Anda di halaman 1dari 1

Kehilangan gigi tidak hanya memberi cela pada estetika, tetapi juga membuat fungsi pengunyahan menurun dan

mempengaruhi asupan nutrisi. Akhirnya, hal ini akan mempengaruhi kondisi kesehatan umum dan kualitas hidup seseorang. Apabila seorang pasien kehilangan gigi, maka pembuatan gigi tiruan hendaknya segera dilakukan. Sebab, ruang kosong pada rahang yang tidak digantikan akan diisi oleh geligi di sebelahnya serta geligi lawannya. Susunan gigi yang tidak beraturan akibat pergerakan gigi tadi akan menimbulkan masalah yang lebih kompleks, seperti radang gusi atau kelainan jaringan periodontal akibat terjebaknya makanan di sekitar gigi yang tidak beraturan tadi. Tak hanya itu, keadaan geligi yang tidak beraturan juga memicu benturan yang tidak normal saat gigi atas dan bawah bertemu. Hal ini akan memicu kelainan pada sendi rahang atau Temporo Mandibular Joint (TMJ). Salah satu gejala kelainan sendi rahang adalah sakit dan kaku saat membuka mulut, tidak dapat membuka mulut lebar, dan adanya bunyi pada sendi saat membuka dan menutup mulut. Bahkan, kelainan TMJ seringkali memberikan gambaran klinis, seperti migrain, sakit kepala, kesemutan di sekitar wajah, sakit pada sekitar rahang, leher, pundak, dan punggung yang perlu penanganan dini dokter gigi ahli TMJ atau prostodontis. Dampak lain dari kehilangan gigi adalah berkurangnya dukungan terhadap bibir dan pipi, sehingga wajah tampak lebih tua serta masalah pengucapan. Gigi yang hilang dapat diganti dengan gigi tiruan. Pada umumnya dikenal dua tipe gigi tiruan yaitu gigi tiruan cekat, yang dilekatkan di dalam mulut dengan semen dan gigi tiruan lepasan, yang tiap saat dapat dilepas dari mulut (Prajitno, 1994). Gigi tiruan cekat (GTC) adalah gigi tiruan yang menggantikan satu atau lebih gigi yang hilang dan tidak dapat dilepas oleh pasiennya sendiri maupun dokter gigi karena dipasangkan secara permanen pada gigi asli yang merupakan pendukung utama dari restorasi.

Anda mungkin juga menyukai