Anda di halaman 1dari 269

!

PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERHADAP HASIL


BELAJAR SISWA PADA KONSEP LAJU REAKSI
( Penelitian Eksperimen Pada SMA Darunnajah Ulujami Jakarta-Selatan )






Diajukan oleh :
SITI FATIMAH AZZAHRA
105016200556


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010

#



ABSTRAK


Siti Fatimah Azzahra, Pengaruh Metode Eksperimen terhadap Hasil
Belajar Siswa pada Konsep Laju Reaksi. Skripsi, Program Studi Pendidikan
Kimia, Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode eksperimen
terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi. Penelitian ini
dilakukan di SMA Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan tahun ajaran 2008-2009.
Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dan pengambilan
sampel menggunakan teknik purposive sampling. Sampel penelitian berjumlah 25
orang siswa kelas XI IPA C sebagai kelas eksperimen dan 25 orang siswa kelas
XI IPA D sebagai kelas kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan adalah
instrumen hasil belajar dan hasilnya diuji dengan menggunakan uji t. Dari hasil
perhitungan diperoleh nilai t
hitung
sebesar 7,83 ternyata lebih besar dari t
tabel

sebesar 2,021. Ini berarti Ho ditolak pada taraf signifikansi !=0,05. Maka dapat
disimpulkan bahwa Ha yang menyatakan terdapat pengaruh metode eksperimen
terhadap hasil belajar kimia siswa diterima. Hal ini menunjukkan pengaruh yang
signifikan terhadap hasil belajar kimia siswa.


Kata kunci: Model Pembelajaran Konstruktivisme, Metode Eksperimen, Hasil
Belajar Kimia Siswa.






















$



ABSTRACS


Siti Fatimah Azzahra, The Influence of Experimental method to Learn Out Comes
of Students to the Concept of Reaction Rate. skripsi, Chemistry Programe,
Natural Science Departement, Faculty of Tarbiyah Teaching syarif Hidaytullah
Islamic State University Jakarta.
This research is aimed to know the influence of experimental method to
learn the out comes of strudents for the concept of reaction rate. The research is
done in SMA Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan, on 2008-2009. The mothod of
research that is used is quasi eksperimental, and take sampling technical is
purposive sampling. The total number of sampling is 25 people grade XI IPA C as
eksperimental group and 25 people grade XI IPA D as control group. The
instrument of research is instrument of learning achievement test, and result
tested using t-test. From the calculation of test is 7,83, its bigger then t-table is
2,021. Its means that Ho rejected in significant level ! = 0,05. It can be
concluded that is only stating the effect of the experimental method of chemistry
students learning outcomes acceptable. This shows there is significant influence
student learning outcomes chemical.



Key word: Construktivism Learning Model, Experimental Method, Students
Achievement in Chemistry









%



KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahi rabbil alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh
Metode Eksperimen terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Laju Reaksi
(Penelitian Eksperimen Pada SMA Darunnajah Ulujami Jakarta-Selatan).
Allahumma shalli ala Muhammad, semoga shalawat ini selalu tercurah
untuk nabi Muhammad SAW, sebaik-baik makhluk ciptaan Allah SWT.
Selanjutnya, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan
dan hambatan yang dihadapi selama penulisan skripsi ini. Namun, atas
bimbingannya dan motivasi dari berbagai pihak penulis menyadari bahwa
keberhasilan dan kesempurnaan merupakan sebuah proses yang harus dijalani.
Oleh sebab itu, pada kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini, diantaranya:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dedi Irwandi, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia.
4. Bapak Ahmad Sofyan, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak
Burhanudin Milama, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
meluangkan waktu membantu penulis dalam membimbing, memberikan saran
dan nasehat yang berguna bagi penulis.
5. Bapak dan Ibu dosen jurusan Ilmu Pendidikan Alam yang telah mendidik dan
memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis, semoga amal ibadah yang
telah diberikan dibalas oleh Allah SWT dengan pahala yang berlipat ganda.
&



6. Kepala sekolah, dewan guru dan staf karyawan di SMA Darunnajah Ulujami
Jakarta-Selatan khususnya untuk Ibu Ari Yusnida Pradani, S.Pd.Si selaku guru
Kimia terima kasih atas bantuannya selama ini.
7. Ayahanda H. Achmad Yasin dan Ibunda Hj. Siti Fatimah Emi tersayang, yang
selalu memberi kasih sayang, bimbingan, doa dan dukungan baik secara moril
maupun materil, terima kasih untuk semuanya.
8. Kakakku tersayang Muzdalifah, Mirzan dan adikku Hasbi yang selalu
memberikan dukungan dan menemaniku di saat senang maupun susah.
9. Teman-temanku Mae, Mamay, vivi, Nia, Icha, Misrah, Mahmudah, Obay,
Acep, serta semua teman angkatan 2005 yang tidak dapat ditulis satu persatu
oleh penulis, kalian adalah sahabatku.
10. Semua pihak yang tidak dapat dituliskan satu persatu, terimakasih telah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata semoga tulisan karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan keilmuan, serta dapat berguna bagi pihak-pihak yang
berkepentingan dalam rangka mengkaji dan memahami lebih lanjut permasalahan
yang diteliti pada masa yang akan datang.



Jakarta, Februari 2010

Penulis




'



DAFTAR ISI


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Identifikasi Masalah...................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah..................................................................... 6
D. Perumusan Masalah ...................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ....................................................................... 6

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Deskripsi Teoretik ........................................................................ 7
1. Pembelajaran Konstruktivisme............................................... 7
2. Metode Eksperimen ................................................................ 15
3. Hasil Belajar Kimia ................................................................ 18
4. Laju Reaksi ............................................................................. 28
B. Hasil Penelitian yang Relevan ...................................................... 30
C. Kerangka Berfikir ........................................................................ 33
D. Pengajuan Hipotesis Penelitian .................................................... 36

BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................... 37
B. Metode dan Desain Penelitian ...................................................... 37
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .................... 38
D. Teknik Pengumpulan Data............................................................ 38
E. Analisis Data................................................................................. 45
F. Hipotesis Statistik ......................................................................... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................................ 49
B. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................... 57
(



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................... 62
B. Saran ............................................................................................ 62

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 64
LAMPIRAN ...................................................................................................... 67

















)



DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 RPP Kelas Eksperimen................................................................... 67
Lampiran 2 RPP Kelas Kontrol ......................................................................... 83
Lampiran 3 LKS ............................................................................................... 104
Lampiran 4 Kisi-kisi dan Soal Uji Coba Instrumen Tes ................................... 118
Lampiran 5 Uji Reliabilitas ............................................................................... 142
Lampiran 6 Uji Tingkat Kesukaran .................................................................. 146
Lampiran 7 Uji Daya Beda ............................................................................... 148
Lampiran 8 Uji Korelasi ................................................................................... 150
Lampiran 9 Instrumen Tes (Pretest dan Posttest) Konsep Laju Reaksi ........... 152
Lampiran 10 Catatan Lapangan (field note) ..................................................... 157
Lampiran 11 Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 161
Lampiran 12 Analisis Skor Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol162
Lampiran 13 Distribusi Data Pretes Siswa Kelas Eksperimen ......................... 166
Lampiran 14 Distribusi Data Pretes Siswa Kelas Kontrol ................................ 167
Lampiran 15 Perhitungan Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen ................ 168
Lampiran 16 Perhitungan Uji Normalitas Pretes Kelas Kontrol ...................... 169
Lampiran 17 Uji Homogenitas Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol ...................................................................................... 170
Lampiran 18 Uji Hipotesis Skor Pretes ............................................................ 171
Lampiran 19 Distribusi Data Postes Siswa Kelas Eksperimen ......................... 172
Lampiran 20 Distribusi Data Postes Siswa Kelas Kontrol ............................... 173
Lampiran 21 Perhitungan Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen ............... 174
Lampiran 22 Perhitungan Uji Normalitas Postes Kelas Kontrol ...................... 175
Lampiran 23 Uji Homogenitas Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas ....... 176
Kontrol ....................................................................................... 176
Lampiran 24 Uji Hipotesis Skor Postes ............................................................ 177
Lampiran 25 Surat Keterangan Izin Penelitian ................................................. 178
Lampiran 26 Surat Keterangan Selesai Penelitian ............................................ 179

*



DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Desain Penelitian .............................................................................. 37
Tabel 4.1 Deskripsi Data Rata-rata Pretest Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol............................................................................. 50
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol............................................................................. 51
Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol............................................................................. 52
Tabel 4.4 Hasil Pretest Uji t Hasil Belajar Kimia Siswa Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol.................................................. 53
Tabel 4.5 Deskripsi Data Rata-rata Posttest Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol............................................................................. 54
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol............................................................................. 55
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol............................................................................. 56
Tabel 4.8 Hasil Posttest Uji t Hasil Belajar Kimia Siswa Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol.................................................. 57










!+



DAFTAR GAMBAR


Gambar 4.1 Perbandingan Pretest Rata-rata Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ........................................................................ 50
Gambar 4.2 Perbandingan Posttest Rata-rata Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ........................................................................ 54















!!



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Ilmu pengatahuan dalam era globalisasi saat ini terus mengalami
kemajuan yang pesat. Kemajuan saat ini tidak terlepas dari munculnya
sumber daya manusia yang kompeten dalam bidangnya. Manusia yang
kompeten dalam bidangnya merupakan hasil dari sebuah bentuk pendidikan
yang terprogram dan terencana. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional No. 20 tahun 2003, tentang Pendidikan Nasional ( Undang-Undang
Sisdiknas), bahwa pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
1

Pendidikan merupakan kunci masa depan setiap individu.
Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan
pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu
guna mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Dengan pendidikan
manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi
setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Oleh karena itu, masalah pendidikan perlu mendapat perhatian dan
penanganan yang lebih baik yang menyangkut berbagai masalah, baik yang
berkaitan dengan kualitas maupun kuantitas.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan merupakan
proses perubahan sikap dan tata laku seorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan.
2
Dengan arti

1
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas), Jakarta: Sinar Grafika
2
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), edisi ketiga, cetakan
keempat, hal.263
!#



lain, pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses dengan metode-metode
tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan pemahaman dan cara
bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Pendidikan yang memiliki
peranan penting dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan sehingga dapat
melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yang mampu menguasai
IPTEK yaitu pendidikan dalam bidang sains (IPA). Salah satu cabang dari
pendidikan IPA adalah pendidikan kimia.
Pendidikan kimia diharapkan mampu memberikan pengalaman
secara langsung dan harus mampu mengembangkan daya nalar siswa untuk
dapat membentuk (mengkonstruksi) sendiri pengetahuannya. Proses belajar
dan mengajar merupakan suatu hal yang penting bagi siswa dan guru.
Masalahnya adalah, sebagian besar pendidik kurang inovatif dan kreatif
dalam mencari dan menemukan metode maupun pendekatan pembelajaran
yang dapat merangsang motivasi belajar siswa.
Pembelajaran yang terlalu teoretis menyebabkan siswa sulit
memahami bahan ajar kimia secara komprehensif. Oleh karena, siswa
cenderung menghafal dan mengerjakan tugas kimia secara mekanistik, tanpa
memahami materi dasarnya. Akibatnya, skema pemikiran siswa terpotong-
potong dan tidak terjadi pemahaman secara utuh.
Cara mengajar guru sangat dipengaruhi oleh pemahamannya tentang
pembelajaran. Selama ini prinsip-prinsip teori belajar behaviorisme amat
mendominasi pemahaman guru dan cara mengajar guru telah lama terpola
dalam pemikiran behaviorisme.
3
Guru mendominasi di dalam kelas dan
berfungsi sebagai sumber utama pengetahuan. Guru menyajikan pengetahuan
kimia kepada siswa, siswa memperhatikan penjelasan dan contoh yang
diberikan oleh guru. Kebanyakan guru beranggapan bahwa siswa tidak
memiliki pengetahuan awal. Pembelajaran semacam ini kurang
memperhatikan aktivitas siswa, interaksi siswa, dan konstruksi pengetahuan.
Sehingga siswa menjadi lekas bosan terhadap pelajaran kimia dan kurangnya

3
Agus Suprijono, Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 35
!$



motivasi terhadap pembelajaran kimia. Hal tersebut dapat menyebabkan
rendahnya hasil belajar kimia siswa.
Mempelajari kimia tidak hanya dengan aktivitas menyelesaikan soal-
soal rutin sesuai dengan contoh yang diberikan oleh guru, tetapi perlu pula
melibatkan aktivitas aktif yang dapat merangsang kemampuan berpikir dan
kemampuan pemecahan masalah. Oleh sebab itu, siswa perlu dibiasakan
untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya,
dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus mengkonstruksikan
pengetahuan di benak mereka sendiri.
4

Pada dasarnya pendekatan atau pembelajaran konstruktivis
menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat
keterlibatan aktif proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar lebih
diwarnai student centered daripada teacher centered. Sebagian besar waktu
proses belajar mengajar berlangsung dengan berbasis pada aktivitas siswa.
5

Apabila proses belajar mengajar masih mengunakan metode hafalan yang
membosankan dan tidak menumbuhkan motivasis siswa ini terus menerus
berlangsung dari tahun ketahun, maka kemungkinan besar banyak siswa yang
tidak menyukai mata pelajaran kimia.
Guru harus mengembangkan potensi-potensi peserta didik, karena
pengetahuan bukanlah hal yang statis dan deterministik tetapi suatu proses
menjadi tahu.
6
Pengetahuan yang siswa peroleh adalah hasil konstruksi siswa
itu sendiri, siswa itu sendirilah yang mengolah informasi-informasi yang ia
peroleh untuk selanjutnya menjadi pengetahuan yang ia bangun sendiri.
Konstruktivis merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan
kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi
sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan
bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk

4
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta,2008) cetakan
keenam, hal. 88
5
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2007) hal. 106
6
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009) cetakan kedua,
hal.17
!%



diambil dan diingat. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan
memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk
memcahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan
bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua
pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di
benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivis adalah ide bahwa siswa
harus menemukan dan mentransformasikan sesuatu informasi kompleks ke
situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka
sendiri.
7

Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses
mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran,
siswa membangaun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif
dalam proses belajar mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru.
Tugas guru adalah memfasilitasi proses pembelajaran.
Dalam pandangan konstruktivis, strategi memperoleh lebih
diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat
pengetahuan.
8
Konstruktivis memandang kegiatan belajar merupakan
kegiatan aktif dalam upaya menemukan pengetahuan, konsep, kesimpulan,
bukan merupakan kegiatan mekanistik untuk mengumpulkan informasi atau
fakta.
9
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa mempelajari kimia
tidak cukup sekedar menghafal suatu konsep melalui buku pelajaran namun
lebih dari itu belajar kimia pada hakikatnya merupakan suatu produk dan
proses yang satu sama lain saling mendukung. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan berbagai kesatuan cara, misalnya pengamatan suatu objek atau gejala,
menguji data, dan melakukan eksperimen. Dengan melibatkan peserta didik
dalam melakukan eksperimen, maka mereka akan lebih mudah
mengkonstruk pengetahuannya sendiri.
Laju reaksi merupakan salah satu topik yang diberikan pada siswa
SMA/MA kelas XI semester ganjil. Laju reaksi mempelajari tentang

7
Trianto, Op, cit,. hal. 108
8
Ibid,.
9
Aunurrahman, Op, cit,. hal. 19
!&



mempercepat suatu reaksi kimia maupun memperlambat reaksi kimia.
Sebagai contoh ketika siswa melarutkan gula pasir dengan air panas dan
dingin kemudian membandingkan kecepatan melarutnya. Kemampuan
membandingkan mempunyai arti penting dalam mendukung kemampuan
mengkonstruksi pengetahuan. Melalui kemampuan tersebut dapat menarik
sifat-sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta
melihat kesamaan dan perbedaannya untuk membuat klasifikasi dan
membangun suatu pengetahuan. Karena konstruktivis mengakui bahwa
pengetahuan seseorang terbentuk karena adanya interaksi dengan
pengalaman-pengalamnya.
10

Materi laju reaksi sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari
maupun industri sehingga sangat relevan jika materi ini diterapkan dalam
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivis dimana siswa
dibiasakan aktif dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan melalui interaksi
dengan lingkungannya.
Berdasarkan uraian di atas penulis menyusun skripsi dengan judul :
Pengaruh Metode Eksperimen terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep
Laju Reaksi.

B. Identifikasi Masalah
1. Stategi pembelajaran guru yang masih monoton.
2. Materi belajar yang tidak dikaitkan dengan pengetahuan awal siswa
sehingga siswa membutuhkan informasi yang tuntas dari guru.
3. Pembelajaran masih bersifat menerima pengetahuan bukan
mengkonstruksi pengetahuan.
4. Proses belajar mengajar lebih diwarnai teacher centered daripada student
centered.
5. Materi pelajaran kimia yang bersifat abstrak, sehingga sulit dipahami oleh
siswa.


10
Ibid,. hal.18
!'



C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari judul penelitian, maka
masalah yang akan diteliti hanya dibatasi pada metode eksperimen pada
konsep laju reaksi di kelas XI IPA semester 1 tahun pelajaran 2008/2009 dan
hasil yang diukur adalah hasil belajar yang meliputi kognitif.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang diuraikan di
atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Apakah terdapat
pengaruh metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa pada konsep laju
reaksi?.

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah metode eksperimen
berpengaruh terhadap hasil belajar kimia siswa.

F. Kegunaan Hasil Penelitian
1. Bagi siswa, dapat memberikan motivasi belajar siswa, melatih
keterampilan siswa, mengembangkan kemampuan berfikir siswa, dan
dapat meningkatkan hasil belajar kimia.
2. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pembelajaran
dalam proses belajar mengajar.
3. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengalaman serta membantu
menyumbangkan dalam memecahkan masalah pembelajaran kimia.
4. Bagi pembaca, memberikan informasi tentang pengaruh penerapan model
pembelajan konstruktivisme terhadap pemahaman konsep siswa kelas XI
pada pokok bahasan laju reaksi.


!(



BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. Deskripsi Teoretik
1. Pembelajan Konstruktivisme
Pembelajaran konstruktivis dalam pengajaran lebih menekankan
pada pengajaran top-down, yaitu siswa mulai dengan masalah-masalah
yang kompleks untuk dipercayakan dan selajutnya memecahkan atau
menemukan (dengan bantuan guru) keterampilan-keterampilan dasar yang
diperlukan.
11
Dalam kelas konstruktivis, guru memotivasi peserta didik
untuk menyampaikan pendapat mereka tentang fenomena sains. Peserta
didik bisa menyanggah pendapat guru jika mereka berbeda pendapat
dengan guru, karena apa yang disampaikan dan dipercaya benar oleh
guru bisa saja salah.
12
Arah dari pembelajaran konstruktivisme adalah
sejauh mana pengajar dapat menjadikan pembelajar belajar, dan berada
pada situasi belajar.
13

Konstruktivisme dalam kajian ilmu pendidikan merupakan aliran
yang berkembang dalam psikologi kognitif, secara teoritis menekankan
siswa untuk dapat berperan aktif dalam menentukan ilmu baru.
Konstruktivisme menganggap bahwa semua peserta didik mulai dari usia
kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi memiliki gagasan atau
pengetahuan.
14
Oleh karena itu, proses belajar mengajar tidak hanya
menekankan pada cara peserta didik membentuk pengetahuan, tetapi juga

1
Gusni Satriawati, Implementasi Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan
Konstruktivisme terhadap KTSP di Sekolah Dasar,(UIN Jakarta, 2007), jurnal Matematika vol.2
hal. 135
2
Munasprianto Ramli, Pembelajaran Sains Menyenangkan dengan Metode
Konstruktivisme, UIN Jakarta, 2006, (jurnal Pendidikan IPA Vol.1 no.2) hal. 51
13
Retno Widyaningrum, Model Pembelajaran Konstruktivistik Pada Matematika,
(Cendekia, 2008), Jurnal Kependidikan dan Kemasyarakatan vol.6 no.2, hal.207
4
Zurinal dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar & Dasar-dasar Pelaksanaan
Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Hal.119
!)



menekankan pada peranan lingkungan sosial dalam menjembatani
tercapainya pemahaman.
15

Ide-ide konstruktivis modern banyak berlandaskan pada teori
Vygotsky yang telah digunakan untuk menunjang metode pengajaran
yang menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis
kegiatan dan penemuan. Salah satu prinsip kunci yang diturunkan dari
teorinya adalah penekanan pada hakikat sosial dari pembelajaran.
Mengemukakan bahwa siswa belajar melalui interaksi dengan orang
dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.
16

Teori konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan
sendiri dan mentransformasikan informasi komplek, mengecek informasi
baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu
tidak lagi sesuai. Menurut teori konstruktivis, bahwa guru tidak hanya
sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun
sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan
kemudahan untuk proses, dengan memberi kesempatan siswa untuk
menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa
menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri
untuk belajar.
17

Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus
menemukan dan mentrasformasikan suatu informasi kompleks ke situasi
lain, dan apabila dikendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri.
Dengan dasar ini pembelajaran harus dikemas menjadi proses
mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam pandangan
konstruktivisme, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan
seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan.
18
Tatang

15
Tatang Suratno, Peranan Konstruktivisme dalam Pembelajaran dan Pengajarans,
(prosiding seminar Internasional Pendidikan IPA, 2007), Hal.1
16
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2007) hal. 107
17
Ibid,. hal. 13
!)
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta,2008) cetakan
keenam hal. 88
!*



mendefinisikan konstruktivisme sebagai suatu pandangan dan keyakinan
terhadap suatu pengetahuan dengan asumsi keberadaan realita tidak dapat
diketahui sebagai suatu keberadaan dikarenakan keterbatasan pengalaman
manusia.
19

Konstruktivisme menekankan pada tiga proses kunci membangun
pengetahuan, yaitu akomodasi, asimilasi dan ekuilibrium. Asimilasi
terjadi karena pengetahuan awal siswa sejalan atau berhubungan dengan
fenomena dan belum terjadi perubahan konseptual. Akomodasi
merupakan proses konflik kognitif karena skema dengan fenomenanya
berbeda. Ekuilibrium merupakan fase kesetimbangan antara asimilasi dan
akomodasi.
20

Pembelajaran konstruktivisme menyatakan bahwa, siswa secara
aktif membangun pengetahuan mereka sendiri, otak siswa sebagai
mediator, yaitu memproses masukan dari dunia luar dan menentukan apa
yang mereka pelajari. Karena pembalajaran konstruktivisme merupakan
kerja mental aktif, bukan menerima pengajaran dari guru secara pasif.
21

Dengan demikian, pembelajaran dalam perspektif konstruktivisme harus
relevan dengan fenomena sehari-hari yang familiar di mata siswa.
22

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi)
pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia
sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas. Landasan berpikir
konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum objektivis, yang
lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan
konstruktivis, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan
seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk
itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan:
23



!*
Tatang Suratno, Op, cit,. hal. 1
20
Ibid,. hal. 2
#!
Etty Sofyaningrum, Terapan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Kimia di SMA/MA
(Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA 2007), hal. 41
##
Tatang Suratno, Op, cit,. hal. 7
#$
Trianto, Op, cit,. hal. 108-109
#+



a. Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa.
b. Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya
sendiri.
c. Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam
belajar.
Aunurrahman menyatakan terdapat prinsip dasar pembelajaran
konstruktivisme, yaitu: (1) pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif,
(2) tekanan proses belajar terletak pada siswa, (3) mengajar adalah
membantu siswa belajar, (4) penekanan lebih kepada proses bukan pada
hasil akhir, (5) kurikulum menekankan partisipasi siswa, (6) guru adalah
fasilitator.
24
Dalam konteks pembelajaran di kelas, terdapat dua prinsip
utama yaitu: (1) siswa dipandang sebagai individu yang aktif membangun
pengetahuan dan pemahannya berdasarkan kayakinan sendiri, (2) guru
memiliki peran dan pengaruh yang sangat penting.
25

Prinsip belajar menurut paradigma konstruktivisme, yaitu: (1)
menghadapkan peserta didik kepada problem yang saling berkaitan, (2)
membuat struktur pembelajaran lewat konsep pokok dan sekitar pikiran
dasarnya, (3) mendorong dan menghargai munculnya pandangan dari
dalam diri peserta didik, (4) kurikulum disesuaikan dengan kebutuhan, (5)
selalu menilai kemajuan peserta didik melalui konteks pembelajaran.
26

Empat prinsip yang menjadi ciri strong constructivism, yaitu: hubungan
antara pengetahuan awal dengan informasi yang tersedia, rekonstruksi
maupun dekonstruksi struktur pengetahuan, aktivitas membandingkan dan
membedakan, kemampuan berargumen, pencapaian metakognisi, dan
konteks sosial pembelajaran.
27

Beberapa strategi dalam pembelajaran konstruktivisme adalah (1)
mencari ide-ide baru buku teks atau sumber-sumber lain, (2)

#%
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009) cetakan kedua,
hal. 25
25
Tatang Suratno, Op, cit,. hal.5
26
Syukur Ghazali, Menerapkan Paradigma Konstruktivisme melalui Strategi Belajar
Kooperatif dalam Pembelajaran Bahasa, (jurnal Pendidikan & Pembelajaran, vol.9, 2002), hal.116
#(
Tatang Suratno, Op, cit,. hal. 3
#!



menggalakkan siswa untuk saling membandingkan dan mendebat ide atau
konsep, (3) pemberian waktu yang cukup untuk refleksi dan analisis, (4)
menghargai semua ide yang dikemukakan siswa, (5) analisis pribadi,
pengumpulan bukti-bukti nyata, perumusan kembali ide setelah
pengalaman.
28

Tahap-tahap pembelajaran konstruktivisme terdiri dari 5 tahap,
yaitu:
29

1. pendahuluan : tahap penyiapan pembelajaran untuk mengikuti
kegiatan pembelajaran.
2. Eksplorasi : tahap pengidentifikasi dan pengaktifan pengetahuan
awal pembelajaran.
3. Restrukturisasi : tahap restrukturasi pengetahuan awal pembelajaran
agar terbentuk konsep yang diharapkan.
4. Aplikasi : tahap penerapan konsep yang telah dibangun pada
konteks/kondisi yang berbeda ataupun dalam kehidupan sehari-hari.
5. Review dan Evaluasi : tahap peninjauan kembali apa yang telah
terjadi pada diri pembelajar berkaitan dengan suatu konsep/
pembelajaran.
Ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme adalah sebagai berikut:
30

1. Memperhatikan dan mengapresasikan hasil kajian siswa terhadap
suatu masalah.
2. Memberikan peluang kapada siswa untuk menemukan pengetahuan
baru melalui proses pelibatan dalam dunia riil.
3. Mendorong terbentuknya pembelajaran secara koperatif.
4. Memberikan kecendrungan sikap dan pembawaan siswa.
5. Menganggap proses pembelajaran sebagai sesuatu yang sama
pentingnya dengan hasil pembelajaran.

28
Retno Widyaningrum, Op, cit,. hal. 209
#*
Ari Widodo, Konstruktivisme dan Pembelajaran Sains, jurnal pendidikan kebudayaan,
(Jakarta: Jurnal Pendidikan Kebudayaan, 2007), hal. 101
$+
Zurinal dan Wahdi, Op, cit,. hal. 120
##



6. Merangsang siswa untuk bertanya dan berdialog dengan sesama
siswa.
7. Menciptakan proses inquiri siswa melalui kajian dan eksperimen.
8. Menghargai dan menerima eksplorasi pengetahuan.
9. Memperhatikan ide dan problem yang dimunculkan oleh siswa dan
menggunakannya sebagai bagian dalam merancang pembelajaran.
Dari ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme di atas, dapat
disimpulkan bahwa dalam pembelajaran konstruktivisme terdapat empat
unsur pokok yaitu: (1) siswa harus aktif selama proses pembelajaran
dengan interpretasi, (2) Interpretasi dikaitkan dengan pengetahuan
sebelumnya, (3) orientasi pembelajaran adalah pemecahan masalah, (4)
guru berperan sebagai fasilitator.
31

Dalam artikel pembelajaran matematika, Yager mengajukan
tahapan pembelajaran dengan teori belajar konstruktivisme, yaitu: tahap
pertama, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya
tentang konsep yang akan dibahas. Tahap kedua adalah siswa diberi
kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui
pengumpulan data dalam suatu kegiatan yang dirancang oleh guru. Tahap
ketiga, siswa memikirkan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada
hasil observasi siswa. Tahap terakhir adalah guru berusaha menciptakan
iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasi
pemahaman konseptualnya.
32

Dalam mengaplikasikan pembelajaran konstruktivisme di dalam
kelas, guru diharapkan mampu memahami dan melaksanakan tahapan-
tahapan dalam pembelajaran konstruktivisme. Alters (2004) dalam
Munasprianto memberikan ilustrasi tentang tahapan-tahapan tersebut,
yaitu:
33


$!
Retno Widyaningrum, Op, cit,. hal. 209
$#
Pembelajaran Matematika dengan Teori Belajar Konstruktivisme, dalam
http://www.mathematic.transdigit.com/mathematic-article/pembelajaran-matematika-dengan-teori-
belajar-konstruktivisme.html, diakses 11 februari 2009
33
Munasprianto Ramli, Op, cit,. hal 52-53
#$



1. Menarik perhatian, tahapan awal ini guru memberikan gambaran
singkat tentang sebuah fenomena lalu menanyakan pengalaman
siswa tentang fenomena tersebut.
2. Prediksi pribadi, pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk
membuat prediksi tentang percobaan yang akan dilakukan.
3. Prediksi kelompok, guru mengajak siswa untuk membuat kelompok
kecil dan berdiskusi di dalam kelompok untuk membuat prediksi
kelompok. Kemudian masing-masing kelompok diharapkan
menyampaikan prediksi mereka.
4. Percobaan, bagian terpenting dalam tahapan ini karena pada bagian
ini siswa akan melakukan sendiri percobaan mereka untuk menguji
hipotesis dan mengobservasi apakah prediksi mereka akurat atau
tidak.
5. Diskusi kelompok, setelah melakukan percobaan, siswa diajak untuk
berdiskusi dalam kelompok mengenai hasil percobaan mereka.
Mereka berdiskusi apakah prediksi mereka akurat atau tidak dan
mengapa itu bisa terjadi.
6. Laporan kelompok, masing-masing kelompok menyampaikan hasil
diskusi kompok mereka dengan bermacam alasan yang mendukung
hipotesa dan konsep mereka.
7. Penjelasan, pada tahap ini guru menyampaikan penjelasan singkat
tentang teori dan konsep yang mendasari percobaan serta
mengoreksi sekiranya terdapat kesalahpahaman siswa.
8. Aplikasi, guru mengajak siswa untuk berfikir tentang apa yang bisa
mereka lakukan untuk mengembangkan percobaan yang tadi
dikerjakan atau menjelaskan fakta lain mengenai percobaan yang
mereka lakukan.
Dari tahapan-tahapan di atas siswa akan mengkonstruk
pemahaman mereka sendiri dan peran guru disini cukup sebagai mediator
yang mengajak siswa untuk berfikir. Pembelajaran konstruktivisme
menekankan pada proses pembelajaran yang aktif dimana siswa adalah
#%



sebagai fokus dalam pembelajaran sementara guru membantu siswa
untuk mengkonstruksi pengetahuannya. Dalam pendekatan konstruktivis,
disamping membantu memperoleh informasi, ide, dan cara
mengekspresikan diri, juga maksud mengajari siswa bagaimana belajar
yang menyenangkan.
Proses pembelajaran dengan konstruktivisme, siswa harus
menjadi pusat perhatian sehingga siswa aktif mengembangkan
pengetahuan mereka dengan bantuan guru. Proses pembelajaran dengan
penekanan siswa belajar aktif ini sangat penting dan perlu dikembangkan
karena kreatif siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam
kehidupan kognitifnya. Siswa juga akan terbantu menjadi orang yang
kritis dalam menganalisa suatu hal karena mereka berfikir dan bukan
meniru saja.
Pembelajaran konstruktivisme, tujuan mengajar bukanlah
kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru kesiswa, melainkan suatu
kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri
pengetahuannya. Mengajar berarti partisipasi guru dengan siswa falam
bentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan dan bersikap
kritis.
Pembelajaran konstruktivisme, guru selalu berusaha agar
seorang siswa mempunyai cara berfikir yang baik, dalam arti bahwa cara
berfikirnya dapat digunakan untuk menghadapi suatu fenomena baru dan
dapat memecahkan persoalan yang lain. Sementara itu seorang siswa
menemukan jawaban benar belum tentu dapat menyelesaikan persoalan
baru karena mungkin ia tidak mengerti bagaimana menemukan jawaban
itu. Mengajar dalam konteks ini adalah membantu seseorang berfikir
secara benar dengan membimbingnya.
Maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
konstruktivisme adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan
sendiri. Belajar merupakan kerja secara aktif bukan menerima pengajaran
dari pendidik (guru) secara pasif.
#&



2. Metode Eksperimen
a. Pengertian Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, dimana
siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan
sendiri sesuatu yang dipelajari.
34
Penggunaan metode eksperimen
bertujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri
berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan
mengadakan percobaan sendiri. Dengan menggunakan metode
eksperimen siswa menemukan bukti kebenaran dari suatu teori yang
sedang dipelajarinya.
Menurut Roestiyah metode eksperimen adalah salah satu cara
mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu
hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya,
kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi
oleh guru.
35
Hal ini berarti siswa melakukan sendiri suatu percobaan
tentang materi yang di ajarkan, mengamati dan akhirnya hasil
pengamatan disampaikan di kelas dan dievaluasi oleh guru.
Metode eksperimen adalah suatu cara memperoleh
pengetahuan dan keterampilan dengan melakukan kegiatan
mengamati, menyimpulkan data, menganalisis dan menyimpulkan.
Metode eksperimen menekankan pada kegiatan yang harus dialami
sendiri oleh siswa, mencari sendiri dan menemukan sendiri.
36

Menurut Armai Arif metode eksperimen adalah suatu metode
dimana siswa melakukan pekerjaan akademis dalam mata pelajaran
tertentu dengan menggunakan media laboratorium.
37
Menurut Fat
Hurrahman, metode eksperimen adalah metode atau cara di mana guru

34
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal.84
35
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal.80
$'
Suparni, Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Siswa Dalam Mata Pelajaran Fisika
Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas 9C Semester 2 SMP Negeri 1 Sragen Tahun
Pelajaran 2006/2007, (Jurnal Widyatama, vol.4, no.3, September: 2007), hal.88
37
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat
Press, 2002), hal. 173
#'



dan murid bersama-sama mengerjakan sesuatu latihan atau percobaan
untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari sesuatu aksi.
38

Keuntungan penggunaan metode praktikum adalah: dapat
memberikan gambaran yang kongkrit tentang suatu peristiwa, siswa
dapat mengamati proses, siswa dapat mengembangkan keterampilan
inkuiri, siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah dan membantu guru
untuk mencapai tujuan pembelajaran lebih efektif dan efisien.
39
Agar
penggunaan teknik eksperimen itu efesien dan efektif, perlu pelaksana
memperhatikan hal-hal sebagi berikut: dalam eksperimen setiap siswa
harus mengadakan percobaan, kondisi alat dan mutu bahan percobaan
yang digunakan harus baik dan bersih, dalam melakukan eksperimen
siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses percobaan,
siswa perlu diberikan petunjuk yang jelas dalam melakukan
percobaan, dan tidak semua masalah bisa dieksperimenkan.
40

Persiapan dan kegiatan yang perlu dan harus dilakukan siswa
ketika menggunakan metode eksperimen:
41

1. Mempelajari tujuan dan prosedur percobaan
2. Menggunakan alat/bahan dalam percobaan
3. Mencari persamaan reaksi dari percobaan yang dilakukan
4. Mengamati percobaan
5. Mengambil, menyajikan dan menganalisis data, mengambil
kesimpulan
6. Menyimpulkan hasil percobaan
7. Mengkomunikasikan hasil percobaan
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
metode eksperimen adalah kegiatan pembelajaran berupa praktik atau

38
Fat Hurrahman, Metode Demonstrasi dan Eksperimen, pada
http://udhiexz.wordpress.com/2008/08/08/metode-demonstrasi-dan-eksperimen, diakses tanggal
22 juli 2009
39
Mulyati Arifin, Strategi Belajar Mengajar Kimia, (Bandung: IMSTEP JICA, 2002),
hal. 122
40
Roestiyah, Op, Cit,. hal.81
41
Mulyati Arifin, Op, cit,. hal.123
#(



melakukan suatu percobaan yang menggunakan alat-alat tertentu.
Metode eksperimen dapat melatih kemampuan keterampilan,
pengetahuan, dan sikap secara bersama-sama. Dengan melakukan
eksperimen, siswa akan lebih yakin atas suatu hal, dapat
mengembangkan sikap ilmiah, dan hasil belajar akan lebih lama dalam
ingatan siswa.

b. Kelebihan dan Kelemahan Metode Eksperimen
Metode eksperimen kerap kali digunakan dalam proses
pembelajaran karena memiliki keunggulan ialah:
42

1. Dengan eksperimen siswa terlatih menggunakan metode ilmiah
dalam menghadapi segala masalah.
2. Siswa lebih aktif berfikir dan bermuat.
3. Siswa menemukan pengalaman praktis serta keterampilan dalam
menggunakan alat-alat percobaan.
4. Dengan melakukan eksperimen siswa membuktikan sendiri
kebenaran sesuatu teori.
Menurut Mulyati Arifin keuntungan penggunaan metode
eksperimen adalah:
43

1. Dapat memberikan gambaran yang kongkrit tentang suatu
peristiwa
2. Siswa dapat mengamati proses
3. Siswa dapat mengembangkan keterampilan inkuiri
4. Siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah
5. Membantu guru mencapai tujuan pembelajaran lebih efektif dan
efisien.
Menurut Dedy Kurniawan dalam Suparni beberapa
keuntungan metode eksperimen dalam proses pembelajaran di sekolah
adalah: (1) siswa terlibat aktif dalam melakukan percobaan, (2) semua

%#
Roestiyah, Op, cit,. hal.82
%$
Mulyati Arifin, Op, cit,. hal.122-123
#)



siswa mendapat kesempatan untuk melakukan pembuktian terhadap
suatu teori maupun konsep, (3) siswa menjadi trampil menggunakan
alat, (4) siswa terlatih untuk berfikir ilmiah, (5) hasil belajar siswa
sifatnya tahan lama, (6) siswa semakin mempercai konsep yang telah
dicobanya sendiri.
44
Sedangkan kelibihan metode eksperimen menurut
Armai Arief adalah (1) menambah keaktifan untuk berbuat dan
memecahkan metode ilmiah dengan baik dan, (2) dapat melaksanakan
metode ilmiah dengan baik.
45

Selain memiliki keuntungan, metode eksperimen tentu saja
memiliki kelemahan. Beberapa kelemahan metode ekaperimen antara
lain: (1) memerlukan waktu secara khusus karena eksperimen
membutuhkan waktu cukup lama, (2) biaya sangat mahal, (3)
kegagalan dalam eksperimen.
46

Sedangkan kelemahan metode eksperimen menurut Armai
Arief adalah:
47

1. tidak semua mata pelajaran menggunakan metode eksperimen
2. Siswa yang kurang mempunyai daya intelektual yang kuat kurang
baik hasilnya.

3. Hasil Belajar Kimia
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku,
dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih
baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku
yang lebih buruk.
48
Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan
yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang

44
Suparni, lok, cit,.
45
Armai Arief, lok. cit,.
46
Suparni, lok, cit,.
47
Armai Arief, lok, cit,.
48
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, cetakan kelima, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), hal. 84-85
#*



bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi).
49
Pengertian belajar
secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan
pengisisan atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta
sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut
berapa banyak materi yang dikuasai siswa. Adapun pengertian belajar
secara kualitatif (ditinjau mutu) ialah proses memperoleh arti-arti dan
pengalaman-pengalaman serta cara-cara menafsirkan dunia
disekeliling siswa.
50

Belajar dapat didefinisikan sebagai setiap perubahan tingkah
laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau
pengalaman. Definisi ini mencangkup tiga unsur, yaitu: belajar adalah
perubahan tingkah laku, perubahan tingkah laku tersebut terjadi
karena latihan atau pengalaman, perubahan tingkah laku tersebut
relatif permanen atau tetap ada untuk waktu yang cukup lama.
51

Beberapa pakar pendidikan mendefinsikan belajar yang
dikutip oleh agus suprijono, menurut Gagne belajar adalah perubahan
disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas.
Perubahan disposisi tersebut diperoleh langsung dari proses
pertumbuhan seseorang secara alami. Belajar menurut Travel yang
dikutip agus Suprijono adalah proses menghasilkan penyesuaian
tingkah laku.
52

Menurut Syaiful Bahri, belajar adalah serangkaian kegiatan
jiwa raga untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang
menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
53
Oemar Hamalik
menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan
dan bukan merupakan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya

49
Syaiful Syagala, Op, cit,. hal. 11
50
Muhibbin Syah, Op, cit,. hal. 89-92
51
Aunurrahman, Op, cit,. hal.48
52
Agus Suprijono, Cooperative Learning, (Surabaya: Pustaka Pelajar, 2009), hal.2
53
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, edisi dua, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008),
hal.13
$+



mengingat, akan tetapi memahami.
54
Menurut Muhibbin Syah, belajar
adalah tahapan perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap
sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif.
55

Belajar dan berpikir merupakan 2 (dua) proses yang tidak
dapat dipisahkan. Meskipun demikian, keduanya merupakan proses-
prose yang berbeda. Belajar adalah suatu proses terjadinya perubahan
tingkah laku, tetapi berpikir tidak selalu menghasilkan perubahan
perilaku.
56
Belajar adalah sebuah proses yang melibatkan dua elemen
penting. Pertama, belajar merupakan proses secara biologis sebagai
proses yang dasar. Kedua, proses secara psikososial sebagai proses
yang lebih tinggi dan esensinya berkaitan dengan lingkungan sosial
budaya.
57

Komponen-komponen pembelajaran meliputi empat unsur,
yaitu:
1. Tujuan pembelajaran, adalah suatu yang ingin dicapai dalam
kegiatan pembelajaran, yaitu gambaran perubahan perilaku siswa
ke arah yang positif, baik dari segi pengetahuan keterampilan dan
sikap.
2. Isi pembelajaran, merupakan isi atau bahan yang akan dipelajari
siswa.
3. Kegiatan pembelajaran.
4. Evaluasi.
58

Ciri-ciri belajar adalah: (1) Perubahan yang terjadi secara
sadar, (2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional, (3) Perubahan

54
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, Cetakan ke-7, 2008),
hal.27
55
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2004), hal. 93
56
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi
Brothers, 2006), hal. 77
57
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2007), hal.124
58
Ahmad Qurtubi, Perencanaan Sistem Pengajaran, (Ciputat: Bintang Harapan
Sejahtera, 2008), hal. 3
$!



dalam belajar bersifat positif dan aktif, (4) Perubahan dalam belajar
bukan bersifat sementara, (5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau
terarah, (6) Perubahan mencangkup seluruh aspek tingkah laku.
59

Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar
yang dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa belajar adalah
perubahan tingkah laku dari berbagai aspek seperti kecakapan, sikap,
kebiasaan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungan sehingga dengan interaksi itu dapat
terjadi perubahan-perubahan yang tertanam dalam sikap perilakunya.
Definisi belajar ditinjau dari beberapa sudut pandang,
diantaranya:
1. Secara kualitatif atau tinjauan dari sudut jumlah belajar, berarti
kegiatan pengembangan pengetahuan kognitif dengan fakta
sebanyak-banyaknya.
2. Secara instutisional, belajar dipandang sebagai validasi atau
pembahasan terhadap penguasaan siswa atas konsep yang telah
dipelajari.
3. Secara kualitatif, adalah proses memperoleh arti-arti dan
mengalaman-pengalaman serta cara-cara menafsirkan dunia
disekeliling.
60

William Burton dalam buku The Guidance of Learning
Activities, memaparkan tentang prinsip-prinsip belajar, yaitu:
1. Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan
melampaui (under going).
2. Proses itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata
pelajaran-mata pelajaran yang berpusat pada suatu tujuan tertentu.
3. Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan
siswa.

59
Syaiful Bahri Djamarah, Op, cit,. hal.15-16
60
Muhibin Syah, Op, cit,. hal.91-92
$#



4. Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan siswa
sendiri yang mendorong motivasi yang kontinu.
5. Proses belajar disyaratkan oleh hereditas dan lingkungan.
61

Selain prinsip-prinsip belajar di atas, belajar juga sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Baik berupa faktor dari dalam
maupun faktor dari luar. Faktor-faktor itu adalah sebagai berikut:
1. Faktor kesiapan belajar. Siswa yang telah siap belajar akan dapat
melakukan kegiatan belajar lebih mudah dan lebih berhasil.
2. Faktor minat dan usaha. Belajar dengan minat akan mendorong
siswa belajar lebih baik daripada belajar tanpa minat.
3. Faktor-faktor fisiologis. Kondisi badan siswa yang belajar sangat
berpengaruh dalam proses belajar.
4. Faktor yang tidak kalah penting adalah faktor intelegensi. Siswa
yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan belajar, karena ia
lebih mudah menangkap dan memahami pelajaran.
62


b. Pengertian Hasil Belajar
Keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasil proses
belajar yang baik memungkinkan hasil belajar yang baik pula. Hasil
belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar terjadi
berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran
dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru
dan siswa.
63
Perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan
belajar yang telah dilakukan individu. Perubahan itu adalah hasil
belajar yang dicapai dari proses belajar.
64
Hasil belajar juga dapat
ditandai dengan perubahan kemampuan berpikir.
65


61
Oemar Hamalik, Op, cit,. hal. 31
62
Ibid,.
63
Dimiyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009) cetakan
keempat, hal.20
64
Syaiful Bahri Djamarah, Op, cit,. hal. 175
'&
Aunurrahman, Op, cit,. hal. 38
$$



Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajar.
66
Hordward Kingsley
membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan
kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita.
67

Gagne dalam Dahar mengemukakan lima macam hasil
belajar, yakni (a) keterampilan intelektual, yang merupakan
penampilan yang ditunjukan oleh siswa tentang operasi-operasi
intelektual yang dilakukan seperti memecahkan masalah, menyusun
eksperimen, dan memberikan nilai-nilai sains, (b) strategi kognitif,
penampilan siswa yang ditunjukan secara kompleks dalam situasi
baru, dimana diberikan sedikit bimbingan dalam memilih dan
menerapkan aturan-aturan dan konsep-konsep yang telah dipelajari
sebelumnya, (c) sikap, sekumpulan sikap yang dapat ditunjukan oleh
perilaku yang mencerminkan pilihan tindakan terhadap kegiatan-
kegiatan sains, (d) informasi verbal, (e) keterampilan motorik, tidak
hanya kegiatan fisik melaikan kegiatan motorik yang digabungkan
dengan keterampilan intelektual, misalnya membaca, menulis,
memainkan sebuah instrument musik atau instrumen dalam sains.
68

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.
Merujuk pemikiran Gagne yang dikutip oleh Agus Suprijono, hasil
belajart berupa:
1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan
konsep dan lambang.

66
Nana Sujana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Rosdakarya,
2005), cetakan kesepuluh, hal.22
67
Ibid,.
')
Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1996), cetakan kedua, hal.
135-140
$%



3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya sendiri.
4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian
gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud
otomatisme gerak jasmani.
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek
berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
69

Menurut Bloom yang dikutip oleh Agus, hasil belajar
mencangkup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.
70
Ketiga
ranah kejiwaan tersebut saling terkait dan bahkan tidak boleh
diabaikan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini disebabkan karena
muara ketiga kompetensi tersebut mengarah kepada kecakapan hidup
siswa (life skill).
71
Tiga ranah tersebut harus dinilai untuk mengetahui
seberapa besar pencapaian kompetensi secara operasional dari
kompetensi dasar dan standar kopentensi.
1. Hasil Belajar Penguasaan Materi (Kognitif)
Hasil belajar pada ranah kognitif meliputi kemampuan
menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari, dan
kemampuan-kemampuan intelektual lainnya. Kemampuan-
kemampuan intelektual tersebut dikategorikan oleh Bloom dkk,
menjadi enam jenjang kemampuan. Enam jenjang tersebut
adalah:
72

a. Hafalan (C
1
)
Jenjang hafalan (ingatan) meliputi kemampuan menyatakan
kembali fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah
dipelajari.


69
Agus Suprijono, Op, cit,. hal.5-6
70
Ibid,. Hal.6
(!
Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN
Press, 2006), hal. 13
(#
Ibid,. hal. 15-17
$&



b. Pemahaman (C
2
)
Jenjang pemahaman meliputi kemampuan menangkap arti dari
informasi yang diterima, seperti menafsirkan bagan, atau
grafik, menerjemahkan suatu pernyataan verbal ke dalam
rumusan matematis atau sebaliknya, serta mengungkapkan
suatu konsep atau prinsip dengan kata-kata sendiri.
c. Penerapan (C
3
)
Jenjang penerapan meliputi kemampuan menggunakan prinsip,
aturan, metode yang dipelajari pada situasi baru atau pada
situasi konkrit.
d. Analisis (C
4
)
Jenjang analisis meliputi kemampuan menguraikan suatu
informasi yang dihadapi menjadi komponen-komponen
sehingga struktur informasi serta hubungan antar komponen
informasi tersebut menjadi jelas.
e. Sintesis (C
5
)
Jenjang sintesis meliputi kemampuan untuk mengintegrasikan
bagian-bagian yang terpisah-pisah menjadi suatu keseluruhan
yang terpadu. Termasuk ke dalamnya kemampuan
merencanakan eksperimen, menyusun karangan (laporan
praktikum, artikel, rangkuman), menyusun cara baru untuk
mengklasifikasikan objek-objek, peristiwa, dan informasi
lainnya.
f. Evaluasi (C
6
)
Jenjang evaluasi meliputi kemampuan untuk
mempertimbangkan nilai suatu pernyataan, uraian, pekerjaan,
berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan.




$'



2. Hasil Belajar Proses (Afektif)
Hasil belajar proses berkaitan dengan sikap dan nilai,
berorientasi pada penguasaan dan pemilikan kecakapan proses
atau metode. Ciri-ciri hasil belajar ini akan tampak pada peserta
didik dalam berbagai tingkah laku, seperti: perhatian terhadap
pelajaran, kedisiplinan, motivasi belajar, rasa hormat kepada guru,
dan sebagainya. Hasil belajar afektif juga termasuk watak perilaku
seperti perasaan, minat, sikap emosi, atau nilai.
Ranah afektif ini dirinci oleh Krathwohl dkk, menjadi lima
jenjang, yakni:
a. Perhatian/penerimaan (receiveing)
b. Tanggapan (responding)
c. Penilaian/penghargaan (valuing)
d. Pengorganisasian (organizing)
e. Karakterisasi terhadap suatu atau beberapa nilai
(characterization by a value or vale compex).
73


3. Hasil Belajar Aplikatif (Psikomotor)
Hasil belajar ini merupakan ranah yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang
menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor
merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif, hasil
belajar ini akan tampak setelah siswa menunjukkan perilaku atau
perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung pada
kedua ranah tersebut dalam kehidupan sehari-hari, klasifikasi hasil
belajar psikomotor yang erat kaitannya dengan ilmu sains (kimia)
dalam kegiatan laboratorium ialah klasifikasi menurut Trowbidge,
diantaranya yaitu:


73
Ibid,. hal. 19
$(



a. Moving (bergerak), kategori ini merujuk pada sejumlah
gerakan tubuh yang melibatkan koordinasi gerakan-gerakan
fisik. Kata kerja operasional yang dapat digunakan adalah
membawa, membersihkan, menempatkan atau menyimpan.
b. Manipulating (memanipulasi), kategori ini merujuk pada
aktivitas yang mencangkup pola-pola yang terkoordinasi dari
gerakan-gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh,
misalnya tangan-jari, tangan-mata. Kata kerja operasional yang
dapat digunakan adalah merangkai, menimbang, mengaduk,
mencampurkan.
c. Communicating (berkomunikasi), kategori ini merujuk pada
pengertian aktivitas yang menyajikan gagasan dan perasaan
untuk diketahui oleh orang lain.
d. Creating (menciptakan), kategori ini merujuk pada proses dan
kinerja yang dihasilkan dari gagasan-gagasan baru.
74

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar
siswa di sekolah. Menurut Ngalim Purwanto berhasil atau tidaknya
belajar tergantung pada beberapa faktor. Adapun faktor-faktor itu
dapat kita bedakan menjadi dua golongan yaitu:
1) Faktor yang berada pada organisme itu sendiri atau faktor
individual.
2) Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial yang
termasuk kedalam faktor keluarga atau keadaan rumah tangga,
guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam
proses belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang
tersedia serta sosial.
75

Prinsip belajar yang dapat dijadikan pegangan di dalam
pelaksanaan proses pembelajaran dan diyakini memberikan pengaruh
bagi pencapaian hasil belajar diantaranya adalah: prinsip perhatian dan

74
Ibid., hal.25
75
Ngalim Purwanto,. Op, cit,. hal.102
$)



motivasi, prinsip transfer dan retensi, prinsip keaktifan, prinsip
keterlibatan langsung, prinsip pengulangan, prinsip tantangan, prinsip
balikan dan penguatan, prinsip perbedaan individual.
76
Pada tingkat
yang amat umum sekali, hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan
menjadi 3, yaitu: keefektifan (effectiveneess), efisiensi (efficiency),
dan daya tarik pembelajaran.
77

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa hasil belajar adalah perubahan prilaku secara keseluruhan yang
dikelompokkan menjadi tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotor yang diperoleh peserta didik setelah melalui kegiatan.
Hasil belajar tersebut dapat diketahui dari proses penilaian baik secara
kualitatif maupun kuantitatif. Dalam penelitian ini, hasil belajar
diambil dari aspek kognitif siswa.

4. Laju Reaksi
1. Pengertian Laju Reaksi
Laju reaksi dikatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi
pereaksi atau bertambahnya konsentrasi hasil reaksi tiap satuan waktu.
Laju reaksi adalah persamaan yang menyatakan hubungan kuantitatif
antara konsentrasi pereaksi terhadap laju reaksi. Persamaan laju reaksi
selalu ditentukan berdasarkan data-data hasil eksperimen dan tidak
dapat diramalkan berdasarkan koefiefisien reaksi dari persamaan
reaksinya. Laju menyatakan besarnya perubahan yang terjadi dalam
satu satuan waktu, satuan waktu dapat berupa detik, menit, hari atau
tahun.
A " B
Laju pengurangan A V
A
= - # [A] / #t
Laju pengurangan B VB = #[B] / #t

76
Aunurrahman, Op, cit,. hal.137
77
Ahmad Qurtubi,. Op, cit,. hal.20
$*



[A] dan [B] dinyatakan dalam molaritas, tetapi untuk fase gas dapat
dinyatakan dalam satuan tekanan, waktu (t) dinyatakan dalam detik.

2. Konsep Laju Reaksi
Reaksi-reaksi kimia berlangsung dengan laju reaksi yang
berbeda-beda. Ada reaksi yang cepat, misalnya pembakaran kertas.
Adapula yang lambat, misalnya perkaratan logam. Dalam bidang
industri kimia pengetahuan tentang laju reaksi sangat penting dalam
penentuan kondisi yang diperlukan untuk membuat suatu produk secara
cepat dan ekonomis.
Agar suatu reaksi kimia berlangsung, partikel-partikel (atom
atau molekul) dari zat yang bereaksi harus bertumbukan satu dengan
yang lainnya. Akan tetapi, tidak semua tumbukan antar partikel itu
efektif (membuahkan reaksi). Reaksi terjadi ditentukan oleh jumlah atau
frekuensi tumbukan dan ketepatan arah atau orientasi tumbukan. Faktor
peningkatan suhu dan konsentrasi akan mempengaruhi frekuensi atau
jumlah tumbukan, sedangkan faktor luas permukaan bidang sentuh akan
mempengaruhi orientasi atau kecepatan arah tumbukan. Untuk
menghasilkan suatu reaksi diperlukan tumbukan efektif. Tumbukan
efektif yaitu tumbukan antarpartikel pereaksi yang mampu mencapai
energi minimum tertentu.
Energi kinetik minimum yang harus dimiliki atau yang harus
diberikan kepada partikel agar tumbukan mereka menghasilkan reaksi
disebut energi pengaktifan (energi aktivasi), dengan lambang Ea. Makin
kecil (rendah) harga Ea makin mudah suatu reaksi terjadi, sehingga
makin cepat suatu reaksi itu berlangsung.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi
Cepat dan lambatnya laju reaksi kimia ditentukan oleh berbagai
faktor. Hal itu disebabkan setiap jenis reaksi memiliki laju yang
berbeda-beda tergantung dari jenis, fase, dan sifat-sifat zat yang
%+



direaksikan. Jika jenis dan sifat zat-zat yang direaksikan berbeda maka
laju reaksinya akan berbeda.
a. Luas Permukaan
Semakin halus partikel dari suatu zat padat, maka total luas
permukaannya akan semakin besar. Pengaruh luas permukaan
bidang sentuh terhadap laju reaksi adalah jika pereaksi bercampur
atau bersentuhan, akan terjadi suatu reaksi. Pada pereaksi yang
heterogen, luas permukaan bidang batas yang saling bersentuhan
akan mempengaruhi laju reaksi, yaitu semakin luas permukaan
yang bersentuhan maka semakin besar laju reaksi.
b. Konsentrasi Pereaksi
Bahwa laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi
pereaksi dan eksponen atau pengkat tertentu. Eksponen (pangkat)
pada konsentrasi reaktan disebut orde reaksi atau tingkat reaksi.
c. Tekanan
Banyak reaksi yang melibatkan pereaksi dalam wujud gas.
Kelanjutan dari reaksi seperti itu juga dipengaruhi tekanan.
Penambahan tekanan dengan memperkecil volum akan
memperbesar konsentrasi, dengan demikian dapat memperbesar
laju reaksi.
d. Suhu
Laju reaksi dapat juga dipercepat atau diperlambat
dengan mengubah suhunya. Dari pengalaman sehari-hari, kita
ketahui bahwa reaksi akan berlangsung lebih cepat pada suhu yang
lebih tinggi.
78


B. Hasil Penelitian yang Relevan
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Arita Marini dengan
judul pengaruh pendekatan konstruktivisme terhadap hasil belajar dalam

78
Suyatno, dkk, Kimia untuk SMA/MA Kelas XI, (Jakarta: Grasindo, 2007) hal. 75-100
%!



pembelajaran matematika mahasiswa PGSD FIP UNJ bahwa pendekatan
konstruktivisme lebih baik daripada pendekatan konvensional
79
.
Ranty Aditya Anggriamurti dengan judul pembelajaran transformasi
geometri dengan pendekatan konstruktivis untuk meningkatkan penalaran
logis kelas XII SMA BPI 2 bandung menunjukkan bahwa pendekatan
konstruktivisme berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar.
80

Gusni Satriawati dengan judul implementasi pembelajaran
matematika dengan pendekatan konstruktivisme terhadap KTSP di sekolah
dasar, di peroleh hasil yang menunjukkan bahwa pendekatan konstruktivis
berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar.
81

Desak Made Citrawathi dengan judul penerapan suplemen bahan
ajar berwawasan sains teknologi masyarakat dengan menggunakan
pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran biologi untuk meningkatkan
literasi sains dan teknologi siswa SMUN 1 Singaraja, di peroleh hasil yang
menunjukkan bahwa penerapan suplemen bahan ajar (SBA) berwawasan
sains teknologi masyarakat dengan menggunakan pendekatan
konstruktivisme dalam pembelajaran biologi dapat meningkatkan literasi
sains dan teknologi.
82

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyarini dengan judul
pembelajaran konstruktivisme melalui model cooperative learning tipe STAD
untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar kimia bahwa dengan
menerapkan pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan hasil belajar

79
Arita Marini, Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Hasil Belajar dalam
Pembelajarn Matematika Mahasiswa UNJ (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 2008)
80
Ranty Aditya Anggriamurti, Pembelajaran Transformasi Geometri dengan Pendekatan
Konstruktivisme untuk meningkatkan Penalaran Logis, (Jurnal Mathematics UPI, 2008)
81
Gusni Satriawati, Implementasi Pembeljaran Matematika dengan Pendekatan
Konstruktivisme terhadap KTSP di Sekolah Dasar, jurnal UIN Vol.2 no.2(Jakarta: 2007)
82
Desak Made Citrawathi, Penerapan Suplemen Bahan Ajar Berwawasan STM dengan
menggunakan Pendekatan Konstruktivisme, (jurnal pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri
Singaraja, no.2, 2003)
%#



kimia siswa pada konsep asam basa, dilihat dari meningkatnya rata-rata hasil
belajar siswa dari siklus I ke siklus II, dan dari siklus II ke siklus III.
83

Ketut Darma dengan judul pengaruh model pembelajaran
konstruktivisme terhadap prestasi belajar matematika terapan pada mahasiswa
politeknik negeri bali, di peroleh hasil terdapat perbedaan rata-rata prestasi
belajar matematika mahasiswa diajar menggunakan model pembelajaran
konstruktivisme dengan diajar menggunakan model pembelajaran
konvensional. Ada pengaruh interaksi antara model pembelajaran
konstruktivisme dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar
mahasiswa.
84

Sedangkan menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Munir
Tanrere dengan judul model pembelajaran konstruktivistik realistik dengan
setting kooperatif serta dampaknya terhadap pemahaman konsep kimia,
menyatakan bahwa model pembelajaran konstruktivistik realistik setting
kooperatif mampu untuk meningkatkan aktivitas guru dan siswa dimana guru
lebih banyak berperan sebagai pembimbing dan pengarah dalam proses
belajar siswa, sedangkan siswa lebih aktif untuk menentukan dan
memecahkan permasalahan sendiri atau bersama anggota kelompoknya. Hal
ini berarti penerapan model pembelajaran mengubah orientasi pembelajaran
yang berpusat pada guru ke pembelajaran berpusat pada siswa.
85

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Suparni dengan judul
meningkatkan kemampuan pemahaman siswa dalam mata pelajaran fisika
melalui metode eksperimen pada siswa kelas 9c semester 2 SMP Negeri 1
Sragen tahun pelajaran 2006/2007, menyatakan bahwa menggunakan metode
eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa, meningkatkan aktivitas

83
Setyarini, Pembelajaran Konstruktivisme melalui Model Cooperative Learning Tipe
STAD untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Kimia Siswa, http://www.scribd.com/doc/,
diakses pada tanggal 24 januari 2009
84
Ketut Darma, Pengaruh Model Pembelajaran Konstruktivisme Terhadap Prestasi
Belajar Matematika Terapan Pada Mahasiswa Politeknik Negeri Bali, Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, no.070, Tahun ke-14: 2008
85
Munir Tanrere, Model Pembelajaran Konstruktivistik Realistik dengan Setting
Kooperatif Serta Dampaknya Terhadap Pemahaman Konsep Kimia, Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, vol. 15, no.2 : 2009
%$



siswa dan meningkatkan kemampuan pemahaman siswa. Menjadikan guru
lebih kreatif dan memanfaatkan alat-alat laboratorium serta meningkatkan
kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran.
86


C. Kerangka Berpikir
Belajar adalah suatu proses yang dilakukan manusia untuk
menghasilkan perubahan tingkah laku, perubahan emosional, keterampilan,
sosial dan interaksi sosial. Di dalam proses pembelajar, interaksi yang aktif
yang terjadi di kelas melibatkan siswa yang beragam latar belakang dan sifat
pembawaan individu masing-masing.
Belajar dan pembelajaran adalah aktivitas guru dan siswa dapat
saling berinteraksi. Di dalam proses interaksi yang terjadi di kelas melibatkan
siswa yang beragam, dengan latar belakang dan sifat pembawaan individu
yang berbeda-beda. Perbedaan keanekaragaman tersebut yang mengakibatkan
adanya perbedaan kecepatan dari setiap siswa dalam menerima dan
memahami suatu materi pelajaran.
Dengan kondisi yang ada pada siswa yang telah diuraikan di atas
dapat dijadikan pertimbangan dalam proses belajar mengajar. Dengan segala
perbedaan gaya belajar yang ada pada siswa, maka mereka dapat saling
membantu melengkapi pemahaman konsep mereka, dengan cara berdiskusi
dengan kelompoknya, saling bertukar informasi atau ilmu pengetahuan, dan
bekerja sama untuk dapat menyelesaikan tugas.
Adanya kenyataan perbedaan gaya belajar yang dimiliki siswa,
menjadikan guru sebagai dasar dalam menentukan pendekatan, model, atau
metode pembelajaran seperti apakah yang dapat diterapkan di dalam proses
belajar mengajar di sekolah, sehingga dapat mengembangkan kemampuan
siswa dalam memahami konsep laju reaksi.
Pada model pembelajaran konstruktivisme melalui metode
eksperimen, siswa didorong untuk mengemukakan pengetahuan awalnya

86
Suparni, Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Siswa Dalam Mata Pelajaran Fisika
Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas 9C Semester 2 SMP Negeri 1 Sragen Tahun
Pelajaran 2006/2007, (Jurnal Widyatama, vol.4, no.3, September: 2007)
%%



tentang konsep yang akan dibahas (apersepsi), guru memberikan motivasi
kepada siswa sebelum pembelajaran, kemudian siswa diberikan kesempatan
untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan,
pengorganisasian, dan penginterpretasian data dalam suatu kegiatan
(eksplorasi), siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang
dipelajari (diskusi dan penjelasan konsep), setelah itu siswa dapat
mengaplikasikan pemahaman konseptuanya, baik melalui kegiatan atau
pemunculan dan pemecahan masalah yang bekaitan dengan isu-isu di
lingkungannya.
Dengan demikian penerapan model pembelajaran kontruktivisme
melalui metode esperimen diduga dapat berpengaruh terhadap hasil belajar
kimia siswa kelas XI khususnya pada konsep laju reaksi.



















%&



Bagan Kerangka Berfikir:























Gambar 1: Bagan Kerangka Berpikir



PBM
Siswa Guru
Pembelajaran Konstruktivisme
Guru menarik perhatian siswa dengan cara memberikan
motivasi sebelum pembelajaran.
Siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan
awalnya tentang konsep yang akan dibahas
Siswa melakukan percobaan.
Siswa membagun pemahaman baru tentang konsep yang
sedang dipelajari (diskusi kelompok dan penjelasan
konsep)
Guru memberikan penjelasan singkat tentang konsep
yang telah dipelajari.

Meningkatkan pemahaman Konsep
Hasil Belajar siswa melalui model pembelajaran
konstruktivisme melalui metode eksperimen tinggi
%'



D. Pengajuan Hipotesis Penelitian
Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berfikir rumusan
masalah yang ada, maka hipotesis penelitian ini adalah terdapat pengaruh
yang signifikan penggunaan metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa
kelas XI pada konsep laju reaksi.

























%(



BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian adalah SMA Darunnajah Ulujami
Jakarta Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 25 November
sampai 5 Desember 2009.

B. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode quasi experimen (eksperimen
semu) yaitu metode yang tidak dapat memberikan kontrol penuh. Penelitian
ini dibagi menjadi dua kelompok penelitian, yaitu kelompok pertama adalah
kelompok eksperimen dengan penerapan metode eksperimen dan kelompok
kedua adalah kelompok kontrol yaitu yang diberikan tanpa menggunakan
metode eksperimen. Sebagai variabel terikatnya adalah hasil belajar kimia
siswa setelah mendapat perlakuan.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah: two gruop, pretest
posttest design. Rancangan tersebut berbentuk sebagai berikut:

Tabel 3.1
Desain Penelitian
Kelas Pretest Perlakuan Posttest
E T
1
X T
2

C T
1
- T
2



Keterangan :
E : kelas eksperimen
C : kelas kontrol
T
1
: pemberian pretest
%)



T
2
: pemberian posttest
X : perlakuan (penerapan pendekatan konstruktivis)

C. Populasi, sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
87

a. Populasi target: seluruh siswa kelas XI SMA Darunnajah Jakarta
tahun ajaran 2008/2009.
b. Populasi terjangkau: siswa kelas XI SMA Darunnajah Jakarta pada
semester ganjil tahun ajaran 2008/2009
2. Sampel adalah bagian dari jumlah karekteristik yang dimiliki oleh
populasi.
88
Teknik Pengambilan Sampel yang dilakukan dengan cara
purposive sampling, mengambil sampel pada kelas yang tersedia tanpa
melakukan random sampling. Penelitian ini dipilih dua kelas, yaitu kelas
XI IPA-D sebagai kelas kontrol, dan kelas XI IPA-C sebagai kelas
eksperimen.

D. Teknik Pengumpulan Data
1. Variabel
Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel bebas : metode eksperimen.
b. Variabel terikat : hasil belajar

2. Sumber Data
Dari penelitian ini diperoleh data berupa skor hasil belajar kimia
siswa yang diperoleh melalui tes hasil belajar kimia pada pembahasan
laju reaksi (pretest dan posttest). Adapun urutan pengumpulan data
dilakukan sebagai berikut:

87
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), hal.130
88
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2008), hal. 118
%*



1. Melakukan observasi untuk menentukan kelas-kelas yang akan
dijadikan kelompok subjek penelitian serta menentukan kelas-kelas
eksperimen yaitu yang diberi perlakuan model pembelajaran
konstruktivisme melalui metode eksperimen.
2. Memberikan tes kemampuan awal (pretest) tentang konsep laju
reaksi di kedua kelas, kelas eksperimen yang menggunakan
pendekatan konstruktivis dan kelas kontrol yang menggunakan
pembelajaran konvesional.
3. Memberikan perlakuan (treatment) kepada kelas yang dijadikan
subjek penelitian pada pembahasan laju reaksi.
4. Memberikan tes kemampuan akhir (posttest) tentang laju reaksi di
kedua kelas dengan soal-soal yang sama.
5. Menilai hasil tes yang diperoleh dari kedua kelompok perlakuan,
yaitu: kelompok atau kelas eksperimen yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran konstruktivisme melalui metode
eksperimen dan kelompok yang diajarkan tanpa menggunakan model
pembelajran konstruktivisme melalui metode eksperimen.
Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dan dipersiapkan untuk
membuat laporan penelitian.

3. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil
belajar dan catatan lapangan (field note). Catatan lapangan mencatat
delapan tahap dalam model pembelajaran konstruktivisme. Catatan
lapangan ini dilakukan pada saat pembelajaran, catatan lapangan dapat
dilihat pada lampiran. Sedangkan tes hasil belajar adalah tes objektif
berupa soal pilihan ganda, yang terdiri dari 5 alternatif pilihan yaitu A, B,
C, D, dan E pada konsep laju reaksi. Soal tes disusun berdasarkan ruang
lingkup materi yang diajarkan yaitu konsep laju reaksi. Ranah kognitif
yang diukur adalah aspek hapalan/recall (C
1
), aspek
pemahaman/comprehension (C
2
), aspek penerapan/application (C
3
),
&+



aspek analisis (C
4
) dan aspek sintesis (C
5
) yang disesuaikan dengan
indikator pada kurikulum tingkat satuan pendidikan. Tes diberikan
sebelum pembelajaran (pretest) dan sesudah pembelajaran (posttest).
Pengolahan hasil tes baik yang pretest maupun posttest yaitu
dengan nilai-nilai atau skor sebagai berikut: siswa yang menjawab benar
pada setiap butir soal diberi nilai 1 dan siswa yang menjawab salah diberi
nilai 0.

4. Variabel Penelitian
a. Variabel X (metode eksperimen)
1) Definisi Konseptual (metode eksperimen)
Metode eksperimen adalah pembelajaran dimana siswa
melakukan percobaan, mengamati proses dan mencatat hasil
percobaan. Model pembelajaran konstruktivisme adalah kegiatan
belajar mengajar yang bersifat membangun pengetahuan atau
pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari. Dalam
model pembelajaran ini siswa lebih aktif, siswa didorong agar
mengemukakan pengetahuan awal tentang konsep, siswa diberi
kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep, pada
akhirnya siswa memikirkan solusi yang didasarkan pada hasil
observasi. Guru hanya menjelaskan secara singkat tentang konsep
yang di pelajari dan mengajak siswa mengaplikasikan
pemahaman konsep yang didapat, baik melalui percobaan
maupun isu-isu dalam lingkungan siswa.
2) Definisi Operasional (metode eksperimen)
Metode eksperimen adalah metode pembelajaran yang
digunakan oleh guru untuk memudahkan siswa dalam memahami
suatu konsep, karena siswa dihadapkan langsung dengan objek-
objek yang terkait dengan konsep tersebut. Dengan menggunakan
model pembelajaran konstruktivisme siswa dapat mengkonstruk
atau membagun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Dalam
&!



membangun pengetahuan, siswa dapat melakukan observasi.
Kegiatan observasi dapat dilakukan dengan cara eksperimen di
mana siswa melakukan kegiatan percobaan sendiri.

b. Variabel Y (hasil belajar)
1) Definisi Konseptual
Hasil belajar siswa adalah tingkat penguasaan suatu
pengetahuan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti belajar
mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang di tetapkan.
2) Definisi Operasional
Hasil belajar adalah hasil belajar berupa angka yang
dapat diperoleh siswa pada pelajaran kimia pada konsep laju
reaksi. Hasil belajar kimia dapat diketahui dari skor tes yang telah
dikerjakan siswa.
c. Kisi-kisi Instrumen
Tes tersebut terdiri dari soal-soal konsep laju reaksi. Adapun
perinciannya sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar Konsep Laju Reaksi
Aspek kognitif
Indikator
C
1
C
2
C
3
C
4
C
5

Jumlah
1. Mendefinisikan laju reaksi. 2 2 (10%)
2. Menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi laju
reaksi.
2 1 3 (15%)
3. Mengidentifikasi pengaruh
luas permukaan terhadap laju
reaksi.
2 1 2 5 (25%)
4. Mengidentifikasi pengaruh
konsentrasi terhadap laju
reaksi.
1 1 (5%)
&#



5. Mengidentifikasi pengaruh
suhu terhadap laju reaksi.
1 2 3 (15%)
6. Mengidentifikasi pengaruh
katalis terhadap laju reaksi.
1 1



2 (10%)
7. Menentukan persamaan laju
reaksi.
2 2 (10%)
8. Menentukan orde reaksi. 2 2 (10%)
Jumlah 30% 20% 35%
5% 10%
100%

5. Kontrol terhadap Validitas Internal
Sebelum tes tersebut dijadikan sebagai instrumen penelitian,
terlebih dahulu dilakukan uji coba kepada responden, dalam hal ini diluar
sampel yang sudah ditetapkan. Uji coba ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah soal tersebut telah memenuhi persyaratan seperti uji
validitas, realibilitas, tingkat kesukaran maupun daya pembeda.
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
keshahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid jika
mampu mengukur apa yang hendak diukur.
89
Artinya, bahwa valid
tidaknya suatu alat ukur tergantung kepada mampu tidaknya alat
tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat.
Uji validitas dalam penelitian menggunakan rumus Korelasi
Point Biserial (r
pbi
) karena skor butir soal berbentuk dikotomi (skor
butir 0 atau 1). Rumus yang digunakan untuk menghitung koefisien
korelasi biserial antara skor butir soal dengan skor total tes adalah
90
:



89
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2007)
hal. 65
90
Ahmad Sofyan,dkk, Op, cit,. hal.109
&$



Keterangan:
r
pbi
: koefisien korelasi biserial antara skor butir soal nomor i dengan
skor total
X
i
:

rata-rata skor total responden menjawab benar butir soal
X
t
: rata-rata skor total semua responden
S
t
: standar deviasi skor total semua respond
p
i
: proporsi jawaban benar untuk butir nomor i
q
i
: proposi jawaban salah untuk butir nomor i
Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka r
pbi

dibandingkan dengan r
tabel
dengan taraf signifikan (!) = 0,05. Jika r
pbi

> r
tabel
maka soal tersebut valid dan jika r
pbi
< r
tabel
maka soal tersebut
tidak valid. Jadi, apabila valid berarti soal tersebut dapat digunakan
untuk mengukur hasil belajar. Untuk mengetahui validasi dari butir
soal peneliti menggunakan program ANATES (lampiran 8). Dari 58
soal yang di uji cobakan, 39 soal yang dinyatakan valid.

b. Uji Reliabilitas
Realibilitas bisa diartikan sebagai kepercayaan, keterandalan,
keajengan, kestabilan, atau konsisten. Dapat diartikan sejauh mana
hasil suatu pengukuran dapat dipercaya dan konsisten. Pengujian
reliabilitas ini menggunakan rumus KR-20 (Kuder-Richardson 20)
sebagai berikut
91
:


keterangan:
r
11
: koefisien reliabilitas tes
k
ii
: jumlah butir
piqi : varians skor butir
pi : proposi jawaban benar untuk butir nomor i

91
Ibid., hal.113
&%



qi : proposi jawaban salah untuk butir nomor i
St
2
: varians skor total
Setelah dilakukan perhitungan dengan rumus diatas, maka
koefisien reliabilitas tesnya adalah 0,84 (lampiran 5).

c. Uji Taraf Kesukaran
Tingkat kesukaran merupakan salah satu analisis kuantitatif
untuk mengetahui tingkat kesukaran suatu butir soal. Indeks
kesukaran rentangannya dari 0,0 1,0. Semakin besar indeks
menunjukkan semakin mudah butir soal, karena dapat dijawab dengan
benar oleh sebagian besar siswa, dan sebaliknya.
92
Untuk mengetahui
tingkat kesukaran dari butir soal peneliti menggunakan program
ANATES (lampiran 6).
Kriteria indeks kesukaran
93
:
P = 0 0,25 : sukar
P = 0,26 0,75 : sedang
P = 0,76 1 : mudah
Dari hasil ANATES, dapat dilihat bahwa satu soal yang
dinyatakan mudah, dua soal yang dinyatakan sangat mudah, dua puluh
tujuh soal yang dinyatakan sedang. Sembilan belas soal uji coba yang
dinyatakan sukar, dan sembilan soal yang dinyatakan sangat sukar.

d. Uji Daya Pembeda
Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan
untuk mengetahui kemampuan soal dalam membedakan siswa yang
tergolong mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong
kurang mampu (rendah prestasinya). Angka yang menunjukkan
besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Untuk
mengetahui daya pembeda dari butir soal peneliti menggunakan

92
Ibid., hal. 103
93
Ibid., hal.103
&&



program ANATES (lampiran 7). Adapun klasifikasi daya pembeda
yang digunakan adalah sebagai berikut.
Klasifikasi daya pembeda
94

D : 0,00 0,20 : jelek
D : 0,20 0,40 : cukup
D : 0,40 0,70 : baik
D : 0,70 1,00 : baik sekali

E. Analisis Data
Setelah data-data diperoleh maka sebelumnya terlebih dahulu
dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Uji
normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak, perhitungan dengan
menggunakan rumus liliefors. Uji homogenitas dilakukan untuk menguji
variasi, uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang
diperoleh homogen atau tidak. Uji homogenitas dihitung dengan
menggunakan rumus fisher, setelah dilakukan perhitungan normalitas dan
homogenitas maka dilakukan analisis data untuk menguji hipotesis yang telah
diajukan, uji ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model
pembelajaran kostruktivisme melalui metode eksperimen terhadap hasil
belajar siswa.
Adapun langkah-langkah untuk mengadakan uji Liliefor adalah
sebagai berikut:
1. Urutkan terlebih dahulu data sampel dari yang terkecil hingga ke yang
terbesar.
2. Tentukan nilai Z, dari tiap-tiap data berikut dengan rumus:




94
Suharsimi Arikunto, Op,. Cit, hal.218
&'



Dengan:
Zi = skor baku
X = nilai rata-rata
Xi = skor data
S = simpangan baku
3. Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan tabel Zi
dan disebut dengan F (Zi) dengan aturan:
Jika Zi > 0, maka F (Zi) = 0,5 + nilai tabel
Jika Zi < 0, maka F (Zi) = 1-(0,5 + nilai tabel)
4. Selanjutnya hitung proporsi Z
1
, Z
2
, ......, Z
n
yang lebih kecil atau sama
dengan Zi, jika proporsi dinyatakan oleh S (Zi), maka

5. Hitung selisih F(Zi) S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.
6. Ambil nilai terbesar diantara harga-harga mutlak selisih harga tersebut,
nilai ini kita namakan L
o
.
7. Memberikan interpretesi L
o
dengan membandingkannya dengan L
t
. L
t

adalah harga yang diambil dari tabel harga kritis uji liliefors.
8. Mengambil kesimpulan berdasarkan harga L
o
dan L
t
yang telah didapat.
Apabila L
o
< L
t
maka sampel berdasarkan dari distribusi normal.
a. Uji Kenormalan Distribusi Populasi
Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah
sampel berdistrbusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang
digunakan adalah uji Liliefors.
Hipotesis uji normalitas:
Ho = sampel berdistribusi normal
Ha = sampel berdistribusi tidak normal
Kriteria uji normalitas:
Jika Lo < L
tabel
, maka sampel berdistribusi normal pada taraf
signifikan (!) = 0,05.

&(



b. Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara
dua keadaan atau populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah
uji Fisher. Rumus yang digunakan yaitu:

F = = , dimana S
2
=


Keterangan:
F : himogenitas
S
1
2
: Varians terbesar
S
2
2
: Varians terkecil

Adapun kriterian pengujian adalah:
a. Teknik Ho jika harga F
hitung
< F
tabel

b. Tolak Ho jika harga F
hitung
< F
tabel

Untuk taraf signifikan (!) = 0,05 dan derajat kebebasan pembilang
dk = nk 1 serta penyebut dk = nk 1, dengan nb merupakan ukuran sampel
yang variansnya besar dan nk merupakan ukuran sampel yang variansnya
kecil.
Setelah data dinyatakan berdistribusi normal dan homogen, maka
menguji data yang diperoleh digunakan rumus uji t yaitu
95
:



keterangan:
t
o
: angka atau koefisien derajat perbedaan mean kedua kelompok

95
Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian: suatu pendekatan praktek, Op, cit,. hal.311
&)



M
X
: mean kelompok perlakuan model pembelajaran konstruktivisme
melalui metode eksperimen (kelas eksperimen)
M
Y
: mean kelompok perlakuan pembelajaran konvesional (kelas
kontrol)
x : deviasi setiap x
2
dari x
1

y : deviasi setiap y
2
dari y
1

N
X
: jumlah siswa kelas eksperimen
N
Y
: jumlah siswa kelas kontrol
Kriteria Hipotesis, jika:
T
o
> t
tabel,
berarti Ha diterima dan Ho ditolak
T
o
< t
tabel
, maka Ho diterima dan Ha ditolak
Dengan dk = (N
1
+ N
2
2) dan taraf signifikasi ! = 0,05

F. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ho : $
1
= $
2

Ha : $
1
> $
2

Keterangan :
$
1
= Nilai rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan
metode eksperimen (kelompok eksperimen)
$
2
= Nilai rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan tanpa menggunakan
metode eksperimen (kelompok kontrol)
Ho = Nilai rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen sama dengan
nilai rata-rata hasil belajar siswa kelompok kontrol
Ha = Nilai rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen lebih besar dari
nilai rata-rata hasil belajar siswa kelompok kontrol





&*



BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari hasil tes.
Tes yang diberikan berupa pretest dan posttest. Pretest diberikan sebelum
melakukan proses belajar mengajar pada konsep laju reaksi. Sedangkan
posttest diberikan setelah menerapkan pembelajaran kimia dengan
menggunakan metode eksperimen (kelompok eksperimen) dan pembelajaran
kimia tanpa menggunakan metode eksperimen atau menggunakan metode
demostrasi dan ceramah (kelompok kontrol). Data skor pretest dan skor
posttest dari 50 siswa yang terdiri dari kelompok eksperimen sebanyak 25
siswa dan kelompok kontrol sebanyak 25 siswa.
Hasil belajar siswa berupa aspek kognitif dengan menggunakan
instrumen tes berupa tes objektif pilihan ganda sebanyak 20 soal. Data hasil
pretest dan posttest dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat
dilihat pada lampiran.

1. Hasil Uji Data Pretest
a. Deskripsi data Pretest Kelompok Kontrol dan Kelompok
Eksperimen
Hasil pretest kelompok kontrol diperoleh nilai tertinggi 40
dan nilai terendah 10, rata-rata sebesar 21, dan standar deviasi 8,41
(lampiran 13).
Sedangkan dari hasil perhitungan data penelitian yang
didapat dari pretest kelompok eksperimen diperoleh nilai tertinggi 35
dan nilai terendah 10, rata-rata sebesar 22,6, dan standar deviasi 7,23
(lampiran 12).

'+



Tabel 4.1 Deskripsi Data Rata-rata Pretest Kelompok Kontrol dan
Kelompok Eksperimen
No. Data Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
1. N 25 25
2. Rata-rata 21 22,6
3. SD 8,41 7,23



Gambar 4.1 Perbandingan Pretest rata-rata Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol

Berdasarkan gambar 4.1. Di atas, pada kelompok eksperimen
diperoleh rata-rata sebesar 22,6. Pada kelompok kontrol diperoleh
rata-rata sebesar 21. Berdasarkan perbandingan hasil belajar antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka kelompok
eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Kelompok
eksperimen lebih unggul 1,6 poin dari hasil selisih rata-rata kelompok
kontrol.


'!




b. Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Sebelum dilakukan pengolahan data lebih lanjut maka
dilakukan pengujian prasyarat penelitian yaitu normalitas, setelah
dilakukan pengolahan data diperoleh normalitas pretest untuk
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dalam penelitian ini, uji
normalitas yang dipakai adalah uji liliefors yakni untuk mengetahui
apakah data berdistribusi normal atau tidak dengan ketentuan bahwa
data berdistribusi normal apabila kriteria Ho ditolak jika Lo > Lt dan
Ho diterima jika Lo < Lt diukur pada taraf signifikansi dan tingkat
kepercayaan ! = 0,05. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut:

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Pretest Kelompok Kontrol dan
Kelompok Eksperimen
Statistik Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
N 25 25
Lo 0,1449 0,1707
Lt 0,173 0,173
Kesimpulan Lo < Lt (kelompok berdistribusi normal)

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok
penelitian berdistribusi normal karena memenuhi kriteria Lo 0,1449<
Lt 0,173.

c. Uji Homogenitas Pretest Kelompok Kontrol dan Kelompok
Eksperimen
Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan
berdistribusi normal. Selanjutnya dicari nilai homogenitasnya dengan
menggunkan uji Fisher. Kriteria pengujian yang digunakan pada
tingkat kepercayaan tertentu. Sampel dinyatakan homogen apabila
F
hitung
< F
tabel
. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.
'#




Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen
Statistik
S
2
Kontrol 8,41
S
2
Eksperimen 7,23
F
hitung
1,35
F
tabel
1,98
Kesimpulan F
hitung
< F
tabel


Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95% (! = 0,05).
Dari tabel di atas disimpulkan bahwa kedua kelompok berasal dari
populasi yang homogen, karena F
hitung
1,35< F
tabel
1,98.

d. Uji Hipotesis Pretest Kelompok Kontrol dan Kelompok
Eksperimen
Pengolahan data selanjutnya yaitu pengujian hipotesis dan
dilakukan setelah uji normalitas dan uji homogenitas. Uji hipotesis ini
menggunakan uji t (t test), untuk menguji hipotesis nihil ( Ho) yang
mengatakan bahwa tidak ada pengaruh model pembelajaran
Konstruktivisme melalui metode eksperimen terhadap hasil belajar
kimia siswa.
Untuk menguji hipotesis digunakan uji t pada taraf
signifikan ! = 0,05 dan derajat kebebasan 48, adapun kriterianya
adalah: Jika t
hitung
> t
tabel
, maka Ho ditolak. Jika t
hitung
< t
tabel
, maka Ho
diterima.
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji t untuk
pretest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diperoleh harga
t
hitung
= 0,72 dari tabel distribusi t untuk taraf signifikansi ! = 0,05
dan derajat kebebasan 48, diperoleh t
tabel
= 2,021. Hasilnya dapat pada
tabel 4.4 berikut:
'$




Tabel 4.4 Hasil pretest Uji t, Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen
Variabel Jumlah
Sampel
t hitung t tabel Kesimpulan
Data
Hasil
Belajar
Kimia
Siswa Kelas
Kontrol dan
Kelas
Eksperimen
N
ekperimen
=
25
N
kontrol
= 25
0,72 2,021
Menerima
Ho dan
menolak Ha

Berdasarkan tabel di atas, didapat maka t
hitung
< t
tabel
( 0,72 <
2,021 ) sehingga Ho diterima. Dengan demikian hasil pretest yang
belum mendapat perlakuan pembelajaran menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Sehingga dari uji hipotesis yang telah dilakukan pada kedua kelompok
yang belum mendapat perlakuan, dapat disimpulkan bahwa terdapat
kemampuan kognitif yang sama antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen.

2. Hasil Uji Data Posttest
a. Data Hasil Belajar Posttest Kelompok Kontrol dan Kelompok
Eksperimen
Dari hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari
posttest kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 75 dan nilai terendah
40, nilai rata-rata sebesar 54,2, dan standar deviasi 10,77 (lampiran
19).
'%



Dari hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari posttest kelas
eksperimen diperoleh nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 60, nilai
rata-rata sebesar 76,2, dan standar deviasi 9,05 (lampiran 18).
Tabel 4.5. Deskripsi Data Rata-rata Posttest Kelompok Kontrol dan
Kelompok Eksperimen
No. Data Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
1. N 25 25
2. Rata-rata 54,2 76,2
3. SD 10,77 9,05


Gambar 4.2 Perbandingan Posttest rata-rata kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol

Berdasarkan grafik 4.2 Di atas, pada kelompok eksperimen
diperoleh rata-rata sebesar 76,20, pada kelompok kontrol diperoleh
rata-rata sebesar 54,2. Berdasarkan perbandingan hasil belajar antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka kelompok
eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Kelompok
eksperimen lebih unggul 22 poin dari hasil selisih rata-rata kelompok
kontrol.

b. Uji Normalitas Posttest Kelompok Kontrol dan Kelomok
Eksperimen
'&



Sebelum dilakukan pengolahan data lebih lanjut maka
dilakukan pengujian prasyarat penelitian yaitu normalitas, setelah
dilakukan pengolahan data diperoleh normalitas pretest untuk
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dalam penelitian ini, uji
normalitas yang dipakai adalah uji liliefors yakni untuk mengetahui
apakah data berdistribusi normal atau tidak dengan ketentuan bahwa
data berdistribusi normal apabila kriteria Ho ditolak jika Lo > Lt dan
Ho diterima jika Lo < Lt diukur pada taraf signifikansi dan tingkat
kepercayaan ! = 0,05. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut:

Tabel 4.6
Hasil Uji Normalitas Posttest Kelompok Kontrol dan Kelompok
Eksperimen
Statistik Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
N 25 25
Lo 0,1346 0,1260
Lt 0,173 0,173
Kesimpulan Lo < Lt (kelompok berdistribusi normal)

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok
penelitian berdistribusi normal karena memenuhi kriteria Lo 0,1346<
Lt 0,173.

c. Uji Homogenitas Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan
berdistribusi normal. Selanjutnya dicari nilai homogenitasnya dengan
menggunkan uji Fisher. Kriteria pengujian yang digunakan pada
tingkat kepercayaan tertentu. Sampel dinyatakan homogen apabila
F
hitung
< F
tabel
. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.


''






Tabel 4.7
Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Statistik
S
2
Kontrol 10,77
S
2
Eksperimen 9,05
F
hitung
1,42
F
tabel
1,98
Kesimpulan F
hitung
< F
tabel


Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan ! = 0,05. Dari
tabel di atas disimpulkan bahwa kedua kelompok berasal dari populasi
yang homogen, karena F
hitung
1,42< F
tabel
1,98.

d. Uji Hipotesis Posttest Kelompok Kontrol dan Kelompok
Eksperimen
Pengolahan data selanjutnya yaitu pengujian hipotesis dan
dilakukan setelah uji normalitas dan uji homogenitas. Uji hipotesis ini
menggunakan uji t (t test), untuk menguji hipotesis nihil ( Ho) yang
mengatakan bahwa tidak ada pengaruh metode eksperimen terhadap
hasil belajar kimia siswa.
Untuk menguji hipotesis digunakan uji t pada taraf
signifikan ! = 0,05 dan derajat kebebasan 48, adapun kriterianya
adalah: Jika t
hitung
> t
tabel
, maka Ho ditolak. Jika t
hitung
< t
tabel
, maka Ho
diterima.
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji t untuk
posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diperoleh harga
t
hitung
= 7,83 dari tabel distribusi t untuk taraf signifikansi ! = 0,05
diperoleh t
tabel
= 2,021 atau taraf signifikan ! = 0,1 diperoleh t
tabel
=
'(



1,684 pada derajat kebebasan 48. Hasilnya dapat pada tabel 4.8
berikut:


Tabel 4.8
Hasil pretest Uji t, Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
Variabel Jumlah
Sampel
t hitung t tabel Kesimpula
n Data
Hasil Belajar
Kimia Siswa
Kelas
Kontrol dan
Kelas
Eksperimen
N
ekperimen
=
25
N
kontrol
= 25
7,83
!(0,05)=2,021
!(0,01)=1,684
Menolak
Ho dan
menerima
Ha

Berdasarkan tabel di atas, didapat maka t
hitung
< t
tabel
( 7,83 <
2,021 ) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian hasil
posttest dalam penelitian ini dapat menguji kebenaran hipotesis,
dengan demikian hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan terdapat
pengaruh yang signifikan pembelajaran dengan menggunakan metode
eksperimen terhadap hasil belajar kimia siswa, diterima. Sehingga
penelitian ini dapat menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar
kimia siswa pada konsep laju reaksi.

B. Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil perhitungan hipotesis menggunakan uji t untuk pretest
kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh harga t
hitung
= 0,72 dari tabel
distribusi t untuk taraf signifikansi ! = 0,05 dan derajat kebebasan 48,
diperoleh t
tabel
= 2,021 maka t
hitung
< t
tabel
( 0,72 < 2,021 ) dan menerima Ho.
')



Dengan demikian hasil pretest yang belum mendapatkan perlakuan
dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme melalui metode
eksperimen tidak terdapat perbedaan antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Artinya kemampuan kognitif kedua kelompok sama. Ini
terlihat dari rata-rata pretest yang didapatkan oleh kedua kelas tersebut
rendah. Siswa mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan dalam
pretest karena mereka belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
laju reaksi.
Sedangkan pengujian posttest ternyata diperoleh nilai perbandingan
antara variabel pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
konstruktivisme melalui metode eksperimen (X) dan hasil belajar kimia siswa
(Y), sebesar t
hitung
=7,83. Sedangkan nilai t
tabel
untuk taraf signifikan 0,05
dengan derajat kebebasan 48, diperoleh harga t
tabel
= 2,021, jika dibandingkan
t
hitung
dengan t
tabel
lebih besar dari t
tabel
(t
hitung
> t
tabel
).
Dengan demikian hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan
terdapat pengaruh yang signifikan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran konstruktivisme melalui metode eksperimen terhadap hasil
belajar siswa pada konsep laju reaksi diterima. Sehingga penelitian ini dapat
membuktikan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran konstruktivisme melalui metode eksperimen meningkatkan
hasil belajar kimia siswa.
Hasil belajar yang diperoleh dimungkinkan dipengaruhi oleh
berbagai faktor, diantaranya adalah oleh faktor guru, siswa, serta model
maupun metode pembelajaran. Dalam upaya meningkatkan hasil belajar
siswa terhadap konsep-konsep sains maka penyajian materi ajar sains oleh
guru di sekolah hendaknya dapat mengkaitkan pengetahuan awal yang di
miliki siswa dengan materi yang akan diajarkan.
Model pembelajaran yang dapat membantu guru dalam proses
pembelajaran kimia adalah model pembelajaran konstruktivisme dengan
mengunakan metode eksperimen. Dimana model pembelajaran
konstruktivisme memiliki delapan tahap yaitu menarik perhatian, prediksi
'*



pribadi, prediksi kelompok, percobaan, diskusi kelompok, laporan kelompok,
penjelasan, aplikasi. Tahap pertama adalah manarik perhatian siswa dimana
guru memberikan gambaran singkat tentang fenomena yang berkaitan dengan
materi yang akan di ajarkan. Siswa akan mengaitkan pengetahuan awal yang
dimilikinya yang didapat selama hidupnya. Hal ini dimaksudkan agar siswa
fokus terhadap pelajaran yang akan dipelajari. Setelah anak didik fokus, maka
anak didik termotivasi untuk mempelajari konsep yang akan diajarkan. Tahap
ini juga dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan
pertanyaan.
Kemudian siswa diberi kesempatan untuk memberikan prediksi
tentang percobaan yang akan dilakukan. Setelah itu siswa diminta untuk
melakukan diskusi dengan kelompoknya. Setelah melakukan diskusi
kelompok, tiap-tiap kelompok diminta untuk mengemukakan prediksi
kelompok. Tahap berikutnya adalah tahap percobaan dimana siswa
melakukan sendiri percobaan mereka. Tahap ini menjadi penting karena
siswa akan langsung mengetahui, prediksi yang dilakukan siswa pada tahap
kedua dan tahap ketiga akan terjawab. Apakah yang mereka prediksikan di
awal akurat atau tidak. Dalam tahap ini siswa dapat melakukan percobaannya
sendiri, dan mengetahui prediksinya benar atau tidak.
Selanjutnya adalah diskusi kelompok, dimana siswa diajak untuk
berdiskusi bersama kelompoknya. Siswa mendiskusikan hasil percobaan yang
telah dilakukan akurat atau tidak, serta mengemukakan alasan yang
mendukung. Tahap ini bertujuan untuk melatih kemampuan berfikir siswa
untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi. Guru melatih siswa
untuk memecahkan masalah melalui diskusi kelompok. Hal ini bertujuan
supaya siswa saling bertukar pikiran, bertukar pengalaman dan ilmu
pengetahuan dengan temannya.
Kemudian siswa membuat laporan kelompok, tahap ini dimana
masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusi kelompoknya,
mengemukan berbagai macam alasan yang mendukung hasil penelitian
mereka. Tahap ini bertujuan membantu siswa untuk mengembangkan
(+



pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap. Tahap penjelasan adalah
dimana guru menyampaikan penjelasan singkat tentang teori dan konsep dan
mengkoreksi jika terdapat kesalah pahaman siswa.
Tahap aplikasi adalah dimana guru mengajak siswa untuk berfikir
percobaan lain yang mirip yang telah dilakukan ataupun mengemukakan ide
yang sama dengan percobaan yang telah dilakukan. Dari tahap-tahap yang
telah dilakukan siswa dilatih harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir,
menyusun konsep dan memberikan makna tentang hal-hal yang sedang
dipelajari. Sedangkan guru hanya membantu agar proses pengkonstruksian
pengetahuan siswa berjalan lancar. Guru di sini tidak mentransferkan
pengetahuan yang telah dimiliki guru melainkan membantu siswa untuk
membentuk pengetahuannya sendiri. Model pembelajaran konstruktivisme
menekankan peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa
dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dan sarana dalam proses
pembelajaran seperti bahan, peralatan, media dan fasilitas lainnya disediakan
untuk membantu pembentukkan pengetahuan siswa.
Seperti yang diungkapkan suparno dalam retno widyaningrum
bahwa belajar menurut konstruktivisme adalah proses mengasimilasi dan
menghubungkan pengalaman atau bahan yang sedang dipelajari dengan
pengalaman yang telah dimiliki seseorang sehingga pengertiannya
berkembang. Sedangkan mengajar menurut konstruktivis bukanlah kegiatan
memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, namun merupakan kegiatan
yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun sendiri
pengetahuannya.
Pada pembelajaran dengan model pembelajaran konstruktivisme
melalui metode eksperimen, siswa harus aktif selama proses pembelajaran.
Karena siswa terlibat secara penuh dan aktif dalam proses pembelajaran.
Tahap awal siswa mengkaitkan pengetahuan yang telah dipunyai siswa
dengan pengetahuan yang baru. Kemudian siswa memprediksi, setelah itu
melakukan percobaan, diskusi kelompok, laporan kelompok, dan pada tahap
akhir atau tahap aplikasi siswa diajak untuk befikir percobaan yang mirip
(!



ataupun mengemukakan ide yang sama dengan percobaan yang telah
dilakukan.
Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
konstruktivisme adalah pembelajaran yang menekankan agar siswa dapat
berfikir dan memahami materi pelajaran, bukan sekedar menerima,
mendengar dan mengingat. Dalam kegiatan pembelajaran siswa harus aktif
upaya menemukan pengetahuan, konsep dan kesimpulan tentang konsep yang
sedang dipelajari.
Pada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
konstruktivisme melalui metode eksperimen, siswa dituntut terlibat aktif
dalam proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, karena
siswa akan melakukan semua tahapan yang ada pada model pembelajaran
konstruktivisme. Sedangkan peran guru dalam pembelajaran konstruktivisme
hanya sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar
siswa dapat berjalan dengan baik. Di dalam kelas, guru menciptakan
persoalan, membimbing siswa dalam melakukan percobaan, membiarkan
siswa mengungkapkan gagasan dan konsepnya. Hal ini sesuai dengan
Mulyasa dalam Retno Widyaningrum mengungkapkan bahwa metode
pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran konstruktivisme
adalah diskusi, tanya jawab, eksperimen, problem solving, penemuan dan
investigasi serta pemberian tugas. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang
dilakuan oleh Setyarini bahwa dengan menerapkan pembelajaran
konstruktivisme dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa.








(#



BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat pangaruh yang signifikan pembelajaran dengan
menggunakan metode eksperimen terhadap hasil belajar kimia siswa. Hal ini
dapat dilihat dari rata-rata hasil posttest kelas eksperimen lebih besar daripada
rata-rata hasil posttest kelas kontrol. Mempunyai selisih nilai rata-rata, yaitu
76,2 untuk kelas ekperimen dan 54,2 untuk kelas kontrol. Demikian juga
berdasarkan hasil perhitungan uji t untuk data posttest diperoleh nilai t
hitung

sebesar 7,83, sehingga nilai t
hitung
tersebut lebih besar dari t
tabel
yaitu sebesar
2,201. Maka dapat dikatakan bahwa t
hitung
> t
tabel
berarti hipotesis alternatif
(Ha) diterima dan hipotesis nol (H
0
) ditolak.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, saran dalam penelitian ini adalah:
1. Dalam kegiatan belajar mengajar guru diharapkan menjadikan model
pembelajaran konstruktivisme melalui metode eksperimen sebagai suatu
alternatif dalam mata pelajaran kimia.
2. Guru hendaknya menggunakan model pembelajaran konstruktivisme
melalui metode eksperimen sebagai salah satu model pembelajaran
dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa
karena model pembelajaran konstruktivisme melalui metode eksperimen
berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa.
3. Guru bidang studi kimia hendaknya memilih dan menggunakan
pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa, yang menjadikan siswa
sebagai subjek belajar, sehingga pembelajaran dapat bermakna.


($



4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah pembelajran
dengan model pembelajaran konstruktivisme melalui metode eksperimen
dapat memberikan hasil belajar yang lebih baik pada materi pelajaran
kimia pada konsep yang berbeda.


























(%



DAFTAR PUSTAKA


Anggriamurti, Ranty Aditya, 2008, Pembelajaran Transformasi Geometri dengan
Pendekatan Konstruktivisme untuk meningkatkan Penalaran Logis,
Jurnal Mathematics UPI

Arief, Armai, 2002, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta:
Ciputat Press

Arifin, Mulyati, 2002, Strategi Belajar Mengajar Kimia, Bandung: IMSTEP JICA

Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi, 2007, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi
Aksara

Aunurrahman, 2009, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, 2007, Teori Belajar dan Pembelajaran,
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Citrawathi, Desak Made, 2003 Penerapan Suplemen Bahan Ajar Berwawasan
STM dengan menggunakan Pendekatan Konstruktivisme, (jurnal
pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, no.2)

Dahar, Ratna Wilis, 1996, Teori-teori Belajar, Jakarta: Erlangga

Darma, Ketut, 2008, Pengaruh Model Pembelajaran Konstruktivisme Terhadap
Prestasi Belajar Matematika Terapan Pada Mahasiswa Politeknik
Negeri Bali, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, no.070, Tahun ke-14

Dimyati, Mudjiono, 2009, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta

Djamarah, Syaiful Bahri, 2008, Psikologi Belajar, edisi dua, Jakarta: Rineka Cipta

Ghazali, Syukur, 2002, Menerapkan Paradigma Konstruktivisme melalui Strategi
Belajar Kooperatif dalam Pembelajaran Bahasa, jurnal pendidikan dan
pembelajaran

Hamalik, Oemar, 2008, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara

Hurrahman, Fat, Metode Demonstrasi dan Eksperimen, pada
http://udhiexz.wordpress.com/2008/08/08/metode-demonstrasi-dan-
eksperimen, diakses tanggal 22 juli 2009
(&



Iska, Zikri Neni, 2006, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan,
Jakarta: Kizi Brothers

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007, Jakarta: Balai Pustaka, edisi ketiga,
cetakan keempat

Marini, Arita, 2008, Pengaruh Pendekatan Kosntruktivisme Terhadap Hasil
Belajar dalam Pembelajaran Matematika Mahasiswa UNJ (Juranal
pendidikan dan kebudayaan)

Purwanto, Ngalim, 2007, Psikologi Pendidikan, cetekan kelima, Bandung

Qurtubi, Ahmad, 2008, Perencananaan Sistem Pengajaran, Ciputat: Bintang
Harapan Sejahtera

Ramli, Munasprianto, 2006, Pembelajaran Sains Menyenangkan dengan Metode
Konstruktivisme, UIN Jakarta, (jurnal Pendidikan IPA Vol.1 no.2)

Roestiyah, 2008, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta

Sagala, Syaiful, 2008, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta

Satriawati, Gusni, Implementasi Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan
Konstruktivisme terhadap KTSP di Sekolah Dasar,UIN Jakarta, 2007,
(jurnal Matematika vol.2 )

Setyarini, Pembelajaran Konstruktivisme melalui Model Cooperative Learning
Tipe STAD untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Kimia
Siswa, http://www.scribd.com/doc/, diakses pada tanggal 24 januari 2009

Sofyan, Ahmad dkk, 2006, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi,
Jakarta

Sofyaningrum, etty, 2007, Terapan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Kimia
di SMA/MA, prosiding seminar Internasional Pendidikan IPA

Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan R&D, Bandung:
Alfabeta

Sujana, Nana, 2005, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT
Rosdakarya

Suparni, 2007, Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Siswa Dalam Mata
Pelajaran Fisika Melalui Metode Eksperimen pada Siswa Kelas 9C
Semester 2 SMP Negeri 1 Sragen Tahun Pelajaran 2006/2007, (jurnal
Wisyatama, vol.4, no.3)
('



Suprijono, Agus, 2009, Cooperative Learning, Pustaka Pelajar, Surabaya: Pustaka
Pelajar

Suratno, Tatang, 2007, Peranan Konstruktivisme dalam Pembelajaran dan
Pengajaran Sains, prosiding seminar Internasional Pendidikan IPA

Suyatno dkk, 2007, kimia untuk SMA/MA kelas XI, Jakarta: Grasindo

Syah, Muhibbin, 2007, Psikologi Pendidikan dengan Pendekan Baru, edisi revisi,
Bandung

Tanrere, Munir, 2009, Model Pembelajaran Konstruktivistik Realistik dengan
Setting Kooperatif Serta Dampaknya Terhadap Pemahaman Konsep
Kimia, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, vol. 15, no.2

Trianto, 2007, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik,
Jakarta: Prestasi Pustaka

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas), Jakarta: Sinar Grafika

Widodo, Ari, 2007, konstruktivisme dan Pembeljaran Sains, jurnal pendidikan
kebudayaan, jurnal pendidikan kebudayaan, Jakarta

Widyaningrum, Retno, 2008, Model Pembelajaran Konstruktivistik pada
Matematika, jurnal kependidikan dan kemasyarakatan

Zurinal dan Wahdi Sayuti, 2006, Ilmu Pendidikan Pengantar & Dasar-dasar
Pelaksanaan Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press

_______, Pembelajaran Matematika dengan Teori Belajar Konstruktivisme, dalam
http://www.mathematic.transdigit.com/mathematic-article/pembelajaran-
matematika-dengan-teori-belajar-konstruktivisme.html, diakses 11
februari 2009





!

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 RPP Kelas Eksperimen................................................................... 3
Lampiran 2 RPP Kelas Kontrol.......................................................................... 18
Lampiran 3 LKS ................................................................................................ 42
Lampiran 4 Kisi-kisi dan Soal Uji Coba Instrumen Tes ................................... 59
Lampiran 5 Uji Reliabilitas ............................................................................... 116
Lampiran 6 Uji Tingkat Kesukaran ................................................................... 123
Lampiran 7 Uji Daya Beda ................................................................................ 126
Lampiran 8 Uji Korelasi .................................................................................... 129
Lampiran 9 Instrumen Tes (Pretest dan Posttest) Konsep Laju Reaksi ........... 133
Lampiran 10 Catatan Lapangan (field note) ...................................................... 141
Lampiran 11 Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 150
Lampiran 12 Analisis Skor Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol151
Lampiran 13 Distribusi Data Pretes Siswa Kelas Eksperimen ......................... 159
Lampiran 14 Distribusi Data Pretes Siswa Kelas Kontrol ................................ 161
Lampiran 15 Perhitungan Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen ................ 163
Lampiran 16 Perhitungan Uji Normalitas Pretes Kelas Kontrol ....................... 165
Lampiran 17 Uji Homogenitas Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol ....................................................................................... 167
#

Lampiran 18 Uji Hipotesis Skor Pretes ............................................................. 169
Lampiran 19 Distribusi Data Postes Siswa Kelas Eksperimen ......................... 171
Lampiran 20 Distribusi Data Postes Siswa Kelas Kontrol ................................ 173
Lampiran 21 Perhitungan Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen ................ 175
Lampiran 22 Perhitungan Uji Normalitas Postes Kelas Kontrol ...................... 177
Lampiran 23 Uji Homogenitas Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas ....... 179
Kontrol........................................................................................ 181
Lampiran 24 Uji Hipotesis Skor Postes ............................................................ 183











$

RPP (Rancangan Perencanaan Pembelajaran)
Kelas Eksperimen

Nama Sekolah : SMA Darunnajah Jakarta
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/ Semester : XI/1
Alokasi Waktu : 8 X 45 menit
Standar Kompetensi : Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
laju reaksi.
Pertemuan Pertama
1. Indikator :
Siswa dapat mendefinisikan pengertian laju reaksi.
2. Materi Ajar
Pengertian laju reaksi
3. Model pembelajaran konstruktivisme
4. Metode/ Pendekatan
Metode Eksperimen
Diskusi
%

Tanya jawab
5. Langkah-langkah KBM
Tahapan dan Alokasi
Waktu
Aktifitas Guru Aktifitas Siswa
Menarik Perhatian
( 5 menit )
Guru menggali pengetahuan siswa dengan bertanya
istilah laju dan bagaimana menghitung laju reaksi
dalam fisika.
Siswa memperhatikan dan menjawab
pertanyaan guru.
Prediksi Individu
( 5 menit )
Guru menanyakan apa yang terjadi bila obat
maag direaksikan dengan HCl.
Guru menanyakan pengertian laju reaksi
berdasarkan percobaan.
Guru membagikan lembar kegiatan.
Siswa menjawab pertanyaan guru
Prediksi Kelompok
( 10 menit )
Guru mengajak siswa berdiskusi untuk
mendapatkan prediksi kelompok.
Guru meminta perwakilan masing-masing
kelompok menyampaikan prediksi mereka.
Siswa berdiskusi untuk mendapatkan
prediksi kelompok.
Siswa menyampaikan prediksi
kelompoknya masing-masing.
&

Percobaan
( 25 menit )
Guru membagikan peralatan dan mengawasi anak-
anak melakukan percobaan.
Siswa melakukan percobaan
Diskusi Kelompok
( 10 menit )
Guru meminta siswa berdiskusi untuk menjawab
pertanyaan dalam lembar kegiatan siswa dan alasan
yang mendukung.
Siswa berdiskusi dan menjawab pertanyaan
dalam lembar kegiatan siswa.
Laporan Kelompok
(15 menit )
Guru meminta perwakilan masing-masing
kelompok melaporkan hasil diskusi mereka.
Siswa melaporkan hasil diskusi.
Penjelasan Singkat
( 5 menit )
Guru menjelaskan tentang apa yang terjadi dan
konsep/teori sains dibalik percobaan yang
dilakukan.
Siswa memperhatikan
Aplikasinya
( 5 menit )
Guru menanyakan kira-kira percobaan lain yang
mirip atau mempunyai ide yang sama dengan
percobaan yang telah dilakukan.
Siswa menjawab percobaan yang mirip atau
memberikan ide yang sama dengan percobaan
yang telah dilakukan.

6. Sumber
Buku Kimia untuk SMA kelas XI (penerbit erlangga)
Buku Kimia untuk SMA kelas XI (penerbit grasindo)
'

Buku Kimia untuk SMA kelas XI (penerbit bumi aksara)
Buku kimia untuk SMA kelas XI (penerbit yudistira)
Buku-buku yang relevan
7. Penilaian
Lembar kerja siswa
Pretes

Pertemuan Kedua
1. Indikator :
! Siswa dapat menganalisi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Siswa dapat mengidentifikasi pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi.
Siswa dapat mengidentifikasi pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi.
2. Materi Ajar
Materi prasyarat : laju reaksi
Materi inti : pengaruh luas permukaan dan konsentrasi terhadap laju reaksi.
Pengertian laju reaksi
3. Model pembelajaran konstruktivisme
4. Metode/ Pendekatan
Metode Eksperimen
Diskusi
Tanya jawab
(


5. Langkah-langkah KBM (indikator pertama)
Tahapan dan Alokasi
Waktu
Aktifitas Guru Aktifitas Siswa
Menarik Perhatian
( 2 menit )
Guru memotivasi siswa dengan memperlihatkan
sebuah wortel yang telah dipotong dan wortel
yang belum dipotong. Kemudian menanyakan,
manakah yang akan lebih cepat matang wortel
yang dimasak setelah dipotong terlebih dahulu
dibandingkan dengan wortel yang tidak
dipotong? Mengapa terjadi demikian?
Siswa memperhatikan dan menjawab
pertanyaan guru.
Prediksi Individu
( 3 menit )
Guru menanyakan lebih cepat larut mana, obat
maag yang telah di gerus atau yang masih dalam
bentuk tablet jika direaksikan dengan HCl.
Guru membagikan lembar kegiatan.
Siswa menjawab pertanyaan guru
Prediksi Kelompok
( 10 menit )
Guru mengajak siswa berdiskusi untuk
mendapatkan prediksi kelompok.
Guru meminta perwakilan masing-masing
Siswa berdiskusi untuk mendapatkan
prediksi kelompok.
Siswa menyampaikan prediksi
)

kelompok menyampaikan prediksi mereka. kelompoknya masing-masing.
Percobaan
( 15 menit )
Guru membagikan peralatan dan mengawasi anak-
anak melakukan percobaan.
Siswa melakukan percobaan
Diskusi Kelompok
( 5 menit )
Guru meminta siswa berdiskusi untuk menjawab
pertanyaan dalam lembar kegiatan siswa dan alasan
yang mendukung.
Siswa berdiskusi dan menjawab pertanyaan
dalam lembar kegiatan siswa.
Laporan Kelompok
(10 menit )
Guru meminta perwakilan masing-masing
kelompok melaporkan hasil diskusi mereka.
Siswa melaporkan hasil diskusi. Siswa
menemukan konsep atau prinsip berdasarkan
data-data yang diperoleh dari hasil
pengamatan.
Penjelasan Singkat
( 5 menit )
Guru menjelaskan tentang apa yang terjadi dan
konsep/teori sains dibalik percobaan yang
dilakukan.
Siswa memperhatikan
Aplikasinya
( 3 menit )
Guru menanyakan kira-kira percobaan lain yang
mirip atau mempunyai ide yang sama dengan
percobaan yang telah dilakukan.
Siswa menjawab percobaan yang mirip atau
memberikan ide yang sama dengan percobaan
yang telah dilakukan.

*




Langkah-langkah KBM (pertemuan kedua, indikator ke-3)
Tahapan dan Alokasi
Waktu
Aktifitas Guru Aktifitas Siswa
Menarik Perhatian
( 2 menit )
Guru menanyakan, mengapa jika mencuci
pakaian lebih cepat bersih jika menggunakan
diterjen lebih banyak.
Siswa memperhatikan dan menjawab
pertanyaan guru.
Prediksi Individu
( 3 menit )
Guru menanyakan kepada siswa, jika terdapat
HCl yang konsentrasi 2 M, 1 M dan 0,5 M. HCl
konsentrasi berapakah yang lebih cepat
melarutkan pualam (CaCO
3
).
Guru membagikan lembar kegiatan.
Siswa menjawab pertanyaan guru
Prediksi Kelompok
( 5 menit )
Guru mengajak siswa berdiskusi untuk
mendapatkan prediksi kelompok.
Guru meminta perwakilan masing-masing
Siswa berdiskusi untuk mendapatkan
prediksi kelompok.
Siswa menyampaikan prediksi
!+

kelompok menyampaikan prediksi mereka. kelompoknya masing-masing.
Percobaan
( 15 menit )
Guru membagikan peralatan dan mengawasi anak-
anak melakukan percobaan.
Siswa melakukan percobaan
Diskusi Kelompok
( 5 menit )
Guru meminta siswa berdiskusi untuk menjawab
pertanyaan dalam lembar kegiatan siswa dan alasan
yang mendukung.
Siswa berdiskusi dan menjawab pertanyaan
dalam lembar kegiatan siswa.
Laporan Kelompok
(10 menit )
Guru meminta perwakilan masing-masing
kelompok melaporkan hasil diskusi mereka.
Siswa melaporkan hasil diskusi. Siswa
menemukan konsep atau prinsip berdasarkan
data-data yang diperoleh dari hasil
pengamatan dan diskusi kelompok.
Penjelasan Singkat
( 5 menit )
Guru menjelaskan tentang apa yang terjadi dan
konsep/teori sains dibalik percobaan yang
dilakukan.
Siswa memperhatikan
Aplikasinya
( 3 menit )
Guru menanyakan kira-kira percobaan lain yang
mirip atau mempunyai ide yang sama dengan
percobaan yang telah dilakukan.
Siswa menjawab percobaan yang mirip atau
memberikan ide yang sama dengan percobaan
yang telah dilakukan.

!!

6. Sumber
Buku Kimia untuk SMA kelas XI (penerbit erlangga)
Buku Kimia untuk SMA kelas XI (penerbit grasindo)
Buku Kimia untuk SMA kelas XI (penerbit bumi aksara)
Buku kimia untuk SMA kelas XI (penerbit yudistira)
Buku-buku yang relevan
7. Penilaian
Lembar kerja siswa
Pertemuan Ketiga
1. Indikator :
Siswa dapat mengidentifikasi pengaruh suhu terhadap laju reaksi.
Siswa dapat mengidentifikasi pengaruh katalis terhadap laju reaksi.
2. Materi Ajar
Materi prasyarat : laju reaksi
Materi inti : pengaruh suhu dan katalis terhadap laju reaksi.
Pengertian laju reaksi
3. Model pembelajaran Konstruktivisme
4. Metode/ Pendekatan
Metode Eksperimen
Diskusi
!#

Tanya jawab

5. Langkah-langkah KBM (pertemuan ke-3, indikator 1)
Tahapan dan Alokasi
Waktu
Aktifitas Guru Aktifitas Siswa
Menarik Perhatian
( 2 menit )
Guru memotivasi siswa dengan menanyakan,
mengapa bahan makanan yang disimpan dalam
kulkas dapat bertahan lebih lama?
Siswa memperhatikan dan menjawab
pertanyaan guru.
Prediksi Individu
( 3 menit )
Guru menanyakan lebih cepat larut mana, gula
pasir yang dilarutkan dengan air panas atau
tidak.
Guru membagikan lembar kegiatan.
Siswa menjawab pertanyaan guru
Prediksi Kelompok
( 10 menit )
Guru mengajak siswa berdiskusi untuk
mendapatkan prediksi kelompok.
Guru meminta perwakilan masing-masing
kelompok menyampaikan prediksi mereka.
Siswa berdiskusi untuk mendapatkan
prediksi kelompok.
Siswa menyampaikan prediksi
kelompoknya masing-masing.
Percobaan Guru membagikan peralatan dan mengawasi anak- Siswa melakukan percobaan
!$

( 15 menit ) anak melakukan percobaan.
Diskusi Kelompok
( 5 menit )
Guru meminta siswa berdiskusi untuk menjawab
pertanyaan dalam lembar kegiatan siswa dan alasan
yang mendukung.
Siswa berdiskusi dan menjawab pertanyaan
dalam lembar kegiatan siswa.
Laporan Kelompok
(10 menit )
Guru meminta perwakilan masing-masing
kelompok melaporkan hasil diskusi mereka.
Siswa melaporkan hasil diskusi. Siswa
menemukan konsep atau prinsip berdasarkan
data-data yang diperoleh dari hasil
pengamatan dan hasil diskusi.
Penjelasan Singkat
( 5 menit )
Guru menjelaskan tentang apa yang terjadi dan
konsep/teori sains dibalik percobaan yang
dilakukan.
Siswa memperhatikan
Aplikasinya
( 3 menit )
Guru menanyakan kira-kira percobaan lain yang
mirip atau mempunyai ide yang sama dengan
percobaan yang telah dilakukan.
Siswa menjawab percobaan yang mirip atau
memberikan ide yang sama dengan percobaan
yang telah dilakukan.




!%

Langkah-langkah KBM (pertemuan ke-3, indikator 2)
Tahapan dan Alokasi
Waktu
Aktifitas Guru Aktifitas Siswa
Menarik Perhatian
( 2 menit )
Guru memberikan ilustrasi katalis dalam
kehidupan sehari-hari. Untuk menuju suatu
tempat akan lebih cepat jika menggunakan suatu
kendaraan dibandingkan dengan berjalan kaki.
Siswa memperhatikan dan menjawab
pertanyaan guru.
Prediksi Individu
( 3 menit )
Guru menanyakan kepada siswa, apakah reaksi
H
2
O
2
3% akan semakin cepat jika larutan H
2
O
2

3% ditambahkan katalis (FeCl
3
0,5 M).
Guru membagikan lembar kegiatan.
Siswa menjawab pertanyaan guru
Prediksi Kelompok
( 10 menit )
Guru mengajak siswa berdiskusi untuk
mendapatkan prediksi kelompok.
Guru meminta perwakilan masing-masing
kelompok menyampaikan prediksi mereka.
Siswa berdiskusi untuk mendapatkan
prediksi kelompok.
Siswa menyampaikan prediksi
kelompoknya masing-masing.
Percobaan Guru membagikan peralatan dan mengawasi anak-
anak melakukan percobaan.
Siswa melakukan percobaan
!&

( 25 menit )
Diskusi Kelompok
( 10 menit )
Guru meminta siswa berdiskusi untuk menjawab
pertanyaan dalam lembar kegiatan siswa dan alasan
yang mendukung.
Siswa berdiskusi dan menjawab pertanyaan
dalam lembar kegiatan siswa.
Laporan Kelompok
(15 menit )
Guru meminta perwakilan masing-masing
kelompok melaporkan hasil diskusi mereka.
Siswa melaporkan hasil diskusi. Siswa
menemukan konsep atau prinsip berdasarkan
data-data yang diperoleh dari hasil
pengamatan dan hasil diskusi.
Penjelasan Singkat
( 5 menit )
Guru menjelaskan tentang apa yang terjadi dan
konsep/teori sains dibalik percobaan yang
dilakukan.
Siswa memperhatikan
Aplikasinya
( 5 menit )
Guru menanyakan kira-kira percobaan lain yang
mirip atau mempunyai ide yang sama dengan
percobaan yang telah dilakukan.
Siswa menjawab percobaan yang mirip atau
memberikan ide yang sama dengan percobaan
yang telah dilakukan.
6. Sumber
Buku Kimia untuk SMA kelas XI (penerbit erlangga)
Buku Kimia untuk SMA kelas XI (penerbit grasindo)
Buku Kimia untuk SMA kelas XI (penerbit bumi aksara)
!'

Buku kimia untuk SMA kelas XI (penerbit yudistira)
Buku-buku yang relevan
7. Penilaian
Lembar kerja siswa

Pertemuan Keempat
1. Indikator :
Siswa dapat menentukan orde reaksi
Siswa dapat menentukan persamaan laju reaksi dari hasil percobaan
2. Materi Ajar
Materi prasyarat : laju reaksi
Materi inti : orde reaksi
Pengertian laju reaksi
3. Model pembelajaran konstruktivisme
4. Metode/ Pendekatan
Metode Eksperimen
Diskusi
Tanya jawab



!(

5. Langkah-langkah KBM
Tahapan dan Alokasi
Waktu
Aktifitas Guru Aktifitas Siswa
Menarik Perhatian
( 5 menit )
Guru memotivasi siswa dengan mereview
praktikum-praktikum yang telah dilakukan pada
pertemuan-pertemuan sebelumnya.
Siswa memperhatikan dan menjawab
pertanyaan guru.
Prediksi Individu
( 5 menit )
Guru menanyakan apa yang terjadi jika
perubahan konsentrasi dan laju reaksi HCl pada
saat konsentrasi Na
2
S
2
O
3
konstan, dan
sebaliknya.
Guru membagikan lembar kegiatan.
Siswa menjawab pertanyaan guru
Prediksi Kelompok
( 10 menit )
Guru mengajak siswa berdiskusi untuk
mendapatkan prediksi kelompok.
Guru meminta perwakilan masing-masing
kelompok menyampaikan prediksi mereka.
Siswa berdiskusi untuk mendapatkan
prediksi kelompok.
Siswa menyampaikan prediksi
kelompoknya masing-masing.
Percobaan Guru membagikan peralatan dan mengawasi anak-
anak melakukan percobaan.
Siswa melakukan percobaan
!)

( 25 menit )
Diskusi Kelompok
( 10 menit )
Guru meminta siswa berdiskusi untuk menjawab
pertanyaan dalam lembar kegiatan siswa dan alasan
yang mendukung.
Siswa berdiskusi dan menjawab pertanyaan
dalam lembar kegiatan siswa.
Laporan Kelompok
(15 menit )
Guru meminta perwakilan masing-masing
kelompok melaporkan hasil diskusi mereka.
Siswa melaporkan hasil diskusi.
Penjelasan Singkat
( 5 menit )
Guru menjelaskan tentang apa yang terjadi dan
konsep/teori sains dibalik percobaan yang
dilakukan.
Siswa memperhatikan
Aplikasinya
( 5 menit )
Guru menanyakan kira-kira percobaan lain yang
mirip atau mempunyai ide yang sama dengan
percobaan yang telah dilakukan.
Siswa menjawab percobaan yang mirip atau
memberikan ide yang sama dengan percobaan
yang telah dilakukan.

6. Sumber
Buku Kimia untuk SMA kelas XI (penerbit erlangga)
Buku Kimia untuk SMA kelas XI (penerbit grasindo)
Buku Kimia untuk SMA kelas XI (penerbit bumi aksara)
!*

Buku kimia untuk SMA kelas XI (penerbit yudistira)
Buku-buku yang relevan
7. Penilaian
Lembar kerja siswa
posttest













#+

RPP (Rancangan Perencanaan Pembelajaran)
Kelas kontrol

Nama Sekolah : SMA Darunnajah Jakarta
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/1
Alokasi Waktu : 4 x 45 jam
Standar Kompetensi : Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dam faktor-faktor yang mempengaruhinya serta penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
Pertemuan pertama
(pertemuan 1): 1. Siswa dapat mendefinisikan pengertian laju reaksi.

1. Materi Ajar
Pengertian laju reaksi.
#!

2. Metode/pendekatan
Konstruktivisme
Diskusi
Tanya Jawab
Ceramah bermakna
3. Langkah-langkah KBM (Pertemuan Pertama)
Deskripsi Pembelajaran No Tahapan
Pembelajaran
dan Alokasi
Waktu
Definisi Konsep Indikator Pemahaman
Konsep
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
1 a. Tahapan
Apersepsi
(10 menit)
Laju reaksi didefinisikan
sebagai ukuran yang
menyatakan berkurangnya
jumlah zat-zat pereaksi
atau bertambahnya zat-zat
hasil reaksi tiap satuan
waktu.
Setelah pembelajaran
siswa diharapkan dapat
menggambarkan grafik
laju reaksi, selain itu juga
diharapkan siswa dapat
menentukan laju suatu
reaksi berdasarkan data
percobaan.
Guru menggali pengetahuan
siswa dengan bertanya istilah
laju dan bagaiman rumus
menghitung laju dalam
fisika.

Siswa memperhatikan dan
menjawab pertanyaan
guru.





2 b. Tahapan Guru mengajak siswa untuk Secara berkelompok siswa
##

Eksplorasi
(35 menit)
membentuk 8 kelompok.
Kemudian guru membagikan
lembar kerja yang sebagai
bahan diskusi.
Guru meminta kelompok
untuk mengadakan diskusi
kelompok untuk memjawab
lembar kerja siswa.
berusaha menjawab
lembar kerja.
Siswa berperan aktif dalam
diskusi.
3 c. Tahapan diskusi
dan penjelasan
konsep
(25 menit)
Guru meminta perwakilan
salah satu kelompok untuk
membacakan hasil diskusi.
Kelompok lainnya
memberikan pendapat/
komentar/ saran.
Siswa mendengarkan dan
memahami pembahasan
hasil diskusi

4 d. Tahapan
pengembangan
dan aplikasi
(10 menit)
Guru membantu siswa
menyimpulkan hasil diskusi
dengan menanyakan:
Bagaimana konsep laju
reaksi?
Siswa menjawab
pertanyaan.


#$

Guru meminta siswa mencari
penerapan konsep laju reaksi
dalam kehidupan sehari-hari.

Siswa mencari penerapan
konsep laju reaksi dari
berbagai sumber.
4. Sumber
Buku Kimia kelas XI/1
Buku Kimia untuk SMA kelas XI (penerbit erlangga)
Buku Kimia untuk SMA kelas XI (penerbit grasindo)
5. Penilaian
Lembar Kerja Siswa
pretes

Pertemuan kedua
Indikator (pertemuan ke-2): 1. Siswa dapat menjelaskan pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
2. siswa dapat menjelaskan pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi
1. Materi Ajar
Materi Prasyarat : Laju reaksi
Materi Inti : Pengaruh konsentrasi dan pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi
#%

2. Metode/pendekatan
Konstruktivisme
Diskusi
Demonstrasi
3. Langkah-langkah KBM (Pertemuan ke-1, indikator 1)
Deskripsi Pembelajaran No Tahapan
Pembelajaran
dan Alokasi
Waktu
Definisi Konsep Indikator Pemahaman
Konsep
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
1 a. Tahapan
Apersepsi
(5 menit)
Laju reaksi adalah laju
berkurangnya pereaksi
atau laju terbentuknya
produk. Laju reaksi ini
dipengaruhi beberapa
faktor, yaitu suhu,
konsentrasi, luas
permukaan, katalis.
Laju reaksi makin cepat
jika konsentrasi zat
reaktan diperbesar.
Setelah melakukan
percobaan, siswa
diharapkan dapat
menyebtkan faktor-
faktor yang
mempengaruhi laju
reaksi dan siswa dapat
menjelaskan pengaruh
gaktor-faktor tersebut
terhadap laju suatu
reaksi.
Guru memperlihatkan
media flash dan
memberikan penjelasan
bahwa di jalan raya yang
ramai kemungkinan
terjadi tabrakan akan lebih
besar dibandingkan di
jalan yang sepi.
Siswa
memperhatikan
medis flash yang
diperlihatkan guru
dan penjelasan guru.





#&

Luas permukaan sentuh
makin besar, laju reaksi
akan semakin cepat.


2 b. Tahapan
Eksplorasi
(20 menit)
Guru mengajak siswa
untuk membentuk 8
kelompok. Kemudian guru
menunjuk salah satu
kelompok untuk
melakukan demostrasi
didepan kelas.
Guru meminta perwakilan
salah satu kelompok untuk
membacakan hasil
pengamatan dan
mendiskusikannya.
Kelompok lainnya
memberikan pendapat/
komentar/ saran.
Secara berkelompok
sisiwa melakukan
pengamatan hasil
percobaan yang di
lakukan di depan kelas
oleh perwakilan salah
satu kelompok dan
mendiskusikannya.

Menemukan konsep
atau prinsip
berdasarkan data-data
yang diperoleh dari
hasil pengamatan serta
mendiskusikannya.
#'

Satu anggota
kelompok memberikan
penjelasan konsep atau
prinsip berdasarkan
data-data yang
diperoleh dari hasil
pengamatan.
Siswa berperan aktif
dalam diskusi.
3 c. Tahapan
diskusi dan
penjelasan
konsep
(10 menit)
Guru membahas hasil
diskusi dan menjelaskan
kembali konsep pengaruh
konsentrasi terhadap laju
reaksi.

Siswa mendengarkan
dan memahami
pembahasan hasil
diskusi tentang konsep
pengaruh konsentrasi
terhadap laju reaksi.
Siswa bertanya sesuai
dengan konsep yang
dijelaskan.
#(

4 d. Tahapan
pengembanga
n dan aplikasi
(10 menit)
Guru memberikan
pertanyaan yang
memotivasi siswa untuk
mengaplikasikan konsep
yang telah dimiliki:
1. Sebutkan manfaat
konsep konsentrasi
terhadap laju reaksi.
Guru meminta siswa
mencari percobaan lain
untuk mencari percobaan
lain yang sesuai untuk
mengetahui konsep
pengaruh konsentrasi
terhadap laju reaksi.
Siswa menjawab
pertanyaan.






Siswa mencari
percobaan dari
berbagai macam
sumber.



#)

Langkah-langkah KBM (Pertemuan Ke-2, indikator 2)
Deskripsi Pembelajaran No Tahapan
Pembelajaran
dan Alokasi
Waktu
Definisi Konsep Indikator Pemahaman
Konsep
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
1 a. Tahapan
Apersepsi
(5 menit)
Laju reaksi adalah laju
berkurangnya pereaksi
atau laju terbentuknya
produk. Laju reaksi ini
dipengaruhi beberapa
faktor, yaitu suhu,
konsentrasi, luas
permukaan, katalis. Laju
reaksi makin cepat jika
konsentrasi zat reaktan
diperbesar. Luas
permukaan sentuh makin
besar, laju reaksi akan
semakin cepat.
Setelah melakukan
percobaan, siswa
diharapkan dapat
menyebtkan faktor-faktor
yang mempengaruhi laju
reaksi dan siswa dapat
menjelaskan pengaruh
gaktor-faktor tersebut
terhadap laju suatu reaksi.
Guru memotivasi siswa
dengan memperlihatkan
sebuah wortel yang telah
dipotong dan wortel yang
belum dipotong. Kemudian
menanyakan Manakah yang
akan lebih cepat matang
wortel yang dimasak setelah
dipotong terlebih dahulu di
bandingkan dengan wortel
yang tidak dipotong?
Mengapa terjadi demikian?
Siswa memperhatikan
benda yang diperlihatkan
oleh guru dan menjawab
pertanyaan guru.









#*



2 b. Tahapan
Eksplorasi
(20 menit)
guru menunjuk salah satu
kelompok untuk melakukan
demostrasi di depan kelas
serta membagikan lembar
kerja kepada seluruh
kelompok.
Guru meminta perwakilan
salah satu kelompok untuk
membacakan hasil
pengamatan dan
mendiskusikannya.
Kelompok lainnya
memberikan pendapat/
komentar/ saran.
Secara berkelompok siswa
melakukan pengamatan
hasil percobaan dan
mendiskusikannya.

Menemukan konsep atau
prinsip berdasarkan data-
data yang diperoleh dari
hasil pengamatan serta
mendiskusikannya.
Satu anggota kelompok
memberikan penjelasan
konsep atau prinsip
berdasarkan data-data
yang diperoleh dari hasil
pengamatan.
Siswa berperan aktif dalam
$+

diskusi.
3 c. Tahapan diskusi
dan penjelasan
konsep
(10 menit)
Guru membahas hasil diskusi
dan menjelaskan kembali
konsep pengaruh luas
permukaan terhadap laju
reaksi.

Siswa mendengarkan dan
memahami pembahasan
hasil diskusi tentang
konsep pengaruh luas
permukaan terhadap laju
reaksi.
Siswa bertanya sesuai
dengan konsep yang
dijelaskan.
4 d. Tahapan
pengembangan
dan aplikasi
(10 menit)
Guru memberikan pertanyaan
yang memotivasi siswa
untuk mengaplikasikan
konsep yang telah dimiliki:
1. Sebutkan manfaat konsep
luas permukaan terhadap laju
reaksi.
Guru meminta siswa mencari
percobaan lain untuk
Siswa menjawab
pertanyaan.





$!

mencari percobaan lain yang
sesuai untuk mengetahui
konsep pengaruh luas
permukaan terhadap laju
reaksi.

Siswa mencari percobaan
dari berbagai macam
sumber.
5. Sumber
Buku Kimia kelas XI/1
Buku Kimia untuk SMA kelas XI (penerbit erlangga)
Buku Kimia untuk SMA kelas XI (penerbit grasindo)
Seperangkat alat percobaan
6. Penilaian
Lembar Kerja Siswa
Pretes

Pertemuan ke-3
Indikator (pertemuan ke-3): 1. Siswa dapat menjelaskan pengaruh suhu terhadap laju reaksi
2. siswa dapat menjelaskan pengaruh katalis terhadap laju reaksi
1. Materi Ajar
Materi Prasyarat : Laju reaksi
$#

Materi Inti : Pengaruh suhu dan katalis terhadap laju reaksi.
2. Metode/pendekatan
Konstruktivisme
Diskusi
Praktikum
3. Langkah-langkah KBM (Pertemuan ke-2, indikator 1)
Deskripsi Pembelajaran No Tahapan
Pembelajaran
dan Alokasi
Waktu
Definisi Konsep Indikator Pemahaman
Konsep
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
1 a. Tahapan
Apersepsi
(5 menit)
Salah satu faktor yang
mempengaruhi laju reaksi
adalah suhu. Jika suhu reaksi
dinaikkan, maka akan
membuat laju reaksi makin
cepat. Katalis adalah zat yang
dapat mempercepat reaksi
atau memperlambat reaksi.
Setelah melakukan
percobaan, siswa
diharapkan dapat
menyebtkan faktor-faktor
yang mempengaruhi laju
reaksi dan siswa dapat
menjelaskan pengaruh
faktor-faktor tersebut
terhadap laju suatu reaksi.
Guru memotivasi siswa
dengan menanyakan
Mengapa bahan
makanan yang disimpan
dalam kulkas dapat
bertahan lebih lama?

Siswa menjawab
pertanyaan guru.







$$


2 b. Tahapan
Eksplorasi
(20 menit)
Guru mengajak siswa untuk
membentuk 8 kelompok
(kelompok yang telah
dibentuk pada pertemuan
pertama). Kemudian
melakukan demostrasi serta
membagikan lembar kerja
siswa.
Guru meminta perwakilan
salah satu kelompok untuk
membacakan hasil
pengamatan dan
mendiskusikannya.
Kelompok lainnya
memberikan pendapat/
komentar/ saran.
Secara berkelompok
sisiwa melakukan
pengamatan hasil
percobaan dan
mendiskusikannya.



Menemukan konsep atau
prinsip berdasarkan data-
data yang diperoleh dari
hasil pengamatan serta
mendiskusikannya.



$%

Satu anggota kelompok
memberikan penjelasan
konsep atau prinsip
berdasarkan data-data
yang diperoleh dari hasil
pengamatan.
Siswa berperan aktif dalam
diskusi.
3 c. Tahapan
diskusi dan
penjelasan
konsep
(10 menit)
Guru membahas hasil diskusi
dan menjelaskan kembali
konsep pengaruh suhu
terhadap laju reaksi.

Siswa mendengarkan dan
memahami pembahasan
hasil diskusi tentang
konsep pengaruh suhu
terhadap laju reaksi.
Siswa bertanya sesuai
dengan konsep yang
dijelaskan.
4 d. Tahapan
pengemban
gan dan
aplikasi
Guru memberikan pertanyaan
yang memotivasi siswa
untuk mengaplikasikan
Siswa menjawab
pertanyaan.

$&

(10 menit) konsep yang telah dimiliki:
1. Sebutkan manfaat konsep
suhu terhadap laju reaksi.
Guru meminta siswa mencari
percobaan lain untuk
mencari percobaan lain yang
sesuai untuk mengetahui
konsep pengaruh suhu
terhadap laju reaksi.





Siswa mencari percobaan
dari berbagai macam
sumber.


1. Langkah-langkah KBM (Pertemuan ke-3, indikator 2)
Deskripsi Pembelajaran No Tahapan
Pembelajaran
dan Alokasi
Waktu
Definisi Konsep Indikator Pemahaman
Konsep
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
1 a. Tahapan
Apersepsi
(5 menit)
Salah satu faktor yang
mempengaruhi laju reaksi
adalah suhu. Jika suhu reaksi
dinaikkan, maka akan
Setelah melakukan
percobaan, siswa
diharapkan dapat
menyebtkan faktor-faktor
Guru memberikan
ilustrasi katalis dalam
kehidupan sehari-hari.
Untuk menuju suatu
Siswa memperhatikan
ilustrasi yang
diberikan guru.
$'

membuat laju reaksi makin
cepat. Katalis adalah zat yang
dapat mempercepat reaksi
atau memperlambat reaksi.
yang mempengaruhi laju
reaksi dan siswa dapat
menjelaskan pengaruh
faktor-faktor tersebut
terhadap laju suatu reaksi.
tempat akan lebih cepat
jika menggunakan suatu
kendaran dibandingkan
dengan berjalan kaki.







2 b. Tahapan
Eksplorasi
(20 menit)
Guru mengajak siswa untuk
membentuk 8 kelompok
(kelompok yang telah
dibentuk pada pertemuan
pertama). Kemudian guru
menunjuk salah satu
kelompok untuk melakukan
demostrasi serta
membagikan lembar kerja
siswa.
Guru meminta perwakilan
salah satu kelompok untuk
Secara berkelompok
sisiwa melakukan
pengamatan hasil
percobaan dan
mendiskusikannya.



Menemukan konsep atau
prinsip berdasarkan data-
data yang diperoleh dari
$(

membacakan hasil
pengamatan dan
mendiskusikannya.
Kelompok lainnya
memberikan pendapat/
komentar/ saran.
hasil pengamatan serta
mendiskusikannya.



Satu anggota kelompok
memberikan penjelasan
konsep atau prinsip
berdasarkan data-data
yang diperoleh dari hasil
pengamatan.
Siswa berperan aktif dalam
diskusi.
3 c. Tahapan
diskusi dan
penjelasan
konsep
(10 menit)
Guru membahas hasil diskusi
dan menjelaskan kembali
konsep pengaruh katalis
terhadap laju reaksi.

Siswa mendengarkan
dan memahami
pembahasan hasil
diskusi tentang konsep
pengaruh katalis
$)

terhadap laju reaksi.
Siswa bertanya sesuai
dengan konsep yang
dijelaskan.
4 d. Tahapan
pengemban
gan dan
aplikasi
(10 menit)
Guru memberikan
pertanyaan yang
memotivasi siswa untuk
mengaplikasikan konsep
yang telah dimiliki:
2. Sebutkan manfaat
konsep katalis terhadap
laju reaksi.
Guru meminta siswa
mencari percobaan lain
untuk mencari percobaan
lain yang sesuai untuk
mengetahui konsep
pengaruh katalis terhadap
Siswa menjawab
pertanyaan.







Siswa mencari
percobaan dari
$*

laju reaksi. berbagai macam
sumber.
5. Sumber
Buku Kimia kelas XI/1
Buku Kimia untuk SMA kelas XI (penerbit erlangga)
Buku Kimia untuk SMA kelas XI (penerbit grasindo)
Seperangkat alat percobaan
6. Penilaian
Lembar Kerja Siswa

Pertemuan ke-4
Indikator (pertemuan ke-4) : 1. Siswa dapat menentukan orde reaksi.
2. Siswa dapat menentukan persamaan laju reaksi berdasarkan hasil percobaan.
1. Materi Ajar
Materi Prasyarat : Pengertian Laju reaksi
Materi Inti : Persamaan Laju Reaksi dan orde reaksi
2. Metode/pendekatan
Konstruktivisme
Tanya Jawab
%+

Diskusi
Ceramah bermakna
3. Langkah-langkah KBM (Pertemuan ke-4)
Deskripsi Pembelajaran No Tahapan
Pembelajaran
dan Alokasi
Waktu
Definisi Konsep Indikator Pemahaman
Konsep
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
1 a. Tahapan
Apersepsi
(10 menit)
Laju reaksi dapat
dinyatakan dalam bentuk
persamaan laju reaksi
berdasarkan konsentrasi
zat-zat pereaksi. Pada
umumnya, laju reaksi
bergantung pada
konsentrasi awal zat-zat
pereaksi yang dapat
ditentukan melalui
percobaan.
Setelah pembelajaran
siswa diharapkan dapat
menentukan orde reaksi
dan persamaan laju suatu
reaksi.
Guru mengadakan tanya jawab
untuk review materi
sebelumnya. Guru
menanyakan konsep laju
reaksi.
Siswa menjawab
pertanyaan guru.





2 b. Tahapan
Eksplorasi
Guru memberikan contoh soal.
Guru membagikan lembar
kerja untuk dikerjakan secara
Secara berkelompok siswa
berusaha menjawab
lembar kerja.
%!

(35 menit) berkelompok.
Meminta siswa berdiskusi
untuk mengerjakan lembar
kerja.
Siswa berperan aktif dalam
diskusi.
3 c. Tahapan diskusi
dan penjelasan
konsep
(25 menit)
Guru memberikan latihan soal
untuk dikerjakan masing-
masing.
Siswa mengerjakan latihan
soal.

4 d. Tahapan
pengembangan
dan aplikasi
(10 menit)
Guru memberi tugas kepada
siswa untuk dikerjakan di
rumah.
Siswa mengerjakan tugas.

4. Sumber
Buku Kimia kelas XI/1
Buku Kimia untuk SMA kelas XI (penerbit erlangga)
Buku Kimia untuk SMA kelas XI (penerbit grasindo)
5. Penilaian
Lembar Kerja Siswa
posttest
%#

LEMBAR KERJA SISWA
Pertemuan Pertama

Nama :
Kelas :


Standar kompetensi : Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi dasar : Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percabaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
laju reaksi.
Indikator : 1. Siswa dapat mendefinisikan pengertian laju reaksi.
Tujuan : Mendeskripsikan pengertian laju reaksi
Alat dan bahan :
1. Tabung reaksi
2. Obat maag (setengah tablet)
3. HCl 1 M
Cara kerja :
1. siapkan obat maag (tablet) dan HCl 0,5 M
2. Masukkan 5 mL larutan HCl ke dalam tabung reaksi.
%$

3. Masukkan obat maag ke dalam tabung reaksi dan secara bersamaan dinyalakan stopwatch
4. Lakukan pengamatan terhadap obat maag pada detik ke 10, 20 dan 30.





Lembar pengamatan
Waktu (detik) Obat maag Pengamatan
0
10
20
30
Gambarkan grafik sisa obat maag terhadap waktu
Obat maag




waktu
%%

Pertanyaan;

1. pengertian laju reaksi adalah .............................


2. Rumusan laju reaksi adalah .

..........................................................................................












%&

LEMBAR KERJA SISWA
Pertemuan Kedua

Nama :
Kelas :


Standar kompetensi : Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi dasar : Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percabaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
laju reaksi.
Indikator : 1. Siswa dapat mengidentifikasi pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi.
Tujuan :
Menyelidiki pengaruh luas permukaan bidang sentuh dan konsentrasi larutan terhadap laju reaksi heterogen dan
homogen.
Alat dan bahan :
1. Tabung reaksi
2. Obat maag (setengah tablet dan setengah yang telah di gerus)
3. HCl 0,5 M
Cara kerja
%'

1. Siapkan masing-masing obat maag dalam bentuk tablet maupun yang telah di gerus.
2. masukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi HCl 1 M, 10 mL yang berbeda. Aduk hingga larut. Catat waktu yang dibutuhkan hingga
semua obat maag larut.
Lembar pengamatan
Tabung reaksi Obat maag Waktu reaksi
1 tablet
2 Yang telah di gerus

Pertanyaan:
1. Dari kedua tabung tersebut, dalam betuk yang bagaimanakah obat maag paling cepat untuk larut?
Jawab : ......


2. Jelaskan mengapa bila dihubungkan dengan teori luas permukaan?
Jawab : ...


3. Bagaimana pengaruh luas permukaan bidang sentuh terhadap laju reaksi?
Jawab : ...

%(

LEMBAR KERJA SISWA
Pertemuan Kedua

Nama :
Kelas :


Standar kompetensi : Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi dasar : Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percabaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
laju reaksi.
Indikator : Siswa dapat mengidentifikasi pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi.
Tujuan :
Menyelidiki pengaruh luas permukaan bidang sentuh dan konsentrasi larutan terhadap laju reaksi heterogen dan
homogen.
Alat dan bahan : 1. Larutan HCl 2 M, 1 M, dan 0,5 M
2. Pualam ( CaCO
3
)
3. Air
4. Gelas kimia

%)

Cara kerja : percobaan B
1. Masukkan 10 mL larutan HCl 2 M kedalam gelas kimia, tambahkan 0,5 gram pualam serbuk (CaCO
3
) dan catat waktu sejak
penambahan itu sampai pualam habis beraksi.
2. Ulangi langkah di atas dengan larutan HCl 1 M dan 0,5 M.

Lembar Pengamatan
tabung Serbuk pualam 10 mL HCL Waktu reaksi
1 0,5 gram 2 M
2 0,5 gram 1 M
3 0,5 gram 0,5 M
Gambarkan grafik hubungan konsentrasi HCl terhadap waktu reaksi

Konsentrasi
HCl

waktu
Pertanyaan:
1. Dari ketiga tabung tersebut, pada tabung manakah serbuk pualam paling cepat untuk habis bereaksi?
Jawab : ......
%*


2. Jelaskan mengapa bila dihubungkan dengan teori konsentrasi?
Jawab : ...


3. Bagaimana pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi?
Jawab : ...












&+

LEMBAR KERJA SISWA
Pertemuan Ketiga

Nama :
Kelas :


Standar kompetensi : Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi dasar : Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percabaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
laju reaksi.
Indikator : Siswa dapat mengidentifikasi pengaruh suhu terhadap laju reaksi.

Tujuan :
Untuk memahami pengaruh suhu terhadap laju reaksi.
Alat dan bahan:
1. Korek api
2. Pembakar sepirtus
3. Gelas kimia 250 mL
&!

4. Kaki tiga
5. Pengaduk
6. temometer
7. Kasa asbes
8. Stopwatch
9. Gula pasir
10. Air

Cara kerja
1. Masukkan 50 mL air dingin ( ukur suhu air terlebih dahulu) ke dalam gelas kimia. Ukur suhu dengan thermometer.
2. Tambahkan 10 gram gula pasir kedalam gelas kimia.
3. Aduk hingga gula larut. Catat waktu yang dibutuhkan sampai semua gula larut.
4. Lakukan hal diatas, tetapi panaskan air terlebih dahulu, hingga suhu mencapai 45
0
C dan 90
0
C.

Lembar pengamatan
gelas Suhu gula Waktu reaksi
1 10 gram
2 45
0
C 10 gram
3 70
0
C 10 gram

&#

Gambarkan grafik hubungan suhu air terhadap waktu reaksi

suhu


waktu
Pertanyaan:
1. Dari ketiga tabung tersebut, pada tabung mana gula paling cepat untuk larut?
Jawab......

2. Jelaskan mengapa bila dihubungkan dengan teori suhu?
Jawab : ...



3. Bagaimana pengaruh suhu terhadap laju reaksi?
Jawab : ...



&$

LEMBAR KERJA SISWA
Pertemuan Ketiga

Nama :
Kelas :


Standar kompetensi : Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi dasar : Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percabaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
laju reaksi.
Indikator : Siswa dapat mengidentifikasi pengaruh katalis terhadap laju reaksi.
Tujuan :
Untuk memahami pengaruh katalis terhadap laju reaksi.
Alat dan bahan:
1. Larutan H
2
O
2
3%
2. FeCl
3
0,5 M
3. Tabung reaksi
Cara kerja:
&%

1. Masukkan masing-masing 5 mL larutan H
2
O
2
3% ke dalam tabung reaksi. Nyalakan stopwatch dan amati apa yang terjadi pada
larutan itu. Catat waktu sampai tidak terbentuk lagi gas O
2.

2. Masukkan 5 mL H
2
O
2
3% ke dalam tabung kedua, tambahkan 1mL larutan FeCl
3
0,5M. Nyalakan stopwatch dan amati apa yang
terjadi pada larutan itu. Catat sejak penambahan FeCl
3
sampai reaksi berhenti yang ditandai dengan tidak ada lagi gelembung-
gelembung O
2
yang terbentuk.

Lembar pengamatan
tabung Percobaan Waktu (detik) pengamatan
1 Tanpa katalis (FeCl
3
)
2 Dengan katalis (FeCl
3
)

Pertanyaan
1. Dari kedua tabung tersebut, apakah penggunaan katalis berpengaruh pada reaksi tersebut?
Jawab : ......






&&

LEMBAR KERJA SISWA
Pertemuan Keempat

Nama :
Kelas :


Standar kompetensi : Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi dasar : Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percabaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
laju reaksi.
Indikator : 1. Siswa dapat menentukan orde reaksi
2. Siswa dapat menentukan persamaan laju reaksi
Tujuan :
Untuk menentukan orde reaksi.

Alat dan bahan :
1. Gelas kimia 50 mL
2. Gelas ukur 25 mL
&'

3. Stopwatch
4. Neraca
5. Kertas
6. Spidol
7. Larutan HCl 3 M
8. Larutan Na
2
S
2
O
3
0,15 M
Cara kerja :
Na
2
S
2
O
3
(aq) + 2HCl (aq) ! 2NaCl (aq) + H
2
O + SO
2
(g) + S (s)
1. Buatlah tanda silang dengan tinta spidol hitam pada sehelai kertas.
2. Masukkan 5 mL larutan HCl 3M ke dalam gelas kimia dan letakkan gelas itu di atas tanda silang. Tambahkan 25 mL larutan
Na
2
S
2
O
3
0,15 M. (dari reaksi diatas akan dihasilkan endapan belerang yang dapat menutup penglihatan pada tanda silang di
bawah gelas)
3. Amati waktu yang diperlukan sejak penambahan larutan sampai tanda silang tidak terlihat lagi dari atas.
4. Ulangi percobaan yang serupa dengan menggunakan konsentrasi larutan yang berbeda.
a. 5 mL larutan HCl 3 M dan larutan Na
2
S
2
O
3
yang lebih encer (5 mL, 10 mL, 15 mL, 20 mL larutan Na
2
S
2
O
3
0,15 M yang
diencerkan dengan air sampai volumnya menjadi 25 mL)
b. 25 mL larutan Na
2
S
2
O
3
0,15 M dan larutan HCl yang lebih encer (masing-masing dengan 1 mL dan 3 mL larutan HCl 3 M
yang diencerkan dengan air sampai volumnya 5 mL)


&(

Hasil pengamatan
Pengaruh kosentrasi larutan Na
2
S
2
O
3
, konsentrasi HCl tetap
Volum larutan Na
2
S
2
O
3
(mL) No. Volume HCl
3 M (mL)
Na
2
S
2
O
3
0,15 M Air
[Na
2
S
2
O
3
]
M
Waktu
(detik)
1. 5 25 0
2. 5 20 5
3. 5 15 10
4. 5 10 15
5. 5 5 20
Hasil pengamatan
Pengaruh kosentrasi larutan HCl, konsentrasi Na
2
S
2
O
3
tetap

Volum larutan HCl (mL) No. Volume Na
2
S
2
O
3

0,15 M (mL)
HCl 3 M Air
[HCl] M Waktu
(detik)
1. 25 5 0
&)

2. 25 3 2
3. 25 1 4















&*

Kisi-kisi Instrumen

Standar Kompetensi
Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dam faktor-faktor yang mempengaruhinya serta penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari dan industri.
Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
Aspek kognitif dan nomor butir soal Jumlah
Indikator
Ingatan
(C1)
Pemahaman
(C2)
Penerapan
(C3)
Analisis
(C4)
Sintesis
(C5)

1. Mendefinisikan laju reaksi. 1*,2* 3,4,5,6,7 7
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi.
8*, 9*, 12 10, 11, 13*, 15 14 8
3. Mengidentifikasi pengaruh luas permukaan terhadap
laju reaksi.
16*, 17, 18, 19*,
20
55* 57*, 58* 8
4. Mengidentifikasi pengaruh konsentrasi terhadap laju
reaksi.
21, 22 23*, 24, 25 54 6
'+

5. Mengidentifikasi pengaruh suhu terhadap laju
reaksi.
33* 26, 30, 31, 34,
35, 36
27, 28*, 29*,
32
11
6. Mengidentifikasi pengaruh katalis terhadap laju
reaksi.
37, 39, 40,
41*
38* 53



6
7. Menentukan persamaan laju reaksi. 43 42*, 44*, 45,
46, 47
6
8. Menentukan orde reaksi. 48, 49*, 50,
51, 52*
56 6
Jumlah 10 24 18 4 2 58

Tanda (*) menunjukkan nomor soal yang digunakan sebagai tes pretest dan posttest



'!


KISI-KISI INSTRUMEN TES


Satuan Pendidikan : SMA/MA
Mata Pelajaran : Kimia
Jumlah Soal : 58 Soal
Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Standar Kompetensi : Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
laju reaksi
Konsep / sub-konsep Indikator Butir Soal Aspek
kognitif
Jawaban
Laju Reaksi
a. Pengertian laju
reaksi
Mendefinisikan
pengertian laju
reaksi
1. Pengertian laju reaksi adalah ....
a. penambahan mol pereaksi tiap satuan waktu
b. penambahan mol pereaksi tiap liter tiap satuan waktu
c. pengurangan mol hasil reaksi tiap satuan waktu
d. pengurangan mol hasil reaksi tiap liter tiap satuan waktu
e. penambahan mol hasil reaksi tiap liter tiap satuan waktu
C
1
E
'#

Menyatakan notasi
laju reaksi
berdasarkan reaksi
2. Diketahui reaksi A + B ! C + D + E
Pernyataan berikut yang benar tentang laju reaksi di atas adalah ....
a. vA = + [ A ]
"t
b. vB = + [ B ]
"t
c. vC = + [ C ]
"t
d. vD = - [ D ]
"t
e. vE = - [ E ]
"t
C
1
C
Mendefinisikan
laju reaksi
berdasarkan reaksi
3. reaksi: A
(g)
+ B
(g)
! C
(g)
+ D
(g)
+ E
(g)

Pernyataan di bawah ini tentang laju reaksi di atas, kecuali ....
a. berkurangnya konsentrasi A per satuan waktu
b. berkurangnya konsentrasi B per satuan waktu
c. berkurangnya konsentrasi C per satuan waktu
d. bertambahnya konsentrasi D per satuan waktu
e. bertambahnya konsentrasi E per satuan waktu
C
2
C
Menentukan reaksi
dengan melihat
notasi laju reaksi
4. laju reaksi dari suatu reaksi dinotasikan sebagai berikut.
v = - "[A] ; v = - "[B] ; v = + "[C] ; v = + "[D]
C
2
C
'$

"t "t "t "t
Dari sederetan notasi di atas, reaksi yang sesuai adalah ....
a. C
(g)
+ D
(g)
! A
(g)
+ B
(g)

b. A
(g)
+ C
(g)
! B
(g)
+ D
(g)

c. A
(g)
+ B
(g)
! C
(g)
+ D
(g)

d. C
(g)
+ B
(g)
! A
(g)
+ D
(g)

e. B
(g)
+ D
(g)
! A
(g)
+ C
(g)

Menyatakan
pengertian laju
reaksi berdasarkan
reaksi
5. Laju reaksi 4NH
3(g)
+ 5O
2(g)
! 4NO
(g)
+ 6H
2
O
(g)
dapat dinyatakan
sebagai ....
a. laju bertambahnya konsentrasi NH
3
dalam satu satuan waktu
b. laju berkurangnya konsentrasi H
2
O dalam satu satuan waktu
c. laju bertambahnya konsentrasi O
2
dalam satu satuan wakt
d. laju berkurangnya tekanan sistem dalam satu satuan waktu
e. laju bertambahnya konsentrasi NO dalam satu satuan waktu
C
2
E
Mendefinisikan
laju reaksi dengan
melihat
konsentrasi suatu
zat
6. Laju reaksi A + B ! AB dapat dinyatakan sebagai ....
a. penambahan konsentrasi A tiap satuan waktu
b. penambahan konsentrasi B tiap satuan waktu
c. penambahan konsentrasi AB tiap satuan waktu
d. penambahan konsentrasi A dan B tiap satuan waktu
e. penambahan konsentrasi A, B dan AB tiap satuan waktu
C
2
C

Mendefinisikan
laju reaksi
berdasarkan
konsentrasi pada
reaksi
7. Laju reaksi: 2A + 2B ! 3C + D pada setiap saat dapat dinyatakan
sebagai bertambahnya konsentrasi....
a. A setiap satuan waktu
b. B setiap satuan waktu
c. C setiap satuan waktu
C
2
C
'%

d. A dan B setiap satuan waktu
e. B dan C setiap satuan waktu
Menyebutkan
faktor yang
mempengaruhi
laju reaksi
8. Dari beberapa faktor berikut:
1) Ukuran partikel
2) Warna partikel
3) Jumlah partikel
4) Temperatur partikel
5) Katalis
6) Bantuk partikel
Faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi adalah ....
a. 1, 2, 4 dan 5
b. 2, 3, 4 dan 6
c. 1, 2, 3 dan 5
d. 1, 3, 4 dan 5
e. 1, 4, 5 dan 6
C
1
E
Menjelaskan
faktor laju reaksi
yang dapat
memperbesar laju
reaksi
9. Faktor-faktor berikut akan memperbesar laju reaksi, kecuali ....
a. pada suhu tetap ditambahkan katalisator
b. suhu dinaikan
c. pada suhu tetap volume diperbesar
d. pada volume tetap ditambah zat pereaksi lebih banyak
e. memperkecil ukuran partikel peraksi
C
1
D
b. Faktor-faktor
laju reaksi


Menentukan faktor
laju reaksi
berdasarkan hasil
percobaan
10. Data percobaan dari reaksi:
CaCO
3
+ 2HCl ! CaCl + H
2
O + CO
2

No. Massa 1g
CaCO
3

Konsentrasi
HCl (volume
suhu Waktu untuk
memperoleh 5 cm
3

C
2
E
'&

5 cm
3
) CO
2

1 Serbuk 1 M 29
0
C 10 detik
2. Butiran 0,5 M 29
0
C 30 detik
3. serbuk 0,1 M 29
0
C 20 detik
Faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah ....
a. massa CaCO
3
dsn konsentrasi HCl
b. bentuk CaCO
3
dan suhu
c. bentuk CaCO
3
dan konsentrasi HCl
d. suhu dan laju reaksi
e. massa CaCO
3
dan volume HCl

Mengidentifikasi
perubahan yang
mempengaruhi
laju reaksi
11. Diketahui lima perubahan:
1. Perubahan warna
2. Perubahan suhu
3. Perubahan volum
4. Perubahan bau
5. Perubahan konsentrasi
Dari perubahan di atas yang tidak dapat digunakan untuk mengamati
berlangsungnya suatu reaksi adalah ....
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
C
2
C
''

Menyebutkan
faktor yang
mempengaruhi
laju reaksi
12. Faktor-faktor di bawah ini mempengaruhi laju reaksi, kecuali ....
a. suhu
b. luas permukaan
c. katalisator
d. konsentrasi pereaksi
e. konsentrasi hasil reaksi
C
1
E
Menganalisis
faktor-faktor laju
reaksi yang dapat
mempercepat
reaksi
13. Dari data berikut ini, reaksi yang paling cepat berlangsung adalah ....
a. 20 mL HCl 0,1 M + 20 mL Na
2
S
2
O
3
0,2 M pada suhu 40
0
C
b. 20 mL HCl 0,1 M + 20 mL Na
2
S
2
O
3
0,2 M + 20 mL air pada suhu
40
0
C
c. 20 mL HCl 0,1 M + 20 mL Na
2
S
2
O
3
0,2 M pada suhu 30
0
C
d. 20 mL HCl 0,1 M + 20 mL Na
2
S
2
O
3
0,1 M pada suhu 30
0
C
e. 20 mL HCl 0,1 M + 20 mL Na
2
S
2
O
3
0,1 M + 10 mL air pada suhu
30
0
C
C
2
A
Menganalisis
faktor-faktor laju
reaksi yang tidak
dapat
meningkatkan laju
suatu reaksi
14. Di antara faktor berikut yang tidak dapat meningkatkan laju dari reaksi
....
a. menggunakan magnesium dalam bentuk serbuk
b. melakukan reaksi pada suhu 30
0
C
c. menggunakan 0,2 g pita magnesium
d. menggunakan 40 mL HCl 2M
e. semua benar
C
3
E

Menentukan
faktok yang
mempengaruhi
logam Natrium
mudah terbakar
15. Logam natrium jika terkena udara langsung terbakar. Faktor utama
yang terjadinya pembakaran logam natrium adalah ....
a. tekanan udara
b. massa natrium
c. temperatur udara
C
2
A
'(

d. temperatur udara, massa natrium
e. temperatur udara, massa natrium, dan konsentrasi oksigen
Menentukan faktor
laju reaksi
berdasarkan luas
permukaan
16. Dari percobaan reaksi:
CaCO
3
(s) + 2HCl (aq) ! CaCl
2
(aq) + CO
2
(g) + H
2
O (g)
Diperoleh data sebagai berikut.
Percobaan Bentuk
CaCO3
Konsentrasi 25
mL HCl (M)
Waktu(s) temperatur
1 10g serbuk 0,2 4 25
2 10g butiran 0,2 6 25
3 10g
bongkahan
0,2 10 25
4 10g butiran 0,4 3 25
5 10g butiran 0,2 3 25
Pada percobaan 1 dan 3 laju reaksi dipengaruhi oleh ....
a. temperatur
b. katalis
c. sifat-sifat
d. konsentrasi
e. luas permukaan
C
2
E

Mengidentifikasi
bentuk logam
17. Suatu reaksi adalah sebagai berikut: C
2
C
')

magnesium yang
dapat
mempercepat
reaksi
Mg(s) + HCl(l) ! MgCl
2
(aq) + H
2
(g)
Gas H
2
semakin cepat terbentuk jika logam magnesium dalam bentuk
....
a. bongkahan
b. lempengan
c. serbuk halus
d. butiran sebesar pasir
e. butiran sebesar kerikil
Menyimpulakan
reaksi dipengaruhi
oleh luas
permukaan
18. Dari persamaan reaksi:
CaCO
3
(s) + HCl(aq) ! CaCl
2
(s) + H
2
O(l) + CO
2
(g)
Dari pengamatan, gas CO
2
yang terjadi lebih cepat jika CaCO
3
dalam
bentuk tepung. Kesimpulan laju reaksi di atas dipengaruhi oleh ....
a. penambahan HCl yang terus menerus
b. penambahan HCl sebagai katalis
c. luas permukaan dari CaCO
3

d. kondisi tekanan percobaan
e. kondisi suhu percobaan
C
2
C

Menentukan luas
permukan yang
dapat
mempercepat
pembentukan gas
H
2

19. Zink dapat bereaksi dengan larutan asam klorida menurut persamaan:
Zn(s) + 2HCl(aq) ! ZnCl
2
(aq) + H
2
(g)
Untuk mempercepat pembentukan gas H
2
, salah satu langkah yang
ditempuh adalah ....
a. zink berbentuk lempeng
b. zink berbentuk serbuk
C
2
B
'*

c. konsentrasi larutan HCl diperkecil
d. suhunya diusahakan tetap
e. ditambah gas oksigen
Mengidentifikasi
reaksi yang
berlangsung paling
cepat
20. Sejumlah magnesium dengan massa sama bereaksi dengan asam sulfat
dengan jumlah yang sama pula. Manakah kondisi di bawah ini yang
menghasilkan reaksi tercepat ....
No. Bentuk magnesium Konsentrasi asam (M) Suhu (
0
C)
a. Pita 1 80
b. Serbuk 0,5 20
c. Pita 0,5 80
d. Serbuk 1 20
e. Serbuk 1 80

C
2
E

Mengidentifikasi
pengaruh
konsentrasi yang
dapat
mempercepat laju
reaksi
21. Data percobaan reaksi antara larutan Na
2
S
2
O
3
dan larutan HCl pada
berbagai temperatur dan konsentrasi berbeda ....
Percobaan [Na
2
S
2
O
3
]M [HCl]M Temperatur reaksi
1 0,2 3 30
2 0,2 3 40
3 0,1 2 50
C
2
E
(+

4 0,1 2 50
5 0,2 3 50
Reaksi paling cepat terdapat pada percobaan no ....
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
Menentukan reaksi
paling cepat jika
direaksikan
dengan
magnesium
22. Larutan asama klorida manakah yang menghasilkan laju reaksi paling
cepat bila direaksikan dengan magnesium ....
a. 40g HCl dalam 1000 mL air
b. 20g HCl dalam 1000 mL air
c. 15g HCl dalam 500 mL air
d. 10g HCl dalam 100 mL air
e. 4g HCl dalam 50 mL air
C
2
D
Menghitung
peningkatan laju
reaksi jika
diperbesar 3 kali
23. Suatu reaksi mempunyai persamaan v = k[P]
2
[Q]. Jika konsentrasi
masing-masing pereaksi diperbesar 3 kali, laju reaksinya meningkat ....
a. 3 kali
b. 6 kali
c. 9 kali
d. 18 kali
e. 27 kali
C
3
E

Membandingakn
laju reaksi awal
dengan laju reaksi
24. Reaksi antara NO
(g)
dan O
2(g)
adalah reaksi berorde kedua terhadap
NO
(g)
dan berorde pertama untuk O
2(g)
. Jika konsentrasi kedua pereaksi
dijadikan 2 kali konsentrasi semula maka laju reaksinya dibandingkan
C
3
D
(!

akhir jika laju
reaksi keduanya
diperbesar 2 kali
dengan laju semula menjadi ....
a. 2 kali
b. 4 kali
c. 6 kali
d. 8 kali
e. 10 kali
Menghitung orde
reaksi NO jika
konsentrasi Cl
yang diperbesar 2
kali
25. Pada reaksi: Cl
2
(g) + 2NO(g) ! 2NOCl(g), jika konsentrasi kedua
pereaksi diperbesar 2 kali maka laju reaksi menjadi 8 kali semula.
Apabila hanya konsentrasi Cl
2
yang diperbesar 2 kali, laju reaksi
menjadi 2 kali semula. Orde reaksi NO adalah ....
a. 0
b. #
c. 1
d. 2
e. 3
C
3
D
Menyebutkan
mengapa
temperatur dapat
mempercepat
suatu reaksi
26. Kenaikan temperatur akan mempercepat laju reaksi, karena ....
a. kenaikan temperatur akan manaikan energi pangaktifan zat yang
bereaksi
b. kenaikan temperatur akan memperbesar konsentrasi zat yang
bereaksi
c. kenaikan temperatur akan memperbesar energi kinetik molekul zat
yang bereaksi
d. kenaikan temperatur akan memperbesar tekanan
e. kenaikan temperatur akan memperbesar luas permukaan
C
2
C

Menghitung
kecepatan reaksi
pada temperatur
27. Setiap kenaikan temperatur 10
0
C kecepatan reaksi menjadi 2 kali lebih
cepat dari semula. Jika pada temperatur 20
0
C kecepatan reaksi
berlangsung selama 16 menit maka kecepatan reaksi pada temperatur
C
3
A
(#

80
0
C 80
0
C adalah ....
a. $ menit
b. # menit
c. 1 menit
d. 2 menit
e. 4 menit
Menghitung
berapa kali
kecepatan reaksi
pada temperatur
100
0
C
dibandingkan 30
0
C
28. Laju reaksi dari susatu reaksi tertentu menjadi 2 kali lipat setiap
kenaikan temperatur 10
0
C. Berapa kali lebih cepatan reaksi tersebut
berlangsung pada temperatur 100
0
C dibanding dengan 30
0
C ....
a. 4 kali
b. 10 kali
c. 64 kali
d. 128 kali
e. 256 kali
C
3
D
Menghitung
kecepatan reaksi
29. Pada temperatur 25
0
C reaksi berlangsung selama 9 menit. Setiap
kenaikan temperatur 20
0
C laju reaksi bertambah 3 kali. Maka pada
temperatur 65
0
C reaksi akan berlangsung selama ....
a. 4 menit
b. 2 menit
c. 1 menit
d. 40 menit
e. 20 menit
C
3
C

Mengidentifikasi
reaksi yang
menhasilkan gas
H
2
terbanyak pada
30. Reaksi-reaksi berikut ini dimulai pada waktu yang bersamaan dan
temperatur yang sama. Reaksi yang akan menghasilkan gas H
2

terbanyak pada 10 detik pertama adalah ....
a. 1g Mg (berbentuk pita) dengan 10 mL HCl 0,5 M
C
2
C
($

waktu 10 detik b. 1g Mg (berbentuk pita) dengan 40 mL HCl 0,5 M
c. 1g Mg (berbentuk serbuk) dengan 30 mL HCl 0,5 M
d. 1g Mg (berbentuk serbuk) dengan 40 mL HCl 0,3 M
e. 1g Mg (berbentuk serbuk) dengan 50 mL HCl 0,2 M
Menentukan
penyebab suhu
dapat
mempercepat laju
reaksi
31. Kenaikan suhu akan mempercepat laju reaksi, karena ....
a. kenaikan suhu akan menaikan energi pengaktifan zat yang bereaksi
b. kenaikan suhu akan memperbesar konsentrasi zat yang bereaksi
c. kenaikan suhu akan memperbesar energi kinetik molekul pereaksi
d. kenaikan suhu akan memperbesar tekanan
e. kenaikan suhu akan memperbesar luas permukaan
C
2
C
Menghitung
berapa lama reaksi
berlangsung jika
suhu di naikan
32. Jika suhu dinaikkan 10
0
C laju reaksi akan menjadikan dua kali lipat.
Jika suhu t
0
C berlangsung 12 menit, pada suhu (t + 30)
0
C reaksinya
berlangsung ....
a. 4 menit
b. 3 menit
c. 2 menit
d. 1,5 menit
e. 1 menit
C
3
D
Mengidentifikasi
penyebab suhu
dapat
mempercepat laju
reaksi
33. Kenaikan suhu akan mempercepat laju reaksi, sebab kenaikan suhu
akan mempercepat ....
a. energi kinetik molekul pereaksi
b. tekanan molekul pereaksi
c. energi pengaktifan zat yang bereaksi
d. konsentrasi zat yang bereaksi
e. luas permukaan zat pereaksi
C
1
A

Menghubungkan
pengaruh suhu
34. Makanan lebih tahan lama jika disimpan dalam udara dingin, hal itu C
2
B
(%

terhadap laju
reaksi dalam
kehidupan sehari-
hari
disebabkan ....
a. laju pertumbuhan bakteri dapat dihambat
b. berhentinya proses tumbukan dalam bahan makanan
c. menurunkan laju pertumbuhan energi kinetik dalam bahan
makanan
d. bakteri membeku
e. energi pengaktifan bahan makanan turun dengan drastis
Menetukan hal
yang berlaku pada
kenaikan suhu
35. Kenaikan suhu akan memperbesar laju reaksi, hal ini berlaku ....
a. hanya pada reaksi eksoterm
b. hanya pada reaksi endoterm
c. hanya pada gas saja
d. pada semua reaksi kimia
e. hanya pada reaksi yang partikelnya sama
C
2
B
Menentukan hal
yang pasti terjadi
jika suhu suatu
reaksi dinaikan
36. Pada kenaikan suhu suatu reaksi kimia, hal yang pasti terjadi adalah ....
a. laju reaksi meningkat, tetapi nilai tetapan laju tidak berubah
b. laju reaksi dan nilai tetapan laju meningkat
c. laju reaksi manurun, tetapi nilai tetapan laju tidak berubah
d. laju reaksi dan nilai tetapan laju menurun
e. laju reaksi dan tetapan laju reaksi meningkat
C
2
C

Menjelaskan
pengertian katalis
37. Berikut ini merupakan penjelasan yang benar mengenai katalis, yaitu ....
a. tidak ikut bereaksi
b. dapat memperbanyak produk yang dihasilkan
c. dapat dihasilkan kembali setelah reaksi selesai tanpa mengalami
perubahan kimiawi
d. dapat menurunkan energi reaktan
e. semua katalis berupa logam atau senyawa logam
C
1
C
(&

Menjelaskan
penyebab katalis
dapat
mempercepat laju
eaksi
38. Penambahan katalisator akan mempercepat laju reaksi, hal itu
disebabkan oleh ....
a. konsentrasi zat bertambah
b. energi pengaktifan berkurang
c. energi pengaktifan bertambah
d. energi kinetik pereaksi berkurang
e. energi kinetik pereaksi bertambah
C
2
B
Menjelaskan
energi pengaktifan
39. Energi minimun di bawah ini, yang akan mengubah energi pengaktifan
adalah ....
a. memperbesar luas permukaan zat pereaksi
b. menambah konsentrasi zat pereaksi
c. menambah katalis
d. menurunkan suhu
e. menurunkan tekanan
C
1
C
Menjelaskan
bahwa katalis
tidak mengubah
jumlah zat dan
struktur zat
40. Pernyataan mengenai katalis di bawah ini benar, kecuali ....
a. katalis menyebabkan reaksi berlangsung melalui mekanisme yang
baru
b. katalis dapat menyebabkan perubahan mekanisme suatu reaksi
c. katalis dapat mengubah jumlah tahap reaksi
d. katalis tidak merubah jumlah zat dan struktur zat yang terjadi
e. katalis tidak mengambil bagian di dalam satu tahap atau lebih tahap
reaksi
C
1
D

Menentukan
proses industri
yang tidak
menggunakan
41. Manakah di antara proses indrustri berikut yang tidak menggunakan
katalis ....
a. oksidasi sulfur dioksida
b. oksidasi amonia
C
1
E
('

katalis c. sintesis amonia
d. elektrolisi NaCl
e. fermentasi gula
Menentukan
persamaan laju
reaksi menurut
persamaan reaksi
42. Zat X dapat bereaksi dengan zat Y menurut persamaan:
2X
(g)
+ Y
(g)
! Z
(g)

Konsentrasi awal zat Y = 0,5 mol/L dan setelah bereaksi dengan zat X selama
1 menit, konsentrasinya tinggal 0,2 mol/L. Ungkapan laju reaksi di bawah ini
yang benar adalah ....
a. vY = 0,5 0,2 mol/L sekon
60
b. vY = 0,5 + 0,2 mol/L sekon
60
c. vX = 2(0,5 0,2) mol/L sekon
60
d. vY = 2 X 0,5 mol/L sekon
60
e. vY = 0,5 mol/L sekon
60
C
3
A c. persamaan laju
reaksi dan
orde reaksi
Menentukan
rumus laju reaksi
43. Diketahui reaksi:
P
(g)
+ 2Q
(g)
! 2R
(g)
+ S
(g)

Jika orde reaksi sebanding dengan koefisien reaksi, rumus laju
C
2
C
((

reaksinya adalah ....
a. v = k[R]
2
[S]
b. v = k[R][S]
2

c. v = k[P][Q]
2

d. v = k[P]
2
[Q]
e. v = k[Q]
2
[R]
2

Menetukan rumus
laju reaksi dilihat
dari data
eksperiemen
44. Dari reaksi:
H
2(g)
+ I
2(g)
! 2HI
(g)

Diperoleh data dari eksperimen sebagai berikut.
[H
2
] (M) [I
2
] (M) Laju reaksi (M S
-1
)
0,1 0,1 5
0,2 0,1 20
0,2 0,4 20
Rumus laju reaksi adalah ....
a. v = k[H
2
][I
2
]
b. v = k[H
2
]
2
[I
2
]
c. v = k[H
2
][I
2
]
2

d. v = k[H
2
]
2

e. v = k[I
2
]
C
3
D

Menyimpulkan
persamaan laju
reaksi dilihat dari
45. Data eksperimen untuk reaksi:
2A(g) + B(g) ! 2AB(g)
C
3
E
()

data eksperimen Terdapat dalam tabel berikut:
Percobaan [A] awal
mol/L
[B] awal
mol/L
Laju reaksi
mol.L
-1
detik
-1

1 0,1 0,1 6
2 0,1 0,2 12
3 0,1 0,3 18
4 0,2 0,1 24
5 0,3 0,1 54
Dari data tersebut dapat disimpulakn bahwa persamaan laju reaksinya
adalah ....
a. v = k [A]
2

b. v = k [B]
c. v = k [A][B]
d. v = k [A][B]
2

e. v = k [A]
2
[B]

Menetukan
persamaan laju
reaksi
46. Dari hasil percobaan diperoleh data sebagai berikut:
[BrO
3
-
] awal
mol.dm
-3
[Br
-
] awal
mol.dm
-3
[H
+
] awal
mol.dm
-3
Waktu reaksi detik
0,4 0,24 0,01 152 6
C
3
C
(*

0,8 0,24 0,01 73 4
0,4 0,48 0,01 75 3
0,8 0,24 0,02 19 4
Laju reaksi untuk
BrO
3
-
+ 5Br
-
+ 6H
+
! 3Br
2
+ 3H
2
O
adalah ....
a. v = k[BrO
3
-
][H
+
]
2

b. v = k[Br
-
][H
+
]
2

c. v = k[BrO
3
-
][Br
-
][H
+
]
2

d. v = k[BrO
3
-
][Br
-
][H
+
]
e. v = k[BrO
3
-
][Br
-
]
2
[H
+
]

Mengitung
persamaan laju
reaksi pada suhu
tetap
47. Dari reaksi:
2Fe
3+
(aq)
+ 3S
2-
(aq)
! S
(s)
+ 2FeS
(s)

Pada suhu tetap diperoleh data sebagai berikut:
No [Fe
3+
] mol/L [S
2-
] mol/L Laju reaksi (mol.L
-1
.s
-1
)
1 0,1 0,1 2
2 0,2 0,1 8
3 0,2 0,2 16
C
3
C
)+

4 0,3 0,3 54
Rumus laju reaksi dari data di atas adalah ....
a. v = k[Fe
3+
]
2
[S
2-
]
2

b. v = k[Fe
3+
]
2
[S
2-
]
3

c. v = k[Fe
3+
]
2
[S
2-
]
d. v = k[Fe
3+
][S
2-
]
2

e. v = k[Fe
3+
][S
2-
]

Menghitung orde
reaksi A, B, dan C
pada data
percobaan
48. Diketahui persamaan reaksi
A
(g)
+ B
(g)
+ C
(g)
! D
(g)
+ E
(g)

Data percobaan diperoleh sebagai berikut:
No. [A] M [B] M [C] M Waktu (s)
1. 0,2 0,3 0,02 48
2. 0,2 0,3 0,08 12
3. 0,2 0,6 0,08 3
4. 0,4 0,2 0,06 36
5. 0,8 0,2 0,06 35
Orde reaksi terhadap A, B dan C berturut-turut adalah ...
a. 2, 2 dan1
b. 2, 1 dan 1
c. 1, 2 dan 1
C
3
D
)!

d. 0, 2 dan 1
e. 0, 1 dan 2
Menghitung orde
total
49. Dari reaksi:
CHCl
3(g)
+ Cl
2(g)
! CCl
4(g)
+ HCl
(g)

Diketahui data sebgai berikut.
[CHCl
3
] (M) [Cl
2
] (M) Laju reaksi (M S
-1
)
0,4 0,2 10
0,8 0,2 20
0,8 0,8 40
Orde total adalah ....
a. 1
b. 3/2
c. 2
d. 5/2
e. 3
C
3
B

Menghitung orde
reaksi keseluruhan
reaksi
[A] (M) [B] (M) Laju reaksi (M S
-1
)
0,50 0,50 1,6 X 10
-4
0,50 1,00 3,2 X 10
-4

1,00 1,00 3,2 X 10
-4

50. Data percobaan suatu reaksi 2A + B
2
! 2AB tercantum di atas. Orde
C
3
B
)#

keseluruhan reaksi tersebut adalah ....
a. 0
b. 1
c. 2
d. 3
e. 4
Menghitung orde
reaksi NO
51. Diketahui data eksperimen dari reaksi:
2H
2(g)
+ 2NO
(g)
! 2H
2
O
(l)
+ N
2(g)

Adalah sebagai berikut.
[H
2
] (M) [NO] (M) Waktu (s)
0,1 0,2 20
0,5 0,2 100
0,1 0,4 80
Orde terhadap NO adalah ....
a. 0
b. #
c. 1
d. 3/2
e. 2
C
3
E

Menghitung orde
reaksi total
52. Percobaan terhadap reaksi:
CH
3
Cl + H
2
O ! CH
3
OH + HCl
C
3
C
)$

Menghasilkan data sebagai berikut:
Percobaan [CH
3
Cl] M [H
2
O] M Laju reaksi awal M/s
1 0,100 0,100 0,181
2 0,200 0,200 1,45
3 0,200 0,400 5,81
Orde reaksi totalnya adalah ....
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
Faktor-faktor laju
reaksi

Menyimpulkan
reaksi setelah
ditambahkan
katalis
53. Seorang siswa mengamati percobaan penguraian H
2
O
2
menjadi H
2
O
dan O
2
yang berlangsung lambat. Setelah H
2
O
2
ditetesi larutan FeCl
3

pekat yang berwarna kuning coklat, ternyata munculnya gelembung gas
yang sangat cepat disertai perubahan warna larutan menjadi hijau. Pada
saat reaksi telah berhenti, warna larutan berubah menjadi seperti air teh.
Berdasarkan pengamatan maka dapat disimpulkan ....
a. pelarutan FeCl
3
menimbulkan panas yang mempercepat reaksi
b. FeCl
3
sebagai katalis yang mempercepat reaksi tanpa ikut bereaksi
c. FeCl
3
sebagai katalis yang ikut bereaksi, tetapi pada akhir reaksi
diperoleh kembali
d. FeCl
3
habis bereaksi
e. penggunaan FeCl
3
yang lebih banyak dapat mempredeksi reaksi
C
4
C
)%

berlangsung lebih cepat
Membandingkan
konsentrasi yang
lebih besar
54. Bubuk deterjen yang digunakan untuk mencuci pakaian mengandung
zat-zat penghilang noda pada pakaian. Zat-zat ini akan bereaksi dengan
noda-noda tersebut. Dua pakaian seragam dengan noda yang sangat
kotor dicuci dengan bubuk deterjen yang sama. Pakaian pertama dicuci
dengan 1 takaran deterjen, sedangkan pakaian kedua dicuci dengan 2
takaran deterjen. Takaran manakah yang dapat membersihkan pakaian
lebih cepat?mengapa ....
a. pakaian dengan 1 takaran deterjen, karena dengan deterjen yang
sedikit sudah dapat membersihkan noda
b. pakaian dengan 1 takaran deterjen, karena setelah di cuci pakaian
menjadi bersih
c. pakaian dengan 2 takaran deterjen, karena dapat menghilangkan
noda lebih baik
d. pakaian dengan 2 takaran deterjen, karena jumlah partikel deterjen
lebih banyak
e. pakaian dengan 1 takaran dan pakaian dengan 2 takaran deterjen
sama-sama lebih cepat membersihkan pakaian, karena konsentrasi
deterjen sama
C
4
D
Membandingkan
luas permukaan
yang lebih besar
55. Pada saat mengisi bensi di pom bensi, terdapat tulisan tidak boleh
merokok. Hal ini disebabkan karena bensin mudah terbakar. Manakah
yang lebih mudah terbakar uap bensin atau bensin cair ....
a. bensin cair, karena berbentuk cair sehingga mudah terbakar
b. bensin cair karena konsentrasi bensin cair lebih tinggi
c. uap bensin karena luas permukan uap bensin lebih besar
dibandingan dengan bensin cair
d. uap bensin karena berbentuk gas
C
4
C
)&

e. bensin cair dan uap bensin sama-sama mudah terbakar
Orde reaksi Membuat grafik
orde reaksi
56. Pada reaksi 2A + B ! A2B diketahui bahwa reaksi berorde nol
terhadap B. hubungan laju reaksi awal zat B itu diperlihatkan oleh
grafik .
a.
v %


![B]
b.
v
%

![B]

c.
v
%

![B]
C
4
E
)'


d.
v
%

![B]

e.
v
%

![B]

Faktor-faktor laju
reaksi
Menyusun
prosedur
percobaan
57. Diketahui tahap untuk melakukan percobaan:
1) Siapkan alat dan bahan
2) Masukkan larutan 0,5 M HCl kedalam tabung reaksi
3) Masukkan obat maag berbentuk tablet
4) Masukkan obat maag berbentuk serbuk
5) Masukkan larutan 1 M HCl kedalam tabung reaksi
6) Amati
Dari tahapan percobaan diatas, manakan susunan tahap yang
C
5
D
)(

menghasilkan reaksi berlangsung paling cepat ....
a. 1, 2, 3, dan 6
b. 1, 2, 4, dan 6
c. 1, 2, 5, dan 6
d. 1, 5, 4, dan 6
e. 1, 5, 3, dan 6
Merancang
percobaan
pengaruh luas
permukaan
terhadap laju
reaksi
58. Dibawah ini diketahui bahan-bahan untuk melakukan percobaan:
1) Gelas kimia
2) Serbuk CaCO
3

3) Kristal CaCO
3

4) HCl 0,5 M
Berdasarkan bahan diatas, buatlah rancangan percobaan. Manakah
reaksi yang paling cepat berlangsung pada gelas kimia di bawah ini ....

a. Serbuk CaCO
3



25 C
HCl 0,5M



C
5
E
))

b. Kristal CaCO3


25 C
HCl 0,5M

c. Serbuk CaCO3


40 C
HCl 0,5M

d. Kristal CaCO3


40 C
HCl 0,5M


)*

e. Serbuk CaCO3


60 C
HCl 0,5M












*+

Uji Instrumen Penelitian

Nama :
Kelas :
Mata Pelajaran Kimia
Konsep : Laju Reaksi
Waktu : 2 jam pelajaran (90 menit)
Petunjuk Pengerjaan Soal:
1. kerjakanlah soal-soal di bawah ini dengan memilih jawaban yang paling tepat.
2. berikah tanda silang (X) pada jawaban yang benar.
3. jika anda ingin mengganti jawaban, berilah tanda (=) pada jawaban yang telah anda beri tanda (X) kemudian berilah tanda silang
kembali pada jawaban anda yang baru.

11. Pengertian laju reaksi adalah ....
a. penambahan mol pereaksi tiap satuan waktu
b. penambahan mol pereaksi tiap liter tiap satuan waktu
c. pengurangan mol hasil reaksi tiap satuan waktu
d. pengurangan mol hasil reaksi tiap liter tiap satuan waktu
e. penambahan mol hasil reaksi tiap liter tiap satuan waktu
2. Diketahui reaksi A + B ! C + D + E
Pernyataan berikut yang benar tentang laju reaksi di atas adalah ....
*!

a. vA = + [ A ]
!t
b. vB = + [ B ]
!t
c. vC = + [ C ]
!t
d. vD = - [ D ]
!t
e. vE = - [ E ]
!t
3. reaksi: A
(g)
+ B
(g)
! C
(g)
+ D
(g)
+ E
(g)

Pernyataan di bawah ini tentang laju reaksi di atas, kecuali ....
a. berkurangnya konsentrasi A per satuan waktu
b. berkurangnya konsentrasi B per satuan waktu
c. berkurangnya konsentrasi C per satuan waktu
d. bertambahnya konsentrasi D per satuan waktu
*#

e. bertambahnya konsentrasi E per satuan waktu
4. laju reaksi dari suatu reaksi dinotasikan sebagai berikut.
v = - ![A] ; v = - ![B] ; v = + ![C] ; v = + ![D]
!t !t !t !t
Dari sederetan notasi di atas, reaksi yang sesuai adalah ....
a. C
(g)
+ D
(g)
! A
(g)
+ B
(g)

b. A
(g)
+ C
(g)
! B
(g)
+ D
(g)

c. A
(g)
+ B
(g)
! C
(g)
+ D
(g)

d. C
(g)
+ B
(g)
! A
(g)
+ D
(g)

e. B
(g)
+ D
(g)
! A
(g)
+ C
(g)

5. Laju reaksi 4NH
3(g)
+ 5O
2(g)
! 4NO
(g)
+ 6H
2
O
(g)
dapat dinyatakan sebagai ....
a. laju bertambahnya konsentrasi NH
3
dalam satu satuan waktu
b. laju berkurangnya konsentrasi H
2
O dalam satu satuan waktu
c. laju bertambahnya konsentrasi O
2
dalam satu satuan wakt
d. laju berkurangnya tekanan sistem dalam satu satuan waktu
e. laju bertambahnya konsentrasi NO dalam satu satuan waktu
*$

6. Laju reaksi A + B ! AB dapat dinyatakan sebagai ....
a. penambahan konsentrasi A tiap satuan waktu
b. penambahan konsentrasi B tiap satuan waktu
c. penambahan konsentrasi AB tiap satuan waktu
d. penambahan konsentrasi A dan B tiap satuan waktu
e. penambahan konsentrasi A, B dan AB tiap satuan waktu
7. Laju reaksi: 2A + 2B ! 3C + D pada setiap saat dapat dinyatakan sebagai
bertambahnya konsentrasi....
a. A setiap satuan waktu
b. B setiap satuan waktu
c. C setiap satuan waktu
d. A dan B setiap satuan waktu
e. B dan C setiap satuan waktu
8. Dari beberapa faktor berikut:
7) Ukuran partikel
8) Warna partikel
*%

9) Jumlah partikel
10) Temperatur partikel
11) Katalis
12) Bantuk partikel
Faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi adalah ....
a. 1, 2, 4 dan 5
b. 2, 3, 4 dan 6
c. 1, 2, 3 dan 5
d. 1, 3, 4 dan 5
e. 1, 4, 5 dan 6
9. Faktor-faktor berikut akan memperbesar laju reaksi, kecuali ....
a. pada suhu tetap ditambahkan katalisator
b. suhu dinaikan
c. pada suhu tetap volume diperbesar
d. pada volume tetap ditambah zat pereaksi lebih banyak
e. memperkecil ukuran partikel peraksi
*&

10. Data percobaan dari reaksi:
CaCO
3
+ 2HCl ! CaCl + H
2
O + CO
2

No. Massa 1g
CaCO
3

Konsentrasi HCl
(volume 5 cm
3
)
suhu Waktu untuk memperoleh
5cm
3
CO
2

1 Serbuk 1 M 29
0
C 10 detik
2. Butiran 0,5 M 29
0
C 30 detik
3. serbuk 0,1 M 29
0
C 20 detik
Faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah ....
a. massa CaCO
3
dsn konsentrasi HCl
b. bentuk CaCO
3
dan suhu
c. bentuk CaCO
3
dan konsentrasi HCl
d. suhu dan laju reaksi
e. massa CaCO
3
dan volume HCl
11. Diketahui lima perubahan:
6. Perubahan warna
7. Perubahan suhu
*'

8. Perubahan volum
9. Perubahan bau
10. Perubahan konsentrasi
Dari perubahan di atas yang tidak dapat digunakan untuk mengamati berlangsungnya
suatu reaksi adalah ....
f. 1
g. 2
h. 3
i. 4
j. 5
12. Faktor-faktor di bawah ini mempengaruhi laju reaksi, kecuali ....
f. suhu
g. luas permukaan
h. katalisator
i. konsentrasi pereaksi
j. konsentrasi hasil reaksi
*(

13. Dari data berikut ini, reaksi yang paling cepat berlangsung adalah ....
f. 20 mL HCl 0,1 M + 20 mL Na
2
S
2
O
3
0,2 M pada suhu 40
0
C
g. 20 mL HCl 0,1 M + 20 mL Na
2
S
2
O
3
0,2 M + 20 mL air pada suhu 40
0
C
h. 20 mL HCl 0,1 M + 20 mL Na
2
S
2
O
3
0,2 M pada suhu 30
0
C
i. 20 mL HCl 0,1 M + 20 mL Na
2
S
2
O
3
0,1 M pada suhu 30
0
C
j. 20 mL HCl 0,1 M + 20 mL Na
2
S
2
O
3
0,1 M + 10 mL air pada suhu 30
0
C
14. Di antara faktor berikut yang tidak dapat meningkatkan laju dari reaksi ....
f. menggunakan magnesium dalam bentuk serbuk
g. melakukan reaksi pada suhu 30
0
C
h. menggunakan 0,2 g pita magnesium
i. menggunakan 40 mL HCl 2M
j. semua benar
15. Logam natrium jika terkena udara langsung terbakar. Faktor utama yang terjadinya
pembakaran logam natrium adalah ....
f. tekanan udara
g. massa natrium
*)

h. temperatur udara
i. temperatur udara, massa natrium
j. temperatur udara, massa natrium, dan konsentrasi oksigen
16. Dari percobaan reaksi:
CaCO
3
(s) + 2HCl (aq) ! CaCl
2
(aq) + CO
2
(g) + H
2
O (g)
Diperoleh data sebagai berikut.
Percobaan Bentuk CaCO3 Konsentrasi 25
mL HCl (M)
Waktu(s) temperatur
1 10g serbuk 0,2 4 25
2 10g butiran 0,2 6 25
3 10g bongkahan 0,2 10 25
4 10g butiran 0,4 3 25
5 10g butiran 0,2 3 25
Pada percobaan 1 dan 3 laju reaksi dipengaruhi oleh ....
f. temperatur
g. katalis
h. sifat-sifat
**

i. konsentrasi
j. luas permukaan
17. Suatu reaksi adalah sebagai berikut:
Mg(s) + HCl(l) ! MgCl
2
(aq) + H
2
(g)
Gas H
2
semakin cepat terbentuk jika logam magnesium dalam bentuk ....
f. bongkahan
g. lempengan
h. serbuk halus
i. butiran sebesar pasir
j. butiran sebesar kerikil
18. Dari persamaan reaksi:
CaCO
3
(s) + HCl(aq) ! CaCl
2
(s) + H
2
O(l) + CO
2
(g)
Dari pengamatan, gas CO
2
yang terjadi lebih cepat jika CaCO
3
dalam bentuk tepung.
Kesimpulan laju reaksi di atas dipengaruhi oleh ....
f. penambahan HCl yang terus menerus
g. penambahan HCl sebagai katalis
!++

h. luas permukaan dari CaCO
3

i. kondisi tekanan percobaan
j. kondisi suhu percobaan
19. Zink dapat bereaksi dengan larutan asam klorida menurut persamaan:
Zn(s) + 2HCl(aq) ! ZnCl
2
(aq) + H
2
(g)
Untuk mempercepat pembentukan gas H
2
, salah satu langkah yang ditempuh adalah
....
f. zink berbentuk lempeng
g. zink berbentuk serbuk
h. konsentrasi larutan HCl diperkecil
i. suhunya diusahakan tetap
j. ditambah gas oksigen
20. Sejumlah magnesium dengan massa sama bereaksi dengan asam sulfat dengan jumlah
yang sama pula. Manakah kondisi di bawah ini yang menghasilkan reaksi tercepat ....
No. Bentuk magnesium Konsentrasi asam (M) Suhu (
0
C)
a. Pita 1 80
b. Serbuk 0,5 20
!+!

c. Pita 0,5 80
d. Serbuk 1 20
e. Serbuk 1 80

21. Data percobaan reaksi antara larutan Na
2
S
2
O
3
dan larutan HCl pada berbagai
temperatur dan konsentrasi berbeda ....
Percobaan [Na
2
S
2
O
3
]M [HCl]M Temperatur reaksi
1 0,2 3 30
2 0,2 3 40
3 0,1 2 50
4 0,1 2 50
5 0,2 3 50
Reaksi paling cepat terdapat pada percobaan no ....
f. 1
g. 2
h. 3
i. 4
j. 5
!+#

22. Larutan asama klorida manakah yang menghasilkan laju reaksi paling cepat bila
direaksikan dengan magnesium ....
f. 40g HCl dalam 1000 mL air
g. 20g HCl dalam 1000 mL air
h. 15g HCl dalam 500 mL air
i. 10g HCl dalam 100 mL air
j. 4g HCl dalam 50 mL air
23. Suatu reaksi mempunyai persamaan v = k[P]
2
[Q]. Jika konsentrasi masing-masing
pereaksi diperbesar 3 kali, laju reaksinya meningkat ....
f. 3 kali
g. 6 kali
h. 9 kali
i. 18 kali
j. 27 kali
24. Reaksi antara NO
(g)
dan O
2(g)
adalah reaksi berorde kedua terhadap NO
(g)
dan berorde
pertama untuk O
2(g)
. Jika konsentrasi kedua pereaksi dijadikan 2 kali konsentrasi
semula maka laju reaksinya dibandingkan dengan laju semula menjadi ....
!+$

f. 2 kali
g. 4 kali
h. 6 kali
i. 8 kali
j. 10 kali
25. Pada reaksi: Cl
2
(g) + 2NO(g) ! 2NOCl(g), jika konsentrasi kedua pereaksi
diperbesar 2 kali maka laju reaksi menjadi 8 kali semula. Apabila hanya konsentrasi
Cl
2
yang diperbesar 2 kali, laju reaksi menjadi 2 kali semula. Orde reaksi NO adalah
....
f. 0
g. #
h. 1
i. 2
j. 3
26. Kenaikan temperatur akan mempercepat laju reaksi, karena ....
f. kenaikan temperatur akan manaikan energi pangaktifan zat yang bereaksi
g. kenaikan temperatur akan memperbesar konsentrasi zat yang bereaksi
!+%

h. kenaikan temperatur akan memperbesar energi kinetik molekul zat yang bereaksi
i. kenaikan temperatur akan memperbesar tekanan
j. kenaikan temperatur akan memperbesar luas permukaan
27. Setiap kenaikan temperatur 10
0
C kecepatan reaksi menjadi 2 kali lebih cepat dari
semula. Jika pada temperatur 20
0
C kecepatan reaksi berlangsung selama 16 menit
maka kecepatan reaksi pada temperatur 80
0
C adalah ....
f. $ menit
g. # menit
h. 1 menit
i. 2 menit
j. 4 menit
28. Laju reaksi dari susatu reaksi tertentu menjadi 2 kali lipat setiap kenaikan temperatur
10
0
C. Berapa kali lebih cepatan reaksi tersebut berlangsung pada temperatur 100
0
C
dibanding dengan 30
0
C ....
f. 4 kali
g. 10 kali
h. 64 kali
!+&

i. 128 kali
j. 256 kali
29. Pada temperatur 25
0
C reaksi berlangsung selama 9 menit. Setiap kenaikan
temperatur 20
0
C laju reaksi bertambah 3 kali. Maka pada temperatur 65
0
C reaksi
akan berlangsung selama ....
f. 4 menit
g. 2 menit
h. 1 menit
i. 40 menit
j. 20 menit
30. Reaksi-reaksi berikut ini dimulai pada waktu yang bersamaan dan temperatur yang
sama. Reaksi yang akan menghasilkan gas H
2
terbanyak pada 10 detik pertama adalah
....
f. 1g Mg (berbentuk pita) dengan 10 mL HCl 0,5 M
g. 1g Mg (berbentuk pita) dengan 40 mL HCl 0,5 M
h. 1g Mg (berbentuk serbuk) dengan 30 mL HCl 0,5 M
i. 1g Mg (berbentuk serbuk) dengan 40 mL HCl 0,3 M
!+'

j. 1g Mg (berbentuk serbuk) dengan 50 mL HCl 0,2 M
31. Kenaikan suhu akan mempercepat laju reaksi, karena ....
f. kenaikan suhu akan menaikan energi pengaktifan zat yang bereaksi
g. kenaikan suhu akan memperbesar konsentrasi zat yang bereaksi
h. kenaikan suhu akan memperbesar energi kinetik molekul pereaksi
i. kenaikan suhu akan memperbesar tekanan
j. kenaikan suhu akan memperbesar luas permukaan
32. Jika suhu dinaikkan 10
0
C laju reaksi akan menjadikan dua kali lipat. Jika suhu t
0
C
berlangsung 12 menit, pada suhu (t + 30)
0
C reaksinya berlangsung ....
f. 4 menit
g. 3 menit
h. 2 menit
i. 1,5 menit
j. 1 menit
33. Kenaikan suhu akan mempercepat laju reaksi, sebab kenaikan suhu akan
mempercepat ....
f. energi kinetik molekul pereaksi
!+(

g. tekanan molekul pereaksi
h. energi pengaktifan zat yang bereaksi
i. konsentrasi zat yang bereaksi
j. luas permukaan zat pereaksi
34. Makanan lebih tahan lama jika disimpan dalam udara dingin, hal itu disebabkan ....
f. laju pertumbuhan bakteri dapat dihambat
g. berhentinya proses tumbukan dalam bahan makanan
h. menurunkan laju pertumbuhan energi kinetik dalam bahan makanan
i. bakteri membeku
j. energi pengaktifan bahan makanan turun dengan drastis
35. Kenaikan suhu akan memperbesar laju reaksi, hal ini berlaku ....
f. hanya pada reaksi eksoterm
g. hanya pada reaksi endoterm
h. hanya pada gas saja
i. pada semua reaksi kimia
j. hanya pada reaksi yang partikelnya sama
!+)

36. Pada kenaikan suhu suatu reaksi kimia, hal yang pasti terjadi adalah ....
f. laju reaksi meningkat, tetapi nilai tetapan laju tidak berubah
g. laju reaksi dan nilai tetapan laju meningkat
h. laju reaksi manurun, tetapi nilai tetapan laju tidak berubah
i. laju reaksi dan nilai tetapan laju menurun
j. laju reaksi dan tetapan laju reaksi meningkat
37. Berikut ini merupakan penjelasan yang benar mengenai katalis, yaitu ....
f. tidak ikut bereaksi
g. dapat memperbanyak produk yang dihasilkan
h. dapat dihasilkan kembali setelah reaksi selesai tanpa mengalami perubahan
kimiawi
i. dapat menurunkan energi reaktan
j. semua katalis berupa logam atau senyawa logam
38. Penambahan katalisator akan mempercepat laju reaksi, hal itu disebabkan oleh ....
f. konsentrasi zat bertambah
g. energi pengaktifan berkurang
!+*

h. energi pengaktifan bertambah
i. energi kinetik pereaksi berkurang
j. energi kinetik pereaksi bertambah
39. Energi minimun di bawah ini, yang akan mengubah energi pengaktifan adalah ....
f. memperbesar luas permukaan zat pereaksi
g. menambah konsentrasi zat pereaksi
h. menambah katalis
i. menurunkan suhu
j. menurunkan tekanan
40. Pernyataan mengenai katalis di bawah ini benar, kecuali ....
f. katalis menyebabkan reaksi berlangsung melalui mekanisme yang baru
g. katalis dapat menyebabkan perubahan mekanisme suatu reaksi
h. katalis dapat mengubah jumlah tahap reaksi
i. katalis tidak merubah jumlah zat dan struktur zat yang terjadi
j. katalis tidak mengambil bagian di dalam satu tahap atau lebih tahap reaksi
41. Manakah di antara proses indrustri berikut yang tidak menggunakan katalis ....
!!+

f. oksidasi sulfur dioksida
g. oksidasi amonia
h. sintesis amonia
i. elektrolisi NaCl
j. fermentasi gula
42. Zat X dapat bereaksi dengan zat Y menurut persamaan:
2X
(g)
+ Y
(g)
! Z
(g)

Konsentrasi awal zat Y = 0,5 mol/L dan setelah bereaksi dengan zat X selama 1
menit, konsentrasinya tinggal 0,2 mol/L. Ungkapan laju reaksi di bawah ini yang
benar adalah ....
f. vY = 0,5 0,2 mol/L sekon
60

g. vY = 0,5 + 0,2 mol/L sekon
60
h. vX = 2(0,5 0,2) mol/L sekon
60
!!!

i. vY = 2 X 0,5 mol/L sekon
60
j. vY = 0,5 mol/L sekon
60
43. Diketahui reaksi:
P
(g)
+ 2Q
(g)
! 2R
(g)
+ S
(g)

Jika orde reaksi sebanding dengan koefisien reaksi, rumus laju reaksinya adalah ....
f. v = k[R]
2
[S]
g. v = k[R][S]
2

h. v = k[P][Q]
2

i. v = k[P]
2
[Q]
j. v = k[Q]
2
[R]
2

44. Dari reaksi:
H
2(g)
+ I
2(g)
! 2HI
(g)

Diperoleh data dari eksperimen sebagai berikut.
[H
2
] (M) [I
2
] (M) Laju reaksi (M S
-1
)
!!#

0,1 0,1 5
0,2 0,1 20
0,2 0,4 20
Rumus laju reaksi adalah ....
f. v = k[H
2
][I
2
]
g. v = k[H
2
]
2
[I
2
]
h. v = k[H
2
][I
2
]
2

i. v = k[H
2
]
2

j. v = k[I
2
]
45. Data eksperimen untuk reaksi:
2A(g) + B(g) ! 2AB(g)
Terdapat dalam tabel berikut:
Percobaan [A] awal mol/L [B] awal mol/L Laju reaksi mol.L
-1
detik
-1

1 0,1 0,1 6
2 0,1 0,2 12
3 0,1 0,3 18
!!$

4 0,2 0,1 24
5 0,3 0,1 54
Dari data tersebut dapat disimpulakn bahwa persamaan laju reaksinya adalah ....
f. v = k [A]
2

g. v = k [B]
h. v = k [A][B]
i. v = k [A][B]
2

j. v = k [A]
2
[B]
46. Dari hasil percobaan diperoleh data sebagai berikut:
[BrO
3
-
] awal
mol.dm
-3
[Br
-
] awal mol.dm
-3
[H
+
] awal mol.dm
-3
Waktu reaksi detik
0,4 0,24 0,01 152 6
0,8 0,24 0,01 73 4
0,4 0,48 0,01 75 3
0,8 0,24 0,02 19 4
Laju reaksi untuk
BrO
3
-
+ 5Br
-
+ 6H
+
! 3Br
2
+ 3H
2
O
!!%

adalah ....
f. v = k[BrO
3
-
][H
+
]
2

g. v = k[Br
-
][H
+
]
2

h. v = k[BrO
3
-
][Br
-
][H
+
]
2

i. v = k[BrO
3
-
][Br
-
][H
+
]
j. v = k[BrO
3
-
][Br
-
]
2
[H
+
]
47. Dari reaksi:
2Fe
3+
(aq)
+ 3S
2-
(aq)
! S
(s)
+ 2FeS
(s)

Pada suhu tetap diperoleh data sebagai berikut:
No [Fe
3+
] mol/L [S
2-
] mol/L Laju reaksi (mol.L
-1
.s
-1
)
1 0,1 0,1 2
2 0,2 0,1 8
3 0,2 0,2 16
4 0,3 0,3 54
Rumus laju reaksi dari data di atas adalah ....
f. v = k[Fe
3+
]
2
[S
2-
]
2

!!&

g. v = k[Fe
3+
]
2
[S
2-
]
3

h. v = k[Fe
3+
]
2
[S
2-
]
i. v = k[Fe
3+
][S
2-
]
2

j. v = k[Fe
3+
][S
2-
]
48. Diketahui persamaan reaksi
A
(g)
+ B
(g)
+ C
(g)
! D
(g)
+ E
(g)
Data percobaan diperoleh sebagai berikut:
No. [A] M [B] M [C] M Waktu (s)
1. 0,2 0,3 0,02 48
2. 0,2 0,3 0,08 12
3. 0,2 0,6 0,08 3
4. 0,4 0,2 0,06 36
5. 0,8 0,2 0,06 35
Orde reaksi terhadap A, B dan C berturut-turut adalah ...
f. 2, 2 dan1
g. 2, 1 dan 1
!!'

h. 1, 2 dan 1
i. 0, 2 dan 1
j. 0, 1 dan 2
49. Dari reaksi:
CHCl
3(g)
+ Cl
2(g)
! CCl
4(g)
+ HCl
(g)

Diketahui data sebgai berikut.
[CHCl
3
] (M) [Cl
2
] (M) Laju reaksi (M S
-1
)
0,4 0,2 10
0,8 0,2 20
0,8 0,8 40
Orde total adalah ....
f. 1
g. 3/2
h. 2
i. 5/2
j. 3
!!(

50. [A] (M) [B] (M) Laju reaksi (M S
-1
)
0,50 0,50 1,6 X 10
-4
0,50 1,00 3,2 X 10
-4

1,00 1,00 3,2 X 10
-4

Data percobaan suatu reaksi 2A + B
2
! 2AB tercantum di atas. Orde keseluruhan
reaksi tersebut adalah ....
f. 0
g. 1
h. 2
i. 3
j. 4
51. Diketahui data eksperimen dari reaksi:
2H
2(g)
+ 2NO
(g)
! 2H
2
O
(l)
+ N
2(g)
Adalah sebagai berikut.
[H
2
] (M) [NO] (M) Waktu (s)
0,1 0,2 20
!!)

0,5 0,2 100
0,1 0,4 80
Orde terhadap NO adalah ....
f. 0
g. #
h. 1
i. 3/2
j. 2
52. Percobaan terhadap reaksi:
CH
3
Cl + H
2
O ! CH
3
OH + HCl
Menghasilkan data sebagai berikut:
Percob
aan
[CH
3
Cl] M [H
2
O] M Laju reaksi awal M/s
1 0,100 0,100 0,181
2 0,200 0,200 1,45
3 0,200 0,400 5,81
Orde reaksi totalnya adalah ....
!!*

f. 1
g. 2
h. 3
i. 4
j. 5
53. Seorang siswa mengamati percobaan penguraian H
2
O
2
menjadi H
2
O dan O
2
yang
berlangsung lambat. Setelah H
2
O
2
ditetesi larutan FeCl
3
pekat yang berwarna kuning
coklat, ternyata munculnya gelembung gas yang sangat cepat disertai perubahan
warna larutan menjadi hijau. Pada saat reaksi telah berhenti, warna larutan berubah
menjadi seperti air teh. Berdasarkan pengamatan maka dapat disimpulkan ....
f. pelarutan FeCl
3
menimbulkan panas yang mempercepat reaksi
g. FeCl
3
sebagai katalis yang mempercepat reaksi tanpa ikut bereaksi
h. FeCl
3
sebagai katalis yang ikut bereaksi, tetapi pada akhir reaksi diperoleh
kembali
i. FeCl
3
habis bereaksi
j. penggunaan FeCl
3
yang lebih banyak dapat mempredeksi reaksi berlangsung
lebih cepat
54. Bubuk deterjen yang digunakan untuk mencuci pakaian mengandung zat-zat
penghilang noda pada pakaian. Zat-zat ini akan bereaksi dengan noda-noda tersebut.
!#+

Dua pakaian seragam dengan noda yang sangat kotor dicuci dengan bubuk deterjen
yang sama. Pakaian pertama dicuci dengan 1 takaran deterjen, sedangkan pakaian
kedua dicuci dengan 2 takaran deterjen. Takaran manakah yang dapat membersihkan
pakaian lebih cepat?mengapa ....
f. pakaian dengan 1 takaran deterjen, karena dengan deterjen yang sedikit sudah
dapat membersihkan noda
g. pakaian dengan 1 takaran deterjen, karena setelah di cuci pakaian menjadi bersih
h. pakaian dengan 2 takaran deterjen, karena dapat menghilangkan noda lebih baik
i. pakaian dengan 2 takaran deterjen, karena jumlah partikel deterjen lebih banyak
j. pakaian dengan 1 takaran dan pakaian dengan 2 takaran deterjen sama-sama
lebih cepat membersihkan pakaian, karena konsentrasi deterjen sama
55. Pada saat mengisi bensi di pom bensi, terdapat tulisan tidak boleh merokok. Hal ini
disebabkan karena bensin mudah terbakar. Manakah yang lebih mudah terbakar uap
bensin atau bensin cair ....
f. bensin cair, karena berbentuk cair sehingga mudah terbakar
g. bensin cair karena konsentrasi bensin cair lebih tinggi
h. uap bensin karena luas permukan uap bensin lebih besar dibandingan dengan
bensin cair
i. uap bensin karena berbentuk gas
!#!

j. bensin cair dan uap bensin sama-sama mudah terbakar
56. Pada reaksi 2A + B ! A2B diketahui bahwa reaksi berorde nol terhadap B. hubungan
laju reaksi awal zat B itu diperlihatkan oleh grafik .

f.
v
%
![B]
g.
v
%
![B]
h.
v
%
![B]

!##

i.
v
%

![B]
j.
v
%
![B]
57. Diketahui tahap untuk melakukan percobaan:
7) Siapkan alat dan bahan
8) Masukkan larutan 0,5 M HCl kedalam tabung reaksi
9) Masukkan obat maag berbentuk tablet
10) Masukkan obat maag berbentuk serbuk
11) Masukkan larutan 1 M HCl kedalam tabung reaksi
12) Amati
!#$

Dari tahapan percobaan diatas, manakan susunan tahap yang menghasilkan reaksi
berlangsung paling cepat ....
f. 1, 2, 3, dan 6
g. 1, 2, 4, dan 6
h. 1, 2, 5, dan 6
i. 1, 5, 4, dan 6
j. 1, 5, 3, dan 6
58. Dibawah ini diketahui bahan-bahan untuk melakukan percobaan:
5) Gelas kimia
6) Serbuk CaCO
3

7) Kristal CaCO
3

8) HCl 0,5 M
Berdasarkan bahan diatas, buatlah rancangan percobaan. Manakah reaksi yang paling
cepat berlangsung pada gelas kimia di bawah ini ....



!#%

a. Serbuk CaCO
3


25 C
HCl 0,5M

b. Kristal CaCO3

25 C
HCl 0,5M
c. Serbuk CaCO3

40 C
HCl 0,5M



!#&

d. Kristal CaCO3

40 C
HCl 0,5M

e. Serbuk CaCO3

60 C
HCl 0,5M







!#'

No Nama 1 2 8 9 13 16 19 23 28 29 33 38 41 42 44 49 52 55 57 58
1 A 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 4
2 b 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 10
3 c 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 6
4 d 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 6
5 e 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 9
6 f 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 17
7 g 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 17
8 h 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 5
9 i 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 6
10 j 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 3
11 k 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 4
12 l 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2
13 m 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
14 n 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 3
15 o 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 3
16 p 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 6
17 q 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 3
18 r 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 3
19 s 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
20 t 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
21 u 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 4
22 v 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 4
23 w 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 4
24 x 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 3
25 y 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
26 z 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
!#(

27 aa 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 4
28 ab 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
29 ac 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 4
30 ad 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 8
31 ae 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 12
32 af 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 4
33 ag 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 6
34 ah 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 6
35 ai 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 14
36 aj 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 4
37 ak 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 3
38 al 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 11
39 am 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 16
40 an 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 14
41 ao 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 9
42 ap 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 15
17 17 5 12 8 14 14 14 13 15 17 12 10 7 9 16 22 17 11 15






!#)

Menghitung Realibilitas
Nomor butir p q p.q
1 0,40 0,60 0,24
2 0,40 0,60 0,24
8 0,12 0,88 0,11
9 0,28 0,72 0,20
13 0,19 0,81 0,15
16 0,33 0,67 0,22
19 0,33 0,67 0,22
23 0,33 0,67 0,22
28 0,30 0,70 0,21
29 0,35 0,65 0,23
33 0,40 0,60 0,24
38 0,28 0,72 0,20
41 0,23 0,77 0,18
42 0,16 0,84 0,13
44 0,21 0,79 0,17
49 0,38 0,62 0,24
50 0,57 0,43 0,25
55 0,40 0,60 0,24
57 0,26 0,74 0,19
58 0,35 0,65 0,23
Jumlah 4,10

pq = 4,10
!#*

st
2
= 20,9
r
ii
=
r
ii
=
r
ii =
0,84











!$+


RELIABILITAS TES
================

Rata2= 17,98
Simpangan Baku= 9,22
KorelasiXY= 0,81
Reliabilitas Tes= 0,90
Nama berkas: D:\ANATES.ANA

No.Urut
No.
Sunyek
Kode/Nama
Subjek
Skor
Ganjil
Skor
Genap Skor Total
1 39 Nurfitriani 19 19 38
2 7 Nurmala 17 20 37
3 6 Nur Azizah 15 21 36
4 35 Amud 16 18 34
5 42
Yus Tasya
Shafa 17 17 34
6 5 Rahmat Adam 15 17 32
7 38 Nurbadriah 14 17 31
8 40 Nur Afifah 13 18 31
9 31
Muhammad
Zaky... 18 12 30
10 30
Muhammad
Fahm... 11 14 25
11 33
Deden
Nurcholis 10 13 23
12 16
Acep Saiful
M... 11 9 20
13 41 Nurrussa'adah 11 9 20
14 2
Vidi
Andriansyah 9 9 18
!$!

15 4 Rangga Aditya 11 6 17
16 9 Ria Aslika 8 9 17
17 29
Lutfianto
Agasta 9 8 17
18 18
Alfian
Nurdaf... 7 9 16
19 22
Febriana
Astuti 5 10 15
20 27 Zuhri Fauzi 6 9 15
21 8 Nurul Amalia 5 9 14
22 21 Dini Akmalia 7 7 14
23 28 Lastri 5 9 14
24 32 Mutia Sari 7 7 14
25 34
Muhammad
Juli... 7 7 14
26 36
Neneng
Khaeru... 5 9 14
27 37
Novia Dwi
Kus... 7 7 14
28 3 Sari Fartilah 8 5 13
29 23
Ety
Chaerunnisah 5 8 13
30 14 Tria Paramita 7 5 12
31 17
Agef
Rahmatul... 3 9 12
32 20
devi Shela
N... 6 6 12
33 24 Holipah 3 8 11
34 11 Ricky Saputra 3 7 10
35 12 Tri Astuti 4 5 9
36 13 Siti Masitoh 1 8 9
37 19 Anita 4 5 9
38 25
Hikmah
Pujiati 2 7 9
!$#

39 1 Reza Palevi 5 3 8
40 10 Ridayanti 4 4 8
41 15 Abdul Fatah 6 6 8
42 26 Ika Herdilah 4 4 8















!$$


TINGKAT KESUKARAN
==================

Jumlah Subjek= 42
Butir Soal=
58
Nama berkas:
D:\ANATES.ANA

No Butir
Baru
No Butir
Asli Jml Betul Tkt. Kesukaran(%) Tafsiran
1 1 17 40,48 Sedang
2 2 17 40,48 Sedang
3 3 14 33,33 Sedang
4 4 14 33,33 Sedang
5 5 7 16,67 Sukar
6 6 15 35,71 Sedang
7 7 32 76,19 Mudah
8 8 5 11,90 Sangat Sukar
9 9 12 28,57 Sukar
10 10 27 64,29 Sedang
11 11 9 21,43 Sukar
12 12 19 45,24 Sangat Sukar
13 13 8 19,05 Sukar
14 14 6 14,29 Sedang
15 15 9 21,43 Sedang
16 16 14 33,33 Sukar
17 17 16 38,10 Sangat Mudah
!$%

18 18 10 23,81 Sedang
19 19 13 30,95 Sedang
20 20 22 52,38 Sedang
21 21 15 35,71 Sangat Mudah
22 22 27 64,29 Sedang
23 23 13 30,95 Sangat Sukar
24 24 14 33,33 Sedang
25 25 6 14,29 Sangat Sukar
26 26 14 33,33 Sedang
27 27 2 4,76 Sangat Sukar
28 28 14 33,33 Sedang
29 29 15 35,71 Sedang
30 30 5 11,90 Sangat Sukar
31 31 14 33,33 Sedang
32 32 18 42,86 Sedang
33 33 9 21,43 Sukar
34 34 23 54,76 Sedang
35 35 9 21,43 Sukar
36 36 12 28,57 Sukar
37 37 8 19,05 Sukar
38 38 12 28,57 Sukar
39 39 12 28,57 Sukar
40 40 6 14,29 Sangat Sukar
41 41 11 26,19 Sukar
42 42 7 16,67 Sukar
43 43 4 9,52 Sangat Sukar
44 44 9 21,43 Sukar
45 45 11 26,19 Sukar
!$&

46 46 11 26,19 Sukar
47 47 16 38,10 Sedang
48 48 8 19,05 Sukar
49 49 16 38,10 Sedang
50 50 19 45,24 Sedang
51 51 5 11,90 Sangat Sukar
52 52 23 54,76 Sedang
53 53 14 33,33 Sedang
54 54 15 35,71 Sedang
55 55 17 40,48 Sedang
56 56 7 16,67 Sukar
57 57 12 28,57 Sukar
58 58 16 38,10 Sedang









!$'


DAYA PEMBEDA
============

Jumlah Subjek= 42
klp atas/bawah(n)= 11
Butir soal=
58
Nama berkas: D:\ANATES.ANA

No Butir
Baru
No Butir
Asli
Kel.
Atas
Kel.
Bawah Beda
Indeks DP
(%)
1 1 8 3 5 45,45
2 2 8 3 5 45,45
3 3 7 1 6 54,55
4 4 7 1 6 54,55
5 5 3 0 3 27,27
6 6 10 2 8 72,73
7 7 10 8 2 18,18
8 8 4 0 4 36,36
9 9 6 1 5 45,45
10 10 9 7 2 18,18
11 11 4 2 2 18,18
12 12 10 2 8 72,73
13 13 5 0 5 45,45
14 14 6 0 6 54,55
15 15 4 1 3 27,27
16 16 9 1 8 72,73
17 17 9 4 5 45,45
18 18 6 2 4 36,36
!$(

19 19 8 1 7 63,64
20 20 5 4 1 9,09
21 21 4 2 2 18,18
22 22 5 8 -3 -27,27
23 23 7 1 6 54,55
24 24 6 4 2 18,18
25 25 3 1 2 18,18
26 26 9 0 9 81,82
27 27 1 1 0 0,00
28 28 6 2 4 36,36
29 29 9 1 8 72,73
30 30 2 0 2 18,18
31 31 8 0 8 72,73
32 32 7 7 0 0,00
33 33 3 0 3 27,27
34 34 8 6 2 18,18
35 35 4 0 4 36,36
36 36 9 0 9 81,82
37 37 7 0 7 63,64
38 38 7 1 6 54,55
39 39 4 0 4 36,36
40 40 3 0 3 27,27
41 41 9 0 9 81,82
42 42 5 0 5 45,45
43 43 1 1 0 0,00
44 44 7 0 7 63,64
45 45 5 0 5 45,45
46 46 9 0 9 81,82
47 47 7 3 4 36,36
!$)

48 48 1 1 0 0,00
49 49 9 1 8 72,73
50 50 8 1 7 63,64
51 51 3 0 3 27,27
52 52 10 3 7 63,64
53 53 5 3 2 18,18
54 54 2 6 -4 -36,36
55 55 7 2 5 45,45
56 56 2 0 2 18,18
57 57 5 1 4 36,36
58 58 6 2 4 36,36










!$*


KORELASI SKOR BUTIR DG SKOR TOTAL
=================================

Jumlah Subyek= 42
Butir Soal= 58
Nama berkas: D:\ANATES.ANA

No Butir Baru No Butir Asli Korelasi Signifikansi
1 1 0,423
Sangat
Signifikan
2 2 0,401
Sangat
Signifikan
3 3 0,490
Sangat
Signifikan
4 4 0,467
Sangat
Signifikan
5 5 0,239 -
6 6 0,656
Sangat
Signifikan
7 7 0,170 -
8 8 0,606
Sangat
Signifikan
9 9 0,412
Sangat
Signifikan
10 10 0,140 -
11 11 0,122 -
12 12 0,595
Sangat
Signifikan
13 13 0,553
Sangat
Signifikan
14 14 0,748
Sangat
Signifikan
!%+

15 15 0,148 -
16 16 0,700
Sangat
Signifikan
17 17 0,422
Sangat
Signifikan
18 18 0,302 Signifikan
19 19 0,572
Sangat
Signifikan
20 20 -0,070 -
21 21 0,013 -
22 22 -0,296 -
23 23 0,510
Sangat
Signifikan
24 24 0,329
Sangat
Signifikan
25 25 0,210 -
26 26 0,606
Sangat
Signifikan
27 27 0,136 -
28 28 0,412
Sangat
Signifikan
29 29 0,645
Sangat
Signifikan
30 30 0,146 -
31 31 0,650
Sangat
Signifikan
32 32 0,203 -
33 33 0,256 Signifikan
34 34 0,234 -
35 35 0,288 Signifikan
36 36 0,759
Sangat
Signifikan
37 37 0,740
Sangat
Signifikan
!%!

38 38 0,378
Sangat
Signifikan
39 39 0,123 -
40 40 0,158 -
41 41 0,774
Sangat
Signifikan
42 42 0,534
Sangat
Signifikan
43 43 -0,053 -
44 44 0,549
Sangat
Signifikan
45 45 0,412
Sangat
Signifikan
46 46 0,697
Sangat
Signifikan
47 47 0,255 Signifikan
48 48 -0,045 -
49 49 0,556
Sangat
Signifikan
50 50 0,312 Signifikan
51 51 0,340
Sangat
Signifikan
52 52 0,418
Sangat
Signifikan
53 53 0,212 -
54 54 -0,189 -
55 55 0,417
Sangat
Signifikan
56 56 0,190 -
57 57 0,349
Sangat
Signifikan
58 58 0,352
Sangat
Signifikan


!%#


Catatan: Batas signifikansi koefisien korelasi sebagai berikut:

df (N-2) P=0,05 p=0,01 df (N-2)
p=0,05
p=0,01
10 0,576 0,708 60
0,25
0,325
15 0,482 0,606 70
0,233
0,302
20 0,423 0,549 80
0,217
0,283
25 0,381 0,496 90
0,205
0,267
30 0,349 0,449 100
0,195
0,254
40 0,304 0,393 125
0,174
0,228
50 0,273 0,354 >150
0,159
0,208


Bila koefisien = 0,000 berarti tidak dapat
dihitung.







!%$




CATATAN LAPANGAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME MELALUI METODE
EKSPERIMEN
Nama sekolah : SMA Darunnajah Jakarta
Kelas/semester : XI/1
Pokok bahasan : Laju Reaksi
Pertemuan pertama
No. Pernyataan Ya Tidak
1. Guru menarik pertahatian siswa dengan mengkaitkan
pengetahuan awal siswa.
&
2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memberikan prediksi individu tentang percobaan yang
akan dilakukan.
&
!%%

3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berdiskusi kelompok dan memberikan prediksi
kelompok.
&
4. Siswa melakukan percobaan. &
5. Siswa mendiskusikan hasil percobaan. &
6. Siswa membuat laporan kelompok. &
7. Guru menyampaikan penjelasan singkat. &
8. Guru mengajak siswa untuk berfikir percobaan lain
yang sama atau mirip dengan percobaan yang telah
dilakukan.
&







!%&




CATATAN LAPANGAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME MELALUI METODE
EKSPERIMEN
Nama sekolah : SMA Darunnajah Jakarta
Kelas/semester : XI/1
Pokok bahasan : Laju Reaksi
Pertemuan kedua
No. Pernyataan Ya Tidak
1. Guru menarik pertahatian siswa dengan mengkaitkan
pengetahuan awal siswa.
&
2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memberikan prediksi individu tentang percobaan yang
akan dilakukan.
&
!%'

3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berdiskusi kelompok dan memberikan prediksi
kelompok.
&
4. Siswa melakukan percobaan. &
5. Siswa mendiskusikan hasil percobaan. &
6. Siswa membuat laporan kelompok. &
7. Guru menyampaikan penjelasan singkat. &
8. Guru mengajak siswa untuk berfikir percobaan lain
yang sama atau mirip dengan percobaan yang telah
dilakukan.
&







!%(




CATATAN LAPANGAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME MELALUI METODE
EKSPERIMEN
Nama sekolah : SMA Darunnajah Jakarta
Kelas/semester : XI/1
Pokok bahasan : Laju Reaksi
Pertemuan ketiga
No. Pernyataan Ya Tidak
1. Guru menarik pertahatian siswa dengan mengkaitkan
pengetahuan awal siswa.
&
2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memberikan prediksi individu tentang percobaan yang
akan dilakukan.
&
!%)

3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berdiskusi kelompok dan memberikan prediksi
kelompok.
&
4. Siswa melakukan percobaan. &
5. Siswa mendiskusikan hasil percobaan. &
6. Siswa membuat laporan kelompok. &
7. Guru menyampaikan penjelasan singkat. &
8. Guru mengajak siswa untuk berfikir percobaan lain
yang sama atau mirip dengan percobaan yang telah
dilakukan.
&







!%*




CATATAN LAPANGAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME MELALUI METODE
EKSPERIMEN
Nama sekolah : SMA Darunnajah Jakarta
Kelas/semester : XI/1
Pokok bahasan : Laju Reaksi
Pertemuan keempat
No. Pernyataan Ya Tidak
1. Guru menarik pertahatian siswa dengan mengkaitkan
pengetahuan awal siswa.
&
2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memberikan prediksi individu tentang percobaan yang
akan dilakukan.
&
!&+

3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berdiskusi kelompok dan memberikan prediksi
kelompok.
&
4. Siswa melakukan percobaan. &
5. Siswa mendiskusikan hasil percobaan. &
6. Siswa membuat laporan kelompok. &
7. Guru menyampaikan penjelasan singkat. &
8. Guru mengajak siswa untuk berfikir percobaan lain
yang sama atau mirip dengan percobaan yang telah
dilakukan.
&







!&!




Instrumen Penelitian (Pretest dan Posttest)

Nama :
Kelas :
Mata Pelajaran Kimia
Konsep : Laju Reaksi
Waktu : 1 jam pelajaran (45 menit)
Petunjuk Pengerjaan Soal:
4. kerjakanlah soal-soal di bawah ini dengan memilih jawaban yang paling tepat.
5. berikah tanda silang (X) pada jawaban yang benar.
6. jika anda ingin mengganti jawaban, berilah tanda (=) pada jawaban yang telah anda beri tanda (X) kemudian berilah tanda silang
kembali pada jawaban anda yang baru.

1. Pengertian laju reaksi adalah ....
f. penambahan mol pereaksi tiap satuan waktu
g. penambahan mol pereaksi tiap liter tiap satuan waktu
h. pengurangan mol hasil reaksi tiap satuan waktu
i. pengurangan mol hasil reaksi tiap liter tiap satuan waktu
j. penambahan mol hasil reaksi tiap liter tiap satuan waktu
2. Diketahui reaksi A + B ! C + D + E
Pernyataan berikut yang benar tentang laju reaksi di atas adalah ....
!&#

f. vA = + [ A ]
!t
g. vB = + [ B ]
!t
h. vC = + [ C ]
!t
i. vD = - [ D ]
!t
j. vE = - [ E ]
!t
3. Dari beberapa faktor berikut:
13) Ukuran partikel
14) Warna partikel
15) Jumlah partikel
16) Temperatur partikel
17) Katalis
18) Bantuk partikel
Faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi adalah ...
f. 1, 2, 4 dan 5
g. 2, 3, 4 dan 6
h. 1, 2, 3 dan 5
i. 1, 3, 4 dan 5
j. 1, 4, 5 dan 6
4. Faktor-faktor berikut akan memperbesar laju reaksi, kecuali ....
f. pada suhu tetap ditambahkan katalisator
g. suhu dinaikan
h. pada suhu tetap volume diperbesar
i. pada volume tetap ditambah zat pereaksi lebih banyak
j. memperkecil ukuran partikel peraksi.
5. Dari data berikut ini, reaksi yang paling cepat berlangsung adalah ....
!&$

k. 20 mL HCl 0,1 M + 20 mL Na
2
S
2
O
3
0,2 M pada suhu 40
0
C
l. 20 mL HCl 0,1 M + 20 mL Na
2
S
2
O
3
0,2 M + 20 mL air pada suhu 40
0
C
m. 20 mL HCl 0,1 M + 20 mL Na
2
S
2
O
3
0,2 M pada suhu 30
0
C
n. 20 mL HCl 0,1 M + 20 mL Na
2
S
2
O
3
0,1 M pada suhu 30
0
C
o. 20 mL HCl 0,1 M + 20 mL Na
2
S
2
O
3
0,1 M + 10 mL air pada suhu 30
0
C
6. Dari percobaan reaksi:
CaCO
3
(s) + 2HCl (aq) ! CaCl
2
(aq) + CO
2
(g) + H
2
O (g)
Diperoleh data sebagai berikut.
percobaan Bentuk CaCO3 Konsentrasi 25 mL
HCl (M)
Waktu (s) temperatur
1 10g serbuk 0,2 4 25
2 10g butiran 0,2 6 25
3 10g bongkahan 0,2 10 25
4 10g butiran 0,4 3 25
5 10g butiran 0,2 3 25
Pada percobaan 1 dan 3 laju reaksi dipengaruhi oleh ....
k. temperatur
l. katalis
m. sifat-sifat
n. konsentrasi
o. luas permukaan
7. Zink dapat bereaksi dengan larutan asam klorida menurut persamaan:
Zn(s) + 2HCl(aq) ! ZnCl
2
(aq) + H
2
(g)
Untuk mempercepat pembentukan gas H
2
, salah satu langkah yang ditempuh
adalah ....
k. zink berbentuk lempeng
l. zink berbentuk serbuk
m. konsentrasi larutan HCl diperkecil
n. suhunya diusahakan tetap
o. ditambah gas oksigen
!&%

8. Suatu reaksi mempunyai persamaan v = k[P]
2
[Q]. Jika konsentrasi masing-masing
pereaksi diperbesar 3 kali, laju reaksinya meningkat ....
k. 3 kali
l. 6 kali
m. 9 kali
n. 18 kali
o. 27 kali
9. Laju reaksi dari susatu reaksi tertentu menjadi 2 kali lipat setiap kenaikan
temperatur 10
0
C. Berapa kali lebih cepatan reaksi tersebut berlangsung pada
temperatur 100
0
C dibanding dengan 30
0
C ....
k. 4 kali
l. 10 kali
m. 64 kali
n. 128 kali
o. 256 kali
10. Pada temperatur 25
0
C reaksi berlangsung selama 9 menit. Setiap kenaikan
temperatur 20
0
C laju reaksi bertambah 3 kali. Maka pada temperatur 65
0
C reaksi
akan berlangsung selama ....
k. 4 menit
l. 2 menit
m. 1 menit
n. 40 menit
o. 20 menit
11. Kenaikan suhu akan mempercepat laju reaksi, sebab kenaikan suhu akan
mempercepat ....
k. energi kinetik molekul pereaksi
l. tekanan molekul pereaksi
m. energi pengaktifan zat yang bereaksi
n. konsentrasi zat yang bereaksi
o. luas permukaan zat pereaksi
!&&

12. Penambahan katalisator akan mempercepat laju reaksi, hal itu disebabkan oleh ....
k. konsentrasi zat bertambah
l. energi pengaktifan berkurang
m. energi pengaktifan bertambah
n. energi kinetik pereaksi berkurang
o. energi kinetik pereaksi bertambah
13. Manakah di antara proses indrustri berikut yang tidak menggunakan katalis ....
k. oksidasi sulfur dioksida
l. oksidasi amonia
m. sintesis amonia
n. elektrolisi NaCl
o. fermentasi gula
14. Zat X dapat bereaksi dengan zat Y menurut persamaan:
2X
(g)
+ Y
(g)
! Z
(g)

Konsentrasi awal zat Y = 0,5 mol/L dan setelah bereaksi dengan zat X selama 1
menit, konsentrasinya tinggal 0,2 mol/L. Ungkapan laju reaksi di bawah ini yang
benar adalah ....
k. vY = 0,5 0,2 mol/L sekon
60
l. vY = 0,5 + 0,2 mol/L sekon
60
m. vX = 2(0,5 0,2) mol/L sekon
60
n. vY = 2 X 0,5 mol/L sekon
60
o. vY = 0,5 mol/L sekon
60
15. Dari reaksi:
H
2(g)
+ I
2(g)
! 2HI
(g)

Diperoleh data dari eksperimen sebagai berikut.
!&'

[H
2
] (M) [I
2
] (M) Laju reaksi (M S
-1
)
0,1 0,1 5
0,2 0,1 20
0,2 0,4 20
Rumus laju reaksi adalah ....
k. v = k[H
2
][I
2
]
l. v = k[H
2
]
2
[I
2
]
m. v = k[H
2
][I
2
]
2

n. v = k[H
2
]
2

o. v = k[I
2
]
16. Dari reaksi:
CHCl
3(g)
+ Cl
2(g)
! CCl
4(g)
+ HCl
(g)

Diketahui data sebgai berikut.
[CHCl
3
] (M) [Cl
2
] (M) Laju reaksi (M S
-1
)
0,4 0,2 10
0,8 0,2 20
0,8 0,8 40
Orde total adalah ....
k. 1
l. 3/2
m. 2
n. 5/2
o. 3
17. Percobaan terhadap reaksi:
CH
3
Cl + H
2
O ! CH
3
OH + HCl
Menghasilkan data sebagai berikut:
Percobaan [CH
3
Cl] M [H
2
O] M Laju reaksi awal M/s
1 0,100 0,100 0,181
2 0,200 0,200 1,45
3 0,200 0,400 5,81
!&(

Orde reaksi totalnya adalah ....
k. 1
l. 2
m. 3
n. 4
o. 5
18. Pada saat mengisi bensi di pom bensi, terdapat tulisan tidak boleh merokok. Hal ini
disebabkan karena bensin mudah terbakar. Manakah yang lebih mudah terbakar uap
bensin atau bensin cair ....
k. bensin cair, karena berbentuk cair sehingga mudah terbakar
l. bensin cair karena konsentrasi bensin cair lebih tinggi
m. uap bensin karena luas permukan uap bensin lebih besar dibandingan dengan
bensin cair
n. uap bensin karena berbentuk gas
o. bensin cair dan uap bensin sama-sama mudah terbakar
19. Dibawah ini adalah tahapan untuk melakukan percobaan:
13) Siapkan alat dan bahan
14) Masukkan larutan 0,5 M HCl kedalam tabung reaksi
15) Masukkan obat maag berbentuk tablet
16) Masukkan obat maag berbentuk serbuk
17) Masukkan larutan 1 M HCl kedalam tabung reaksi
18) Amati
Dari tahapan percobaan diatas, manakan susunan tahap yang menghasilkan reaksi
berlangsung paling cepat ....
k. 1, 2, 3, dan 6
l. 1, 2, 4, dan 6
m. 1, 2, 5, dan 6
n. 1, 5, 4, dan 6
o. 1, 5, 3, dan 6
20. Dibawah ini diketahui bahan-bahan untuk melakukan percobaan:
!&)

9) Gelas kimia
10) Serbuk CaCO
3

11) Kristal CaCO
3

12) HCl 0,5 M
Berdasarkan bahan diatas, manakah rancangan percobaan yang menunjukkan reaksi
berlangsung cepat ....
f. serbuk CaCO
3



25 "C


HCl 0,5M

g. kristal CaCO3


25 "C


HCl 0,5

h. serbuk CaCO3


40 "C


HCl 0,5M

!&*

i. kristal CaCO3


40 "C


HCl 0,5M

j. serbuk CaCO3


60 "C


HCl 0,5M








!'+





Nilai Pretest dan Posttes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Ekperimen Kontrol
Siswa
pretest posttes Pretest posttes
1. 20 70 15 60
2. 10 75 40 70
3. 20 75 25 60
4. 20 80 25 55
5. 15 75 20 45
6. 30 85 10 40
7. 35 80 10 40
8. 25 85 10 45
9. 20 65 20 60
10. 15 60 30 50
11. 10 75 10 45
12. 20 60 30 50
13. 20 80 15 75
14. 25 60 30 60
15. 25 80 25 45
16. 25 85 20 70
17. 20 85 15 75
18. 35 85 30 55
!'!

19. 25 85 10 40
20. 35 70 25 50
21. 30 85 20 60
22. 25 80 10 55
23. 25 70 25 50
24. 25 90 25 40
25. 10 65 30 60























!'#

NILAI PRETES KELAS EKSPERIMENT

No Butir Soal
No. Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Jumlah Skor
1 Amalia Rachmadanty 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 4 20
2 Asti Nadya Putri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 2 10
3 Azizah Fajar Priarti 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 4 20
4 Fadilah Ramadhani 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 4 20
5 Farhani Nadlira 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 3 15
6
Febriani Vira
Setyowati 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 6 30
7 Gita Putri Dryastuti 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 7 35
8
Imanurul Aisha
Rahardjo 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 5 25
9 Istiqomah 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 4 20
10 Khairunnisa Rafrin 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 3 15
11 Lita Amelia 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 10
12 Mafida Ria Kartika 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 4 20
13 Masmuhah 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 4 20
14 Maula Husna 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 5 25
15
Novia Puspita
Maharani 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 5 25
16
Novita Kusuma
Maharani 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 5 25
17 Nur Faida Sholihat 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 20
18 Qadrina Sufy 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 7 35
19 Qaulan Yanda 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 5 25
!'$

Liyundzira
20 Rifdah Rifia 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 7 35
21 Selvia Yolanda Putri 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 6 30
22 Shinta Fitri Handayani 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 5 25
23 Shintya Andini Sidi 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 5 25
24 Siti Nur Azizah 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 5 25
25 Yunita Fajri Pertiwi 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 2 10

ket: skor = jumlah X 5











!'%



NILAI POSTTEST KELAS EKSPERIMENT

No Butir Soal
No. Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Jumlah Skor
1 Amalia Rachmadanty 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 14 70
2 Asti Nadya Putri 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 15 75
3 Azizah Fajar Priarti 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 15 75
4 Fadilah Ramadhani 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 16 80
5 Farhani Nadlira 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 15 75
6 Febriani Vira Setyowati 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 85
7 Gita Putri Dryastuti 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 16 80
8 Imanurul Aisha Rahardjo 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 17 85
9 Istiqomah 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 13 65
10 Khairunnisa Rafrin 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 12 60
11 Lita Amelia 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 15 75
12 Mafida Ria Kartika 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 12 60
13 Masmuhah 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 16 80
14 Maula Husna 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 12 60
15 Novia Puspita Maharani 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 16 80
16 Novita Kusuma Maharani 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 17 85
17 Nur Faida Sholihat 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 17 85
18 Qadrina Sufy 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 17 85
19 Qaulan Yanda Liyundzira 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 85
!'&

20 Rifdah Rifia 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 70
21 Selvia Yolanda Putri 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 17 85
22 Shinta Fitri Handayani 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 16 80
23 Shintya Andini Sidi 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 14 70
24 Siti Nur Azizah 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 90
25 Yunita Fajri Pertiwi 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 13 65

ket: skor = jumlah X 5











!''



Nilai Pretest Kelas Kontrol

No Butir Soal
No. Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Jumlah Skor
1 Amelia Fitrianis 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 3 15
2 Andini Ayu Alfitriyanti 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 8 40
3 Atiqa Umaima 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 5 25
4 Aushona Mahyidien 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 5 25
5 Diah Ayu Aisyah Iryanto 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 20
6 Edna Efrida 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 2 10
7 Farida Suryani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 2 10
8 Herweningtyas Rakhmadani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 2 10
9 Iffa Karima 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 4 20
10 Lita Lufita 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 6 30
11 Marchella Sprintestya 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2 10
12 Nadiya Zurnafany Sakina. T 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 6 30
13 Navida Febrina Syafaaty 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 10
14 Nazila Nurul Rizkia 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 6 30
15 Nihayatunnisa 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 5 25
16 Nila Apriani 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 20
17 Rafika Attamy 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 3 15
18 Rahayu Lestari 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 6 30
19 Rika Noor Seha 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 2 10
!'(

20 Rizka Arfeinia 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 5 25
21 Rizky Yulandari 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 4 20
22 Sendu Batama 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2 10
23 Siti arah 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 5 25
24 Siti Jihan Maraty 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 5 25
25 Yulya Fazyanda 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 6 30

ket: Skor = Jumlah X 5











!')



Nilai Posttest kelas Kontrol

No Butir Soal
No. Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Jumlah Skor
1 Amelia Fitrianis 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 12 60
2 Andini Ayu Alfitriyanti 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 14 70
3 Atiqa Umaima 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 12 60
4 Aushona Mahyidien 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 11 55
5 Diah Ayu Aisyah Iryanto 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 9 45
6 Edna Efrida 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 8 40
7 Farida Suryani 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 8 40
8 Herweningtyas Rakhmadani 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 9 45
9 Iffa Karima 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 12 60
10 Lita Lufita 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 10 50
11 Marchella Sprintestya 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 9 45
12 Nadiya Zurnafany Sakina. T 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 10 50
13 Navida Febrina Syafaaty 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 15 75
14 Nazila Nurul Rizkia 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 12 60
15 Nihayatunnisa 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 9 45
16 Nila Apriani 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 14 70
17 Rafika Attamy 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 15 75
18 Rahayu Lestari 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 11 55
19 Rika Noor Seha 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 8 40
!'*

20 Rizka Arfeinia 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 10 50
21 Rizky Yulandari 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 12 60
22 Sendu Batama 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 11 55
23 Siti arah 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 10 50
24 Siti Jihan Maraty 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 8 40
25 Yulya Fazyanda 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 12 60

ket: skor = jumlah X 5











!(+



Distribusi Data Pretest Siswa Kelas Eksperimen
1. Data skor pretes siswa kelas eksperimen
10 10 10 15 15 20 20 20 20 20
20 20 25 25 25 25 25 25 25 25
30 30 35 35 35

Skor terbesar = 35
Skor terkecil = 10
2. Sebaran = skor terbesar skor terkecil
= 35 10
= 25
3. Banyak kelas = 1 + 3,3 log 25
= 5,61 ~ 6
4. Panjang kelas (P) = 4,16 (dibulatkan menjadi 5)

5. Tabel distribusi frekuensi pretes siswa kelas eksperimen
No. interval F Titik Tengah P
1. 10 14 3 61,5 12%
2. 15 19 2 66,5 8%
3. 20 24 7 71,5 28%
4. 25 29 8 76,5 32%
5. 30 34 2 81,5 8%
!(!

6. 35 39 3 86,5 12%
n=25

Mean/ rata-rata ( ) = 22,6
Standar Deviasi (SD) = 7,23

Median = Bb + P
= 24,5 + 5
= 24,8
Modus = Bb + P
= 24,5 + 5
= 25,2







!(#




Distribusi Data Pretes Siswa Kelas Kontrol
1. Data skor pretes siswa kelas eksperimen
10 10 10 10 10 10 15 15 15 20
20 20 20 25 25 25 25 25 25 30
30 30 30 30 40

Skor terbesar = 40
Skor terkecil = 10
2. Sebaran = skor terbesar skor terkecil
= 40 10
= 30
3. Banyak kelas = 1 + 3,3 log 25
= 5,61 ~ 6
4. Panjang kelas (P) = 5

5. Tabel distribusi frekuensi pretes siswa kelas eksperimen
No. interval F Titik Tengah P
1. 10 14 6 11,5 24%
2. 15 19 3 16,5 12%
3. 20 24 4 21,5 16%
4. 25 29 6 26,5 24%
!($

5. 30 34 5 31,5 20%
6. 35 39 0 36,5 0%
7. 40 44 1 41,5 40%
n=25

Mean/ rata-rata ( ) = 21
Standar Deviasi (SD) = 8,41

Median = Bb + P
= 19,5 + 5
= 23,9
Modus = Bb + P
= 24,5 + 5
= 23,13





!(%





Perhitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Eksperimen
Perhitungan uji normalitas adalah dengan mengunakan uji liliefors, taraf nyata (') adalah 5% (0,05), nilai L tabel (Lt) dengan
n=25 adalah 0,173.
1. Kriteria pengujian
a. Ho diterima (Ha ditolak) apabila Lo < Lt
b. Ho ditolak (Ha diterima) apabila Lo > Lt
2. Nilai uji statistik (L hitung (Lo))
No. Xi Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) - S(Zi)
1 10 -1,74 0,0409 0,12 0,0791
2 10 -1,74 0,0409 0,12 0,0791
3 10 -1,74 0,0409 0,12 0,0791
4 15 -1,05 0,1469 0,20 0,0531
5 15 -1,05 0,1469 0,20 0,0531
6 20 -0,36 0,3594 0,48 0,1206
7 20 -0,36 0,3594 0,48 0,1206
8 20 -0,36 0,3594 0,48 0,1206
9 20 -0,36 0,3594 0,48 0,1206
10 20 -0,36 0,3594 0,48 0,1206
!(&

11 20 -0,36 0,3594 0,48 0,1206
12 20 -0,36 0,3594 0,48 0,1206
13 25 0,33 0,6293 0,80 0,1707
14 25 0,33 0,6293 0,80 0,1707
15 25 0,33 0,6293 0,80 0,1707
16 25 0,33 0,6293 0,80 0,1707
17 25 0,33 0,6293 0,80 0,1707
18 25 0,33 0,6293 0,80 0,1707
19 25 0,33 0,6293 0,80 0,1707
20 25 0,33 0,6293 0,80 0,1707
21 30 1,02 0,8461 0,88 0,0339
22 30 1,02 0,8461 0,88 0,0339
23 35 1,72 0,9573 1,00 0,0427
24 35 1,72 0,9573 1,00 0,0427
25 35 1,72 0,9573 1,00 0,0427
Keterangan:
Lo = 0,1707
3. Kesimpulan
Lo < Lt (0,1707 < 0,173)
Artinya, data berdistribusi normal




!('





Perhitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelas Kontrol
Perhitungan uji normalitas adalah dengan mengunakan uji liliefors, taraf nyata (') adalah 5% (0,05), nilai L tabel (Lt) dengan
n=25 adalah 0,173.
4. Kriteria pengujian
c. Ho diterima (Ha ditolak) apabila Lo < Lt
d. Ho ditolak (Ha diterima) apabila Lo > Lt
5. Nilai uji statistik (L hitung (Lo))
No. Xi Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) - S(Zi)
1 10 -1,31 0,0951 0,24 0,1449
2 10 -1,31 0,0951 0,24 0,1449
3 10 -1,31 0,0951 0,24 0,1449
4 10 -1,31 0,0951 0,24 0,1449
5 10 -1,31 0,0951 0,24 0,1449
6 10 -1,31 0,0951 0,24 0,1449
7 15 -0,71 0,2388 0,36 0,1212
8 15 -0,71 0,2388 0,36 0,1212
9 15 -0,71 0,2388 0,36 0,1212
10 20 -0,12 0,4522 0,52 0,0678
!((

11 20 -0,12 0,4522 0,52 0,0678
12 20 -0,12 0,4522 0,52 0,0678
13 20 -0,12 0,4522 0,52 0,0678
14 25 0,48 0,6844 0,76 0,0756
15 25 0,48 0,6844 0,76 0,0756
16 25 0,48 0,6844 0,76 0,0756
17 25 0,48 0,6844 0,76 0,0756
18 25 0,48 0,6844 0,76 0,0756
19 25 0,48 0,6844 0,76 0,0756
20 30 1,07 0,8577 0,96 0,1023
21 30 1,07 0,8577 0,96 0,1023
22 30 1,07 0,8577 0,96 0,1023
23 30 1,07 0,8577 0,96 0,1023
24 30 1,07 0,8577 0,96 0,1023
25 40 2,26 0,9881 1,00 0,0119
Keterangan:
Lo = 0,1449
6. Kesimpulan
Lo < Lt (0,1449 < 0,173)
Artinya, data berdistribusi normal




!()





Perhitungan Uji Homogenitas Skor Pretest

Perhitungan homogenitas yang dilakukan adalah uji homogenitas dua varians atau uji fisher. Rumus yang digunakan adalah:
F =
Dimana: S adalah standar deviasi dilihat dari data skor pretes kelas ekperimen dan kelas kontrol.
1. Hipotesis
Ho : Data memiliki varians homogen
Ha : data tidak memiliki varians homogen
2. Kriteria pengujian
a. Apabila F hitung < F tabel maka Ho diterima, yang berarti varians kedua populasi homogen.
b. Apabila F hitung > F tabel maka Ho ditolak, yang berarti varians kedua populasi tidak homogen.
3. Tentukan dk pembilang (varians terbesar) dan dk penyebut (varians terkecil)
dk1 = n-1 = 24
dk2 = n-1 = 24
!(*

4. Tentukan F hitung
F =
S dari kelas eksperimen = 7,23
S dari kelas kontrol = 8,41
F = = = 1,35
5. Tentukan nilai F tabel
Untuk dk penyebut 24 dan dk pembilang 24 (0,05:24,24), adapun F tabel dengan dk penyebut 24 dan dk pembilang 24 pada taraf
signifikan 5% adalah 1,98. Karena F hitung < F tabel (1,35 < 1,98 ) ini artinya Ho diterima, maka dapat di ambil kesimpulan bahwa
kedua data yang dimiliki varians homogen.








!)+





Perhitungan Pengujian Hipotesis Pretest
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan t test, berikut langkah-langkah perhitungan:
1. Menentukan hipotesisi
Ho : (
1
= (
2

Ha : (
1
> (
2
2. Menentukan kriteria pengujian
a. Apabila t hitung < t tabel maka Ho diterima
b. Apabila t hitung > t tabel maka Ho ditolak
3. Menentukan uji statistik
t = dimana

!)!

Rata-rata kelas eksperimen adalah 22,6
Rata-rata kelas kontrol adalah 21
S dari kelas eksperimen adalah 7,23
S dari kelas kontrol adalah 8,41
= S
2
x
(n
x
-1) = 7,23
2
(25-1) = 1254,5496
= S
2
x
(n
x
-1) = 8,41
2
(25-1) = 1697,4744
= = 61,50
t = = 0,72
Untuk '=0,05 dan dk 48 t
tabel
= 2,021, '=0,1 t
tabel
=1,684. Sedangkan t
hitung
= 0,72. Karena didapat t
hitung
< t
tabel
( 0,72 < 2,069 ). Maka
t
hitung
berada pada daerah penerimaan. Maka hipotesis nol diterima. Rata-rata pretest kedua kelas sama.





!)#






Distribusi Data Posttest Siswa Kelas Eksperimen
1. Data skor pretes siswa kelas eksperimen
60 60 60 65 65 70 70 70 75 75
75 75 80 80 80 80 80 85 85 85
85 85 85 85 90

Skor terbesar = 90
Skor terkecil = 60
2. Sebaran = skor terbesar skor terkecil
= 90 60
= 30
3. Banyak kelas = 1 + 3,3 log 25
= 5,61 ~ 6
4. Panjang kelas (P) = 5

5. Tabel distribusi frekuensi pretes siswa kelas eksperimen
No. interval F Titik Tengah P
!)$

1. 60 64 3 61,5 12%
2. 65 69 2 66,5 8%
3. 70 74 3 71,5 12%
4. 75 79 4 76,5 16%
5. 80 84 5 81,5 20%
6. 85 89 7 86,5 28%
7. 90 94 1 91,5 4%
n=25

Mean/ rata-rata ( ) = 76,2
Standar Deviasi (SD) = 9,05

Median = Bb + P
= 79,5 + 5
= 80
Modus = Bb + P
= 84,5 + 5
= 85,75




!)%






Distribusi Data Posttest Siswa Kelas Kontrol
1. Data skor pretes siswa kelas eksperimen
40 40 40 40 45 45 45 45 50 50
50 50 55 55 55 60 60 60 60 60
60 70 70 75 75

Skor terbesar = 75
Skor terkecil = 40
2. Sebaran = skor terbesar skor terkecil
= 75 40
= 35
3. Banyak kelas = 1 + 3,3 log 25
= 5,61 ~ 6
4. Panjang kelas (P) = 5,83 (dibulatkan menjadi 6)

5. Tabel distribusi frekuensi pretes siswa kelas eksperimen
No. interval F Titik Tengah P
!)&

1. 40 45 8 41,5 32%
2. 46 51 4 47,5 16%
3. 52 57 3 53,5 12%
4. 58 63 6 59,5 24%
5. 64 69 0 65,5 0%
6. 70 75 4 71,5 16%
n=25

Mean/ rata-rata ( ) = 54,2
Standar Deviasi (SD) = 10,77

Median = Bb + P
= 51,5 + 5
= 52,33
Modus = Bb + P
= 39,5 + 5
= 42,8




!)'






Perhitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Eksperimen
Perhitungan uji normalitas adalah dengan mengunakan uji liliefors, taraf nyata (') adalah 5% (0,05), nilai L tabel (Lt) dengan
n=25 adalah 0,173.
7. Kriteria pengujian
e. Ho diterima (Ha ditolak) apabila Lo < Lt
f. Ho ditolak (Ha diterima) apabila Lo > Lt
8. Nilai uji statistik (L hitung (Lo))
No. Xi Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) - S(Zi)
1 60 -1,79 0,0367 0,12 0,0833
2 60 -1,79 0,0367 0,12 0,0833
3 60 -1,79 0,0367 0,12 0,0833
4 65 -1,24 0,1075 0,20 0,0925
5 65 -1,24 0,1075 0,20 0,0925
6 70 -0,69 0,2451 0,32 0,0749
7 70 -0,69 0,2451 0,32 0,0749
8 70 -0,69 0,2451 0,32 0,0749
9 75 -0,13 0,4483 0,48 0,0317
!)(

10 75 -0,13 0,4483 0,48 0,0317
11 75 -0,13 0,4483 0,48 0,0317
12 75 -0,13 0,4483 0,48 0,0317
13 80 0,42 0,6628 0,68 0,0172
14 80 0,42 0,6628 0,68 0,0172
15 80 0,42 0,6628 0,68 0,0172
16 80 0,42 0,6628 0,68 0,0172
17 80 0,42 0,6628 0,68 0,0172
18 85 0,97 0,8340 0,96 0,1260
19 85 0,97 0,8340 0,96 0,1260
20 85 0,97 0,8340 0,96 0,1260
21 85 0,97 0,8340 0,96 0,1260
22 85 0,97 0,8340 0,96 0,1260
23 85 0,97 0,8340 0,96 0,1260
24 85 0,97 0,8340 0,96 0,1260
25 90 1,53 0,9370 1,00 0,0630
Keterangan:
Lo = 0,1260
9. Kesimpulan
Lo < Lt (0,1260 < 0,173)
Artinya, data berdistribusi normal



!))






Perhitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelas Eksperimen
Perhitungan uji normalitas adalah dengan mengunakan uji liliefors, taraf nyata (') adalah 5% (0,05), nilai L tabel (Lt) dengan
n=25 adalah 0,173.
10. Kriteria pengujian
g. Ho diterima (Ha ditolak) apabila Lo < Lt
h. Ho ditolak (Ha diterima) apabila Lo > Lt
11. Nilai uji statistik (L hitung (Lo))
No. Xi Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) - S(Zi)
1 60 -1,79 0,0367 0,12 0,0833
2 60 -1,79 0,0367 0,12 0,0833
3 60 -1,79 0,0367 0,12 0,0833
4 65 -1,24 0,1075 0,20 0,0925
5 65 -1,24 0,1075 0,20 0,0925
6 70 -0,69 0,2451 0,32 0,0749
7 70 -0,69 0,2451 0,32 0,0749
8 70 -0,69 0,2451 0,32 0,0749
9 75 -0,13 0,4483 0,48 0,0317
!)*

10 75 -0,13 0,4483 0,48 0,0317
11 75 -0,13 0,4483 0,48 0,0317
12 75 -0,13 0,4483 0,48 0,0317
13 80 0,42 0,6628 0,68 0,0172
14 80 0,42 0,6628 0,68 0,0172
15 80 0,42 0,6628 0,68 0,0172
16 80 0,42 0,6628 0,68 0,0172
17 80 0,42 0,6628 0,68 0,0172
18 85 0,97 0,8340 0,96 0,1260
19 85 0,97 0,8340 0,96 0,1260
20 85 0,97 0,8340 0,96 0,1260
21 85 0,97 0,8340 0,96 0,1260
22 85 0,97 0,8340 0,96 0,1260
23 85 0,97 0,8340 0,96 0,1260
24 85 0,97 0,8340 0,96 0,1260
25 90 1,53 0,9370 1,00 0,0630
Keterangan:
Lo = 0,1260
12. Kesimpulan
Lo < Lt (0,1260 < 0,173)
Artinya, data berdistribusi normal



!*+






Perhitungan Uji Homogenitas Skor Posttest

Perhitungan homogenitas yang dilakukan adalah uji homogenitas dua varians atau uji fisher. Rumus yang digunakan adalah:
F =
Dimana: S adalah standar deviasi dilihat dari data skor posttest kelas ekperimen dan kelas kontrol.
1. Hipotesis
Ho : Data memiliki varians homogen
Ha : data tidak memiliki varians homogen
2. Kriteria pengujian
a. Apabila F hitung < F tabel maka Ho diterima, yang berarti varians kedua populasi homogen.
b. Apabila F hitung > F tabel maka Ho ditolak, yang berarti varians kedua populasi tidak homogen.
3. Tentukan dk pembilang (varians terbesar) dan dk penyebut (varians terkecil)
dk1 = n-1 = 24
!*!

dk2 = n-1 = 24
4. Tentukan F hitung
F =
S dari kelas eksperimen = 9,05
S dari kelas kontrol = 10,77
F = = = 1,42
5. Tentukan nilai F tabel
Untuk dk penyebut 24 dan dk pembilang 24 (0,05:24,24), adapun F tabel dengan dk penyebut 24 dan dk pembilang 24 pada taraf
signifikan 5% adalah 1,98. Karena F hitung < F tabel (1,42 < 1,98 ) ini artinya Ho diterima, maka dapat di ambil kesimpulan bahwa
kedua data yang dimiliki varians homogen.







!*#






Perhitungan Pengujian Hipotesis Posttest

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan t test, berikut langkah-langkah perhitungan:
1. Menentukan hipotesisi
Ho : (
1
= (
2

Ha : (
1
> (
2
2. Menentukan kriteria pengujian
a. Apabila t hitung < t tabel maka Ho diterima
b. Apabila t hitung > t tabel maka Ho ditolak
3. Menentukan uji statistik
t = dimana

Rata-rata kelas eksperimen adalah 76,2
Rata-rata kelas kontrol adalah 54,2
!*$

S dari kelas eksperimen adalah 9,04
S dari kelas kontrol adalah 10,77
= S
2
x
(n
x
-1) = 9,04
2
(25-1) = 1961,3184
= S
2
x
(n
x
-1) = 10,77
2
(25-1) = 2783,8296
= = 98,86
t = = 7,83
Untuk '=0,05 dan dk 48, t
kritis
= 2,021 dan '=0,1 t
tabel
=1,684. Sedangkan t
hitung
= 7,83. Karena didapat t
hitung
> t
tabel
( 7,83 > 2,069).
Maka t
hitung
berada pada daerah penolakan. Maka hipotesis nol ditolak. Rata-rata posttest kedua kelas berbeda. Dapat disimpulakan
bahwa terdapat berbedaan hasil belajar siswa yang signifikan antara model pembelajaran konstruktivisme melalui metode
eksperimen dengan yang tidak menggunakan model pembelajaran konstruktivisme melalui metode ekperimen.

Anda mungkin juga menyukai