Anda di halaman 1dari 6

FAKTOR YANG MEYEBABKAN TERJADINYA PERBEDAAN DALAM MEMAHAMI AL-QURAN DAN AS-SUNNAH

A. Pendahu uan Pen!e"#$an %e"&edaan %enda%a# Perbedaan pendapat atau ikhtilaf, secara lingusitik dalam kajian bahasaInggris, dapat diterjemahkan beraneka ragam, difference of opinion, distinction atau controvercy. Akan tetapi, jika disimak secara mendalam, kata contovercy lebih tepat. Dalam bentuk bahasa Arab, kata Ikhtilaf diambil dari kata Khalafa yang berarti berpisah, perselisihan. Menurut istilah, haha !abir menjelaskan, Ikhtilaf adalah proses yang dilalui dengan metode yang berbeda antara seorang dan yang lainnyadalam bentuk perbuatan atau perkataan. Perbedaan dalam bahasa Arab dikenal dengan katai khtilaf atau khilaf. Perbadaan pendapat dalam fi"h merupakan perbedaan yangdisebabkan oleh perbedaan akal fikiran, karena bila diitinjau darisebab#musababnya secara global, perbedaan itu dibagi dua, yaitu perbedaan yangdisebabkan budi pekerti $moral% dan perbedaan yang disebabkan oleh akal fikiran. Perbedaan yang disebabkan moral itu biasanya dikarenakan terlalu menganggap cukup dengan melihat permukaan suatu masalah saja dan tidak mau mendalami dengan seksama dan teliti, seperti su&u d'on dengan orang lain, fanatik buta terhadap pendapat seseorang atau mad'hab dan golongan tertentu. Ini tergolong ikhtilaf yang buruk dan tercela . Adapun perbedaan yang disebabkan akal fikiran adalah perbedaan pandangan dalam suatu masalah, baik masalah ilmiah seperti perbedaan dalam cabang (yari&at Islam, atau bersifat akidah, politik, dan lain#lain.Perbedaan pandangan itu dikarenakan perbedaan kemampuan akal ditambah pengaruh#pengaruh sampingan yang mempengaruhi akal, seperti lingkungan, 'aman, situasi dan kondisi, baik bersifat positif atau negatif. Maka perbedaan dalam fi"h merupakan sesuatu hal yang pasti terjadi, karena tabiatnya agama, bahasa, manusia juga tabiatnya alam dan kehidupan. )leh karena itu orang#orang yang menghendaki bersatunya semua orangdalam satu pendapat di bidang hukum#hukum ibadah, muamalah dan lain#lain dari cabang agama Islam, maka

berarti ia menginginkan sesuatu hal yang mustahil terjadi. *ahkan perbedaan dalam fi"h ini dianggap rahmat oleh mayoritas ulama dengan merujuk salah satu hadist +abi (A, yang dikeluarkan Imam al#(uyuthidalam -al#!ami& al#(hogir. / .ikhtilafu ummati rahmah. $perbedaan antar umat#umatku adalah suatu rahmat%. Ikhtilaf fi"hi ini, tidak hanya dianggap sebagai halyang la'im dan rahmat, namun juga bisa merupakan harta karun 0arisan yang amat berharga, karena perbedaan pendapat para ulama adalah peninggalan yang bias dijadikan bahan kajian bagi perkembangan fi"h itu sendiri di masa mendatang, juga bahan pertimbangan dan masukan yang tidak sedikit nilainya. +amun sayang ada sebagian kelompok umat Islam yang tidak mengetahui hal ini atau pura#pura tidak mengetahuinya. Mereka tidak menganggap perbedaan umat Islam sebagai rahmat1 mereka mengklaim bah0a kelompok dan ibadah mereka yang paling benar1 mereka membid&ahkan ibadah kelompok lain, mencacinya, mengkritiknya bahkan mengkafirkannya1 mereka menganggap dirinya sebagai satu#satunya kelompok ahlus sunnah 0al jama&ah yang sesuai dengan ulama salaf $lampau%, sehingga mereka menamakan dirinya dengan !ama&ah (alafiyah atau Kaum (alafi .

PEMBAHASAN Se&a&-'e&a& #e"(ad$n)a I*h#$ a+ Dalam hukum kausalitas, .ada sebab, ada akibat..*egitu pula, dalam Ikhtilaf. idak mungkin ada Ikhtilaf, jika tidak ada penyebabnya. Dalam hal ini, penyebab itu adalah faktor#faktor yang mempengaruhi para ulama dalam menggali hukum Islam sehingga berbeda dengan ulama lainnya. Karena sumber hukum Islam pada masa sahabat sepeninggalan +abi (A, adalah al# 2ur&an, (unnah, dan ijtihad (ahabat $termasuk bagian dalam Ijtihad ialah 2iyas, 3a&yu dan Ijma& %, maka sebab#sebab perbedaan pendapat di kalangan 4lama juga dapat dikempokkan menjadi tiga kategori/ ,. a -Qu"an (ebab#sebab perbedaan pendapat yang diakibatkan sumber pertama ini, antara lain karena sebagai berikut/ sebab adanya kontadiksi antar sesama nash#nash al#2ur&an dan adanya upaya 4lama& untuk mencegah pertentangan itu $dengan ijtihad tentunya%, seperti perbedaan5Iddahnya 0anita hamil yang ditinggal mati suaminya. Disebabkan karena perbedaan dalam memahami ayat#ayat mujmal $global%, seperti perbedaan5Iddahnya 0anita yang ditala" dalam keadaan haid. Disebabkan karena sebahagian sahabat terkonsentrasi dengan 'ahirnya teks atau nash $tekstual%, sedangkan yang lainnya lebih memilih makna yang tersirat $kontekstual%, seperti perbedaan pendapat antara Ibn Abbas dan 6aid Ibn sabitdalam hal 0aris. (ebab sebagian sahabat berhenti pada 'ahirnya nash#nash umum dan tidak menemukan atau menganggap nash lain sebagai peng#takhshish#nya, sedangkan yang lain menemukannya. (ebab perbedaan pendapat dalam memahami suatu struktur kalimat dalam nash#nash al#2ur&an yang memiliki dua aspek pengertian.

-. A'-Sunnah Adapun sebab#sebab perbedaan pendapat ulama dalam menyikapi (unnah#sunnah 3asul sa0, baik "auliyah, fi&liyah, ta"ririyah atau hammiyah sebagai sumber hukum dapat dikelompokkan menjadi enam faktor penyebab , yaitu/ (ampainya suatu7hadist $hukum atau fat0a% kepada sebagian sahabat, sedangkan yang lain tidak,maka ia akan berijtihad dengan ra&yu#nya. !ika demikian, ada empat akibat, yaitu / $a% Ijtihadnya akan sama dengan hukum asli. $b% 4lama akan aroju&$menarik kembali fat0a ijtihadnya%. $c% *ertentangnya hasil Ijtihad denganhadist yang baru didengarnya. $d% idak sampai kepadanya hadist sama sekaliatau tidak mendengar bantahan ijtihadnya dari sahabat yang lain yang memilikibukti hadist tertentu. Antara merekasama#sama melihat perbuatan +abi (A, $hadist 8i&liyah%,7namun sebagian mereka menganggap perbuatan +abi (A, itu sebagai "urbah ataukesunnahan dan sebagian yang lain hanya mubah. Karena lalai atau lupaakan sunnah yang didengar atau dilihatnya. Perbedaan persepsi antara mereka dalam memahami perkataan#perkataan +abi (A, $sunnah 2auliyah%. Perbedaan dalammenentukan illat hukum suatu (unnah. Perbedaan pemahaman dalam menyikapi beberapa sunnah yang saling kontradiktif. Perbedaan kuantitas dan kualitas hafalan sunnah#sunnah +abi diantara para 4lama .. I(#$had Ijtihad yang dilandaskan pada pemakaian ra&yu untuk menyempurnakan ijtihad fi"h yang berlangsung pada periode ini tidak bisa terelakkan, karena nash#nash sangat terbatas sedangkan peristi0a#peristi0a yang terjadi begitu banyak, tidak berhentikan sebatas nash yang ada, sehingga sahabat harus mengembalikan permasalahan# permasalahan itu kepada arahnya $yang baru%, agar diperoleh hukum kebenaran. Mereka melakukan itu dengan mencari petunjuk melalui tujuan#tujuan syara& yang universal $ma"ashid al#(yari&ahal#5Ammah% serta prinsip#prinsip umum $mabadi Kulliyah%.

(ebab#sebab perbedaan pendapat yang melalui pintu Ijtihad dengan ra&yu ini tidak bisa dilepaskan dari perbedaan yang ada antara mereka,berbagai hal termasuk ra&yu# nya atau pandangan intelektualitasnya yang sangat dipengaruhi oleh akal, kepribadian, keluarga, dan lingkungannya. 9ang samuanya ini diilhami oleh ijtihadnya +abi sa0 sendiri dan pemahaman mereka akan ma"ashid syari&ah juga keshahihan atau kejelian pandangan mereka terhadap mashlahat manusia, sehingga mereka tidak mungkin keliru dalam memandang suatu kemaslahatan. Ikhtilaf antara mereka dalam berijtihad bermuara pada masalah#masalah yang tidak terdapat nash yang pasti, kemudian mereka menetapkan hukumnya dengan meng"iyaskan kepada sesuatu yang manshush $ mempunyai nash % atau memasukkannya ke dalam kaidah umum atau dengan memperhatikan kemaslahatan manusia yang diketahui dan diyakini mereka bah0a syara& sangat memberi perhatian dan selalu menjaga kemaslahatan itu. Di antara sahabat +abi sa0 yang pandai dan terkenal dalam mengunakan ra&yunya $ijtihad% adalah Ali bin abi halib, Abu *akar, 4mar bin Khotob, 4stman bin Affan, abdullah bin mas,ud, 6aid bin sabit, Mu&a' bin !abal dan lain#lain.

PENUTUP (elain tiga faktor diatas, juga terdapat sebab yang lain ,yaitu/ Perbedaan 2a0a&id 4shuliyya (ebab#sebab yang yang berkaitan dengan kaidah#kaidah ushul diantaranya mengenai istisna, yakni/ !umhur 8u"aha berpendapat, bah0a istisna $pengecualian% itu kembali kepada keseluruhannya. (edangkan menurut Abu :anifah, istisna itu hanya kembali kepada jumlah terakhir saja. *agi yang berpendapat bah0a istisna itu kembali kepada jumlah terakhir saja, maka bila orang itu telah bertaubat tidak lagi dinyatakan fasik, dan tetap harus didikenakan hukuman dera dan belum bisa dijadikan saksi. Adapun yang berpendapat kedua, yang menyatakan bah0a istisna kembali kepada semuanya, orang yang sudah taubat itu tidak lagi dinyatakan fasik, dan juga dikembalikan haknya untuk menjadi saksi, tetapi masih tetap dihukum dera, karena hukuman dera ini menyangkut hak adami $manusia% yang tidak bisa diguguran dengan taubat.

Anda mungkin juga menyukai