Anda di halaman 1dari 3

PENATALAKSANAAN MEDIS Pengobatan sirosis hati pada prinsipnya berupa : a. Simtomatis b.

Supportif, yaitu : Istirahat yang cukup Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang Pengobatan berdasarkan etiologi Misalnya pada sirosis hati akibat virus hepatitis C dapat dicoba dengan interferon. Sekarang telah dikembangkan perubahan strategi terapi bagian pasien dengan hepatitis C kronik yang belum pernah mendapatkan pengobatan IFN seperti : 1. Kombinasi IFN dengan ribavirin Terapi kombinasi IFN dan ribavirin terdiri dari 3 juta unit 3x seminggu dan RIB 10002000 mg perhari tergantung berat badan (1000mg untuk berat badan kurang dari 75kg) yang diberikan untuk jangka waktu 24-48 minggu. 2. Terapi induksi IFN Terapi induksi interferon yaitu interferon diberikan dengan dosis yang lebih tinggi dari 3 juta unit setiap hari untuk 2-4 minggu yang dilanjutkan dengan 3 juta unit 3x seminggu selama 48 minggu dengan atau tanpa kombinasi RIB. 3. Terapi dosis IFN tiap hari Dasar pemberian IFN dengan dosis 3 juta atau 5 juta unit tiap hari sampai HCV-RNA negatif di serum dan jaringan hati. c. Pengobatan yang spesifik dari sirosis hati akan diberikan jika telah terjadi komplikasi seperti : 1. Asites 2. Spontaneous bacterial peritonitis 3. Hepatorenal syndrome 4. Ensefalophaty hepatic Asites Dapat dikendalikan dengan terapi konservatif yang terdiri atas : - Istirahat - Diet rendah garam : untuk asites ringan dicoba dulu dengan istirahat dan diet rendah garam dan penderita dapat berobat jalan dan apabila gagal maka penderita harus dirawat. - Diuretik : pemberian diuretik hanya bagi penderita yang telah menjalani diet rendah garam dan pembatasan cairan namun penurunan berat badannya kurang dari 1 kg

setelah 4 hari. Mengingat salah satu komplikasi akibat pemberian diuretik adalah hipokalemi dan hal ini dapat mencetuskan encepalophaty hepatic, maka pilihan utama diuretik adalah spironolacton, dan dimulai dengan dosis rendah, serta dapat dinaikkan dosisnya bertahap tiap 3-4 hari, apabila dengan dosis maksimal diuresisnya belum tercapai maka dapat kita kombinasikan dengan furosemid. - Terapi lain : Sebagian kecil penderita asites tidak berhasil dengan pengobatan konservatif.pada keadaan demikian pilihan kita adalah parasintesis. Mengenai parasintesis cairan asites dapat dilakukan 5-10 liter/hari, dengan catatn harus dilakukan infuse albumin sebanyak 6-8 gr/l cairan asites yang dikeluarkan. Prosedur ini tidak dianjurkan pada anak-anak. Spontaneus bacterial peritonitis (SBP) Infeksi cairan dapat terjadi secara spontan, atau setelah tindakan parasintesa. Tipe yang spontan terjadi 80% pada penderita sirosis hati dengan asites, sekitar 20% kasus. Keadaan ini lebih sering terjadi pada sirosis hati stadium kompesata yang berat. Pada kebanyakan kasus penyakit timbul selama masa perawatan. Infeksi umumnya terjadi secara blood borne dan 90% monomicroba. Pada sirosis hati terjadi permeabilitas usus menurun dan mikroba ini berasal dari usus. Pengobatan SBP dengan memberikan Cephalosporins generasi III (Cefotaxime), secara parental selama lima hari, atau Qinolon secara oral. Mengingat akan rekurennya tinggi maka untuk Profilaxis dapat diberikan Norfloxacin (400mg/hari) selama 2-3 minggu. Hepatorenal syndrome Sindroma ini dicegah dengan menghindari pemberian diuretik yang berlebihan, pengenalan secara dini setiap penyakit seperti gangguan elektrolit, pendarahan dan infeksi. Penanganan secara konservatif dapat dilakukan berupa : Ritriksi cairan, garam, potassium dan protein. Serta menghentikan obat-obatan yang nefrotoxic. Pilhan terbaik adalah transplantasi hati yang diikuti dengan perbaikan dan fungsi ginjal. Perdarahan karena pecahnya Varises esofagus Prinsip penanganan yang utama adalah tindakan resusitasi sampai keadaan pasien stabil. Dalam keadaan ini maka dilakukan : - Pasien diistirahatkan dan dipuasakan - Pemasangan IVFD berupa garam fisiologis dan kalau perlu transfusi - Pemasangan NGT, hal ini mempunyai banyak sekali kegunaannya yaitu untuk mengetahui perdarahan, cooling dengan es, pemberian obat-obatan, evaluasi darah.

- Pemberian obat-obatan berupa antasida, ARH2, antifibrinolitik, vitamin K, vasopressin, octriotide dan somatostatin. Ensefalopati hepatik Penentuan diet pada penderita sirosis hati sering menimbulkan dilema. Disatu sisi, diet tinggi protein untuk memperbaiki status nutrisi akan menyebabkan hiperamonia yang berakibat terjadinya ensefalopati. Sedangkan bila asupan protein rendah maka kadar albumin dalam darah akan menurun sehingga terjadi malnutrisi yang akan memperburuk keadaan hati. Untuk itu, diperlukan suatu solusi dengan nutrisi khusus hati, yaitu aminoleban oral. Aminoleban oral mengandung AARC kadar tinggi serta diperkaya dengan asam amino penting lain seperti arginin, histidin, vitamin, dan mineral. Nutrisi khusus hati ini akan menjaga kecukupan kebutuhan protein dan mempertahankan kadar albumin darah tanpa meningkatkan risiko terjadinya hiperamonia. Pada penderita sirosis hati yang dirawat di RS, pemberian nutrisi khusus ini terbukti mempercepat masa perawatan dan mengurangi frekuensi perawatan. Dengan nutrisi khusus ini diharapkan status nutrisi penderita akan terjaga, mencegah memburuknya penyakit hati, dan mencegah terjadinya ensefalopati hepatik sehingga kualitas serta harapan hidup penderita juga akan membaik.

Dapus : Suddart, B, 2002. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. EGC, Jakarta Waspandji, S, 1987. Ilmu Penyakit Dalam, Balai penerbit , edisi 2. FKUI, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai