi tersebut menciptakan peluang bisnis baru (blue ocean) yang pertumbuhannya masih tinggi, terutama new wave business dengan basis IME sedangkan legacy business dengan basis telekomunikasi, tetap dipertahankan pertumbuhannya dan tetap menjadi cash cow Telkom. Terkait perkembangan dari masing-masing perusahaan yang sudah diakusisi, semuanya menunjukkan pertumbuhan yang bagus. PT. Sigma Citra Caraka misalnya, merupakan IT services business yang handal dengan pertumbuhan pendapatan signifikan. Sementara AdMedika tumbuh sekitar 30 persen, Mojopia (plasa.com) dengan fokus e-commerce sudah menjadi gerbang bagi usaha kecil dan menengah (UKM) dan sekarang sedang mempersiapkan untuk layanan kelas premium sedangkan Melon diyakini tumbuh pesat karena sekarang eranya musik digital. Tujuan yang ingin dicapai dengan akuisisi perusahaan-perusahaan tersebut adalah menciptakan peluang bisnis baru (blue ocean) yang pertumbuhannya masih tinggi, pertumbuhan yang masih tinggi tersebut terutama new wave business dengan basis IME sedangkan legacy business dengan basis telekomunikasi tetap dipertahankan pertumbuhannya. Pebruari lalu, Telkom meluncurkan layanan baru Delima (Delivery Money Access). Ini merupakan layanan jasa pengiriman uang (money remittance) secara elektronik. Belum banyak pemain dalam bidang money remittance ini, sementara kebutuhan jasa pengiriman secara cepat dan mudah semakin tinggi. Telkom meyakini masa depan layanan pengiriman uang sangat cerah yang tentunya akan memberikan kontribusi nyata terhadap revenue Telkom.

Upaya-upaya lain untuk mendukung pertumbuhan bisnis TIME adalah membangun infrastruktur, meningkatkan pelayanan dan mempercepat penetrasi layanan broadband access Speedy dan lainnya. Kontribusi new waves business terhadap keseluruhan revenue Telkom saat ini sekitar 15-20 persen dan kecenderungannya terus meningkat.

Peluang Besar Infomedia dan AdMedika Khusus PT. Infomedia Nusantara, Telkom memandangnya sangat optimis. Bisnis BPO (Business Process Outsourcing) dan contact center (call center) di Indonesia masih memiliki potensi yang sangat besar. Pada 2011 ini, potensi bisnis outsourcing di dunia diprediksi mencapai USD 540 miliar sedangkan untuk Indonesia, potensi bisnis ini diperkirakan mencapai Rp 36 triliun. Selain itu, jumlah seat call center di Indonesia baru 20.000 seat. Ini tergolong masih sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara tetangga yang memiliki jumlah penduduk jauh lebih sedikit dibandingkan Indonesia, seperti Singapura (28.000 seat) dan Filipina (160.000 seat), apalagi jika dibandingkan dengan Cina (220.000 seat) dan India (350.000 seat). Jumlah penduduk lebih dari 230 juta jiwa dan perkiraan pelanggan lebih dari 100 juta jiwa, tentu saja jumlah seat yang hanya 20.000 seat tersebut masih jauh dari kata cukup. Sesuai dengan status Telkom sebagai BUMN dan Infomedia sebagai satu-satunya perusahaan yang tergabung dalam TelkomGroup yang bergerak di bisnis ini, tentunya Infomedia memiliki peluang yang besar dalam merebut pangsa pasar sebagai BPO. Sementara Ad Medika juga menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan. Sebagai third party administrator (TPA) yang melayani pelanggan dalam klaim asuransi kesehatan, AdMedika sudah mengembangkan sistem secara elektronik. AdMedika merupakan perusahaan health care network yang sudah berdiri sejak 2002 dan terus mendukung industri business outsourcing e-health yang sedang berkembang dengan perkiraan jumlah anggota 10 juta orang sedangkan AdMedika saat ini sudah memiliki anggota sebanyak 1,5 juta. Artinya peluang AdMedika untuk berkembang sangat terbuka luas. Dana yang dibutuhkan untuk mengakuisisi 75% saham Admedika pada 2010 adalah Rp 132 milyar. Pendapatan Admedika 2010 mencapai Rp. 43,9 milyar dan laba bersih Rp 8,2 milyar. Pendapatan Admedika kuartal I 2011 adalah Rp15,6 milyar dan laba bersih Rp 5,2 milyar. Target pendapatan Admedika 2011 sebesar Rp 76,4 milyar dan target net income Rp 11,2 milyar. Telkom optimis target tersebut bisa tercapai. Anak usaha lain, yakni Telkom Vision -- seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat akan hiburan berkualitas secara umum kinerja Telkom Vision cukup baik pada 2010 yang lalu. Dilihat dari sisi pendapatan, pada 2010 Telkom Vision mampu membukukan pendapatan sebesar Rp 161,6 miliar, meningkat Rp 53,9 miliar atau naik 50,1% dibandingkan dengan 2009

yang hanya Rp 107,7 miliar. Pada 2011, TelkomVision ditargetkan meraih total pendapatan sebesar Rp 258,2 miliar. Sampai dengan Triwulan I 2011 ini, pendapatan Telkom Vision telah mencapai Rp 49,4 miliar atau sekitar 19% dari total target pendapatan 2011. Kecenderungan yang kini berkembang di masyarakat, yakni less cash society mendorong pertumbuhan Finnet secara cukup berarti. Pendapatan Finnet pada 2010 lalu tumbuh sebesar 127% dibandingkan 2009, jauh di atas pertumbuhan industri yang hanya sebesar 13%. "Melihat dinamika masyarakat yang terus berkembang dan kecendwngannya ke arah penggunaan data, kami yakin Anak Perusahaan yang berbasis IME mempunyai prospek positif untuk terus tumbuh secara sehat", demikian Eddy Kurnia.

Anda mungkin juga menyukai