Anda di halaman 1dari 13

A. LO KELOMPOK VI Penyakit cacing Respon Tubuh Tanda tanda Klinis. . PE!"AKIT #A#I!$A!

A! Penyakit yang disebabkan oleh parasit, khususnya cacinng (neminthes) ada tiga macam sesuai dengan nama filumnya. Filum neminthes yaitu Trematoda, Cestoda, dan Nematoda, sehingga nama penyakitnya ; . Nematodiasis untuk penyakit cacingan yang disebabkan oleh filum Nematoda, !. Trematodiasis untuk penyakit cacingan yang disebabkan oleh filum Trematoda, ". Cestodiasis untuk penyakit cacingan yang disebabkan oleh filum cestoda. Nematodiasis adalah istilah yang digunakan untuk mengatakan #ika dalam tubuh hospes terdapat cacing Nematoda tetapi tidak menun#ukkan ge#ala klinis. Nematodosin adalah istilah yang digunakan #ika dalam tubuh hospes terdapat cacing Nematoda dan menun#ukkan ge#ala klinis. N$%&T'()&*)* Nematode &trofi .ili usus, Perdarahan, Nodule dan tukak, %etabolism mineral turun, +espon imun, alergi T+$%&T'()&*)* Trematoda Cacing muda / %emakan sel parenkim, %ekanik, iritasi Toksin (proteolitik, liolitik, amilolitik) Cacing de0asa / )ritasi batil isap. 'bstruksi sal empedu, %enghisap darah Cacing muda / 2urus, 3ulu berdiri, 4e0an seperti tidur dengan kepala (iare, tertekuk ke &nemia, belakang, Nafsu makan cenderung turun, (emam beberapa #am bila ada infeksi 3ottle #a0, sekunder, Produkti.itas 2oma, lalu mati turun bila infeksi massif, dengan atau tanpa ge#ala, bila infeksi ringan hanya terlihat lesu Cacing de0asa / C$*T'()&*)* Cestoda *koleks / (egerasi sel, Terkadang menimbulkan bungkul kekuningan Proglotid / %enyerap nutrisi tubuh melalui permukaan tubuh cacing 2urus, 3ulu berdiri, (iare, &nemia, Nafsu makan cenderung turun, 3ottle #a0, Produkti.itas turun

$T)','-) P&T'-$N$*)*

-$1&,& 2,)N)*

2ronis 567 bl setelah infeksi, 1umlah 879 (ge#ala ringan). 1umlah :!99 / anemi, ikterus, diare, udim ()&-N'*)* 2linis / -e#ala klinis 2oproragi / Tidak spesifik (if (iag / malnutrisi, Tes Parfitt ; 3anks enteritis bacterial, Pemeriksaan darah diastomosis khronis, Tes kulit (distomin) paramfistomisis ,aboratories / 2oprologi / 3entuk telur / askaris, strongyloidosis, strongly 4ematologi / *(% , 43 , P+'T$)N , $'*)N'F),)& Pasca mati / lesi pada usus, ditemukan lar.a atau cacing de0asa %u&be' ( )hitlock* +,-. +. /ascioliasis

2linis / Tidak spesifik ,aboratorik / 2oprologi / (itemukan telur berkait atau ditemukan proglotid dalam feses (arah / *(% , 43 , P+'T$)N , $'*)N'F),)&

Fasciolasis merupakan penyakit yang berlangsung akut,subakut, atau kronik, disebabkan oleh trematoda Fasciola, Fascioloides, dan (icrocoelium. Pada umumnya istilah fascioliasis digunakan untuk menentukan diagnosis penyakit cacingan yang menyerang ternak memamah biak, yaitu sapi, kerbau, kambing, domba. *elain di #aringan hati, cacing dapat #uga bertumbuh dan berkembang di #aringan lain misalnya paru6paru, otak, dan limpa. P&T'-$N$*)* Fascioliasis pada sapi, kerbau, domba, dan kambing dapat berlangsung akut maupun kronik. &kut / ter#adi karena in.asi cacing muda berlangsung secara masif dalam 0aktu pendek dan merusak parenkim hati, hingga fungsi hati sangat terganggu, serta ter#adinya perdarahan dalam rongga peritoneum. (iperkirakan 9 ekor cacing de0asa menyebabkan kehilangan darah sebanyak ! ml<hari.

2ronik / berlangsung lambat, disebabkan oleh aktifitas cacing de0asa dalam saluran empedu. &kibat yang timbul berupa cholangitis, obstruksi saluran empedu, kerusakan #aringan hati disertai fibrosis dan anemia.

Fascioliasis seringkali disertai diare yang mungkin disebabkan oleh en#ima yang terdapat dalam cacing yang merangsang selaput lendir usus hingga ter#adi enteritis. 2urangnya produksi empedu #uga menyebabkan metabolisme lemak terganggu sehingga mendorong ter#adinya diare.

%anifestasi klinis fascioliasis tergantung dari #umlah metacercaria yang termakan oleh penderita. 2erusakan hati sapi dan domba yang parah mengakibatkan ter#adinya ikterus, kekurusan atau cache=ia dan kelemahan umum. 4ipoproteinemia #uga menyebabkan ter#adinya ascites dan oedema pada daerah mandibula.

P&T','-) &N&T'%) (&N 2,)N)* &kut dan subakut / radang akut dan perdarahan pada hati, dehidrasi yang ditandai dengan kekeringan #aringan subkutan, ter#adi eksudasi bercampur darah pada lubang hidung dan anus, oedema submandibular hanya di#umpai pada keadaan tertentu. 2ronik / turgor kulit menurun;oedem pada daerah submandibular, kelen#ar susu, dan skrotum;hati mengeras dalam rabaan;saluran empedu menebal, meradang, dan mengalami pengapuran;secara mikroskopik, #aringan hati mengalami degenerasi, lobuli kehilangan canalis centralis, serta banyak .asa yang terbuka. (alam pemeriksaan darah pada fascioliasis akut ditemukan berupa anemi normokromik, eosinofilia, dan hipoalbuminemia. ()&-N'*)* 4arus dibuktikan dengan ditemukannya telur fasciola yang dapat dilakukan dengan metode sedimentasi. Perlu diperkuat #uga melalui proses nekropsi untuk mengetahui kerusakan hati. Telur fasciola sangat mirip dengan telur paramfistomum. Cara membedakan / telur fasciola lebih kecil dan dinding telurnnya lebih tipis sehingga lebih mudah menyerap >at 0arna empedu, yodium atau metilen biru. *elain itu sel6sel embrional pada telur paramfistomum lebih #elas. 0. Pa'a&1isto&iasis

Paramfistomiasis merupakan penyakit sapi, kerbau, dan kadang6kadang domba. (isebabkan oleh cacing trematoda paramfistomum. P&T'-$N$*)* Cacing yang belum de0asa yang bertempat dalam duodenum dan abomasum menyebabkan radang usus hebat kemudian diikuti dengan diare berat. -$1&,& )ntestinal / radang usus, diare, depresif, anoreksia, mukosa pucat, hipoproteinemia -astral (lambung) / kekurusan, anemia, bulu kusam, penurunan produkti.itas.

P&T','-) &N&T'%) (&N 2,)N)* Pemeriksaan tin#a mungkin akan meghasilkan ditemukannya cacing muda. Pemeriksaan darah / hipoproteinemia akut, hilangnya albumin yang mencolok. Nekropsi / atrofi otot, oedema subkutan, timbunan cairan di rongga tubuh;duodenum bagian atas menebal, tertutup detritus berlendir yang disertai perdarahan;#aringan submukosa mengalami perdarahan. 2ronik / cacing de0asa melekat pada mukosa abomasum maupun retikulum sapi.

()&-N'*)* 3entuk intestinal kadang tidak terdiagnosis karena tidak adanya telur dan dalam seksi cacing muda tidak terdeteksi. 2ecurigaan adanya penyakit harus diikuti dengan tindakan bila ditemukan enteritia berat dari sapi atau domba yang dipelihara di tempat lembab dan basah yang memungkinkan pertumbuhan cercaria. 2. Aska'iasis -e#ala akut penyakit ter#adi oleh migrasi cacing yang belum de0asa melalui hati dan paru6 paru atau oleh migrasinya ke dalam kantong empedu. P&T'-$N$*)* %igrasi lar.a di dalam hati atau usaha penyerapan oleh #aringan hati terhadap lar.a yang mati meninggalkan #e#as ber0arna putih di ba0ah kapsula hati. )nfestasi lar.a dalam #umlah besar dapat menyebabkan penurunan motilitas usus, meningkatnya imbangan air dan >at padat dari tubuh dan penurunan simpanan albumin. P$%$+)2*&&N P&T','-) 2,)N)* Telur askaris yang berbentuk bulat dan berdinding tebal ditemukan dalam #umlah besar pada penderita askariasis yang emeperlihatkan ge#ala klinis.

3.

Pemeriksaan darah / ditemukan eosinofilia

P$%$+)2*&&N P&T','-) &N&T'%) Pada stadium a0al hati tampak membesar, mengalami kongesti, dan mungkin disertai perdarahan subkapsuler. %ikroskopik / #e#as nekrotik meman#ang oleh per#alanan lar.a di dalam hati. Perdarahan ditemukan pada lapisan di ba0ah pleura. Paru6paru tampak oedematous dan sianotik. 2ronik / muncul bercak6bercak putih yang ukurannya ber.ariasi terdapat pada kapsul hati. 4ae&onchosis* Oste'tagiosis* dan T'ichost'ongylosis pada sapi dan do&ba %erupakan spesies yang terbanyak hidup sebagai cacing de0asa dalam abomasum. H. axei dan H. contortus sangat sering ditemukan menginfeksi sapi dan domba di daerah tropik. Ostertagia sp. ,ebih sering ditemukan di daerah beriklim sedang. Trichostrongylus axei hidup di abomasum ruminansia piaraan dan liar, di lambung maupun usus halus kuda. -e#ala trichostrongylosis / anemia, indigesti, penurunan berat badan, oedem submandibular, diare hitam, kelen#ar submukosa duodenum membesar. (iagnosis / cacing de0asa 4aemonchus berupa pilinan benang merah dan putih pada yang betina dengan pan#ang ?6"9 mm,sedangkan untuk yang #antan seperti benang merah dengan pan#ang 96!9 mm;cacing de0asa Trichostrongylus berukuran @6? mm;cacing 'stertagia ber0arna coklat berukuran A6B mm. 5. -. unosto&iasis pada sapi dan do&ba Patologi anatomi dan klinis / anemia, tin#a ber0arna hitam (melena), oedem submandibular, radang hemoragik pada usus halus melalui nekropsi. -e#ala / rasa gatal di kaki (sapi), diare, anemia (iagnosis / didasarkan pada identifikasi telur cacing dan identifikasi lar.a yang dibiakkan dari tin#a penderita. In1eksi %t'ongyloides spp. *trongyloides papilossus menyerang sapi dan domba, S. ransomi pada babi, S. westeri pada kuda

*emua spesies hidup di usus halus. 2alau infeksi le0at kulit, lar.a terba0a aliran darah dan sampai di paru6paru, untuk selan#utnya menu#u pangkal tenggorok, akhirnya ke lambung dan usus. )nfeksi le0at kulit #uga menyebabkan dermatitis.

6. 7. -e#ala

-e#ala / diare, kepucatan, batuk6batuk, dermatitis, radang paru6paru, dan radang usus. In1eksi Oesophagosto&u& spp. pada sapi dan do&ba )nfeksi ditandai dengan munculnya nodulae atau bintil6bintil pada colon. Patogenesis / mukosa usus menebal, merah, tertutup detritus berlendir, yang di dalamnya terdapat cacing. -e#ala / diare persisten, tin#a ber0arna hi#au gelap tercampur lendir dan darah, konstipasi, kekurusan, atrofi otot. (iagnosis / ditemukannya lar.a stadium keempat atau telur cacing. %t'ongylosis pada kuda $nteritis, thrombosis, penebalan dinding arteri, emboli, kolik, anemia.

Patogenesis

&nak kuda tampak lemah, bulu kusam, kekurusan secara progresif, depresi, kolik, diare.

Patologi anatomi dan klinis Pemeriksaan patologi anatomi / pada caecum dan colon ditemukan adanya cacing de0asa dalam #umlah besar, nodulae ditemukan di berbagai tempat, ditemukan arteritis .erminosa. Pemeriksaan patologi klinis / kadar 4b, #umlah eritrosit, PCC akan menurun tergantung berat dan lamanya penderitaan. (iagnosis ,. Pertumbuhan yang #elek, nafsu makan turun, tin#a abnormal dan kepucatan. Palpasi rektal dilakukan untuk meraba aneurismata. 4yost'ongylosis pada babi (ikenal " spesies cacing lambung, yaitu Hyostrongylus rubidus (cacing lambung merah), Ascarops strongylina dan Physocephalus sexalatus. Cacing lambung merah berbentuk tipis, langsing dengan ukuran ! mm atau lebih. Patogenesis dan patologi anatomi ,ar.a dan cacing hidup membuat liang pada mukosa hingga menimbulkan lesi radang serta mengisap darah.

Pada in.asi berat dapat ter#adi gastritis ulcerosa. %ukosa lambung #adi lebih tebal. 3ila dilakukan pengerokan mukosa (scraping), pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan cacing muda.

(iagnosis +.. (alam pemeriksaan tin#a dengan metode apung mungkin ditemukan telur Physocephalus dan &scarops, yang memiliki dinding tebal dan di dalamnya terdapat lar.a aktif. %ungkin telur cacing dengan cacing askaris. Telur cacing 4yostrongylus mirip dengan telur strongil lain antara lain

'esophagustomum, Necator, Trichostrongylus, dan -lobocephalus. In1eksi cacing Mac'acantho'ynchus pada babi Cacing penghuni usus halus babi ini bentuknya melengkung dan ber0arna merah pucat dengan ukuran #antan 9 cm dan betina "7 cm, tebalnya 56 9 mm. Patogenesis ++. %embuat liang dalam lapisan usus halus, kadang sampai menembus usus, hingga ter#adi peritonitis. %t'ongyloides pada babi ,ar.a memasuki tubuh hospes melalui kulit atau dapat #uga secara oral, mengikuti aliran darah, mencapai paru6paru, menembus al.eoli dan bronchioli, sampai di bronchioli dan trachea, menu#u laryn=, pindah ke pharyn=, terus ke sepan#ang esophagus, dan akhirnya sampai di lambung dan usus halus. -e#ala +0. Nafsu makan menurun, diare, kekurusan, dan gangguan pencernaan. T'ichu'iasis pada babi *pesies yang diketahui hidup dalam coecum babi adalah Trichuris suis. Cacing #antan berukuran "9679 mm dan betina "7679 mm dengan bagian anterior mirip u#ung cambuk. Patogenesis dan ge#ala +adang usus, diare, anemia. (*ubronto, !995) )nfeksi pada anak babi #uga dapat ter#adi melalui kolostrum atau secara oral oleh lara.a bebas yang melekat pada puting susu. Patogenesis

#. ETIOLO$I Penyakit cacingan dapat menginfeksi hospes melalui stadium infektifnya. 4al tersebut berlangsung bersamaan dengan daur hidup parasit (4elminth) tersebut. (aur hidup setiap filum (Trematoda, Cestoda, dan Nematoda) berbeda hal tersebut yang men#adikan fase infektif setiap filum berbeda.

. (aur hidup Trematoda / (aur hidup Trematoda membutuhkan hospes intermediet dan definiti.e. 4ampir semua klas Trematoda mempunyai daur hidup yang hampir sama, dan beberapa mempunyai hospes ketiga sehingga mempunyai fase tambahan. (,e.ine, BB5) Telur miracidium sporocyst Cacing muda redia cercaria metacercaria

Cacing de0asa

!. (aur hidup Cestoda / (aur hidup cestoda tergantung dari Class6nya, yaitu cotyloda dan $ucestoda. a. Cotiloda Telur Coracidium prosercoid plerocercoid (sparganum) cacing muda cacing de0asa

b. $ucestoda Telur coracidium cisticercoid cacing muda cacaing de0asa

Coracidium pada Cotiloda mempunyai sillia sedangkan pada $ucestoda tidak bersillia. Pada $ucestoda pada tahap lar.a telah mempunyai scoleks dan penamaan lar.a tergantung dari .ariasi scoleksnya. (,e.ine, BB5) ". (aur hidup nematode Telur , ,! ," ,5 cacing muda cacing de0asa

Fase infectif dari setiap filum berbeda dari daur hidup maka dapat diketahui fase yang menyerang hospes definiti.e (hospes sesungguhnya). Trematoda fase infectif pada saat cercaria (metacercaria) #ika masuk ke dalam tubuh hospes maka akan menetap di ileum atau duodenum, cacing muda akan berkembang dan menembus dinding usus dan menembus peritoneum lalu

menu#u parenkim hati dan menetap hingga de0asa hingga akhirnya menetap di empedu. Pada cotiloda fase infectif adalah saat plerocercoid yang akan menetap pada usus atau organ sasaran hingga de0asa. $ucestoda fase infectifnya pada saat kisticercoid. Nematode fase infectif adalah pada saat telur dan ,5, pada beberapa Nematoda lar.a akan tetap berkembang dalam telur dan keluar setelah termakan hospes definiti.e. (,e.ine, BB5) 8. PAT4O$E!E%I% . Trematoda Cercaria (metacercaria) yang masuk ke dalam usus hospes akan berkembang memn#adi cacing muda, cacing muda paling banyak berakti.itas dalam usus dan sekitarnya sehingga akan mengakibatkan keadaan patologis pada daerah usus, peritoneum. Cacing muda menu#u parenkim hati dan tumbuh de0asa, cacing muda mulai menghisap darah. Cacing de0asa akan menetap pada ductus bili.erus dan melakukan akti.itasnya di sana (pada cacing Fasciola sp). (*ubronto, !995) !. Cestoda a. Cotyloda Plerocercoid yang dikeluarkan oleh hospes intermediet akan masuk ke dalam hospes definiti.e, cara masuknya berbagai macam tergantung dari spesies yang terinfecsi. Plerocercoid mempunyai skoleks dengan dua bothria, sehingga dapat menembus dinding usus. Plerocercoid akan berubah men#adi cacing de0asa dalam usus hospes. (*ubronto, !995) b. $ucestoda Coracidium akan membentuk kista yang merupakan fase infectif bagi hospes definiti.e, nama coracidum yang berkista tergantung dari genusnya. (*ubronto, !995) ". Nematode Nematode pada fase ,5 (lar.a 5) masuk dalam hospes dan menetap di dalam usus atau mengalami migrasi, menembus hati dengan mengikuti aliran .ena porta, dari hati akan mengikuti darah dan menu#u bronchus, hingga naik ke tracea dan pindah ke pharyn=. Pada saat proses regurgitasi maka lar.a akan tertelan kembali ke dalam usus dan tumbuh. (*ubronto,!995) $E9ALA KLI!I% . 2urus (emasiasi) Tubuh yang kurus karena sebagian besar cacing akan mengabsorbsi nutrisi hospes sehingga ter#adi malnutrisi karena cacing. Pasokan makanan men#adi berkurang dan akan berdampak pada berat badan yang menurun (kurus). (Cotran, !99A)

!. &nemia Cacing de0asa menghisap darah hospes, setiap cacing dapat menghisap 9,7 m, darah setiap harinya sehingga pada fase subakut dan kronik ter#adi anemia yang parah. Cacing #uga dapat menghasilkan CC2 (kolisitokinin) yang berfungsi menginisiasi bilirubin (urobilin) sehingga darah akan berkumpul dalam hati, darah akan dihisap cacing dan sebagian mengalami perombakan besar6besaran, hal ini menyebabkan hospes dapat terkena ikterus. (Cotran, !99A) ". %elema Cacing yang menyerap darah mempunyai >at antikoagulasi heparin yang berguna untuk menghambat darah membeku sehingga cacing dapat menghisap darah. 4al ini mengakibatkan darah ikut terba0a oleh usus dan mencemari feses sehingga feses men#adi hitam. (Cotran, !99A) 5. $dema (transudat) $dema dapat ter#adi karena ketidakseimbangan isotonis dalam pembuluh darah sehingga ter#adi keadaan tekanan ekstraseluler lebih besar dari tekanan intraseluler sehingga cairan (plasma darah) akan keluar terlalu berlebihan. Perbedaan yang signifikan ini ter#adi karena hipoproteinemia yang disebabkan karena menurunnya kadar protein yang disebabkan oleh cacing. (Cotran, !99A) 7. +adang +adang ter#adi merupakan respon local dari masuknya benda asing ke dalam tubuh. +adanga digolongkan men#adi ; preakut, akut, subakut, dan kronik. (Cotran, !99A) 8IA$!O%I% (iagnosis dapat dilakukan secara klinis dan laboratorik. *ecara clinis dapat dilakukan dengan mengamati perubahan yang ter#adi dan ge#ala6ge#alanya. (iagnosis laboratorik dapat dilakukan dengan u#i laboratorik yang diambil berdasar sampel. (Dhitlock, B@9) (iagnose yang dilakukan / . *ampel feses / E#i natif, u#i Parfitt ; 3anks, u#i sentrifuse, u#i %c%aster, E#i 3aermann (u#i lar.a strongylus dan lar.a nematode) !. *ampel darah / preparat apus darah ". Nekropsi (eferensiasi (iagnosis pada pemeriksaan

Pada diagnosis terdapat ge#ala yang sama tetapi sebenarnya penyebabnya bukan oleh cacing. -e#ala tersebut sama dengan yang ditimbulkan oleh ge#ala yang disebabkan oleh penyakit cacingan. (eferensiasi tersebut adalah /

malnutrisi, enteritis bacterial, diastomosis khronis, paramfistomisis 4al tersebut sering kali menyebabkan diagnose men#adi salah, ge#ala diare tidak selalu disebabkan oleh cacing pada penyakit cacingan. 4ospes yang terserang 4aemonchus tidak akan mengalami diare, diare disebabkan oleh infeksi sekunder yaitu oleh Salmonela sp. (Dhitlock, B@9)

8A/TAR P:%TAKA Cotran, +am>i. !99A. 3uku &#ar Patologi. $-C / 1akarta. ,e.ine, (. Norman. BB5. Parasitologi Ceteriner. -ad#ah %ada Eni.ersity Press / Fogyakarta. *ubronto. !995. Penyakit Ternak )). -ad#ah %ada Eni.ersity Press / Fogyakarta. Dhitlock, 1. 4. B@9. (iagnosis 'f Ceterinary Parasitism. ,ea ; Febiger / Philadelphia.

I!/EK%I 8A! RE%PO! RA$A)I VETERI!ER I


Tugas Indi;idu

RA4A!$ 8OM A :8I E!$KAK

'leh/ 4a'is /eb'i P'asetyo

.6<05+072<K4<57.,

F&2E,T&* 2$('2T$+&N 4$D&N EN)C$+*)T&* -&(1&4 %&(& F'-F&2&+T& !99B

Anda mungkin juga menyukai