Anda di halaman 1dari 12

Oseanologi dan Limnologi di Indonesia (2011) 37(2): 371-382

ISSN 0125 9830

KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON DI PERAIRAN KALIMANTAN SELATAN oleh HIKMAH THOHA1) & KHAIRUL AMRI2) 1) Pusat Penelitian Oseanografi LIPI 2) Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan UNHAS
E-mail: hikmah_thoha@yahoo.com
Received 13 January 2011, Accepted 8 August 2011

ABSTRAK
Perairan Kalimantan Selatan berada pada pertemuan massa air dari Laut Jawa, Selat Makassar dan Sungai Barito yang tentunya akan mempengaruhi biota termasuk fitoplankton yang hidup di dalamnya. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui komposisi dan kelimpahan fitoplankton di perairan Kalimantan Selatan ini telah dilaksanakan pada bulan November 2010. Sampel fitoplankton diambil dari 18 stasiun menggunakan jaring plankton (ukuran jaring 80 m, diameter bukaan jaring 0,3 m, panjang 100 cm) yang ditarik secara vertikal mulai dari kedalaman 15-50 m sampai permukaan perairan. Selama penelitian teridentifikasi sebanyak 32 marga fitoplankton yang terdiri dari 23 marga Diatom dan sembilan marga Dinoflagellata. Tiga marga fitoplankton yang dominan adalah Thalassiothrix (26 %), Chaetoceros (25 %) dan Skeletonema (17 %). Kelimpahan fitoplankton berkisar 6.373,63 274.021,75 sel/m3. Kata kunci: Fitoplankton, komposisi, kelimpahan, Kalimantan Selatan.

ABSTRACT
COMPOSITION AND ABUNDANCE OF PHYTOPLANKTON IN SOUTH KALIMANTAN WATERS. South Kalimantan waters are filled by water mass from Java Sea, Makassar Strait and Barito River that of course will affect organisms including phytoplankton living in this area. A research aimed

THOHA & AMRI to reveal the composition and abundance of phytoplankton in South Kalimantan Waters was conducted during November 2010. Phytoplankton samples were taken using plankton net (mesh size 80 m, opening diameter 0.3 m, net length 100 cm) at 18 stations. The plankton net was hauled up vertically from bottom to the water surface. There were 32 fitoplankton genera i.e. 23 genera of Diatoms and nine genera of Dinoflagellates were identified. Three dominant phytoplankton genera found were Thalassiothrix (26%), Chaetoceros (25%) and Skeletonema (17%). Abundance of phytoplankton ranged between 6373.63 274021.75 cell/m3. Key words: Phytoplankton, composition, abundance, South Kalimantan.

PENDAHULUAN
Plankton adalah organisme mikroskopik yang hidup melayang atau mengapung dalam kolom air dengan kemampuan gerak yang terbatas. Plankton terbagi atas dua kelompok yaitu fitoplankton (plankton nabati) dan zooplankton (plankton hewani) merupakan komponen utama dalam rantai makanan ekosistem perairan. Fitoplankton berperan sebagai produsen primer dan zooplankton sebagai konsumen pertama yang menghubungkan dengan biota pada tingkat trofik yang lebih tinggi (Levinton, 1982; Arinardi et al., 1995; Castro & Huber, 2007). Fitoplankton sebagai tumbuhan yang mengandung pigmen klorofil mampu melaksanakan reaksi fotosintesis dimana air dan karbondioksida dengan adanya sinar surya dan garam-garam hara dapat menghasilkan senyawa organik seperti karbohidrat. Fitoplankton memberi kontribusi yang besar terhadap produktifitas primer di lautan (Kingsford, 2000). Banyak proses biotik dan abiotik yang mempengaruhi variabilitas keanekaragaman fitoplankton di perairan. Intensitas dan frekuensi proses-proses ini dapat menyebabkan dinamika tidak merata (non-equilibrium) dan meningkatkan keanekaragaman jenis (Chalar, 2009). Mengingat pentingnya plankton dalam rantai makanan ekosistem perairan, maka diperlukan penelitian mengenai sebaran fitoplankton. Salah satu perairan yang menarik untuk dikaji dinamika fitoplanktonnya adalah perairan Kalimantan Selatan. Perairan Kalimantan Selatan dipengaruhi oleh Laut Jawa, Selat Makassar maupun keberadaan muara-muara sungai terutama Sungai Barito.

372

FITOPLANKTON DI PERAIRAN KALIMANTAN SELATAN

METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan ini merupakan bagian Ekspedisi Penelitian kerjasama antara Direktorat Jenderal Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (DP2M) DIKTI dengan Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) LIPI. Ekspedisi penelitian yang menggunakan K.R. Baruna Jaya VIII ini dilaksanakan pada bulan November 2010 di perairan laut Kalimantan Selatan termasuk sekitar perairan Kepulauan Marabatuan dan Matasiri (Gambar 1).

56 km

Gambar 1. Stasiun pengambilan sampel fitoplankton di perairan Kalimantan Selatan. Figure 1. Stations of phytoplankton samples collection in South Kalimantan waters. Koleksi Sampel Plankton Terdapat 18 stasiun pengambilan sampel fitoplankton dalam penelitian ini (Gambar 1). Berdasarkan posisinya, stasiun pengambilan sampel fitoplankton ini dapat dibagi atas tiga kelompok yaitu : dekat Muara Sungai Barito (Stasiun 2 dan 8), sekitar Kepulauan Marabatuan (Stasiun 11, 13, 16, 18, 20 dan 25), serta sekitar Kepulauan Matasiri (Stasiun 28, 30, 31, 33, 39, 40, 41, 42, 44 dan 46). Sampel fitoplankton diambil dengan menggunakan jaring plankton dengan ukuran mata jaring 80 m, diameter mulut jaring 0,31 m dan

373

THOHA & AMRI panjang jaring 100 cm. Pada setiap mulut jaring plankton dilengkapi dengan flowmeter untuk mengukur volume air yang masuk ke dalam jaring. Pengukuran volume air tersaring dihitung dengan rumus: V = R. a. p V : volume air tersaring ( m3) R : Jumlah rotasi baling-baling flowmeter a : luas mulut jaring p : panjang kolom air ( m) yang ditempuh untuk satu rotasi Pengambilan contoh dilakukan secara vertikal pada permukaan perairan yang ditarik selama 2 3 menit dengan kecepatan konstan dari kedalaman air antara 15 - 50 m (Tabel 1). Sampel dikoleksi dengan botol sampel yang diberi formalin dengan konsentrasi 4 % dan kemudian dicacah dan diidentifikasi di laboratorium dengan menggunakan mikroskop high power. Penghitungan secara kuantitatif fitoplankton dilakukan dengan menggunakan Sedgwik-Rafter Counting Cell atas fraksi sampel dan hasilnya dinyatakan dalam sel/m3. Identifikasi fitoplankton menggunakan buku-buku identifikasi antara lain menurut IOC/Westpac (2001), Davis (1955), dan Newell & Newell (1977). Tabel 1. Kedalaman setiap stasiun pengambilan sampel fitoplankton di perairan Kalimantan selatan. Table 1. Depth of each station of phytoplankton sample collection in South Kalimantan waters.
Station 2 8 11 13 16 18 20 25 28 30 31 33 39 40 41 42 44 46 Depth (m) 15 35 27 25 23 20 20 20 25 30 38 25 45 50 40 40 30 45

374

FITOPLANKTON DI PERAIRAN KALIMANTAN SELATAN

HASIL DAN PEMBAHASAN


Komposisi Jenis dan Kelimpahan Fitoplankton Sebanyak 32 marga fitoplankton teridentifikasi dari sampel-sampel air yang diambil dari 18 stasiun di perairan Kalimantan Selatan. Marga fitoplankton ini berasal dari Kelas Diatom sebanyak 23 marga dan Dinoflagellata sebanyak sembilan marga (Tabel 2). Hal ini merupakan sesuatu yang umum dimana kelompok Diatom dan Dinoflagellata sering didapatkan dalam jumlah besar dalam penyaringan fitoplankton (Nybakken, 1992). Secara ekologis, Diatom merupakan salah satu kelompok algae terpenting yang diperkirakan menghasilkan 40-45 % produksi primer di laut (Mann, 1999). Disamping itu, Diatom juga tersebar luas pada semua lingkungan akuatik pada semua garis lintang (Round et.al., 1990). Menurut Odum (1971), banyaknya kelas Diatom (Bacillariophyceae) di perairan disebabkan oleh kemampuannya beradaptasi dengan lingkungan, bersifat kosmopolit, tahan terhadap kondisi ekstrim serta mempunyai daya reproduksi yang tinggi. Tabel 1. Marga fitoplankton yang dijumpai di 18 stasiun di perairan Kalimantan Selatan. Table 1. Phytoplankton genera found at 18 stations in South Kalimantan waters.
Class Diatom Genus Asterionella, Amphora, Asteromphalus, Bacteriastrum, Bacillaria, Chaetoceros, Coscinodiscus, Complydiscus, Ditylum, Eucampia, Guinardia, Hemiaulus, Leptocylindrus, Lauderia, Navicula, Nitzchia, Odontela, Planktoniella, Rhizosolenia,Skeletonema, Streptotheca, Thalassiosira, Thalassiothrix Amphizolenia Ceratium, Dictyocha, Dinophysis, Gonyaulax, Gymnodinium Noctiluca, Ornithoceros, Protopedinium

Dinoflagellate

Beberapa hasil penelitian juga menunjukkan kecenderungan dominansi Diatom dan Dinoflagellata dalam komposisi fitoplankton yang diamati seperti di Perairan Teluk Ambon bagian dalam (Dwiono & Rahayu, 1984). Di Pulau Bonerate, Sulawesi Selatan ditemukan 80 marga fitoplankton yang terdiri dari 52 marga Diatom, 21 marga Dinoflagellata dan tujuh marga Cyanophyceae (Febrina, 2005). Penelitian lain oleh Balkis et al. (2004) menemukan bahwa dari 102 taksa fitoplankton yang diidentifikasi di Laut Marmara (Turki), 47 taksa (46,08 %) adalah Diatom dan 45 taksa (44,12 %) adalah Dinoflagellata.

375

THOHA & AMRI Sementara itu Onyema (2007) mendapatkan bahwa 37 taksa dari 48 taksa yang dijumpai di sebuah muara sungai di Lagos, Nigeria adalah dari Kelas Diatom. Dominasi Diatom yang besar juga dilaporkan oleh Polikarvop et al. (2009) dalam penelitiannya mengenai komunitas fitoplankton di barat laut Teluk Arab (utara Kuwait), mereka mendapatkan bahwa dari sekitar 200 taksa yang diidentifikasi, 134 taksa adalah Diatom, diikuti oleh Dinoflagellata sebanyak 56 taksa. Dari semua marga fitoplankton yang ditemukan, tiga marga dari Diatom memiliki persentase terbesar yakni Thalassiothrix (26 %), Chaetoceros (25 %) dan Skeletonema (17 %) (Gambar 2). Thalassiothrix dan Chaetoceros mendominasi di hampir semua stasiun. Thalassiothrix dijumpai pada semua stasiun, sedangkan Chaetoceros hanya tidak dijumpai pada Stasiun 33. Skeletonema memiliki penyebaran yang tidak merata karena hanya dijumpai pada lima lokasi (Stasiun 8, 11, 30, 33 dan 46), namun jumlahnya cukup signifikan terutama pada stasiun 33 dan 46. Praseno (1983) menemukan kecenderungan yang sama di perairan sekitar Cilacap dan Segara Anakan dimana ketiga marga Diatom ini merupakan fitoplankton yang melimpah di kedua lokasi tersebut. Chaetoceros juga merupakan genus yang paling melimpah di Teluk Ambon (Dwiono & Rahayu, 1984; Haumahu, 2004).

Gambar 2. Komposisi jenis fitoplankton di Perairan Kalimantan Selatan. Figure 2. Composition of phytoplankton in South Kalimantan waters.

376

FITOPLANKTON DI PERAIRAN KALIMANTAN SELATAN

Gambar 3 memperlihatkan grafik kelimpahan fitoplankton pada setiap stasiun pengamatan plankton di Perairan Kalimantan Selatan. Kelimpahan fitoplankton berkisar antara 6.373,63 274.021,75 sel/m3. Kelimpahan terbesar dijumpai pada Stasiun 13 dan terendah pada stasiun 20. Tingginya kelimpahan fitoplankton di Stasiun 13 ini kemungkinan disebabkan oleh terkumpulnya massa air dari muara Sungai Barito di lokasi ini sebelum membelok ke arah timur laut. Beberapa penelitian terdahulu mengenai kelimpahan fitoplankton di Perairan Indonesia memperlihatkan variasi kelimpahan yang sangat besar. Di Laut Banda, Sediadi (2004) mendapatkan kelimpahan berkisar 78.000 1.652.000 sel/m3 di bagian utara pada musim timur, sedangkan pada bagian tengah, sampling pada musim peralihan mendapatkan kisaran kelimpahan yang jauh lebih kecil yakni 8.800 12.336 sel/m3. Di perairan Cilacap dan Segara Anakan, Praseno (1983) mendapatkan kisaran kelimpahan fitoplankton berkisar 30.000 43.000.000 sel/m3.

Gambar 3. Kelimpahan fitoplankton (sel/m3) pada setiap stasiun pengamatan di Perairan Kalimantan Selatan. Figure 3. Abundance of phytoplankton (cell/m3) at each station in South Kalimantan waters. Gambar 4-6 memperlihatkan perbandingan kelimpahan fitoplankton antar stasiun yang berdekatan, dimana terlihat adanya variasi kelimpahan fitoplankton pada setiap lokasi yang berdekatan. Boyd (1979) menyatakan bahwa populasi fitoplankton senantiasa mengalami fluktuasi dalam komposisi dan jumlahnya karena perbedaan kualitas air (terutama unsur hara), juga karena adanya grazing oleh zooplankton dan ikan herbivora serta akumulasi dari sisasisa metabolisme yang bersifat toksik.

377

THOHA & AMRI

Gambar 4. Kelimpahan fitoplankton (sel/m3) pada setiap stasiun pengamatan di depan Muara Sungai Barito Kalimantan Selatan. Figure 4. Abundance of phytoplankton at each station located in front of Barito Estuary of South Kalimantan.

Gambar 5. Kelimpahan fitoplankton (sel/m3) pada setiap stasiun pengamatan di Perairan Kepulauan Marabatuan Kalimantan Selatan. Figure 5. Abundance of phytoplankton (cell/m3) at each station in Marabatuan waters of South Kalimantan.

378

FITOPLANKTON DI PERAIRAN KALIMANTAN SELATAN

Gambar 6. Kelimpahan fitoplankton (sel/m3) pada setiap stasiun pengamatan di Perairan Kepulauan Matasiri Kalimantan Selatan. Figure 6. Abundance of phytoplankton (cell/m3) at each station in Matasiri waters of South Kalimantan.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis terhadap sampel fitoplankton dari perairan Kalimantan Selatan pada bulan November 2010, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Fitoplankton terdiri atas 32 marga yang berasal dari Kelas Diatom (32 marga) dan Kelas Dinoflagellata (9 marga). Kedua kelas ini merupakan kelompok fitoplankton utama yang banyak ditemukan di perairan. Tiga jenis Diatom yang mendominasi Perairan kalimantan Selatan adalah Thalassiothrix (26 %), Chaetoceros (25 %) dan Skeletonema (17 %). Kelimpahan fitoplankton berkisar antara 6373,63 274021,75 sel/m3. Kelimpahan fitoplankton terkecil dijumpai pada stasiun 20, sedangkan kelimpahan terbesar dijumpai pada stasiun 13. Hal ini menunjukkan adanya variasi spasial kelimpahan fitoplankton di perairan ini.

379

THOHA & AMRI

PERSANTUNAN
Kegiatan penelitian ini merupakan bagian dari Joint Research kerjasama antara Direktorat Jenderal Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (DP2M) DIKTI dengan Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) LIPI. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih atas dukungan yang telah diberikan oleh kedua institusi ini.

DAFTAR PUSTAKA Arinardi, O.H., Trimaningsih, Sudirjo, Sugestiningsih & S.H. Riyono. 1995. Kisaran kelimpahan dan komposisi plankton predominan di sekitar Pulau Sumatera. Puslitbang Oseanologi LIPI, Jakarta: 99107. Balkis, N., B. Ergor & M. Giresunlu. 2004. Summer phytoplankton composition in the neritic waters of the Sea of Marmara. Pakistan Journal of Botany, 36(1): 115-126. Boyd, C.E. 1979. Water quality in warm fish pond. Auburn Agriculture University. Auburn. 359 pp. Castro P. & M.E. Huber. 2007. Marine biology. 6th Edition. Boston: McGraw Hill. 462pp. Chalar, G. 2009. The use of phytoplankton patterns of diversity for algal bloom management. Limnologica, 39: 200-208. Davis, L.H. 1955. The marine and fresh water plankton. Michigan State University Press. Chicago. 562 pp. Dwiono, S.A.P & D.L. Rahayu. 1984. Studi pendahuluan fitoplankton di Teluk Ambon bagian dalam. Oseanologi di Indonesia, 18: 55-61. Febrina, H. 2005. Komposisi dan kelimpahan jenis fitoplankton pada perairan Pulau Bonerate Kabupaten Selayar. SKRIPSI. Jurusan Ilmu Kelautan UNHAS. 75 hal.

380

FITOPLANKTON DI PERAIRAN KALIMANTAN SELATAN

Haumahu, S. 2004. Distribusi spasial fitoplankton di Teluk Ambon bagian dalam. Ichthyos, 3(2): 91-98. IOC/WESTPAC, 2001. Identification manual training course on ecology of harmful algal blooms, Thailand. 215 pp. Kingsford, M.J. 2000. Planktonic processes. In: A.J. Underwood & M.G. Chapman (Eds.). Coastal Marine Ecology of Temperate Australia. University of New South Wales Press Ltd, Sydney: 28-41. Levinton, J.S. 1982. Marine ecology. Prentice-Hall, Inc. New Jersey. 526 pp. Mann, D.G. 1999. The species concept in diatoms. Phycologia, 38: 437495. Newell, O.E. & R.C. Newell. 1977. Marine plankton. A Practical Guide. Hutchinson and Company, Ltd, London. 244 pp. Nybakken, J.W. 1992. Biologi laut: Suatu pendekatan ekologis. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 459 hal. Odum, E.P. 1971. Fundamentals of ecology. 3rd Edition. W.B. Saunders Company, Toronto. 574 pp. Onyema, I.C. 2007. The phytoplankton composition, abundance and temporal variation of a polluted estuarine creek in Lagos, Nigeria. Turkish Journal of Fisheries & Aquatic Sciences, 7: 89-96. Polikarvop, I., F. Al-Yamani & M. Saburova. 2009. Space-time variability of phytoplankton structure and diversity in the northwestern part of the Arabian Gulf (Kuwaits Waters). Bio Risk., 3: 83-96. Praseno, D.P. 1983. Kondisi fitoplankton di perairan sekitar Cilacap dan Segara Anakan. Oseanologi di Indonesia, 16: 9-17.

381

THOHA & AMRI

Round, F.E., R.M. Crawford, & D.G. Mann. 1990. The diatoms biology and morphology of the genera. Cambridge University Press, Cambridge. 747 pp. Sediadi, A. 2004. Effek upwelling terhadap kelimpahan dan distribusi fitoplankton di perairan Laut Banda dan sekitarnya. Makara Sains, 8(2): 43-51.

382

Anda mungkin juga menyukai