Anda di halaman 1dari 8

Ringkasan

Dalam pabrik pengolahan minyak kelapa sawit adanya perkembangan bisnis dan investasi kelapa sawit dalam beberapa tahun terakhir mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Permintaan atas minyak nabati dan penyediaan biofuel telah mendorong peningkatan permintaan minyak nabati yang bersumber dari crude palm oil (CPO) yang berasal dari kelapa sawit. Hal ini disebabkan tanaman kelapa sawit memiliki potensi menghasilkan minyak sekitar 7 ton/hektar lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai yang hanya 3 ton/hektar. Untuk menghasilkan satu ton minyak kelapa sawit dihasilkan dua setengah ton limbah cair pabrik kelapa sawit. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen pencemaran yang terdiri dari zat atau bahan yang tidak mempunyai kegunaan lagi bagi masyarakat. Limbah industri dapat digolongkan kedalam tiga golongan yaitu limbah cair, limbah padat, dan limbah gas yang dapat mencemari lingkungan. Limbah ini merupakan sumber pencemaran yang potensial bagi manusia dan lingkungan, sehingga pabrik dituntut untuk mengolah limbah tersebut. Pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit yang berasal dari kolam akhir dapat dilakukan dengan koagulasi melalui elektrolosi. Sampel limbah cair diambil dari kolom akhir Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Bah Jambi Kebun Adolina Perbaungan dan diukur pH, COD, BOD dan kekeruhannya. Metode yang digunakan untuk pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit dengan koagulasi melalui elektrolisis. Sebanyak 250 ml sampel limbah cair pabrik kelapa sawit yang berasal dari kolom akhir dimasukkan elektroda aluminium dengan jarak 2 cm dan divariasikan arus yang mengalir selama 2 jam, lalu disaring. Selanjutnya masing-masing perlakuan ditentukan pH, COD, BOD dan kekeruhan. Proses koagulasi melalui elektrolisis dapat menurunkan nilai COD, BOD, kekeruhan dan pH limbah cair pabrik kelapa sawit yang berasal dari kolam akhir. Semakin besar arus yang digunakan pada proses koagulasi semakin besar penurunan nilai dari COD, BOD, kekeruhan dan pHnya. Hasilnya menunjukkan bahwa proses koagulasi melalui elektrolisis dapat dimanfaatkan dalam proses pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit karena dapat menurunkan nilai COD, BOD, pH dan kekeruhan.

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam beberapa tahun terakhir bisnis dan investasi pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah terjadi booming.Permintaan atas minyak nabati dan penyediaan untuk biofuel telah mendorong peningkatan permintaan minyak nabati yang bersumber dari Crude Palm Oil (CPO).Hal ini disebabkan tanaman kelapa sawit memiliki potensi menghasilkan minyak sekitar 7 ton/hektar bila dibandingkan dengan kedelai yang hanya 3 ton/hektar.Indonesia memiliki potensi pengembangan perkebunan kelapa sawit yang sangat besar karena memiliki cadangan lahan yang cukup luas, ketersediaan tenaga kerja, dan kesesuaian agroklimat. Luas perkebunan kelapa sawit Indonesia pada tahun 2007 sekitar 6,8 juta hektar yang terdiri dari sekitar 60% diusahakan oleh perkebunan besar dan sisanya sekitar 40% diusahakan oleh perkebunan rakyat (Soetrisno, 2008). Luas perkebunan kelapa sawit diprediksi akan meningkat menjadi 10 juta hektar pada 5 tahun mendatang. Mengingat pengembangan kelapa sawit tidak hanya dikembangkan di wilayah Indonesia bagian barat saja, tetapi telah menjangkau wilayah Indonesia bagian timur. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit akan menghasilkan limbah cair dalam jumlah yang cukup besar. Untuk menghasilkan satu ton minyak kelapa sawit dihasilkan dua setengah ton limbah cair pabrik kelapa sawit. Limbah cair tersebut berasal dari proses perebusan, klarifikasi dan hidrosiklon. Pengembangan industri kelapa sawit yang diikuti dengan pembangunan pabrik dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan berupa pencemaran. Limbah cair pabrik kelapa sawit masih memiliki potensi sebagai pencemaran lingkungan karena berbau, berwarna, mengandung nilai COD, BOD serta padatan tersuspensi yang tinggi. Apabila limbah tersebut langsung dibuang ke badan penerima, maka sebagian akan mengendap, terurai secara perlahan, mengkonsumsi oksigen terlarut, menimbul-kan kekeruhan,

mengeluarkan bau yang tajam dan dapat merusak ekosistem badan penerima (Alaerts, G., 1987 dan Betty, J.S., 1996). Pengeluaran tentang proses koagulasi melalui elektrolisis telah dilakukan oleh Kartini Noor Hafni (1998) yaitu mengamati pengaruh penurunan warna air buangan pencelupan
2

tekstil, dimana aliran air dibuat kontinu selama proses. Tingginya nilai COD, BOD dan kekeruhan limbah cair pabrik kelapa sawit dapat diturunkan dengan koagulasi zat-zat organik dan anorganik yang dikandungnya. Proses koagulasi dapat terjadi dengan penambahan ko agulasi secara tidak langsung dari proses elektrolisis memakai elektroda aluminium sebagai sumber ion Al+3. Ion Aluminium akan bereaksi dengan air membentuk aluminium hidroksida yang berfungsi sebagai koagulasi. Limbah cair yang dihasilkan berupa Palm Oil Mill Effluent (POME) air buangan kondensat (8-12 %) an air hasil pengolahan (13-23 %).Menurut Djajadiningrat dan Femiola (2004) dari 1 ton Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dapat dihasilkan 600-700 kg limbah cair. Bahkan saat ini limbah cair hasil pengolahan kelapa sawit di Indonesia mencapai 28,7 juta ton limbah / tahun. Ketersediaan limbah itu meupakan potensi yang sangat besar jika dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. Namun sebaliknya akan menimbulkan bencana bagi lingkungan dan manusia jika pengelolaannya tidak dilakukan dengan baik dan profesional. Limbah cair kelapa sawit dapat menghasilkan biogas dengan melakukan rekayasa.Limbah cair ditempatkan pada tempat khusus yang disebut bioreaktor.Bioreaktor dapat diatur sedemikian rupa sehingga kondisinya optimum untuk meproduksi biogas.Selain itu juga dapat ditambahkan mikroba untuk mempercepat pembentukan gas metan untuk menghasilkan biogas. Proses tersebut dapat menghasilkan potensi yang sangat besar. Dari 28,7 juta ton limbah cair kelapa sawit dapat dihasilkan 90 juta m3 biogas yang setara dengan 187,5 milyar ton gas elpiji. Selain itu limbah cair dapat juga dimanfaatkan untuk pakan ternak, bahan pembuat sabun, serta pembuatan biodiesel, dan air sisanya dapat digunakan untuk pengairan bila telah memenuhi standar baku mutu lingkungan. 1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit yang berasal dari kolam akhir (final pond) adalah untuk mengurangi nilai dari COD, BOD, kekeruhan , serta pH dari limbah tersebut dengan proses koagulasi melalui elektrolisis, sehingga menjadi limbah yang ramah lingkungan. Manfaat dari pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit yang berasal dari kolam akhir ini yaitu mengurangi pencemaran lingkungan yang terjadi akibat dari limbah tersebut,
3

juga untuk menghilangkan zat-zat anorganik dan organik yang terdapat dari limbah tersebut sehingga limbah tersebut tidak berbau, tidak berwarna, dan dapat meningkatkan kesuburan tanah di sekitar pabrik dan masyarakatnya.

1.3 BAHAN DAN METODA Pengukuran COD (Chemical Oxygen Demand) Sampel 10 ml dipipet ke dalam erlenmeyer 250 ml. Ditambahkan 5 ml K2Cr 2 O7 dan 0,2 g merkuri sulfat. Dimasukkan 2 buah batu didih yang telah diaktifkan. ditambahkan 5 ml asam sulfat. Hasil dari perlakuan itu ditambahkan 10 ml asam sulfat dan direfluks selama 45 menit. Setelah larutan menjadi dingin ditambahkan 20 ml aquades. Ditambahkan 2 tetes indikator feroin, lalu dititrasi dengan ferro amonium sulfat 0,025 N sampai warna menjadi merah kecoklatan dan dicatat volume peniter. Pengukuran BOD (Biologycal Oxygen Demand) 1 liter aquades dimasukkan dalam botol aerasi dan ditambahkan 1 ml FeCL3, 1ml CaCl2, 1 ml bufer fosfat , 1 ml HCl 10%, 0,1 g inhibitor nitrifiksasi dan 25 ml jentik-jentik lalu diaerasi selama 1 jam. Dipipet 1 ml sampel dimasukkan dalam labu Winkler dan diisi dengan larutan pengencer sampai penuh dan ditutup. Untuk Do5 dimasukkan ke dalam inkubator selama 5 hari pada suhu 200C. Untuk Do0 ditambahkan 1 ml mangan sulfat, 1 ml azida dan 1 ml asam sulfat lalu diaduk. Dititrasi dengan Na 2 S2 O3 sampai berwarna

kuning pucat lalu ditambahkan 1 ml indikator amilum dan dititrasi kembali sampai jernih dan dicatat volume peniter.

2. GAGASAN 2.1 KONDISI KEKINIAN Pengembangan industri kelapa sawit yang diikuti dengan pembangunan pabrik dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan berupa pencemaran. Untuk menghasilkan satu ton minyak kelapa sawit dihasilkan dua setengah ton limbah cair pabrik kelapa sawit. Berdasarkan Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya di Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Bah Jambi Kebun Adolina Perbaungan, sampel limbah cair dari Pabrik Kelapa Sawit yang berasal dari kolam akhir secara acak yakni melalui beberapa titik sampel dan beberapa kedalaman. Data yang diperoleh bahwa limbah cair pabrik kelapa sawit yang berasal dari kolam akhir masih banyak mengandung zat anorganik dan organik, dengan ukuran dan bentuk yang bermacam-macam sehingga mengakibatkan nilai COD dan BOD serta kekeruhan semakin tinggi. (Darwin, Y. N., Jurnal Sains Kimia. Vol 8, No.2, 2004: 3840) Dari kondisi ini dapat dilihat bahwa limbah cair dari Pabrik Kelapa Sawit yang berasal dari kolam akhir dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan dan dapat mengganggu kesuburan tanah d lingkungan sekitarnya.

2.2 SOLUSI YANG DITAWARKAN Untuk mengurangi zat anorganik dan organik yag berasal dari kolam akhir limbah cair pabrik kelapa sawit dan untuk menurunkan nilai COD, BOD, kekeruhannya, dan untuk menghilangkan bau dari limbah tersebut di Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Bah Jambi Kebun Adolina Perbaungan dapat dilakukan dengan cara koagulasi melalui elektrolisis. Seberapa jauh kondisi kekinian dapat diperbaiki melalui gagasan yang diajukan Limbah cair pabrik kelapa sawit yang berasal dari kolam akhir masih banyak mengandung zat anorganik dan organik, dengan ukuran dan bentuk yang bermacam-macam sehingga mengakibatkan nilai COD dan BOD serta kekeruhan semakin tinggi. Dari grafik arus ter-hadap COD ditunjukkan penurunan nilai COD dan BOD seiring dengan meningkatnya kuat arus yang dialirkan. Hal ini terjadi karena kestabilan sistem koloid yang tersuspensi pada sampel limbah cair diganggu dengan penambahan ion aluminium yang
5

berasal dari proses oksidasi di anoda. Ion Al+3 yang masuk ke dalam sampel akan memperkecil potensial zeta yang berarti mengurangi perbedaan muatan di dalam sampel. Dengan berkurangnya perbedaan muatan ini ketebalan lapisan diffus akan berkurang dan menggangu lapisan stern sehingga gaya tolak menolak antara partikel yang berdekatan tersebut dikurangi ataupun ditiadakan sehingga terjadi proses koagulasi. Pada kedua grafik tersebut dapat dilihat penurunan nilai COD dan BOD yang relatif derastis pada saat arus dialirkan sebesar 2,5 A dibandingkan dengan sampel limbah cair yang tidak dielektrolisis.

Hal ini disebabkan oleh arus yang dialirkan semakin besar maka kecepatan partikel terkoagulasi akan semakin cepat sehingga mengakibatkan jumlah partikel yang tersuspensi semakin sedikit. Semakin sedikit jumlah dan semakin kecil ukuran partikel maka diperlukan kuat arus dan waktu yang lebih besar untuk terkoagulasi. Didapati bahwa semakin besar arus yang dialirkan maka pH sampel akan semakin besar. Kenaikan pH ini disebabkan adanya pelepasan ion hidroksida atau gas hidrogen pada saat berlangsungnya peristiwa reduksi di katoda.

2.3 PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT Pihak yang terlibat untuk mengimplementasikan gagasan ini yaitu ketua dan anggota pelaksana PKM, Pihak Perkebunan Kelapa Sawit PTPN IV Bah Jambi Kebun Adolina Perbaungan, dan pemerintah daerah. Ketua dan anggota pelaksana PKM bertugas untuk melaksanakan kegiatan ini yaitu dengan meneliti terlebih dahulu limbah cair pabrik kelapa sawit yang berasal dari kolam akhir dalam keadaan aman atau tidak. Bila tidak aman, maka gagasan anda yaitu dengan mengolah limbah cair kelapa sawit yang berasal dari kolam akhir dengan koagulasi melalui elektrolisis dapat dilakukan.

2.4 LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS Langkah-langkah strategis yang harus dilakukan untuk mengimplementasikan gagasan ini yaitu dengan cara : 1. Melakukan pengukuran COD 2. Melakukan pengukuran BOD 3. Menambahkan ion Al+3 ke dalam sampel limbah cair , gunanya yaitu untuk memperkecil potensial zeta yang berarti mengurangi perbedaan muatan di dalam nya. Sebanyak 250 ml sampel limbah cair pabrik kelapa sawit yang berasal dari kolom akhir dimasukkan elektroda aluminium dengan jarak 2 cm dan divariasikan arus yang mengalir selama 2 jam, lalu disaring. Selanjutnya masing-masing perlakuan ditentukan pH, COD, BOD dan kekeruhan. 4. Dengan berkurangnya perbedaan muatan ini ketebalan lapisan diffus akan berkurang dan menggangu lapisan stern sehingga gaya tolak menolak antara partikel yang berdekatan tersebut dikurangi ataupun ditiadakan sehingga terjadi proses koagulasi. 5. Jika dibandingkan antara limbah cair yang telah dielektrolisis dengan limbah cair yang tidak dielektrolisis maka akan terjadi perbedaan yang relatif derastis. Limbah cair yang telah dilektrolisis akan mengalami penurunan nilai COD dan BOD- nya. Hal ini disebabkan oleh arus yang dialirkan semakin besar maka kecepatan partikel terkoagulasi akan semakin cepat sehingga mengakibatkan jumlah partikel yang tersuspensi semakin sedikit. Semakin sedikit jumlah dan semakin kecil ukuran partikel maka diperlukan kuat arus dan waktu yang lebih besar untuk terkoagulasi. Didapati bahwa semakin besar arus yang dialirkan maka pH sampel akan semakin besar. Kenaikan pH ini disebabkan adanya pelepasan ion hidroksida atau gas hidrogen pada saat berlangsungnya peristiwa reduksi di katoda.

KESIMPULAN Proses koagulasi melalui elektrolisis dapat menurunkan nilai COD, BOD, kekeruhan dan pH limbah cair pabrik kelapa sawit yang berasal dari kolam akhir. Semakin besar arus yang digunakan pada proses koagulasi semakin besar penurunan nilai dari COD, BOD, kekeruhan dan pHnya. Dengan menurunnya nilai COD, BOD, kekeruhan, dan pH-nya, maka limbah cair pabrik kelapa sawit yang berasal dari kolam akhir ( Final Pond) menjadi tidak tercemar dan dapat membantu kesuburan tanah di sekitarnya, serta dapat menghilangkan bau yang tidak sedap di areal sekitar pabrik.

DAFTAR PUSTAKA Alaerts, G., 1987, Metode Penelitian Air, Usaha Nasional, Surabaya. Betty, J.S., 1996, Penanganan Limbah Industri Pangan, Kanisius, Yogyakarta. Djajadiningrat, Surna T dan Famiola, Melia. 2004. Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan. Bandung; Penerbit Rekayasa Sains. Hafni, K.N, 1998, Pengolahan Air Buangan Pencelupan Tekstil dengan Proses Elektrokoagulasi Memakai Elektroda Aluminium, FT USU, Medan. Sastrawijaya, A.T, 1991, Pencemaran Lingkungan, Rineka Cipta, Jakarta. Soetrisno, Noer. 2008. Peranan Industri Sawit dalam Pengembangan Ekonomi Regional: Menuju Pertumbuhan Partisipatif Berkelanjutan. Medan: Universitas Sumatera. Voyutsky, 1975, Colloid Chemistry, Mir Publisher, Moskow.

Anda mungkin juga menyukai