Anda di halaman 1dari 16

BAB V

KINETIKA REAKSI SAPONIFIKASI ETILASETAT


5.1. Tujuan Percobaaan
- Untuk memberikan gambaran bahwa reaksi penyabunan etilasetat oleh ion
hidroksi adalah reaksi orde dua.
- Menentukan konstanta kecepatan reaksi pada reaksi tersebut.

5.2. Tinjauan Pustaka
Saponifikasi adalah proses hidrolisis dari ester dibawah kondisi basis untuk
membentuk alkohol dan garam dari asam. Saponifikasi umumnya digunakan untuk
menggantikan reaksi dari logam alkali dengan lemak atau minyak untuk membentuk
sabun.
[7]
Sodium hydroxide (NaOH) digunakan untuk membentuk sabun yang keras
(hard soap) sedang Potassium hydroxide (KOH) digunakan untuk membentuk sabun
yang lunak (soft soap). Reaksi saponifikasi ethyl acetate dengan sodium hydroxide
merupakan contoh reaksi order dua dengan batasan konsentrasi 0 0,1 M dan
temperatur 20 40
o
C. Adapun reaksinya pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

NaOH + CH
3
COOC
2
H
5
CH
3
COONa + C
2
H
5
OH
[7]
Natrium hidroksida etil asetat natrium asetat etil alkohol

Kinetika kimia adalah bahagian ilmu kimia fisika yang mempelajari laju reaksi
kimia, faktor-faktor yang mempengaruhinya serta penjelasan hubungannya terhadap
mekanisme reaksi. Kinetika kimia disebut juga dinamika kimia, karena adanya gerakan
molekul, elemen atau ion dalam mekanisme reaksi dan laju reaksi sebagai fungsi waktu.
Mekanisme reaksi dapat diramalkan dengan bantuan pengamatan dan pengukuran
besaran termodinamika suatu reaksi, dengan mengamati arah jalannya reaktan maupun
produk suatu sistem.
[8]
Laju reaksi adalah besarnya perubahan konsentrasi reaktan atau
produk dalam satu satuan waktu. Perubahan laju konsentrasi setiap unsur dibagi
dengankoefisiennya dalam persamaan yang seimbang/stoikiometri.
[6]

Yang dimaksud dengan kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi
persatuan waktu,atau dapat ditulis dc/dt. Dalam reaksi kimia zat-zat kimia dapat dibagi
menjadi 2 yaitu produk dan reaktan, dimana produk adalah zat yang bereaksi dan
reaktan adalah zat hasil.reaktan selalu bertambah dan produk selalu berkurang selama
reaksi berlangsung.
[8]
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi:
a. Konsentrasi
Reaksi kimia akan berlangsung lebih cepat jika konsentrasi yang bereaksi lebih
besar. Makin besar konsentrasi, makin banyak partikel zat sehingga makin banyak
terjadi tumbukan.
b. Luas permukaan
Makin luas permukaan sentuhan zat bereaksi makin besar frekuensi tumbukan yang
terjadi sehingga reaksi makin cepat.
c. Suhu
Dengan kenaikan suhu, energi kinetik molekul zat yang bereaksi bertambah sehingga
reaksi akan semakin cepat.
d. Katalis
Katalis memungkinkan suatu efektif dengan terjadinya penurunan energi aktivasi dan
memperbanyak tahap reaksi.
[7]
Laju atau kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi ataupun
produk dalam suatu satuan waktu. Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju
berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi, atau laju bertambahnya konsentrasi suatu
produk. Konsentrasi biasanya di nyatakan dalam mol per liter, tetapi untuk reaksi fase
gas, suatu tekanan atmosfer, milimeter merkurium, dapat di gunakan sebagai ganti
konsentrasi.
[2]
Hubungan kuantitatif antara perubahan konsentrasi dengan laju reaksi
dinyatakan dengan persamaan laju reaksi atau hukum laju reaksi.
Untuk reaksi:
pA + qB rC.....(2)
maka bentuk umum persamaan lajunya adalah:
v = k [A]
m
[B]
n

dimana:
v = laju reaksi (mol/ Liter. s)
k = tetapan laju reaksi
m = orde/tingkat reaksi terhadap A
n = orde/tingkat reaksi terhadap B
[A] = konsentrasi awal A (mol/ Liter)
[B] = konsentrasi awal B (mol/ Liter)
Tingkat reaksi (orde reaksi) tidak sama dengan koefisien reaksi. Orde reaksi
hanya dapat ditentukan melalui percobaan. Tingkat reaksi total adalah jumlah tingkat
reaksi untuk setiap pereaksi.
Orde reaksi total = m + n(3)
Orde reaksi menunjukkan hubungan antara perubahan konsentrasi pereaksi dengan
perubahan laju reaksi. Hubungan antara kedua besaran ini dapat dinyatakan dengan
grafik orde reaksi.
[10]
A. Reaksi-reaksi orde nol
Reaksi-reaksi orde nol adalah reaksi yang lajunya dapat ditulis sebagai berikut:


dimana k adalah konstanta laju orde ke nol. Persamaan diatas dapat diintegrasikan
dengan konsisi-kondisi awal, t=0, [A] = [A]
0


[A] = [A]
0
kt
atau
k =
[]

-
t

[dogra]

k
dt
d[A]
=
Pada reaksi orde nol, laju reaksi tidak bergantung pada konsentrasi pereaksi.








Gambar 5.2.1. Kurva pada reaksi orde nol
[10]
B. Reksi-reaski orde I
Reaksi-reaksi orde I adalah reaksi-reaksi yang lajunya berbanding langsung dengan
konsentrasi reaktan, yaitu:


Yang pada integrasi memberikan

Atau
Atau

[C]
0
adalah konsentrasi reaktan pada t=0. Untuk reaksi orde I, plot ln [C] atau log [C]
terhadap t merupakan suatu garis lurus. Intersep memberikan konsentrasi pada t= 0
dan k dapat dihitung dari kemiringan tersebut.
[1]
Pada reaksi orde satu, laju reaksi
berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi. Jika konsentrasi dinaikkan dua kali,
maka laju reaksinya pun akan dua kali lebih cepat dari semula, dst.











Gambar 5.2.2. Kurva pada reaksi orde I

C. Reksi-reaski orde II
Dalam reaksi orde II, laju berbanding langsung dengan kuadrat konsentrasi dari
satu reaktan atau dengan hasil kali konsentrasi yang meningkat sampai pangkat satu
atau dua dari reaktan-reaktan tersebut.
k[C]
dt
d[C]
=
| | | |
[C]
[C]
In
t
1
k
e [C] [C]
kt C In C In
0
kt
o
0
=
=
=

[Pereaksi]
v = k v
[Pereaksi]
v = k [Pereaksi]
1
v
- Kasus I:
2A Produk

Yang pada integrasi memberikan
| | | |
t k
A
1
A
1
0
+ =

dimana [A]
0
adalah konsentrasi reaktan pada t=0.
- Kasus II:
aA + bB Produk
Dimana a = b dan [A]
0
= [B]
0
. Persamaan laju diferensial adalah:
| | | |
| || | B A k
dt
B d
b
1
dt
A d
a
1
= =
Dan persamaan laju yang diintegrasikan adalah
| | | |
| | | |
| || |
kt
A B
A B
In
B a A b
1
0
0
0 0
=
|
|
.
|

\
|


Jika a = b = 1, persamaan akan menjadi:
| | | |
| | | |
| || |
kt
A B
A B
In
B A
1
0
0
0 0
=
|
|
.
|

\
|
=


Plot sisi kiri dari persamaan dari diatas terhadap t akan merupakan garis lurus.
Konstanta laju dapat dihitung dari kemiringan dan konsentrasi awal reaktan dari
intersep tersebut.
[1]
Pada reaksi orde dua, kenaikan laju reaksi akan sebanding dengan
kenaikan konsentrasi pereaksi pangkat dua. Bila konsentrasi pereaksi dinaikkan dua
kali, maka laju reaksinya akan naik menjadi empat kali lipat dari semula. Dengan
demikian, jika konsentrasi suatu zat dinaikkan a kali, maka laju reaksinya menjadi b kali
sehingga orde reaksi terhadap zat tersebut adalah: a
x
= b dimana x = orde reaksi.








Gambar 5.2.3. Kurva pada reaksi orde 2
[10]



2
k[A]
dt
d[A]
=
v = k
[Pereaksi]
[Pereaksi]
2
v
Untuk memberikan gambaran bahwa reaksi penyabunan etilasetat oleh ion
hidroksi adalah orde dua yaitu pada reaksi di bawah ini:
A + B hasil-hasil
t = 0 a b -
reaksi x x x
t = t a x b x x
( )( ) x b x a k
dt
dx
2
=
dimana:
a : konsentrasi awal A
b : konsentrasi awal B
x : a dan b yang bereaksi pada waktu t
k
2
: tetapan kecepatan reaksi (satuan t
-1
.c
-1
)
diintegrasi menjadi:
( )
( )
( )
( )
( )
( ) x b a
x a b
log
b a t
2,303
k

x b a
x a b
ln
b a t
1
k
2
2

=

Untuk dapat menentukan apakah suatu reaksi orde dua atau bukan dapat diselidiki pada
reaksi tingkat satu.
1. Dengan memasukkan harga a, b, t dan x pada persamaan:

( )
( ) x b a
x a b
ln
b) t(a
1
k
2

=
Bila harga-harga k
2
tetap, maka reaksi tingkat dua.
2. Secara grafik
( )
( )
( ) ( ) a
b
log
b a k
2,303

x b
x a
log
b a k
2,303
t
2 2

+

=
Bila reaksi orde dua maka grafik t terhadap log
( )
( ) x b
x a

merupakan garis lurus dengan


tangens atau slope:
( )
( ) b a slope
2,303
k
b a k
2,303
slope
2
2

=

Untuk konsentrasi sama:
( ) a k
1

b a k
1
t
a
1

x a
1
t k
2 2
2

=

Grafik t terhadap
x a
1

harus lurus bila reaksi orde tingkat dua.


3. Half life period tidak dapat dipakai untuk menyelidiki tingkat reaksi, bila konsentrasi
A dan B berbeda, karena A dan B akan mempunyai waktu berbeda untuk bereaksinya
setengah jumlah zat tersebut. Ini hanya dapat dipakai, bila konsentrasi A dan B sama
atau kedua atom sama.
[3]
|
|
.
|

\
|
=
0
] [
1
] [
1 1
A A t
k
t

k =

t
(

(konsentrasi sisa paa aktu t

- t

)
-

(konsentrasi aal paa t

)
)
k =

t
(

a-
-

a
)
dimana :
k = konstanta kecepatan reaksi (L/mmol.menit)
a = mmol NaOH campuran
x = mmol NaOH yang bereaksi
t = waktu (menit)

5.3. Tinjauan Bahan
A. Aquadest
rumus kimia : H
2
O
bau : tidak berbau
bentuk : cair
berat molekul : 18,02 g/mol
densitas : 1 g/cm
3

pH : 7
titik didih : C
warna : tidak berwarna
bentuk : cair
B. Asam Klorida
rumus kimia : HCl
bau : tidak berbau
bentuk fisik : cair
titik didih : 505,5
o
C (37% HCl)
titik leleh : -25,4
o
C (39,17% HCl)
warna : tidak bewarna
C. fenolftalein
rumus kimia : C
20
H
14
O
4

berat molekul : 318,32 g/mol
bentuk fisik : cair
warna : tidak berwarna
densitas : 1,296 g/cm
3
(20 C)
titik didih : 78,5
o
C
titik leleh : 263,7
o
C
D. Natrium hidroksida
rumus molekul : NaOH
titik didih :1390 C
titik leleh : 323 C
densitas : 2,13 g/cm
3
(20
o
C)
berat molekul : 40,000 g/mol
pH :13,5
warna : putih
bentuk : zat padat
E. Asam oksalat
rumus molekul : C
2
H
2
O
4
.2H
2
O
titik didih :149-160C
titik leleh : 101 C
kelarutan dalam air :102 g/l (20
o
C)
densitas : 1,65 g/cm
3
(20
o
C)
berat molekul : 126,07 g/mol
F. Etil asetat
rumus molekul : CH
3
COOC
2
H
5

titik didih :77C
titik leleh : -83C
berat molekul : 88,11 g/mol
bentuk : cair
warna : tidak berwarna
bau : berbau khas etil asetat















5.4. Alat dan bahan

A. Alatalat yang digunakan:
- batang pengaduk
- Beakerglass
- botol aquadest
- buret
- corong kaca
- Erlenmeyer
- gelas arloji
- karet penghisap
- labu ukur
- neraca
- pipet volume
- pipet tetes
- statif dan klem
- Stopwatch
5.5 Prosedur Percobaan

A. Preparasi larutan
- Buat larutan asam klorida 0,04 N sebanyak 250 mL
- Buat larutan natrium hidroksida 0,04 N sebanyak 250 mL
- Buat larutan asam oksalat 0,04 N sebanyak 100 mL
- Buat laruan etil asetat 0,04 N sebanyak 250 mL.
B. Standarisasi larutan natrium hidroksida dengan larutan standard asam oksalat
- Pipet 10 mL larutan asam oksalat ke dalam Erlenmeyer dan tambahkan
indikator fenolftalein sebanyak 3 tetes
- Standarisasi dengan larutan natrium hidroksi sampai warna larutan berubah
dari tidak berwarna menjadi merah muda, dan ulangi percobaan sampai 3 kali.
C. Pengerjaan contoh
- Siapkan 40 mL larutan natrium hidroksida 0,04 N dan 40 mL larutan etil asetat
0,04 N, masing-masing kedalam sebuah buah Erlenmeyer. Memasukkan 20 mL
larutan asam klorida 0,04 N ke dalam 6 buah Erlenmeyer
- Campurkan larutan etil asetat pada larutan natrium hidroksida dan kocok
dengan baik, catat waktu pada saat kedua larutan bercampur
- Setelah 4 menit, memipet 10 mL dari campuran NaOH dan etilasetat tersebut,
kemudian memasukkan ke dalam salah satu Erlenmeyer yang berisi 20 mL
larutan asam klorida. Aduk dengan baik, masukkan 2 tetes indikator
fenolftalein dan titrasi dengan natrium hidroksida.
- Ulangi pengambilan larutan seperti langkah di atas pada menit ke 4, 10, 17, 25,
35, 50.



B. Bahan-bahan yang digunakan:
- aquadest
- asam klorida (HCl)
- asam oksalat (C
2
H
2
O
4
.2H
2
O)
- etil asetat (CH
3
COOC
2
H
5
)
- indikator fenolftalein
- natrium hidroksida (NaOH)

5.6 Data Pengamatan
A. Standardisasi NaOH dengan asam oksalat
Tabel 5.5.1. Data standardisasi larutan NaOH dengan asam oksalat

No. Volume asam oksalat (mL) Volume NaOH (mL)
1.
2.
3.
10
10
10
10,8
10,9
10,8

B. Volume titrasi NaOH
Tabel 5.5.2. Data volume titrasi NaOH terhadap HCl sisa

No. Waktu (menit) Volume NaOH (mL)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
4
10
17
25
35
50
15,2
16,1
17
17,2
17,8
18

5.7 Data Hasil Perhitungan
Tabel 5.7.1. Data perhitungan mmol HCl yang bereaksi (mmol NaOH
sisa
)

Waktu (menit) HCl
sisa
(mmol) HCl
bereaksi
(mmol)
4
10
17
25
35
50
0,56088
0,59409
0,6273
0,63468
0,65682
0,6642
0,17712
0,14391
0,1107
0,10332
0,08118
0,0738

Tabel 5.7.2. Data hasil perhitungan NaOH yang bereaksi
Waktu (menit) NaOH
sisa
(mmol) NaOH
bereaksi
(mmol)
4
10
17
25
35
50
0,17712
0,14391
0,1107
0,10332
0,08118
0,0738
1,42288
1,45609
1,4893
1,49668
1,51882
1,5262





Tabel 5.7.3. Hasil perhitungan harga konstanta laju reaksi (k) pada berbagai waktu
Waktu (menit)
x a
1

(mmol)
a
1
(mmol) k (mmol
-1
.menit
-1
)
4
10
17
25
35
50
5,64589
6,948787
9,033424
9,678668
12,31831
13,55014
0,625
0,625
0,625
0,625
0,625
0,625
1,25522
0,63238
0,49461
0,36215
0,33409
0,25850

Tabel 5.7.4. Data perhitungan persamaan garis linier
x = t (menit) y =
x a
1

(mmol) x y x
2

4
10
17
25
35
50
5,64589
6,948787
9,033424
9,678668
12,31831
13,55014
22,58356
69,48787
153,5682
241,9667
431,1407
677,5068
16
100
289
625
1225
2500
E x = 141 E y = 57,17521
E x y = 1596,254
E x
2
= 4755
Tabel 5.7.5. Data grafik hubungan antara t (menit) dengan
x a
1

(mmol)

x = t (menit)
( )
( ) mmol
x a
1
y

=
4
10
17
20
25
30
5,64589
6,948787
9,033424
9,678668
12,31831
13,55014


















5.8 Grafik


Gambar 5.7.1 Grafik hubungan antara t (menit) dengan
x a
1

(mmol)
5.9 Persamaan Reaksi
A. Standardisasi NaOH dengan H
2
C
2
O
4.
2H
2
O
2C
2
H
2
O
4
.2H
2
O
(l)
+ 2NaOH
(l)
2NaC
2
O
4(l)
+ 4H
2
O
(l)
(asam oksalat) (natrium hidroksida) (natrium oksalat) (air)
B. Penentuan konstanta kecepatan reaksi
CH
3
COOC
2
H
5(l)
+ 2NaOH
(l)
CH
3
COONa
(l)
+ C
2
H
5
OH
(l)
+ NaOH
(l)sisa
(etil asetat) (natrium hidroksida) (natrium asetat) (etanol) (natrium hidroksida)
NaOH
(l)sisa
+ HCl
(l)
NaCl
(l)
+ H
2
O
(l)
+ HCl
(l)sisa
(natrium hidroksida) (asam klorida) (natrium klorida) (air) (asam klorida)
HCl
(l)sisa
+ NaOH
(l)
NaCl
(l)
+ H
2
O
(l)

(asam klorida) (natrium hidroksida) (natrium klorida) (air)

5.10 Pembahasan
- Dari hasil percobaan hubungan antara konstanta laju reaksi terhadap waktu adalah
berbanding terbalik dimana semakin lama waktu pengocokan etil asetat dan
natrium hidroksida maka konstanta laju reaksi semakin kecil. Hal ini tidak sesuai
dengan teori bahwa semakin lama waktu pengocokan maka konstanta laju reaksi
juga semakin besar dan berbanding lurus. Hal ini disebabkan karena:
- Kekurang telitian dalam penimbangan bahan.
- Pembacaan volume titrasi yang kurang akurat.
- NaOH mudah menguap karena bersifat higroskopis.
- Pengocokkan larutan yang kurang sempurna sehingga menyebabkan larutan
tidak tercampur dengan baik.


y = 0.1753x + 5.4106
R = 0.9635
0
2
4
6
8
10
12
14
16
0 10 20 30 40 50 60
1
/
(
a
-
x
)

m
m
o
l

Menit
Berdasarkan grafik seiring berjalannya waktu, kenaikan laju reaksi akan
sebanding dengan kenaikan konsentrasi pereaksi. Hal ini sesuai dengan teori
bahwa reaksi saponifikasi etilasetat oleh ion hidroksi adalah orde dua yang
memiliki grafik linier.
- Dari hasil percobaan diperoleh harga k sebesar 0,55616 mmol
-1
.menit
-1
. Dimana
harga k hasil percobaan berbeda dengan harga k hasil perhitungan yaitu sebesar
1,12 mmol
-1
.menit
-1
. Perbedaan ini disebabkan oleh adanya sifat HCl yang mudah
menguap sehingga menyebabkan konsentrasi HCl berkurang dan sifat NaOH yang
higroskopis.

5.11 Kesimpulan
- Reaksi saponifikasi etil asetat oleh ion hidroksi merupakan reaksi orde dua.
- Dari hasil percobaan diperoleh harga konstanta kecepatan reaksi sebesar
0,55616 mmol
-1
.menit
-1
.

























V. Kinetika Reaksi Saponifikasi Etil asetat
A. Membuat 250 mL larutan HCl 0,04 N
N =
BE
1000 %
HCl


N =
36,5
1000 1,18 0,32

N = 10,345 N
2 2 1 1
N V N V =

0,04 250 10,3452 V
1
=

V
2
= 0,967 mL
Jadi untuk membuat larutan HCl 0,04 N sebanyak 250 mL yaitu dengan memipet
0,967 mL HCl 32 % kemudian mengencerkannya dengan aquadest dalam labu
ukur 250 mL sampai tanda batas.
B. Membuat 250 mL larutan NaOH 0,04 N
V
1000
BE
W
N =
1000
V BE N
W

=
1000
mL 250 40 N 0,04
W

=
W = 0,4 gram
Jadi untuk membuat larutan NaOH sebanyak 250 mL yaitu dengan menimbang
0,4 gram kristal NaOH kemudian melarutkannya dengan aquadest dalam labu
ukur 250 mL sampai tanda batas.
C. Membuat 250 mL larutan etil asetat (CH
3
COOC
2
H
5
) 0,04 N

BE
1000 %
N
5 2 3
H COOC CH

=
88
1000 0,9 0,995
N

=
= 10,176 N
V
1
N
1
= V
2
N
2


V
1
10,176 = 250 0,04

V
2
= 0,982 mL
Jadi untuk membuat larutan etilasetat 0,04 N sebanyak 250 mL dengan memipet
0,982 mL etilasetat 99,9% kemudian mengencerkannya dengan aquadest dalam
labu ukur 250 mL sampai tanda batas.
D. Membuat 100 mL larutan asam oksalat 0,04 N
V
1000
BE
W
N =
1000
V BE N
W

=
1000
mL 250 63 N 0,04
W

=
gram 0,252 W =

Jadi untuk membuat larutan asamoksalat 0,04 N sebanyak 100 mL yaitu dengan
menimbang 0,252 gram asam oksalat kemudian melarutkannya dengan aquadest
dalam labu ukur 100 mL sampai tanda batas.
E. Standardisasi NaOH dengan asam oksalat
Volume rata-rata =
3
8 , 10 9 , 10 8 , 10 + +
mL
= 10,833 mL
( )
O .2H O H C 2 4 2 2
N V
=
( )
NaOH
N V

10 mL

0,04 N = 10,833 mL

N
NaOH

N
NaOH
= 0,0369 N
Jadi normalitas NaOH hasil standardisasi adalah 0,0369 N.
F. Menentukan jumlah mmol HCl awal
mmol HCl awal = (N V)
HCl
= 0,0369 N 20 mL

= 0,738 mmol
Jadi jumlah mol HCl awal adalah 0,738 mmol
G. Mencari jumlah mmol HCl titrasi (mmol HCl
sisa
)
Misal untuk t = 4 menit
mmol HCl titrasi = (N V)
NaOH penitrasi
= 0,0369 N 15,2 mL
= 0,561 mmol
Jadi jumlah mol HCl sisa adalah mmol
H. Menentukan jumlah HCl yang bereaksi
mmol HCl yang bereaksi = mmol HCl awal mmol HCl sisa
= 0,738 mmol 0,561 mmol
= 0,177 mmol
mmol HCl bereaksi = mmol NaOH sisa (dari etil asetat)
I. Mencari jumlah NaOH bereaksi dengan HCl
Misal: untuk t = 4 menit
untuk mmol NaOH bereaksi = x
mmol NaOH awal = mmol NaOH sisa + mmol NaOH bereaksi
(V N)
NaOH awal
= mmol NaOH sisa + x
40 mL 0,0369 N = 0,17712 mmol + x
x = 1,42288 mmol
Jadi jumlah mol NaOH yang bereaksi adalah 1,42288 mmol.



J. Menghitung konstanta kecepatan reaksi
|
.
|

\
|

=
a
1

x a
1

t
1
k
dimana :
k = konstanta kecepatan reaksi (L/mmol.menit)
a = mmol NaOH awal reaksi
x = mmol NaOH sisa reaksi
t = waktu (menit)
Misal: untuk t = 4 menit
|
.
|

\
|

=
1,6
1

42288 , 1 6 , 1
1

4
1
k
= ( ) 625 , 0 64588 , 5
4
1

= 1,25522 mmol
-1
.menit
-1

Dari hasil perhitungan didapat harga k
rata-rata
6
25850 , 0 33409 , 0 36215 , 0 49461 , 0 63238 , 0 25522 , 1
k
rata rata
+ + + + +
=


= 0,55616 mmol
-1
.menit
-1

K. Menghitung persamaan garis linier
Persamaan garis lurus: y = a + bx
Dimana: n = 6 dan (E x)
2
= (141)
2
= 19881
Rumus:
( ) ( )
( ) ( )
2
2
x x n
y x x x y
a


=
2

( ) ( )
( )
2
141 (4755) 6
254 , 1596 141 4755 17521 , 57
a


=
19881 4755 6
225071,8 271868,1
a


=
4106 , 5 a =
( )

=
2 2
x x n
y x y x n
b

( ) ( )
2
) 141 ( (4755) 6
57,17521 141 1596,254 6
b


=
8649
1515,818
b =
b = 0,175259
maka persamaan garisnya:
y = a + bx
y = 5,4106 + 0,175259x
DAFTAR PUSTAKA
1. Dogra, S.K. 1990 . Kimia Fisika dan soal-soal. Jakarta: Universitas Indonesia.
2. Keenan, Charles W. 1984 . Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
3. Sukardjo. 2002. Kimia Fisika. Yogyakarta : Rineka Cipta.
4. (___,http://id.scribd.com/doc/73521200/saponifikasi
5. (___,http://lecturer.poliupg.ac.id/irsof/Bahan%20Ajar%20TEKNIK%20REAKSI%2
0KIMIA%20Prog.%20D3/CSTR/labtek2cstr.pdf
6. (___,http://usupress.usu.ac.id/files/Kinetika%20Kimia;%20Reaksi%20Elementer_N
ormal_bab%201.pdf
7. (___,http://yustikaforict/2012/12/konstanta-kecepatan-reaksi.pdf
8. (___,http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad
=rja&ved=0CCYQFjAA&url=http%3A%2F%2Ffiles.sman1-
mgl.sch.id%2Fviewing%2FPdf%2FKelas_11%2FKimia%2FKelas11-Kimia-
Laju%2BReaksi3.pdf

Anda mungkin juga menyukai