Anda di halaman 1dari 14

LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2013/2014

MODUL

: Filtrasi

PEMBIMBING : Ir. Emma Hermawati, MT

Praktikum

: 25 Maret 2014

Penyerahan : 25 Maret 2014 (Laporan)

Oleh : Kelompok Nama :5 : Nindya Farah Fauzan Nur Aini Qonitah Nurizal Furqon Nugraha Kelas : 3A-TKPB .NIM 111424017 .NIM 111424018 .NIM 111424019

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2014

FILTRASI
I. Tujuan

Menentukan laju optimum pada proses filtrasi

II.

Dasar Teori Filtrasi adalah pembersihan partikel padat dari suatu fluida dengan melewatkan fluida pada medium penyaringan (septum) yang di atasnya akan tersaring padatan. Padatan tersebut akan semakin menebal di permukaan dan harus dibersihkan secara periodik (backwash). Range filtrasi pada industri mulai dari penyaringan sederhana hingga pemisahan yang kompleks. Fluida yang difiltrasi dapat berupa cairan atau gas, aliran yang lolos dari saringan mungkin saja cairan, padatan, atau keduanya. Pada pengolahan air minum, filtrasi digunakan untuk menyaring air hasil dari proses koagulasi flokulasi sedimentasi sehingga dihasilkan air minum dengan kualitas lebih tinggi dibandingkan sebelum filtrasi. Di samping mereduksi kandungan zat padat, filtrasi dapat pula mereduksi kandungan bakteri, menghilangkan warna, rasa, bau, besi dan mangan. Perencanaan suatu sistem filter untuk pengolahan air tergantung pada tujuan pengolahan dan pre-treatment yang telah dilakukan pada air baku sebagai influen filter. 1) Cara pengontakan zat padat dengan fluida, yaitu dengan cara: Unggun tetap (fixed bed) di mana fluida mengalir dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas melewati suatu unggun zat padat yang diam. Unggun terfluidisasi (fluidized bed) di mana fluida mengalir melewati unggun partikelpartikel padat dengan kecepatan yang relatif tinggi sehingga partikel-partikel padatnya akan terangkat dan terpisahkan satu sama lain. 2) Jumlah media yang digunakan dalam penyaringan, media filter dikategorikan menjadi: Single media Satu jenis media seperti pasir silika, atau dolomit saja. Filter cepat tradisional biasanya menggunakan pasir kwarsa. Pada sistem ini penyaringan SS terjadi pada lapisan paling atas sehingga dianggap kurang efektif karena sering dilakukan pencucian.

Dual media

Menggunakan dua media seperti pasir kwarsa, dan anthrasit. pasir kwarsa di lapisan bawah dan antharasit pada lapisan atas. Keuntungan dual media yaitu: a. Kecepatan filtrasi lebih tinggi (10 15 m/jam) b. Periode pencucian lebih lama c. Merupakan peningkatan filter single media (murah) Multi media

Menggunakan media lebih dari dua jenis seperti pasir silica, anthrasit dan garnet atau dolomit. Fungsi multi media ini yaitu untuk memfungsikan seluruh lapisan filter agar berperan sebagai penyaring. 3) Variasi bentuk dan komposisi kimia. Susunan media dapat dibedakan berdasarkan ukurannya menjadi: Seragam (uniform), ukuran butiran media filter relatif sama dalam satu bak Gradasi (stratified), ukuran butiran media tidak sama dan tersusun bertingkat Tercampur (mixed), ukuran butiran media tidak sama dan bercampur

4) Tipe filter Berdasarkan pada kapasitas produksi air yang terolah, pengoperasian dapat dilakukan dengan cara filter pasir cepat atau dengan cara filter pasir lambat. a. Filter pasir cepat Filter pasir cepat atau rapid sand filter adalah filter yang mempunyai kecepatan filtrasi cepat (4 hingga 21 m/jam). Filter ini selalu didahului dengan proses koagulasi flokulasi dan pengendapan untuk memisahkan padatan tersuspensi. Jika kekeruhan pada influen filter pasir cepat berkisar 5 10 NTU maka efisiensi penurunan kekeruhannya dapat mencapai 90 98%. Pengoperasian filter pasir cepat adalah sebagai berikut: Selama proses filtrasi berlangsung, partikel yang terbawa air akan tersaring di media filter. Sementara itu, air terus mengalir melewati media pasir dan penyangga dan akhirnya air keluar menuju bak penampung. Partikel yang tersaring di media lama kelamaan akan menyumbat pori-pori media sehingga terjadi clogging (penyumbatan). Clogging ini akan meningkatkan headloss

aliran air di media. Peningkatan headloss dapat dilihat dari meningkatnya permukaan air di atas media atau menurunnya debit filtrasi. Untuk menghilangkan clogging, dilakukan pencucian media. Pencucian dilakukan dengan cara memberikan aliran balik pada media (backwash) dengan tujuan untuk mengurai media dan mengangkat kotoran yang menyumbat poripori media filter. Setelah itu filter dapat dioperasikan kembali.

a) Tipe filter berdasarkan sistem kontrol kecepatan Constant rate: debit hasil proses filtrasi konstan sampai pada level tertentu. Hal ini dilakukan dengan memberikan kebebasan kenaikan level muka air di atas media filter. Declining rate atau constant head: debit hasil proses filtrasi menurun seiring dengan waktu filtrasi, atau level muka air di atas media filter dirancang pada nilai yang tetap. b) Tipe filter berdasar arah aliran Berdasarkan arah alirannya, filter dikelompokkan menjadi: Filter aliran down flow (kebawah). Filter aliran upflow (keatas). Filter aliran horizontal.

c) Tipe filter berdasar sistem pengaliran Berdasarkan sistem pengalirannya, filter dikelompokkan menjadi: Gravity Filtration, Filtrasi yang cairannya mengalir karena gaya berat (Tekanan di atas atmosfer pada bagian atas media penyaring) Pressure Filtration, Filtrasi yang dilakukan dengan menggunakan tekanan. Vacum Filtration, Filtrasi dengan cairan yang mengalir karena prinsip hampa udara (penghisapan). Kebanyakan penyaring industri adalah penyaring tekan, penyaring vakum, atau pemisah sentrifugal. Penyaring tersebut beroperasi secara kontinyu atau diskontinyu, tergantung apakah buangan dari padatan tersaring tunak (steady) atau sebentarsebentar. Sebagian besar siklus operasi dari penyaring diskontinyu, aliran fluida melalui peralatan secara kontinu, tetapi harus dihentikan secara periodik untuk membuang padatan terakumulasi. Dalam saringan kontinyu buangan padat atau fluida tidak dihentikan selama peralatan beroperasi. b. Filter Pasir Lambat Filter pasir lambat (slow sand filter) adalah filter yang mempunyai kecepatan filtrasi lambat (sekitar 0,1 hingga 0,4 m/jam). Kecepatan lambat ini disebabkan ukuran media pasir lebih kecil (effective size = 0,150,35 mm). Filter pasir lambat cukup efektif digunakan untuk menghilangkan kandungan bahan organik dan organisme patogen pada air baku yang mempunyai kekeruhan relatif rendah. Filter pasir lambat banyak digunakan untuk pengolahan air dengan kekeruhan air baku di bawah 50 NTU. Efisiensi

filter pasir lambat tergantung pada distribusi ukuran partikel pasir, ratio luas permukaan filter terhadap kedalaman dan kecepatan filtrasi. Filter pasir lambat bekerja dengan cara pembentukan lapisan biofilm di beberapa milimeter bagian atas lapisan pasir halus yang disebut lapisan hypogealm atau schmutzdecke. Lapisan ini mengandung bakteri, fungi, protozoa, rotifera, dan larva serangga air. Schmutzdecke adalah lapisan yang melakukan pemurnian efektif dalam pengolahan air minum. Selama air melewati schmutzdecke, partikel akan terperangkap dan organik terlarut akan teradsorpsi, diserap dan dicerna oleh bakteri, fungi, dan protozoa. Proses yang terjadi dalam schmutzdecke sangat kompleks dan bervariasi, tetapi yang utama adalah mechanical straining terhadap kebanyakan bahan tersuspensi dalam lapisan tipis yang berpori-pori sangat kecil, kurang dari satu mikron. Ketebalan lapisan ini meningkat terhadap waktu hingga mencapai sekitar 25 mm, yang menyebabkan aliran mengecil. Ketika kecepatan filtrasi turun sampai tingkat tertentu, filter harus dicuci dengan mengambil lapisan pasir bagian atas setebal sekitar 25 mm. Keuntungan filter lambat antara lain: Biaya konstruksi rendah Rancangan dan pengoperasian lebih sederhana Tidak diperlukan tambahan bahan kimia Variasi kualitas air baku tidak terlalu mengganggu Tidak diperlukan banyak air untuk pencucian, pencucian tidak menggunakan backwash, hanya dilakukan di bagian atas media Kerugian filter pasir lambat adalah besarnya kebutuhan lahan, yaitu sebagai akibat dari lambatnya kecepatan filtrasi. Secara umum, filter pasir lambat hampir sama dengan filter pasir cepat. Filter lambat tersusun oleh bak filter, media pasir, dan sistem underdrain seperti gambar dibawah ini

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses filtrasi yaitu: 1. Debit Filtrasi Debit yang terlalu besar akan menurunkan efisiensi hasil filtrasi dikarenakan kurangnya waktu kontak antara permukaan butiran media penyaring dengan air yang akan disaring. Kecepatan aliran yang terlalu tinggi menyebabkan partikel partikel yang terlalu halus yang tersaring akan lolos. 2. Konsentrasi Kekeruhan Konsentrasi kekeruhan air baku yang sangat tinggi akan menyebabkan tersumbatnya lubang pori dari media (clogging). Sehingga dalam melakukan filtrasi sering dibatasi seberapa besar konsentrasi kekeruhan dari air baku. Jika konsentrasi kekeruhan terlalu tinggi maka dilakukan proses koagulasi flokulasi dan sedimentasi terlebih dahulu. 3. Temperatur Adanya perubahan suhu atau temperatur dari air yang akan difiltrasi, menyebabkan massa jenis (density), viskositas absolut, dan viskositas kinematis dari air akan mengalami perubahan. Selain itu juga akan mempengaruhi daya tarik menarik diantara partikel halus penyebab kekeruhan, sehingga terjadi perbedaan dalam ukuan besar partikel yang akan disaring. Akibat ini juga akan mempengaruhi daya adsorpsi. Akibat dari keduanya ini, akan mempengaruhi terhadap efisiensi daya saring filter. 4. Kedalaman media, Ukuran, dan Material Tebal tipisnya media akan menentukan lamanya pengaliran dan daya saring. Media yang terlalu tebal biasanya mempunyai daya saring yang sangat tinggi, tetapi membutuhkan waktu pengaliran yang lama. Media yang terlalu tipis memiliki waktu pengaliran yang pendek dan memiliki daya saring yang rendah. Demikian pula dengan ukuran besar kecilnya diameter butiran media filtrasi berpengaruh pada porositas, laju filtrasi, dan juga kemampuan daya saring, baik itu komposisisnya, proporsinya, maupun bentuk susunan dari diameter butiran media. Keadaan media yang terlalu kasar atau terlalu halus akan menimbulkan variasi dalam ukuran rongga antar butir. Ukuran pori sendiri menentukan besarnya tingkat porositas dan kemampuan menyaring partikel halus yang terdapat dalam air baku. Lubang pori yang terlalu besar akan meningkatkan rate dari filtrasi dan

juga akan menyebabkan lolosnya partikelpartikel halus yang akan disaring. Sebaliknya lubang pori yang terlalu halus akan meningkatkan kemampuan menyaring partikel dan juga dapat menyebabkan clogging (penyumbatan lubang pori oleh partikelpartikel halus yang tertahan) yang terlalu cepat. 5. Tinggi Muka Air Di Atas Media dan Kehilangan Tekanan Keadaan tinggi muka air di atas media berpengaruh terhadap besarnya debit atau laju filtrasi dalam media. Tersedianya muka air yang cukup tinggi diatas media akan meningkatkan daya tekan air untuk masuk kedalam pori. Dengan muka air yang tinggi akan meningkatkan laju filtrasi (bila filter dalam keadaan bersih). Muka air diatas media akan naik bila lubang pori tersumbat (terjadi clogging) terjadi pada saat filter dalam keadaan kotor. Untuk melewati lubang pori, dibutuhkan aliran yang memiliki tekanan yang cukup. Besarnya tekanan air yang ada diatas media dengan yang ada didasar media akan berbeda di saat proses filtrasi berlangsung. Perbedaan inilah yang sering disebut dengan kehilangan tekanan (headloss). Kehilangan tekanan akan meningkat atau bertambah besar pada saat filter semakin kotor atau telah dioperasikan selama beberapa waktu. Friksi akan semakin besar bila kehilangan tekanan bertambah besar, hal ini dapat diakibatkan karena semakin kecilnya lubang pori (tersumbat) sehingga terjadi clogging. 6. Luas Permukaan bahan yang difiltrasi Jumlah filtrat persatuan waktu berbanding lurus dengan luas permukaan media filter. Semakin besar luas media tersebut, semakin besar pula daya filtrasinya. 7. Beda Tekanan antara kedua sisi filter Beda Tekanan adalah gaya pendorong setiap proses filtrasi. Secara teoritis, daya filtrasi juga sebanding dengan beda tekanan. Gaya pendorong tersebut dapat ditimbulkan oleh tekanan hidrostatik, tekanan lebih, tekanan rendah. Gaya hidrostatik merupakan penekanan oleh suspensi pada permukaan filter. Tekanan lebih (filtrasi tekanan) merupakan yang dihasilkan jika memperbesar tekanan hidrostatik. Misalnya pengaliran suspensi dari lantai yang lebih tinggi, dengan pompa, atau gas bertekanan. Tekanan rendah (tekanan vakum) merupakan tekan yang dilakukan jika tekanan uap filtrate yang harus lebih kecil karena filtrat mudah mendidih. dengan memperkecil tekanan, makan titik didihnya juga akan

menurun. karena bahan yang mempunyai tekanan uap tinggi tidak bisa difiltrasi dengan baik. 8. Viskositas bahan Viskositas cairan merupakan kekentalan dari suatu suspensi. Semakin kecil viskositas cairan, maka semakin besar pula daya filtrasinya. Standar baku mutu pengolahan limbah cair

Standar Kualitas Air Bersih

Sumber: Lampiran II Permenkes RI No:416/PER/IX/1990

III. Alat & Bahan 1. Alat 1) Turbidimeter 2) pH-meter 3) Bak filtrasi 4) Gelas kimia 5) Gelas ukur 100 dan 1000 mL 6) Selang 7) Penampung air limbah sungai 8) Ember

2. Bahan 1) Air limbah 2) Aquadest

IV. Langkah Kerja Air limbah Tangki Influent


Sampel Influent (duplo)

Variasi laju alir

... ... ...


Proses Filtrasi

Nilai kekeruhan
1 . . . . . .

Tangki effluent

Sampel Effluent (duplo)

Vol hasil filtrasi Dalam waktu . . . mnt

Nilai kekeruhan
1 . . . . . . . . . . . . 2 . . . . . . 3

... ... ...

*efisiensi setiap laju alir dan dapat diketahui laju optimum filtrasi percobaan *perbedaan volume effluent yang dihasilkan

V.

Data Pengamatan
volume tangki (ml) 25000 25000 25000 25000 waktu operasi (s) 580 976 1436 3292

Run 1 2 3 4

Laju alir (ml/s) 38.46 26.00 16.60 7.60

Kekeruhan Ph (NTU) Influent Effluent Influent Effluent 7.22 7.02 5.39 7.13 7.49 7.21 4.87 4.08 7.26 7.29 6.29 5.00 7.22 7.18 4.49 3.18

Efisiensi (%) -32.28 16.22 20.51 29.18

Kurva Efisiensi Terhadap Laju Alir


40 30 20 Efisiensi (%) 10 0 0 -10 -20 -30 -40 Laju Alir (ml/s) 5 10 15 20 25 30 35 40 45

VI. Pembahasan Untuk menyalurkan umpan kedalam bak filtrasi digunakan pompa namun pompa yang ada tidak memiliki konsistensi laju alir. Oleh karena itu, kami menggunakan prinsip gaya gravitasi yaitu tangki umpan diposisikan di bagian atas bak filtrasi dengan pengaturan laju alir yang menggunakan bukaan valve. Proses backwash tidak dilakukan sebagaimana mestinya karena terhalang oleh alat sehingga kami hanya merendam media filter dengan air keran hingga penuh dan selanjutnya membuka valve bagian bawah bak filtrasi, hasilnya air keran hasil backwash keluar berwarna kecoklatan menandakan air tersebut kotor. Limbah yang kami gunakan dalam proses filtrasi ini yaitu air sungai dimana secara kasat mata sedikit keruh (terdapat suspensi) dan cukup bau.

Dari hasil percobaan diketahui bahwa semakin tinggi laju alirnya maka efisiensinya akan semakin menurun, hal tersebut sesuai dengan literature yang ada. Laju alir yang semakin tinggi menyebabkan kurangnya waktu kontak antara permukaan butiran media penyaring dengan limbah tersebut sehingga efisiensi yang diperoleh semakin kecil. Adanya efisensi yang bernilai minus disebabkan karena pada laju alir 38 ml/s dilakukan pertama kali sehingga di dalam bak filtrasi masih terdapat larutan limbah hasil percobaan sebelumnya, selain itu laju alirnya terlalu besar sehingga terdapat partikel-partikel yang terlalu halus akan lolos dalam penyaringan yang menyebabkan nilai kekeruhan akhir bertambah besar dibandingkan kekeruhan awal. Untuk laju alir optimum dapat ditentukan dari nilai efisiensi yang paling besar, sehingga berdasarkan grafik laju alir optimum diperoleh pada saat laju alirnya 7.6 ml/s. Disamping itu hasil pengamatan menunjukan air hasil filtrasi ini masih memiliki bau namun lebih jernih dibandingkankan sebelum dilakukan filtrasi. Untuk dibuang ke lingkungan jika dilihat dari nilai kekeruhan dan pH, air limbah ini dapat dibuang ke lingkungan karena masih dibawah baku mutu lingkungan dengan Ph masih diantara 6,5-9 dan nilai kekeruhan masih dibawah 25 NTU.

VII. Simpulan

Laju alir optimum pada proses filtrasi yaitu 7,6 ml/s dengan efisiensi sebesar 29.18 %

Lampiran Foto

Air Sungai Bak Filtrasi Tangki Umpan

Hasil Filtrasi

Turbidimeter & pH meter

Anda mungkin juga menyukai

  • Sejarah
    Sejarah
    Dokumen2 halaman
    Sejarah
    Aini Qonitah
    Belum ada peringkat
  • Forced Draft Fan
    Forced Draft Fan
    Dokumen3 halaman
    Forced Draft Fan
    Aini Qonitah
    Belum ada peringkat
  • Daya Kompresor
    Daya Kompresor
    Dokumen3 halaman
    Daya Kompresor
    Aini Qonitah
    Belum ada peringkat
  • BAB 1 - Pendahuluan
    BAB 1 - Pendahuluan
    Dokumen6 halaman
    BAB 1 - Pendahuluan
    Aini Qonitah
    Belum ada peringkat
  • ABSTRAK
    ABSTRAK
    Dokumen2 halaman
    ABSTRAK
    Aini Qonitah
    Belum ada peringkat
  • ABSTRAK
    ABSTRAK
    Dokumen2 halaman
    ABSTRAK
    Aini Qonitah
    Belum ada peringkat
  • Jadi
    Jadi
    Dokumen15 halaman
    Jadi
    Aini Qonitah
    Belum ada peringkat