Anda di halaman 1dari 12

ESTIMASI DARI RESPON STEROID PADA ANAK - ANAK SINDROM NEFROTIK IDIOPATIK DI IRAN

Abbas Madani1,2, MD; Darioush Fahimi1 , MD; Rambod Taghaodi2, MD; Fatemeh Mahjoob2,3, MD; Niloofar Hajizadeh*1,2, MD, and Behdad Navabi1, MD 1. Department of Pediatrics, Tehran University of Medical Sciences, Tehran, IR Iran 2. Children's Medical Center, Pediatrics Center of Excellence, Tehran, IR Iran 3. Department of Pathology, Tehran University of Medical Sciences, Tehran, IR Iran * Corresponding author

Abstrak Tujuan: Sindrom nefrotik idiopatik (SNI) adalah bentuk paling umum dari sindrom nefrotik ( SN) pada anak anak dengan perkembangan lanjut menjadi end stage renal disease (ESRD). SNI memiliki response baik terhadap steroid pada kebanyakan pasien, tetapi tidak semua pasien itu memiliki response baik terhadap steroid. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat respon steroid pada anak dengan SNI, anak yang dirujuk ke Childrens Medical Center periode tahun 1995 sampai 2007. Metode : Penelitian ini menggunakan studi cross sectional, catatan medis dari semua anak dengan SNI yang berusia 1 sampai 15 tahun yang dirujuk ke rumah sakit Childrens Medical Center. Semua pasien dengan onset penyakit kurang dari 1 tahun, remisi spontan, bentuk sekunder SN terkait dengan penyakit sistemik, dan durasi follow up kurang dari 12 bulan yang dikeluarkan dari penelitian. Pasien dikelompokkan menjadi enam kelompok : Kelompok satu memerlukan biopsi sebelum perawatan, kelompok dua SN yang tidak kambuh,

kelompok tiga SN yang jarang kambuh, kelompok empat SN yang sering kambuh, kelompok lima SN yang ketergantungan terhadap steroid, dan kelompok enam SN yang resisten terhadap steroid . Temuan : Sebanyak 238 pasien yang masuk dalam penelitian ini. Dilakukan biopsi ginjal pada 79 kasus. Perubahan lesi minimal (PLM) merupakan bentuk yang paling umum dari diagnosis patologis ( 36,7 %). Pasien yang memiliki response baik terhadap steroid ditemukan pada 81,5 % dari semua kasus termasuk : 96% dari PLM (terdiri dari biopsi SN dan yang terdiagnosis suspek SN), 32% dari focal segmental glomerulosclerosis (FSGS), 73 % terbukti proliferasi mesangial difus, dan 58% pasien dengan glomerulonefritis membranoproliferative . Selama jangka waktu follow up minimal 12 bulan, ada 194 pasien remisi, 32 pasien dengan SN aktif, dan 12 pasien di ESRD . Kesimpulan : Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa 81,5 % dari semua pasien, 96,2 % dari MCL dan 32 % dari pasien FSGS yang awalnya memiliki respon baik terhadap terapi steroid .

PENDAHULUAN
Tujuan: Sindrom nefrotik idiopatik (SNI) adalah bentuk paling umum dari sindrom nefrotik ( SN) pada anak anak dengan perkembangan lanjut menjadi end stage renal disease (ESRD).
[1]

Hal ini lebih sering terjadi pada anak laki [2]

laki dari pada anak perempuan dengan rasio 1.6:1 dan paling sering terjadi pada anak anak usia rata rata empat tahun. Angka kematian sindrom nefrotik

(SN) adalah 40 % sebelum tahun 1940, penyebab kematian terutama disebabkan oleh infeksi, tetapi jumlah kematian ini telah berkurang secara signifikan setelah pengenalan pengobatan steroid dan antibiotik. Steroid telah lama digunakan sebagai lini pertama untuk pengobatan pada pasien SN, namun,

immunesuppressives yang terjadi dapat diindikasikan sebagai kegagalan prednison untuk mengurangi atau mencegah remisi. [3]

Insiden keseluruhan SNI pada masa kanak kanak umumnya telah stabil selama melewati tiga dekade (dua sampai tujuh kasus per 100.000 anak anak).
[3]

Namun, pola histologis pada anak SNI berubah - ubah, dan kejadian focal
[4,5]

segmental glomerulosclerosis (FSGS) meningkat.

Bagaimanapun, temuan

histopatologi pada pasien SN mungkin mencerminkan pola dari respon pasien SN itu sendiri [1] . Bentuk yang paling umum terjadi pada anak - anak SN adalah perubahan lesi minimal (PLM). [6,7] Sebagian besar pasien dengan PLM (> 90%) berespon baik pada terapi steroid. Tipe lain dari SNI seperti focal segmental glomerulosclerosis (FSGS), diffuse mesangial (MPGN) proliferasi dan (DMP),

membranoproliferative

glomerulonefritis

membranous

glomerulonefritis (MGN) kurang memiliki respon yang baik terhadap steroid. Lebih dari 90% pasien yang di terapi mempunyai respon yang baik terhadap steroid memiliki PLM.
[6]

PLM dapat secara akurat didiagnosis berdasarkan

temuan klinis pada anak anak, usia kurang dari 6 tahun, tidak ada hipertensi, tidak ada hematuria, pemeriksaan penunjang normal, dan fungsi ginjal dalam keadaan normal [1]. Kortikosteroid memainkan peran utama dalam pengobatan SNI. Meskipun kebanyakan pasien mengalami kekambuha , banyak dari mereka yang kambuh masih memiliki respon yang baik terhadap steroid. The International Study for Kidney Disease in Children (ISKDC) pertama kali memperkenalkan protokol pengobatan empiris untuk SNI yang kemudian dilakukan beberapa perubahan kecil. ISKDC merekomendasikan bahwa pada episode awal SNI diterapi dengan prednisolon yang diberikan dengan dosis 60 mg/m2/hari (dosis maksimal 80mg/hari) tiga kali sehari selama empat minggu, pada pasien yang mengalami perbaikan keadaan selanjutnya dilakukan penurunan dosis
[8,9]

40mg/m2/hari setiap hari selama empat minggu dan kemudian jika klinis pasien menjadi lebih baik pemberian dosis diturunkan lagi menjadi 10mg/m2

Sekitar 95% pasien dengan PLM dan 20% dengan FSGS mencapai perbaikan dengan protokol ini. [2,3] Sekitar 90 % dari pasien yang berespons baik terhadap steroid (proteinuria negatif selama 3 hari berturut turut) diperiksa dalam waktu empat minggu setelah memulai terapi pemberian steroid. [10]

Kebanyakan anak anak dengan pengalaman SNI berulang (didapatkan proteinuria > 40mg/m2/jam atau proteinuria +++ (+3) atau lebih selama tiga hari berturut-turut setelah mencapai perbaikan) yang bisa dikategorikan sebagai infrequent relapsing nephrotik syndrome (SNIFR) adalah: tiga kali atau lebih berulang selama satu tahun setelah mencapai perbaikan, frequent relapsing nephrotik syndrome (FRNS) adalah : tiga kali atau lebih berulang selama satu tahun setelah mencapai perbaikan, dan nephrotik syndrome dependent (SDN) steroid : dua kali kambuh berturut turut selama terapi steroid atau dalam waktu dua minggu setelah penghentian terapi. Berdasarkan respon terhadap protokol pengobatan empiris untuk SNI menggunakan terapi glukokoid, pasien dengan SNI dapat diklasifikasikan menjadi respon terhadap glukokortikoid dan resisten terhadap glukokortikoid. Resistensi terhadap terapi steroid 10 % dari pasien SNI. [11] Gulati dkk meninjau histopatologi dari 136 anak yang resisten terhadap steroid dan ditenemukan bahwa FSGS adalah penyebab paling umum pada anak anak yang resisten terhadap steroid pada pasien SN di semua kelompok umur oleh Kari di Saudi Arabia
[13] [12]

, juga penelitian

melaporkan hasil yang sama. Del Rio dkk


[4]

meninjau data pasien SN yang resisten terhadap steroid yang diterbitkan dalam literatur sebelum penelitian ini menunjukkan kenaikan kejadian FSGS . Sebuah tinjauan literatur steroid sensitive NS ( SSNS ) oleh Hodson dkk menunjukkan bahwa mekanisme terhadap sensitivitas steroid ini disebabkan oleh limfosit yang disebabkan cedera podocyte yang kemudian menyebabkan terjadinya proteinuria. [14] Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pola terhadap respon steroid pada anak anak dengan SNI di Iran, karena tidak ada banyak informasi statistik mengenai masalah ini pada anak anak dengan SNI di Iran.

SUBJEK DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan penelitian cross sectional penelitian dengan pendekatan deskriptif retrospektif. Catatan medis pada semua anak dengan SNI berusia 1 sampai 15 tahun yang dirujuk ke rumah sakit Childrens Medical

Center periode 1995 sampai 2007. Subjek penelitian yang dipilih ini menggunakan mode acak sederhana. Catatan medis pada anak dengan SNI yang memenuhi kriteria penelitian sebagai sumber informasi penelitian. Kriteria ekslusi penelitian ini dimana lamanya onset penyakit kurang dari 1 tahun, bentuk sekunder dari SN , follow-up kurang dari 12 bulan, dan perbaikan awal yang spontan. Pada setiap clincopathological yang ditemukan pada pasien, respon terhadap pengobatan yang digunakan, dan hasil atau status pasien di follow up jangka waktu setidaknya 12 bulan. Biopsi ginjal dilakukan sebelum pengobatan pada mereka dengan timbulnya penyakit terjadi pada lebih dari tujuh tahun, hipertensi, gagal ginjal, hematuria makroskopik atau mikroskopik grade tinggi, grade C3 rendah, riwayat keluarga dengan Alport syndrome, dan pada pasien yang tidak respons terhadap steroid setiap saat selama pengobatan. Prednisolon diberikan dengan dosis 60 mg/m2/hari (dosis maksimal 80mg/hari) tiga kali sehari selama empat minggu, pada pasien yang mengalami perbaikan keadaan selanjutnya dilakukan penurunan dosis 40mg/m2/hari setiap hari selama empat minggu dan kemudian jika klinis pasien menjadi lebih baik pemberian dosis diturunkan lagi menjadi 10mg/m2 setiap dua minggu pada semua pasien kecuali pasien dengan MPGN. Pasien dengan MPGN diobati dengan prednisolon dosis 20 30 mg/m2/hari ditambah dipyridamole 2 3 mg/kg /hari selama dua tahun . Berdasarkan pola respon steroid dan perlunya biopsi ginjal sebelumnya untuk pengobatan awal, pasien dikelompokkan menjadi enam kelompok : kelompok satu memerlukan biopsi sebelum perawatan, kelompok dua SN yang tidak kambuh, kelompok tiga SN yang jarang kambuh, kelompok empat SN yang sering kambuh, kelompok lima SN yang ketergantungan terhadap steroid, dan kelompok enam SN yang resisten terhadap steroid. Data dianalisis dengan menggunakan statistik SPSS (SPSS versi 17) . Deskripsi statistik yang digunakan , seperti mean, standar deviasi (SD) digunakan variabel kontinyu dan persentase (%) untuk menggambarkan proporsi variabel seperti seks dan frekuensi diagnosis histopatologi yang berbeda.

TEMUAN Sebanyak 282 pasien adalah jumlah populasi pada penelitian ini; 44 kasus dikeluarkan karena merupakan kriteria eksklusi, yaitu : follow up kurang dari 12 bulan (34 kasus), bentuk sekunder dari SN (8 kasus) dan perbaikan klinis spontan (2 kasus). Sehingga didapatkan 238 pasien sebagai jumlah sampel penelitian dalam penelitian ini . Rentang usia pasien pada penelitian ini adalah 1 15 tahun dengan onset rata-rata usia 4,52 tahun. Ada 152 pasien (63,8 %) laki-laki dan 86 pasien (36,2%) perempuan, dengan rasio laki-laki / perempuan adalah 1,76 pada penelitian ini. Distribusi jenis kelamin berdasarkan enam kelompok studi kami ringkas dalam Tabel 1 . Rentang lamanya follow up adalah 12 144 bulan dengan rata rata 51 bulan . Sebelum pengobatan, biopsi ginjal dilakukan dulu pada 35 pasien berdasarkan satu atau dua indikasi (dengan riwayat keluarga Alport sindrom ada satu pasien, hematuria makroskopik atau mikroskopik grade tinggi ada 23

pasien, onset awal terjadinya penyakit yang terjadi setelah umur tujuh tahun ada 22 pasien, hipertensi ada sembilan pasien , penurunan tingkat komplemen ada 7 kasus , dan gagal ginjal ada 5 kasus; 17 kasus memiliki lebih dari satu indikasi untuk biopsi ginjal). Prednisolon diberikan pada 203 pasien tanpa bopsi ginjal dulu sebelumnya, tetapi kemudian saat pengobatan 44 pasien dari 203 pasien ini menjalani biopsi ginjal (Kelompok empat : 13 pasien, Kelompok lima : 13 pasien, dan Kelompok enam : 18 pasien). Biopsi ginjal dilakukan sebanyak 79 pasien. Diagnosa histopatologi PLM ada 29 pasien (36,7 %) , FSGS ada 22 pasien (27,8 %), DMP ada 11 pasien (13,9 %) , MPGN ada 12 pasien (15,1 %), dan lain-lain ( MGN, sindroma Alport, FPGN : focal proliferative glumerulonephritis) ada lima pasien . Diagnosa histopatologi dengan PLM ada 29 pasien (36,7 %) , FSGS ada 22 pasien (27,8 %) , DMP ada 11 pasien (13,9 %), MPGN ada 12 pasien (15,1%) , dan lain-( MGN, Alport syndrome, dan FPGN) ada lima pasien.

Tabel 1. Karakteristik pasien sindrom nefrotik berdasarkan respon terhadap steroid. Kelompok 1* Jumlah (%) 35 (14,7) 21 14 Diagnosis Histopatologi pada biopsi ginjal Keadaan setelah follow - up

PLM : 13; FSGS: 5; Perbaikan : 19; DMP : 5; MPGN : 11; tidak mengalami sindrom Alport : 1 perbaikan : 12; ESRD : 4

2 (NRNS) 3 (IFRNS) 4 (FRNS)

45 (18,9) 44 (18,5) 39 (16,3)

32 30 25

13 14 14

Perbaikan : 45 Perbaikan : 44 Perbaikan : 37; tidak mengalami perbaikan : 2; ESRD : 0

5 (SDNS)

47 (19,7)

31

16

Perbaikan : 44; tidak mengalami perbaikan : 3; ESRD : 0

6 (SRNS)

28 (11,7)

15

13

Perbaikan :

tidak mengalami perbaikan : 15; ESRD : 8 Kelompok satu memerlukan biopsi sebelum perawatan, kelompok dua SN yang tidak kambuh, kelompok tiga SN yang jarang kambuh, kelompok empat SN yang sering kambuh, kelompok lima SN yang ketergantungan terhadap steroid, dan kelompok enam SN yang resisten terhadap steroid. PLM : perubahan lesi minimal, Focal and segmental glomerulosclerosis (FSGS), diffuse mesangial proliferasi (DMP), membranoproliferative glomerulonefritis (MPGN),

membranous glomerulonefritis (MGN), end stage renal disease (ESRD), focal proliferative glumerulonephritis (FPGN). 10 pasien yang tidak dilakukan biopsi

pada tiga pasien yang memiliki ESRD dan tujuh orang lainnya pada pasien yang tidak mengalami perbaikan klinis. Pasien yang memiliki respons baik pada steroid ditemukan pada 194 pasien (81,5 %) di antaranya : kelompok satu ada 19 (7,9 % dari semua sampel penelitian), kelompok dua sampai lima ada 175 pasien (73,5 % dari semua sampel penelitian), dan kelompok enam ada 28 pasien (11,7 % dari semua sampel penelitian) yang tidak memiliki respon baik terhadap pemberian steroid (Tabel 1). Pasien yang memiliki respon baik terhadap steroid dari 79 pasien dengan diagnosis histopatologi dan dilakukan biopsi ginjal diringkas dalam Tabel 2 . Tabel 2. Karakteristik Biopsi Pasien dengan Respon Baik terhadap Steroid Diagnosis Histopatoligi PLM Juml ah 29 Memiliki Respon pada Keadaan setelah follow - up

Awal Pemberian Steroid 22 Perbaikan : 22; tidak

mengalami perbaikan : 6; ESRD : 1 FSGS 22 7 Perbaikan : 6; tidak

mengalami perbaikan : 12; ESRD : 4 DMP 11 8 Perbaikan : 8; tidak

mengalami perbaikan : 1; ESRD : 2 MPGN 12 7 Perbaikan : 7; tidak

mengalami perbaikan : 4; ESRD : 1 Lainnya (sindrom Alport, MGN, FPGN) 5 0 (yang memiliki respon Perbaikan : 0; tidak

baik pada awal pemberian mengalami perbaikan : 4; steroid ada tiga pasien ESRD : 1 dengan FPGN

Pola kambuh paling umum "dianggap pasien PLM" adalah 4 10 pasien kambuh dengan jangka waktu follow up rata-rata 60 bulan ada 37 pasien (24,8%), dua pasien kambuh dengan waktu follow up rata-rata 51 bulan ada 26 pasien (17,4 %), satu pasien kambuh dengan waktu follow up rata-rata 35 bulan ada ( 14 % ) pasien, dan ada tiga pasien kambuh dengan waktu follow up rata-rata 54 bulan ada 17 (11,4 %) pasien . Jika kita mempertimbangkan jumlah pasien PLM sebanyak 178 kasus termasuk biopsi yang terbukti (29 pasien) dan yang "dianggap" ( 149 kasus ) (semua pasien dari kelompok dua dan tiga ditambah yang bukan kasus biopsi dari kelompok empat dan lima), pasien PLM yang memiliki respon baik terhadap steroid ada 96,2 % pada penelitian ini (171 kasus yang memiliki respon baik terhadap steroid dan hanya tujuh kasus tidak memiliki respon baik terhadap steroid).

DISKUSI Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi steroid yang memiliki pola respon tersendiri terhadap penggunaan steroid pada anak anak dengan SNI di Iran selama 12 tahun . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas anak anak dengan SN ( 81,5 % ) memiliki respon baik terhadap terapi steroid. Hasil penenlitian ini mirip dengan hasil penelitian lain di negara-negara lain di Timur Tengah dan di seluruh Iran, tetapi kurang (94 %) dibandingkan dengan laporan ISKDC. [11] Tabel 3 menunjukkan perbandingan temuan kami dengan penelitian lain . Namun, ada beberapa penelitian yang melaporkan jumlah yang lebih kecil respon terhadap steroid pada SNI (66 % oleh Safaei dkk [15] dan 22,5 % oleh Eke dkk [16]) . Jung Kim Sue dkk pada tahun 2005 menemukan bahwa frekuensi SRNS pada anak - anak lebih tinggi dari penelitiansebelumnya. Selama pemberian terapi steroid pada awal terapi, 71 % merupakan pasien dengan respon baik terhadap pemberian steroid, 15 % merupakan pasien yang resisten terhadap pemberian steroid, dan 14 % mencapai respon parsial. Penelitian selanjutnya

menunjukkan bahwa sedikitnya 45 % pada anak anak dengan onset baru terjadi SN tidak menunjukkan pola respons khusus terhadap terapi steroid. Dua faktor yang berhubungan dengan pengembangan resistensi steroid setelah respon terapi awal pemberian steroid : interval pendek untuk berulang pertama kali (2,2 dan 5,4 bulan) dan kambuh pertama kali terjadi selama awal pengobatan steroid.
[17]

Pada penelitian El Sheikh dkk, 94,5% pada pasien


[18]

dengan biopsi ginjal, diantaranya terjadi LPM yang merupakan bentuk paling umum yang terdiagnosis histopatologis ( 28,84 % ). Pada penelitian kami,

biopsi ginjal dilakukan pada 33,2 % dari semua kasus. LPM merupakan bentuk diagnosis patologis yang paling umum terjadi (36,7 %). FSGS terjadi sebanyak 27,8 % , MPGN terjadi sebanyak 15,1 % , DMP terjadi sebanyak 13,9%, dan lesi lainnya terjadi sebanyak 6,3 % pasien. LPM terjadi sebanyak 22,2 % FSGS terjadi sebanyak 44,4 % , MPGN terjadi sebanyak 14,8% dan keadaan patologis lainnya terjadi sebanyak 1,5 % merupakan kasus yang resisten terhadap terapi steroid. Dengan klasifikasi histopatologi biopsi ginjal pada pasien yang tidak memiliki respon baik terhadap steroid, Zaki dkk didapatkan hasil penelitian berupa MPGN terjadi sebanyak 55,5 % , dan FSGS terjadi sebanyak 33,3 % pada penelitian mereka.
[18]

Pada penelitian Bircan dkk, DMP dan MPGN


[19]

merupakan temuan histopatologi yang paling banyak ditemukan

dan

Ahmadzadeh (penelitian lain dari Iran selatan) melaporkan bahwa merupakan temuan histopatologi yang paling banyak ditemukan (44 %) pada pasien yang tidak memiliki respon baik terhadap pemberian terapi steroid. [20] Tingkatan respon steroid pada anak anak dengan MCL pada hasil penelitian kami cukup dekat dengan hasil penelitian yang dilaporkan oleh Srivastava dkk,
[18]

Pada penelitian Srivastava dkk, 76,5 % pasien yang


[17]

didiagnosis dengan LPM, dan hampir semua dari mereka (98 %) memiliki respon yang baik terhadap pemberian terapi steroid.
[18]

LPM merupakan
[21]

diagnosis histopatologi yang paling banyak ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Soad El Sheikh di Arab Saudi Srivastava di India
[17]

, Davutoglu di Turki

, dan

, tetapi diagnosis histopatologi yang paling umum terjadi

10

di Negara Negara Afrika adalah MGN karena tingginya kejadian prevalensi hepatitis B di sana. [22] Sharples et al membandingkan respon alami tanpa penggunaan dan respons terhadap penggunaan steroid pada pasien SN di Asia, Eropa, dan Afro Karibia dengan melakukan penelitian retrospektif pada 42 pasien. Insiden terjadinya SN enam kali lipat lebih tinggi pada anak anak di Asia. Mereka memperkirakan kejadian tahunan SRNS 16,9 per 100000 anak anak di Asia, 2,6 per 100000 anak anak di Eropa, dan 3,4 per 100000 anak anak di Afro Karibia. [23] Penelitian yang dilakukan Zaki di Kuwait melaporkan 6 per 100.000 anak anak dengan SNI terjadi pada bawah usia 12 tahun.
[25] [24]

Penelitian oleh

Bhimma dkk meneliti anak anak dengan SNI dengan resisten terhadap steroid adalah sebanyak 62 %. Kejadian SSN biasanya jarang terjadi pada orang

kulit hitam, dan terjadinya MGN sebanyak 40 % dari orang kulit hitam, dan MGN terjadi sebanyak 40% dari kasus yang dikaitkan dengan virus hepatitis B dan kronis antigenemia (sebanyak 86,2% dari semua pasien kulit hitam yang menjadi sampel penelitian ini). Hanya 14,4% dari anak anak kulit hitam dengan SNI yang telah di biopsi telah terbukti sensitif terhadap terapi steroid terjadi PLM atau SSN. [22]

Tabel 3. Perbadingan pada setiap penelitian yang pernah dilakukan Penelitian Oleh Negara Jumlah Pasien Respon terhadap Terapi Steroid (%) Zaki dkk Bircan dkk Davutoglu dkk Ahmadzadeh dkk Iran 231 87 26,4 34,8 Kuwait Turkey Turkey 55 114 62 84 86,9 79,8 21,9 57,1 16,6 16,7 15,2 21,9 22,6 SNIFR FRNS Ketergantungan terhadap steroid terapi

11

Safaei dkk Gulati dkk El dkk Penelitian ini

Iran India

44 127 55

66 82,7 89,3

26,4 37,9 21

38,8 21,6 45

13,5 18,1 -

Sheikh Saudi Arabia Iran

238

81,5

25,1

22,2

27

Rasio pada respon terhadap pemberian terapi steroid pada penelitian ini lebih dari penelitian di Afrika.[22,25] Ada beberapa perbedaan besar ketika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan di negara negara Afrika yang bisa dijelaskan oleh variasi pola histopatologi dari SN. Pada penelitian ini 25% pasien tidak kambuh lagi, jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan penelitian lain, terutama hasil dari penelitian lainnya yang dilakukan di Iran. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Safaei, Ahmadzadeh dan El Sheikh dimana pasien SNI yang tidak kambuh lagi setelah diberikan terapi steroid, yaitu sebanyak 23%, 37% dan 38,8%, pada tiap tiap penelitian. [15,18,20]

KESIMPULAN Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat respon terhadap terapi steroid sebanyak 81,5%. Selain itu, 96,2% dari LPM dan 32% dari FSGS yang awalnya merespon baik terhadap terapi steroid. Jumlah pasien yang tidak kambuh pada penelitian ini adalah 25%, dan hasil penelitian ini lebih kecil dibandingkan dengan hasil penelitian lain dilaporkan pada penelitian lainnya di Iran.

UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini sudah disetujui oleh Wakil kepala Penelitian dari Universitas Kedokteran Teheran.

12

Anda mungkin juga menyukai