Anda di halaman 1dari 12

1

UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN WARGA DALAM MEMILIH OBAT BEBAS


UTUK PENGONATAN SENDIRI MELALUI PEMBERIAN INFORMASI
LISAN Di RT. 18 KELURAHAN DUA ILIR PALEMBANG
TAHUN 2013

ABSTRAK

Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan warga dalam memilih
obat bebas untuk pengobatan sendiri melalui informasi lisan di RT. 18. Kelurahan Dua Ilir Palembang
tahun 2013. Sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebanyak 30 orang kepala keluarga.
Penelitian ini menggunakan metode Eksperimen semu (Quasi Experiment) dengan rancangan
pre test dan post test yang terdiri dari tiga tahapan kegiatan. Pertama pengumpulan data dengan
menggunakan kuisioner kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kedua pemberian
informasi lisan kepada kelompok eksperimen dilakukan dengan dikusi kelompok kecil, ketiga
pengumpulan data kembali dengan kusioner dari kedua kelompok.
Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan pengetahuan warga dalam pemilihan obat
bebas untuk pengobatan sendiri karena pengaruh informasi. Kelompok eksperimen mengalami
peningkatan sebesar 20%, ini dapat diketahui dari hasil post test. Kelompok kontrolpun mengalami
peningkatan 3,3%, hal ini juga dapat diketahui dari hasil post test. Hal ini terjadi karena interaksi antar
individu yang tidak dikendalikan.
Kata kunci: pengetahuan, informasi.








2

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Menurut undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan, Kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
dan ekonomis.
Pengobatan sendiri dilakukan dengan menggunakan obat bebas atau bebas terbatas, yang dibeli
di apotek, toko obat, toko, dan warung tanpa resep dokter, dan umumnya untuk mengatasi keluhan
ringan yang dapat sembuh dengan sendirinya seperti flu, mag, sakit kepala, diare, dan lain- lain
(Supardi, 1999).
Nuranti, A (2005) dalam penelitian menyimpulkan adanya peningkatan pengetahuan dalam
kelompok eksperimen setelah diberikan informasi secara lisan,
Pengobatan sendiri yang tidak rasional dipengaruhi oleh rendahnya tingkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku masyarakat dalam pemilihan obat. Hal ini dikarenakan beberapa hal antara
lain, sifat malas masyarakat untuk meminta bantuan tenaga kesehatan, kurangnya informasi yang benar
dan objektif tentang obat.
Untuk itu pemberian informasi yang benar kepada masyarakat tentang obat sangatlah
diperlukan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat itu sendiri. Beberapa cara yang
dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat antara lain melalui lisan dan tulisan.
Lisan misalnya dilakukan dengan pemberian ceramah, dialog, diskusi ataupun seminar. Tulisan
dilakukan melalui brosur, pamflet, poster, majalah, koran.
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian dengan judul Upaya Peningkatan
Pengetahuan Warga Dalam Memilih Obat Bebas Untuk Pengobatan Sendiri Melalui Pemberian
Informasi Lisan di RT. 18 Kelurahan Dua Ilir Palembang Tahun 2013.
B. Perumusan Masalah.
Bagaimana tingkat pengetahuan warga dalam memilih obat bebas untuk pengobatan sendiri
melalui pemberian informasi lisan di RT. 18 Kelurahan Dua Ilir Palembang Tahun 2013?.
C. Tujuan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan warga dalam memilih obat bebas untuk pengobatan
sendiri melalui pemberian informasi lisan di RT. 18 Kelurahan Dua Ilir Palembang Tahun 2013.

3



D. Manfaat Penelitian
1. Mengetahui tingkat pengetahuan warga R T 18 Kelurahan Dua Ilir Palembang dalam
pemilihan obat bebas untuk pengobatan sendiri.
2. Meningkatkan tingkat pengetahuan warga R T 18 Kelurahan Dua Ilir Palembang dalam
pemilihan obat bebas untuk pengobatan sendiri.


E. Kerangka Pemikiran












F. Hipotesa
Ho : Tidak ada peningkatan pengetahuan warga dalam pemilihan obat keras bebasuntuk
pengobatan sendiri karena adanya pemberian informasi lisan melalui Diskusi Kelompok Kecil
Hi : Ada peningkatan pengetahuan warga dalam pemilihan obat bebas untuk pengobatan sendiri
karena adanya informasi lisan melalui Diskusi Kelompok Kecil
-Pendidikan
- Kedudukan sosial dan
ekonomi
Pengetahuan
kelompok
eksperimen
Pengetahuan
kelompok
kontrol
Pengetahuan
meningkat
Pengetahuan
kelompok
eksperimen
Pemberian
Informasi Lisan
melalui Diskusi
Kelompok Kecil
Tidak Diberi
Informasi Lisan
Melalui Diskusi
Kelompok Kecil
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Pengobatan Sendiri
A.1.Definisi Pengobatan Sendiri
Pengobatan sendiri adalah proses dimana fungsi perorangan secara aktif terlibat dalam promosi
kesehatan, pengambilan keputusan kesehatan serta dalam pencegahan penyakit melalui tindakan
mengobati sendiri dengan obat tanpa resep yang dilakukan secara tepat guna dan pertanggungjawab
(Donatus, 1997).

A.2. Tahap-tahap tindakan pengobatan sendiri
Proses pengobatan sendiri melibatkan 5 tahap tindakan yaitu : (Suryawati, 1997)
1. Mengenali gejala-gejala dan tanda-tanda penyakit.
2. Menentukan kebutuhan obat sesuai dengan daya kerja dan golongan.
3. Memilih nama dagang berdasarkan komposisi dan zat berkhasiat, indikasi, kontra indikasi, dosis
pemakaian serta efek samping obat.
4. Menggunakan obat
5. Memantau hasil pengobatan.

A..3. Faktor yang mempengaruhi pengobatan sendiri
Menurut Covington,(2000) ada 4 faktor utama yang mempengaruhi tindakan dalam pemilihan
obat untuk pemgobatan sendiri, yaitu :
1. Sikap dan kepercayaan diri (Apresiasi nilai sehat dan inisiatif pencegahan dalam
penatalaksanaan penyakit, motivasi dan komitmen untuk menjadi pembelajaran berkenaan
dengan penyakitnya dengan penyakitnya dan penyembuhan yang sesuai, persepsi tentang
keparahan kondisi medis yang diharapkan akan dicegah dan disembuhkan).
2. Pendidikan dan pengetahuan penderita (derajat pendidikan perorangan, pengetahuan tentang
kondisi medis dan relevan, pengetahuan dasar tentang penyembuhan yang relevan,
kemampuan dalam menyadap dan menginterprestasikan informasi kesehatan pelanggan,
pelabelan pada kemasan, informasi sisipan pada kemasan).
3. Demografi (umur, besar keluarga, perbedaan gender, posisi sosio ekonomi).
5

4. Ekonomi dan sosial (status ekonomi perorangan, biaya perawatan termasuk produk dan
pelayanan, ketersediaan produk dan perawatan dan tempat pelayanan kesehatan, atau
keduanya).
A.4. Faktor dalam pemilihan pengobatan sendiri
Menurut Sjamsudin, (1982) Faktor dalam pemilihan pengobatan sendiri adalah pengalaman,
namun ada juga faktor lain yang mempengaruhi:
1. Informasi iklan, baik menggunakan media cetak maupun media elektronik
2.Adanya saran dari orang lain baik dari tetangga, teman maupun keluarga
A..5. Keuntungan dan kerugian
Masih menurut Sjamsudin (1982) Keuntungan yang dirasakan dalam melakukan pengobatan
sendiri :
1. Biaya lebih rendah tidak perlu mengeluarkan biaya jasa untuk dokter.
2. Obat dapat diperoleh dengan mudah dan praktis, dapat dibeli diwarung dan toko obat yang
dekat dengan tempat tinggal.
3. Relatif cepat, tidak perlu mengantri
Kerugian yang dapat terjadi:
1. Obat menjadi tidak aman, jika tidak memperhatikan petunjuk pemakaian yang ada pada
brosur.
2. Sakit dapat menjadi lebih parah karena penyebab penyakitnya tidak diobati, yang diobatai
hanya akibatnya saja.

B. Obat bebas.
B.1. Definisi Obat Bebas
Menurut Sartono, (1993), obat bebas adalah obat yang dapat dijual dan dibeli secara bebas
diapotek, toko obat, toko, dan warung tanpa menggunakan resep dokter. Menurut peraturan Menteri
Kesehatan No. 1919 /Menkes / Per/ X / 1993, obat yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi
beberapa kriteria yaitu :
6

1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak dibawah usia 2 tahun
dan orang tua 65 tahun
2. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada kelanjutan penyakit
3. Penggunaan tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan dengan tenaga ahli
4. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia
5. Obat dimaksud memiliki rasio keamanan yang dapat dipertanggung jawabkan untuk
pengobatan sendiri
Berdasarkan Surat Keputusan NO. 6355 / Dir. Jen / SK / 1969, obat bebas harus mencantumkan
tanda peringatan pada wadah atau kemasan dengan warna hitam ukuran dengan ukuran panjang 5 cm
dan lebar 2 cm atau disesuaikan dengan kemasan dan memuat pemberitahuan dengan huruf bewarna
putih. Peringatan tersebut yaitu :
1. P no 1. Awas ! Obat keras, bacalah aturan memakainya .
2. P no 2. Awas ! Obat keras, hanya untuk kumur, jangan ditelan
3. P no 3. Awas ! Obat keras, hanya untuk bagian luar dari badan
4. P no 4. Awas ! Obat keras, hanya untuk dibakar
5. P no 5. Awas ! Obat keras, tidak boleh ditelan
6. P no 6. Awas ! Obat keras, obat wasir jangan ditelan
B.2. Jenis-jenis Obat Bebas
Berdasarkan surat keputusan Menteri Kesehatan no. 2380 /sk / V/ 1983, tanggal 15 juni 1983,
obat bebas dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu :
1. Obat Bebas
Ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam dan diameter 1,5
atau disesuaikan dengan kemasannya.





Gambar: 2.1. penandaan obat bebas

Obat jenis ini bebas diperoleh di warung kecil selain juga tersedia di apotek dan toko obat. Contoh
obat yang termasuk golongan ini Vitacimin, Counterpain, Diapet, dan Bodrex.
Tanda khusus
Obat Bebas
7

2. Obat Bebas Terbatas
Obat golongan ini pada zaman belanda disebut daftar w (waasrhuing) yang artinya peringatan.
Obat bebas terbatas dapat diperjual belikan secara bebas dengan bersyarat hanya dalam jumlah yang
telah ditentukan dan disertai tanda peringatan berupa lingkaran berwarna biru dengan garis tepi
berwarna hitam.





Gambar:2.2. penandaan obat bebas terbatas.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 2380/SK/V/1983, tanggal 15 Juni 1983 tanda khusus
diletakkan pada bungkus luar dan harus dicetak pada sisi utamanya agar jelas terlihat dan mudah
dikenali. Yang termasuk kedalam golongan ini antara lain tablet Antimo, Decolgen, Mixagrip,
Konidin, Daktarin, Insto, Panadol, Tempra, Paramex.
B.3. Persyaratan Obat Bebas
Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no 2380/ A/ SK/ VII/ 1983,
obat bebas dan bebas terbatas diharapkan mempunyai batas keamanan yang baik dengan indeks terapi
yang lebar atau memiliki resiko dan manfaat klinis yang menguntungkan konsumen, tidak boleh
menimbulkan kecanduan, penggunaannya harus mudah (tidak disuntikkan), tidak mendorong
penyalahgunaan obat, penggunaannya tidak membutuhkan pemantauan dan tidak menimbulkan efek
samping yang membahayakan (relatif aman), dan sangat diperlukan untuk menanggulangi kesakitan
yang banyak dijumpai dimasyarakat (Muniarti, 1997).
B.4. Efek Samping Obat Bebas
Menurut undang-undang no.23 tahun 1992, definisi dari: efek samping adalah suatu efek ikutan
yang tidak diinginkan yang muncul setelah pemakian obat, sehingga menimbulkan rasa sakit yang lain
yang berbeda dari sakit awal. Setiap obat bebas memiliki efek samping yang berbeda-beda dan tingkat
bahayanya tergantung dari golongan dan khasiat obat terhadap tubuh dan cara pengunaannya yang
benar.
Tanda khusus
Obat Bebas terbatas
8

B.5. Klasifikasi/Golongan obat dengan efek samping.
1.Analgetik antipiretik
Efek samping dari obat analgesik antipiretik seperti asetosal antara lain yaitu mengiritasi selaput
mukosa dan menghentikan sekresi asam lambung sehingga mengakibatkan gangguan lambung.
2. Obat antihistamin
Efek samping harus diperhatikan dari obat antihistamin seperti klorfeniramin maleat yaitu
mengantuk.
3. Obat dekongestan (melegakan saluran pernapasan)
Efek samping dari obat dekongestan seperti efidrin dan pseudoefedrin adalah rasa kuatir,
sukar bernafas, denyut jantung yang lambat tetapi kuat, nyeri kepala selintas, gelisah, gugup, perut
terasa tidak enak dan sukar tidur.
4. Obat ekspektoran
Efek samping dari obat ekspektoran seperti gliserin guaiakolat berupa rasa kantuk, mual dan
muntah.

C. Masyarakat.
C.1. Definisi masyarakat
Masyarakat menurut Koentjoroningrat dalam Effendi (1995) adalah sekumpulan manusia
yang saling bergaul, atau dengan istilah asing lain saling berinteraksi. Kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinue dan terikat oleh suatu
rasa identitas bersama.
C.2. Ciri-ciri Masyarakat
Berdasarkan pengertian diatas masyarakat memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Menempati wilayah dengan batas-batas tertentu
2. Saling tergantung satu dengan yang lainnya
3. Memiliki adat istiadat tertentu atau kebudayaan
4. Memiliki identitas bersama

9

C.3. Pemberian Informasi
Pemberian informasi obat yang harus diinformasikan kepada masyarakat meliputi :
1. Nama obat, umumnya berkaiatan dengan merek
2. Bahan aktif
3. Golongan atau cara kerja obat, merupakan kategori produk seperti obat batuk, antihistamin
dan lainnya
4. Kegunaan atau indikasi
5. Dosis dan takaran penggunaan
6. Cara pemakaian
7. Lamanya obat digunakan
8. Peringatan dan perhatian kapan boleh atau tidaknya menggunakan obat tersebut, kapan harus
berhenti, kapan harus kedokter dan kemungkinan efek sampingnya
9. Efek samping obat
10. Kontra indikasi
11. Kadarluasa
12. Interaksi obat, terjadinya kemungkinan tercampurnya obat dengan bahan kimia lain berupa
obat, makanan dan minuman yang dapat menyebabkan bahaya keracunan atau obat menjadi
kurang aktif
13. Penyimpanan obat
14. Penandaan obat

Informasi yang diberikan kepada masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat
dalam memilih obat bebas yang tepat yang selanjutnya berpengaruh pada kebiasaan atau perilaku
masyarakat dalam melakukan pengobatan sendiri kearah yang lebih benar dan rasional. Pemberian
informasi dapat dilakukan dengan cara:
1. Pemberian Informasi secara lisan
Pemberian informasi ini dilakukan secara langsung antara dua orang atau lebih yang
berhadapan melalui suatu pertemuan atau percakapan dan terjadi antara mereka, Contoh :
ceramah, dialog, diskusi, dan seminar.
2. Pemberian informasi secara tulisan
Pemberian informasi ini dilakukan secara tidak langsung, melalui perantara dan tidak terjadi
interaksi, pertemua, ataupun percakapan antara dua orang atau lebih.
Pemberian informasi ini biasanya ditulis dan disebarluaskan kepada seluruh masyarakat,
contohnya : brosur, pamflet, majalah, koran dan poster. (Darmansyah,1982)

10

C. 4. Batasan Operasional
1. Pengetahuan kelompok eksperimen adalah sejauh mana pengetahuan warga yang diberi
perlakuan berupa informasi lisan melalui Diskusi Kelompok Kecil mengenai obat bebas yang
tepat dan efektif untuk pengobatan sendiri
2. Pengetahuan kelompok kontrol adalah sejauh mana pengetahuan warga yang tidak diberi
perlakuan berupa informasi lisan melalui Diskusi Kelompok Kecil mengenai obat bebas yang
tepat untuk pengobatan sendiri
3. Informasi lisan melalui diskusi Diskusi Kelompok Kecil adalah penjelasan tentang
penggunaan obat yang tepat untuk pengobatan sendiri yang diberikan tenaga ahli kesehatan
melalui Diskusi Kelompok Kecil
4. Pendidikan adalah jejang sekolah yang dilalui oleh responden
5. Kedudukan sosial dan ekonomi adalah keadaan responden mengenai kehidupan sosial dan
pekerjaannya.






















11

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Eksperimental semu (Quasi
Eksperiment) dengan rancangan Pre Test dan Post Test yaitu suatu metode yang mengenakan
perlakuan atau intervensi kepada satu kelompok eksperimen, kemudian hasil (akibat) dari intervensi
tersebut dibandingkan dengan kelompok yang tidak dikenai perlakuan yang disebuut kelompok
kontrol. Yang selanjutnya akan diklasifikasikan dan dianalisis sehingga diambil keputusan dan
kesimpulan yang tepat.
B. Populasi dan Sampel
B.1. Populasi
Populasi adalah sebuah kumpulan dari kemungkinan orang-orang, benda-benda dan ukuran
lain dari obyek yang menjadi perhatian (Sulbahri, 2011)
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah warga Rukun Tetangga 18 Kelurahan Dua
Ilir Palembang dengan jumlah 202 kepala keluarga.
B.2.Sample.
Sample adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu, jelas dan lengkap
yang dapat dianggap mewakili populasi. (Siswoyo, 2007, h 9)
Winaro Surachmad dalam Dasar dan Teknik Research Pengantar Metodologi Ilmiah
memberikan pedoman Apabila populasi cukup homogeny (serba sama), terhadap populasi di bawah
100 dapat dipergunakan sampel sampai sebesar 50%, diatas 100 sebesar 15%
Kelompok eksperimen
Kelompok eksperimen adalah kelompok yang diberikan perlakuan berupa informasi lisan tentang obat
bebas untuk pengobatan sendiri melalui Diskusi Kelompok Kecil dengan jumlah 15 % dari 202 kepala
keluarga 30,3 orang dibulatkan menjadi 30.
Kelompok kontrol
Kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak diberi perlakuan dengan jumlah yang sama 30 orang.

12

C. Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian ini diperoleh dari hasil pengolahan dan analisis data kuesioner yang diberikan
kepada responden melalui dua tahap yaitu tahap sebelum pemberian informasi dan tahap sesudah
pemberian informasi melalui Diskusi Kelompok Kecil.
Alat yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini adalah kuesioner, alat tulis dan
alat hitung.
Variabel Independen (variabel pengaruh) adalah informasi lisan yang diberikan kepada warga atau
responden melalui Diskusi Kelompok Kecil.
Variabel dependent (variabel terpengaruh) adalah tingkat pengetahuan warga dalam pemilihan
obat bebas untuk pengobatan sendiri.
Intervensi yang diberikan berupa penjelasan tentang nama-nama produk obat dan zat aktifnya,
golongan dan cara kerja obat indikasi, dosis, cara pemakaian, lamanya obat digunakan, peringatan obat
yang harus diperhatikan, kontra indikasi, efek samping, interaksi obat dalam tumbuh, serta penandaan
obat bebas dan bebas terbatas.
D.Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh meliputi data Pre Test dan data Post Test yang dianalisis secara statistik
dan ditampilkan dalam bentuk diagram, sehingga diketahui perbedaan antara kedua kelompok yang
akan digunakan untuk mengetahui besarnya peningkatan pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai