Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG MASALAH Menulis adalah pekerjaan pokok bagi semua karyawan ilmiah seperti dosen, peneliti, dan orang-orang yang terlibat dalam pendidikan, penelitian dan pekerjaan ilmiah. Kepakaran seorang dosen atau peneliti dapat diukur salah satunya dari mutu dan jumlah karya tulis ilmiahnya. Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah itu sendiri adalah sebagai sarana komunikasi antara orang-orang yang hidup di masa sekarang maupun untuk generasi yang akan datang dalam rangka memajukan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan. Agar komunikasi berjalan dengan baik, dengan pengertian bahwa tidak ada salah pengertian antara penulis dan pembaca, maka keterampilan mengkomunikasikan bahasa merupakan faktor yang penting. Keterampilan mengkomunikasikan bahasa dapat diperoleh dengan cara memahami filosofi dan metodologi penulisan karya tulis ilmiah. Tentu saja pemahaman tersebut tidak ada artinya tanpa latihan secara terus menerus. Sejarah mencatat bahwa manusia telah dapat berkomunikasi sejak 1000 tahun yang lalu, jauh sebelum komunikasi ilmiah yang kita kenal sekarang berkembang. Para ahli percaya bahwa jurnal pertama baru terbit sekitar 700 tahun kemudian. Pengetahuan, keilmuan atau yang lainnya tidak dapat secara efektif dikomunikasikan tanpa adanya media komunikasi. Manusia prasejarah melakukan komunikasi secara lisan dan tulisan dalam bentuk yang sederhana. Coretan-coretan di gua dan di bebatuan pada masa itu merupakan salah satu usaha pertama manusia untuk meninggalkan catatan bagi generasi selanjutnya. Kita beruntung catatan peninggalan sejarah itu sampai sekarang masih ada. Buku pertama diukir di atas tablet tanah lempung sekitar tahun 4000 SM. Di tahun 2000 SM, para ilmuwan telah menggunakan papyrus sebagai media komunikasi. Kemudian pada tahun 190 SM, kertas kulit (dari hewan) mulai digunakan. Baru pada tahun 105 M, seorang ilmuwan Cina menemukan kertas sebagai media komunikasi modern. Mesin tik muncul sekitar tahun 1100 M di China, dan percetakan pertama berkembang di Eropa pada tahun 1455 M. Dan jurnal ilmiah pertama kali terbit pada tahun 1665 M di Perancis dan Inggris. Sejak itulah, komunikasi ilmiah berkembang dengan pesat. Karakteristik utama dari karya tulis ilmiah adalah adanya kejelasan. Artinya bahwa kesuksesan dari sebuah percobaan ilmiah adalah buah hasil dari sebuah pemikiran yang

jelas tentang suatu masalah sehingga dihasilkan sebuah kesimpulan yang jelas. Komunikasi ilmiah akan berjalan dua arah yaitu antara penulis dengan pembaca dan sebaliknya.

Komunikasi ini berjalan karena adanya sinyal, yaitu berupa karya tulis ilmiah. Bahasa dari karya tulis ilmiah juga berbeda dengan tulisan non ilmiah atau populer. Tulisan ilmiah haruslah dibuat dengan menggunakan bahasa yang jelas, sederhana dan teratur. Kegiatan menulis merupakan kegiatan yang sebagian orang dianggap sukar, padahal orang dapat mengkomunikasikan gagasannya secara efektif dengan cara menulis. Kegiatan menulis merupakan keterampilan yang dapat dibina dan dilatihkan. Ada kendala-kendala psikologis sehingga seseorang tidak berani menulis, antara lain: merasa diri tidak mampu untuk menulis, takut salah atau disepelekan orang lain, tidak berani mengambil resiko, penyakit malas menulis, adanya anggapan bahwa gagasan cukup dituangkan dengan lisan, menutup diri dari pengalaman dan gagasan baru, dan merasa cukup sebagai konsumen. (O. Setiawan Djuharie, 2001: 120). Tulisan yang dianggap sukar diantaranya adalah artikel. Artikel adalah sebuah karangan faktual (non fiksi), tentang suatu masalah secara lengkap yang panjangnya tidak ditentukan, untuk dimuat di surat kabar, majalah, buletin dan sebagainya dengan tujuan untuk menyampaikan gagasan dan fakta guna meyakinkan, mendidik, menawarkan pemecahan suatu masalah, atau menghibur. Artikel termasuk termasuk tulisan kategori views (pandangan), yaitu tulisan yang berisi pandangan, ide, opini, penilaian penulisnya tentang suatu masalah atau peristiwa. Dalam tulisan Endang Komara tentang Tips Menulis Artikel dan Karya Ilmiah dijelaskan bahwa menulis artikel berbeda dengan menulis berita. Penulisan berita harus berdasarkan fakta atas peristiwa yang terjadi. Penulisan berita juga bisa ditambah dengan interpretasi, sepanjang itu diperuntukkan bagi penjelasan fakta. Tetapi menulis berita, sama sekali tidak diperbolehkan memasukkan opini. Untuk mewadahi penyampaian opini masyarakat pada surat kabar atau majalah, disediakan kolom khusus yaitu halaman opini (opinion page). Menulis artikel boleh dimulai dengan pemaparan fakta sebagai data dari apa yang akan ditulisnya. Dari data yang ada itulah penulis bisa memberikan pendapat, pandangan, gagasan, bahkan interpretasi dari fakta yang ada pada data tersebut. Menurut Wahyu Wibowo dalam bukunya Cara Cerdas Menulis Artikel Ilmiah dijelaskan bahwa berpikir kritis dipercaya sebagai keterampilan aktif seorang penulis dalam menginterprestasi dan mengevaluasi ihwal observasi,komunikasi,informasi, dan argumentasi yang dibangunnya.

Menurut Fisher (1997), misalnya berpikir kritis bahkan tidak dapat diindentikkan secara serta merta dengan kecendekiaan atau intelektualitas kita sebagai ilmuwan. Pasalnya, bepikir kritis memiliki sejumlah ukuran, dan keberhasilan kita dalam berpikir kritis bergantung pada peran atau keterampilan aktif kita dalam bertanya, menjawab, dan mengostruksi itu haruslah dilakukan secara reflektif, yakni berpalingnya sejenak diri kita dari objek-objek yang sedang kita perhatikan dalam rangka menemukan hakikat terdalam. Dapat dikatakan berpikir kritis-reflektif berhubungan dengan segala jenis aktivitas ilmiah yang dilakukan si ilmuwan dan bagaimanapun kompleksnya penelitian yang dilakukannya,tidak mungkin dilepaskan dari penggunaan bahasa. Artinya , untuk menyebarluaskan hasil penelitiannya,baik dalam bentuk laporan penelitian, makalah, tesis, artikel ilmiah untuk jurnal, maupun buku teks, seorang ilmuwan pasti membutuhkan bahasa. Oleh karena itu, ilmuwan tidak boleh lepas atau melepaskan diri dari kesadaran berbahasa.Tanpa kesadaran berbahasa, seorang ilmuwan ibarat berteriak-teriak seorang diri di tengah hutan rimba yang masih perawan. Melalui makalah ini penulis mencoba untuk memberikan solusi dari masalah sulitnya menulis artikel ilmiah, sehingga para karyawan ilmiah dapat mengetahui cara mudah dan cermat dalam menulis artikel ilmiah.

RUMUSAN MASALAH 1. Apakah itu artikel ilmiah? 2. Apakah bagian-bagian dari artikel ilmiah? 3. Apakah pengaruh berpikir kritis-reflektif dalam menulis artikel ilmiah?

TUJUAN PENULISAN 1. Untuk mengetahui pengertian dari artikel ilmiah. 2. Untuk mengetahui bagian-bagian dari artikel ilmiah. 3. Untuk mengetahui pengaruh berpikir kritis-reflektif dalam menulis artikel ilmiah

MANFAAT PENELITIAN 1. Memberikan metode penulisan artikel ilmiah yang baik dan benar bagi mahasiswa khusunya dan karyawan ilmiah pada umumnya. 2. Membantu mahasiswa agar mereka dapat menulis artikel dengan baik dan benar sehingga kesalahan dalam penulisan ilmiah dapat diminimalisasi.

BAB II PEMBAHASAN

PENGERTIAN ARTIKEL ILMIAH Menurut Haryono dalam Penulisan Artikel Ilmiah, Artikel ilmiah dapat didefinisikan sebagai artikel yang ditulis dengan mengikuti kaidah dan notasi ilmiah. Artikel jenis ini berisi laporan hasil penelitian atau pemikiran yang bersifat ilmiah. Tidak dapat dikatakan artikel ilmiah ketika artikel tersebut hanya berisi tulisan fiksi dan tidak memiliki dasar kenyataan yang bisa dibuktikan secara ilmiah. Sedangkan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, artikel ilmiah berarti karya tulis lengkap, misalkan laporan berita atau esai di majalah, surat kabar dan sebagainya. Artikel ilmiah memiliki beberapa ciri sebagai berikut : 1. Lugas, yang artinya tulisan tidak bertele-tele dan langsung to the point ke pokok permasalahan. 2. Logis, keterangan yang diberikan memiliki landasan teori dan masuk akal serta dapat diverifikasi mengenai kebenarannya. 3. 4. 5. 6. Tuntas, pokok permasalahan yang diangkat dikupas secara mendetail. Objektif, keterangan yang diberikan sesuai dengan data atau fakta. Cermat, seksama dalam penulisan untuk meminimalisir adanya kesalahan. Jelas dan padat, maksudnya keterangan-keterangan yang tercantum dipaparkan secara jelas. Artikel ilmiah adalah artikel yang memenuhi kaidah ilmu pengetahuan. Artikel ilmiah juga dapat diartikan sebagai hasil berpikir ilmiah didasarkan pada rencana yang relatif matang karena akan memudahkan penulis untuk mewujudkan teks artikel. Selain itu, artikel ilmiah juga merupakan suatu representasi hasil pemikiran penulis atau suatu obyek kajian kepada pembaca melalui bahasa tulis dengan mengikuti sistematika penulisan dan kaidah penulisan ilmiah (Sukmawan,2009).

Istilah artikel ilmiah mempunyai empat dimensi yaitu 1. Dimensi hasil pemikiran atas suatu obyek kajian yang dapat berupa temuan penelitian atau gagasan analitis kritis, 2. Dimensi bahasa tulis sebagai alat mempresentasikan hasil pemikiran penulis dalam bentuk satuan-satuan makna dan penanda hubungan satuan-satuan secara eksplisit, 3. Dimensi sistematika yang dijadikan unsur pembeda antara bentuk karya tulis artikel dengan bentuk karya tulis lain, dan 4. Dimensi kaidah penulisan yang harus ditaati,baik yang bersifat umum maupun bersifat selingkung.

BAGIAN-BAGIAN ARTIKEL ILMIAH Seperti karya tulis ilmiah pada umumnya,artikel ilmiah mempunyai bagian-bagian yaitu 1. Judul dan penulis Judul memiliki fungsi lebih dari sekadar nama. Judul sebuah artikel ilmiah merupakan garis besar dari artikel yang memerikan isi artikel dengan cermat dan subjek penelitian dengan ringkas. Penulisan judul sebuah artikel ilmiah sebaiknya berkisar antara 15-20 kata, tidak berisi singkatan, rumus, jargon, dan mudah dipahami. Nama penulis artikel harus lengkap, hal ini dilakukan agar penulis artikel dapat dengan mudah diidentifikasi. Tulislah nama dengan lengkap tanpa singkatan dan tidak perlu menuliskan gelar akademik dari penulis artikel. Selain nama penulis, identitas penulis juga sebaiknya dituliskan dalam artikel. Contoh: STRATEGI KELANGSUNGAN HIDUP NELAYAN Studi tentang diversifikasi pekerjaan keluarga nelayan sebagai salah satu strategi dalam mempertahankan kelangsungan hidup

Tri Joko Sri Haryono 2. Abstrak dan kata kunci Abstrak memuat isi keseluruhan dari artikel. Sebuah abstrak harus dapat mencakup tujuan penelitian, lingkup penelitian, metode yang digunakan, hasil utama dari penelitian, simpulan, dan keberartian dari penelitian yang dilakukan. Lebih mudahnya abstrak merupakan ringkasan lengkap dari artikel ilmiah, oleh karena itu sebuah abstrak harus dapat berdiri sendiri atau memiliki arti dan jelas maksudnya walaupun dipisahkan dari artikel yang dibuat. Penulisan abstrak tidak boleh terlalu panjang, walaupun memuat seluruh artikel dari awal sampai akhir penulisan abstrak harus pendek (berkisar antara 200-250 kata). Sebuah abstrak juga harus memuat semua kata kunci artikel. Hal yang perlu dihindari dari penulisan abstrak adalah simpulan atau informasi yang tidak termuat dalam artikel, singkatan atau akronim yang belum baku, acuan pada table, gambar, atau pustaka.

Contoh: ABSTRACT This article aim to the strategy of the traditional fisherman to defend their economic life. The research has been conducted in Probolinggo. The aim of the research is to describe the social life of the traditonal fisherman, especially their effort to diversify of the work and their apreciation to the significance of the diversification of the work. The data collecting has been done through the observation and the depth interview. Moreover, another data (secondary data) has been collected from the documentation of the field research. The result shows that one of the effort of the fisherman to cover their economic difficulties is the diversification of the work. The diversification should not only the matter of the fishing but also another kind of work. The skills of the fisherman play a big role in their effort to create the diversified working. The diversification of the work involve not only the husband as the head of the household but also the wife and sometimes, their children. They work together to cover their economic

difficulties. It could be concluded that the diversification of work among the fisherman is very significant to make their life secure.

Keywords: fisherman, strategy of economic life, diversification of work 3. Pendahuluan Pendahuluan berisi pernyataan logis yang mengarahkan pada perumusan hipotesis atau tema pokok dari artikel. Pendahuluan dalam artikel ilmiah memuat kajian teori dan pustaka. Penulisan pendahuluan dalam artikel ilmiah juga tidak perlu terlalu panjang, usahakan penulisanya tidak lebih dari 3 halaman. Contoh: PENGANTAR Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki garis pantai sepanjang kurang lebih 81.000 km. Luas wilayah laut, termasuk di dalamnya Zona ekonomi Eksklusif mencakup 5, 8 juta kilometer persegi ( Dahuri, 2001). Di dalam wilayah laut dan pesisir tersebut terkandung kekayaan sumber daya laut yang amat besar, mulai dari ikan, kepiting, udang, kerang berbagai sumber daya dan

laut lainnya yang siap untuk dieksploitasi nelayan. Secara

teoritis, dengan kekayaan laut yang demikian besar, nelayan mampu hidup berkecukupan. Namun kenyataannya, jauh panggang dari api. Hanya segelintir nelayan yang hidup

berkecukupan, selebihnya, sebagian besar yang lain dapat dikatakan bukan saja belum berkecukupan, melainkan juga masih terbelakang. Berbagai kajian mengenai kehidupan nelayan umumnya menekankan pada kemiskinan dan ketidakpastian perekonomian, karena kesulitan hidup yang dihadapi nelayan dan

keluarganya (Acheson,1981, Emerson, 1980). Kehidupan nelayan dapat dikatakan tidak saja belum berkecukupan, melainkan juga masih terbelakang, termasuk dalam hal pendidikan. Keterbatasan sosial yang dialami nelayan memang tidak terwujud dalam bentuk keterasingan, karena secara fisik masyarakat nelayan tidak dapat dikatakan terisolasi atau terasing. Namun lebih terwujud pada ketidakmampuan mereka dalam mengambil bagian ekonomi pasar secara menguntungkan, yang dalam kegiatan

ditunjukkan oleh lemahnya mereka komunitas lokal

mengembangkan organisasi keluar lingkungan kerabat mereka atau (Boedhisantoso,1999).

4.

Metode penelitian Metode penelitian adalah cara atau metode yang ditempuh untuk mendapatkan atau

melakukan penelitian. Bagian metode penelitian memuat antara lain: (1) desain penelitian, (2) unit analisis (subjek), tempat/lokasi, dan waktu penelitian, (3) sample dan prosedur sampling yang dilakukan serta jumlah subjek penelitian, (4) alat dan bahan yang digunakan, (5) prosedur pengumpulan dan analisis data yang dilakukan, (6) cara menginterpretasikan hasil penelitian. Hal-hal yang tidak ada kaitanya dengan hasil penelitian tidak perlu dituliskan dalam bagian ini. Contoh: BAHAN DAN CARA KERJA Penelitian ini mengambil lokasi di salah satu desa nelayan, di wilayah

KabupatenProbolinggo, Jawa Timur, yaitu Desa Randu Putih, Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo. Pemilihan lokasi ditentukan secara purposif, dengan pertimbangan desa nelayan tersebut terdapat di pinggiran kota Probilinggo, kurang lebih berjarak enam kilometer dari pusat kota dan sarana transportasi bagi warga masyarakat desa tersebut menuju kota juga relatif mudah sehingga diasumsikan terdapat banyak kesempatan dan peluang untuk melakukan diversifikasi pekerjaan, terutama di saat mereka tidak melaut. Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu suatu pendekatan yang digunakan untuk memahami prinsip-prinsip umum yang

mendasari gejala-gejala yang menjadi pusat perhatian peneltitian dan hekekat hubungan antara gejala-gejala tersebut dengan aspek- sapek kehidupan warga masyarakat yeng diteliti

10

(Suparlan, 1994).

Penjelasan mengenai prinsp-prinsip yang mendasari gejala yang diteliti

dan hubungan antara gejala-gejala tersebut dengan berbagai aspek kehidupan lainnya dengan demikian akan menggunakan sudut pandang warga masyarakat yang diteliti, dalam arti akan menggunakan penjelasan-penjelasan yang sesuai dengan makna yang diberikan masyarakat terhadap gejala-gejala tersebut. Dalam penelitian kualitatif sasaran kajian atau masalah penelitian merupakan suatu satuan yang bulat atau menyeluruh yang dikaji dengan cara memahami dan bukan dengan cara mengukur. Sasaran kajian yang dipandang sebagai satuan yang bulat dan menyeluruh (whole a system) tersebut merupakan corak pandang yang dinamakan juga sebagai penelitian yang bersifat holistik. Sebagai penelitian dengan pendekatan kualitatif, penelitian memerlukan keteranganketerangan yang mendalam dan terinci, serta mencakup hal-hal yang nampak maupun yang tidak nampak. Maka dari itu untuk keperluan pengumpulan data digunakan teknik pengamatan dan wawancara mendalam. Di samping itu untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai latar lokasi penelitian, baik kondisi lingkungan maupun masyarakatnya, diperlukan juga data-data yang dihimpun dari bahan-bahan dokumentasi yang ada. 1. Dengan pengamatan, peneliti dapat memperoleh gambaran tentang gejala- gejala (tindakan, benda, dan peristiwa) serta kaitan antara satu gejala dengan gejala bermakna lain yang

bagi masyarakat yang diteliti. Dalam hal ini, pengamatan dilakukan oleh peneliti

dengan secara langsung mengamati berbagai aspek kehidupan masyarakat dan lingkungannya di antaranya kondisi lokasi penelitian secara umum, kondisi tempat tinggal, kegiatan dan tindakan mereka baik dalam kegiatan kenelayanan maupun yang lainnya, serta berbagai peristiwa yang terjadi yang berkait dengan permasalahan. 2. Wawancara dilakukan dengan beberapa informan yang menguasai permasalahan

penelitian antara lain wawancara dengan tokoh masyarakat, perangkat desa, para nelayan. Wawancara dilakukan secara mendalam (indepth interview) yang dipandu dengan pedoman wawancara yang telah disiapkan agar wawancara lebih terarah. Di samping itu juga dilakukan wawancara tidak berencana atau wawancara sambil lalu yang dilakukan di warung-warung, di tempat bersandar perahu, di tempat-tempat di mana penduduk melakukan aktivitas, serta di tempat umum lainnya. Dengan wawancara menjaring data yang seluas-luasnya. 3. Pengumpulan data melalui studi dokumentasi dilakukan untuk memper- oleh data yang sudah tersedia pada berbagai instansi seperti data-data tentang monografi desa serta arsip yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. tidak berencara ini diharapkan dapat

11

Informan adalah orang yang memiliki kemampuan dan kesanggupan untuk mengungkapkan kebudayaan yang dimilikinya secara lisan dan dengan bahasa yang dimilikinya. Informan merupakan sumber informasi yang penting bagi peneliti. Dalam penelitian in pemilihan informan dilakukan secara purposif, yaitu individu-individu yang memiliki

pengetahuan dan atau pengalaman yang baik tentang aspek-aspek kehidupan masyarakat yang diteliti, mereka itu antara lain adalah: kepala desa dan perangkat desa, tokoh masyarakat, dan beberapa nelayan atau keluaranya. Analisis data dilakukan dengan cara menyusun data yang telah diperoleh berdasarkan atas golongan-golongan dalam pola-pola, tema-tema, atau kategori-kategori. Selanjutnya diadakan interpretasi yakni dengan cara memberikan makna,menjelaskan pola cara itu

atau kategori dan juga mencari keterkaitan antara berbagai konsep. Dengan

diharapkan gejala-gejala yang dibahas dalam penelitian yang bersifat kompleks akan dapat dideskripsikan dan dijelaskan dalam kualitas yang mendekati kenyataan. 5. Hasil dan pembahasan Hasil penelitian merupakan interpretasi hasil penemuan dari penelitian yang dilakukan. Hasil penelitian/temuan dideskripsikan dalam bentuk narasi, tabel, gambar, grafik, dan lainnya yang berhubungan atau mendukung penelitian yang telah dilakukan. Pembahasan hasil penelitian berupa uraian analisis peneliti atas hasil temuannya. Pembahasan merupakan jawaban atas pertanyaan atau tujuan penelitian yang dilakukan dan bukan pengulangan dari bagian-bagian sebelumnya (landasan teori, pustaka dll). Dalam pembahasan juga dibandingkan hasil temuan dari penelitian dengan hasil penelitian sebelumnya yang relevan. Cantumkan pula implikasi dari hasil temuan terhadap praktik dan penelitian yang mungkin dilakukan setelah itu. Contoh: HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan Kenelayanan Pekerjaan sebagai nelayan bagi masyarakat desa Randuputih merupakan pekerjaan yang dilakukan secara turun temurun dan pekerjaan tersebut dilakukan oleh sebagian besar penduduk. Menurut penuturan kepala desa jumlah penduduk yang penghidupannya

tergantung dari sektor kenelayanan jumlahnya sekitar 70 %.Nelayan di desa Randuputih secara garis besar dibagi dalam tiga kategori, yakni nelayan juragan/ pemilik perahu, buruh nelayan, dan nelayan perorangan. Nelayan juragan atau nelayan pemilik adalah pemilik alat tangkap, yaitu berupa perahu beserta peralatan tangkapnya seperti jaring. Buruh nelayan adalah mereka yang mengoperasikan alat tangkap bukan miliknya sendiri, yang di daerah setempat disebut pandega atau bandega. Sedangkan nelayan perorangan adalah nelayan yang memiliki peralatan tangkap sendiri, yang dalam pengopersiannya tidak melibatkan orang lain.

12

Dari ketiga kategori nelayan tersebut, yang terbanyak jumlahnya di desa Randuputih adalah nelayan perorangan. Dilihat dari teknologi peralatan tangkap yang digunakan dapat dibedakan dalam dua kategori, yaitu nelayan modern dan nelayan tradisional. Nelayan modern menggunakan teknologi penangkapan yang lebih canggih dibandingkan dengan nelayan tradisional. Alat tangkap yang digunakan nelayan desa Randuputih meliputi bermacam-macam jaring, yaitu jaring gondrong, jaring selangkek, jaring setet, jaring kejer, dan jaring belanak. Dengan penggunaan berbagai jenis jaring ini maka jenis ikan yang ditangkap juga bermacam-macam. Misalnya, dengan jaring gondrong akan tertangkap rajungan, jaring selangkek untuk menangkap ikan bagat dan ikan sisik, dan jaring belanak untuk menangkap ikan belanak. Dengan alat tangkap yang sederhana, wilayah operasional nelayan Selain itu

desa Randuputih menjadi terbatas, hanya di sekitar perairan pantai.

ketergantungan terhadap alam (musim) juga sangat tinggi, sehingga tidak setiap saat nelayan bisa melaut, terutama pada musim ombak. 6. Simpulan dan saran Simpulan merupakan jawaban dan implikasi singkat atas pertanyaan penelitian. Sesuai namanya, simpulan disajikan dalam bentuk pokok-pokok pikiran saja. Saran merupakan rekomendasi hasil penelitian terhadap praktik. Saran yang dibuat harus memiliki kaitan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan. Tidak boleh membuat saran yang tidak ada kaitannya dengan hasil temuan yang didapat. Contoh: KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Kehidupan nelayan memiliki ketergan- tungan pada lingkungan. Hal tersebut terutama terlihat pada nelayan tradisional. Ketergantungan dengan alam (musim)

mengakibatkan mereka tidak bisa melaut sepanjang tahun. Hal tersebut berakibat lebih jauh pada ketidakstabilan dan ketidakteraturan penghasilan mereka. 2. Untuk mempertahankan kelangsungan ekonomi rumah tangga nelayan, salah satu strategi yang dilakukan adalah dengan melakukan diversifikasi pekerjaan, baik yang

terkait dengan kegiatan kenelayanan maupun di luarnya. Kemungkinan untuk melakukan diversifikasi pekerjaan tergantung pada sumber-sumber daya yang tersedia di desa-desa nelayan tersebut. Setiap desa nelayan memiliki karakteristik lingkungan alam yang tidak sama.

13

3. Ada beragam peluang pekerjaan yang dapat dilakukan nelayan untuk memperoleh penghasilan tambahan di luar kegiatan mencari ikan, di antaranya adalah sebagai buruh tani, tukang becak, buruh bangunan, berdagang, pekerja serabutan. Upaya untuk melakukan diversifikasi pekerjaan amat ditentukan oleh kemampuan nelayan yang bersangkutan dalam menghadapi berbagai tekanan dalam kehidupannya. 4. Selain suami isteri, di antara nelayan Randuputih ada yang melibatkan anak- anak mereka dalam berbagai kegiatan mencari nafkah. Hal tersebut tidak lepas dari kondisi keterbatasan ekonomi rumahtangga mereka. 5. Dengan melakukan diversifikasi pekerjaan, bagi keluarga nelayan memiliki

makna yang sangat berarti bagi kelangsungan ekonomi rumah tangganya. Hal ini terkait dengan ketidakteraturan dan ketidakstabilan penghasilan mereka dari hasil melaut.

Saran 1. Sebagai sebuat negara dengan wilayah laut yang amat luas, pemerintah diharapkan lebih memiliki perhatian dan kepedulian terhadap pemanfaatan sumber daya kelautan. 2. Khususnya terhadap nelayan tradisional, perlu adanya perhatian yang lebih besar dari pemerintah dan berbagai pihak lain, karena selama ini kehidupan nelayan tradisional secara umum identik dengan kemiskinan. 3. Memberikan tambahan wawasan pengetahuan kepada nelayan terkait

dengan keikutsertaan mereka untuk menjaga kelestarian sumber daya kelautan. 4. Memberi wawasan pengetahuan dan ketrampilan mengenai kegiatan di luar sektor kenelayanan, sehingga di saat-saat tidak melaut mereka bisa memanfaatkan waktu luangnya untuk melakukan aktivitas lain yang dapat menambah pendapatan.

7.

Daftar pustaka Sebagai karya ilmiah, dalam artikel ilmiah juga harus menyertakan daftar pustaka atau

teori yang diambil sebagai rujukan. Contoh: DAFTAR PUSTAKA Boedhisantoso, S.1999. Komunitas Lokal di Kawasan Pesisir dan Pemberdayaannya. Makalah Lokakarya Pembangunan Pranata Sosial Komunitas pesisir. Depok 30 Mei 1 juni 1999.

14

Dahuri, Rokhmin. 2001 Kata Pengantar dalam Pemberdayaan Masyarakat Nelayan, Ary Wahyono, dkk (ed.). Yogyakarta. Media Pressindo Emerson, Donald K. 1980. Rethingking Artisanal Fisheries Development: Western Concept, Asian Experiences. World Bank Staff Working Paper. Hardesty. Ecological Anthropology. New York, Mc Graw-Hill. PENGARUH BERPIKIR KRITIS-REFLEKTIF DALAM MENULIS ARTIKEL ILMIAH Di Amerika Serikat,tradisi berpikir kritis reflektif adalah pertimbangan yang aktif,terus menerus, dan teliti yang harus dimiliki ilmuwan dalam meneguhkan keyakinannya terhadap alasan-alasan dan kesimpulan-kesimpulan yang berada di balik suatu objek yang sedang diteliti.Peneguhan ini dimaksudkan agar kita memahami bahwa berpikir kritis-reflektif 1977.

adalah proses aktif.Implikasinya,kita tidak dapat menelan begitu saja gagasan atau informasi dari orang lain tanpa merefleksikan alasan atau dampak (bdk.Fisher,2009). Sedangkan menurut Edward Glaser (1941) melalui definisinya tentang berpikir kritisreflektif : (1) sikap berpikir secara mendalam tentang sesuatu sejauh jangkauan si ilmuwan dan (2) memahami metode dan terampil menerapkannya.Di sisi hal ini, muncul pula definisi yang disodorkan oleh Robert Ennis (1989)bahwa berpikir kritis reflektif adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berujung pada keputusan si ilmuwan untuk memercayai objeknya atau tidak.Selain Ennis, definisi berpikir kritis-reflektif juga diajukan oleh Richard Paul (1993) dan Michael Scriven (1997). Jika Paul mampu menegaskan bahwa berpikir kritis-reflektif adalah metode berpikir yang mampu meningkatkan kualitas pemikiran ilmuwan,Scriven justru menggarisbawahi bahwa berpikir kritis-reflektif adalah masalah keterampilan si ilmuwan dalam menginterpretasi dan mengevaluasi argumen-argumen yang diajukannya Dalam konteks penulisan artikel ilmiah,dengan demikian berpikir kritis-reflektif ala tradisi Amerika Serikat dapat diukur melalui keterampilan metodis dalam hal (a) menginterprestasi gagasan dan argumen, (b) menganalisis gagasan dan argumen, dan (c) mengevaluasi argumen (bdk,Fisher,2009). Kualitas berpikir kritis-reflektif yang terpantul dari sebuah karya tulis ilmiah dapat dikorelasikan dengan intelektualitas si penulisnya melalui kewaspadaan dalam mewujudkan suatu ungkapan bahasa, sekalipun ungkapan bahasanya telah bersubjek dan berpredikat karen pada dasarnya suatu ungkapan bahasa mengandung pelbagai fenomena kehidupan. yang ditimbulkannya

15

BAB III PENUTUP

SIMPULAN Menulis artikel ilmiah bukanlah kegiatan yang sulit,diperlukan pemahaman dan penalaran yang khusus dalam membuatnya.Salah satu caranya adalaah hindari budaya copas(copy paste).Selain itu metode berpikir kritis-reflektif merupakan langkah yang tepat dalam memulai penulisan artikel ilmiah, karena kualitas berpikir kritis-reflektif yang terpantul dari sebuah karya tulis ilmiah dapat dikorelasikan dengan intelektualitas si penulisnya melalui kewaspadaan dalam mewujudkan suatu ungkapan bahasa, sekalipun ungkapan bahasanya telah bersubjek dan berpredikat karen pada dasarnya suatu ungkapan bahasa mengandung pelbagai fenomena kehidupan. SARAN 1. Para mahasiswa diharapkan tidak takut ataupun merasa malas dalam membuat artikel ilmiah. 2. Para mahasiswa diharapkan menghindari budaya copas(copy paste) dalam membuat artikel ilmiah karena dengan copas kita cuma menjadi seorang plagiat.

Anda mungkin juga menyukai