Anda di halaman 1dari 10

DI SUSUN OLEH:

ABDUL RACHMAN TAUFIK 10 313 781

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN MATEMATIKA
2013

KATA PENGANTAR
Puji syukur yang tidak terhingga kami ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa, Sang Maha Pencipta langit dan bumi dengan segala kerahasian alam ciptaanNya, karena berkat rahmat, hidayah serta inayah-Nya pulalah kami dapat menyelesaikan dan merampungkan penyusunan makalah sejarah matematika khususnya pada materi bilangan kompleks. Penyusunan Makalah ini dapat dirampungkan berkat adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, dalam kesempatan ini, kami menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada teman-teman dan semua pihak yang telah mendukung baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan menyadari segala keterbatasan, kritik dan saran yang sifatnya membangun dan konstruktif sangat kami harapkan dalam penyempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami berharap semoga apa yang telah tersaji dalam makalah ini, dapat kita petik manfaatnya baik untuk masa sekarag maupun dimasa yang akan datang. Amin.

Tondano,

september 2013

Penyusun

DAFTAR ISI Kata Pengantar....................................................................................... Daftar isi BAB I 1. Sejarah Bilangan Kompleks. 2. Notasi Bilangan Kompleks.. . 3. Defenisi Bilangan Kompleks BAB II 1. Kesimpulan.. 2. Saran 10 10 4 7 9 i ii

Daftar Pustaka..

iii

BAB I 1. Sejarah Bilangan Kompleks Pada tahun 1572 Rafael Bombelli kembali menyadari arti penting bilangan imajiner. Dalam buku risalah Aljabarnya, Bombelli menunjukkan perlunya bilangan imajiner dilibatkan sebagai suatu peralatan matematis yang berguna. Bombelli memberikan langkah baru bagi pengembangan bilangan baru ini yang oleh Cardano dianggap as refined as it is useless. Bombelli beranggapan bahwa formula Ferro-Tartaglia dapat direformulasi ke dalam bentuk yang melibatkan kuantitas bilangan imajiner, namun dengan jalan berpikir yang disebutnya wild thought. Yang ia maksud wild thought ialah, apabila persamaan depressed cubic memiliki solusi riil, maka dua bagian x pada persamaan Ferro-Tartaglia (3) bisa diekspresikan dalam bentuk dan , dimana u dan v adalah bilangan riil. Bombelli kembali berpendapat bahwa u dan v haruslah bilangan bulat, dan karena faktor bilangan bulat dari 2 hanya 2 dan 1, maka maka ia menyimpulkan bahwa dan yang diikuti dengan atau . Nilai u dan v yang memenuhi adalah u = 2 dan v = 1. Selanjutnya dengan memasukan nilai u dan v didapatkan nilai x, yaitu x = 4. Jadi, proses pengeluaran quantitas riil v dari kuantitas akar bilangan negatif serta dengan menempatkan quantitas akar dua dari negatif satu di dalam formula itu dipandang oleh Bombelli sebagai wild thought.

Untuk sampai kepada solusi riil ini Bombelli berfikir melalui teritorial bilangan imajiner yang belum pernah terpetakan sebelumnya. Sayangnya, trik berpikir ini tidak berlaku umum untuk semua persamaan kubik, tetapi hanya dapat diterapkan untuk kasus-kasus tertentu saja. Dalam risalah Aljabarnya, Bombelli menulis, and I too for a long time was of the same opinion. The whole matter seemed to rest on sophistry rather than on truth. Yet I sought so long, until I actually proved this to be the case. Pikiran liar Bombelli merangsang orang dalam beberapa dekade berikutnya untuk mulai mempercayai keberadaan bilangan imajiner, dan sebagian ahli matematika berupaya agar keberadaannya menjadi lebih jelas, lebih dimengerti dan diterima. Salah satu cara agar keberadaannya diterima dengan mudah adalah dengan menyatakannya dalam bentuk grafik dua dimensi. Dalam kasus ini, sumbu x adalah untuk bilangan riil, dan sumbu y untuk bilangan imajiner. Ide pertama untuk menyatakan bilangan kompleks dalam bentuk geometris bersumber dari John Wallis pada tahun 1673. Sayangnya ekspresi geometris awal terhadap bilangan kompleks mengarah ke konsekuensi yang tidak diharapkan, yaitu dinyatakan pada titik yang sama dengan . Namun setidaknya representasi geometris ini memberikan konsepsi baru terhadap bilangan kompleks sebagai titik pada bidang. Upaya ini kemudian diteruskan oleh Caspar Wessel, Abbe Buee dan Jean Robert Argand.

Pada tahun 1732, matematikawan berkebangsaan Swiss, Leonhard Euler mengadopsi gagasan representasi geometris untuk solusi persamaan

berbentuk dan menyatakannya dalam bentuk . Euler juga adalah orang pertama yang menggunakan simbol i untuk . Di sisi lain, dalam risalahnya Euler menulis, for we may assert that they are neither nothing, not greater than nothing, nor less than nothing, which necessarily renders them imaginary or impossible. Jelasnya, setelah ia memperlakukan bilangan imajiner secara matematis dan formal, dan menunjukan bahwa i mempunyai validitas matematis, pada akhirnya harus ia katakan bahwa eksistensi i dalam realitas adalah impossible, atau paling tidak mental reality belum mampu meletakan status ontologisnya. Dua matematikawan lain yang turut memberikan sumbangan penting terhadap pengembangan bilangan imajiner adalah Augustin-Louis Cauchy (17891857) dan Carl Friedrich Gauss (1777 1855). Cauchy menemukan beberapa teorema penting dalam bilangan kompleks, sedangkan Gauss menggunakan bilangan kompleks sebagai peralatan penting dalam pembuktian teorema fundamental dalam aljabar, yaitu terbukti bahwa melalui bilangan kompleks, terdapat solusi untuk setiap persamaan polinomial berderajat n. Dalam paper yang dikeluarkan tahun 1831, Gauss menyatakan representasi geometris untuk bilangan kompleks x + iy dengan titik (x, y) dalam bidang kordinat. Ia juga menjelaskan operasi-operasi aritmetika dengan bilangan kompleks ini. Atas dasar usaha Gauss, bilangan kompleks mulai disadari legitimasinya. Sebagian ahli matematika meyakini keberadaan bilangan kompleks dan berusaha

memahaminya, sebagian yang lain tidak, dan sebagian lagi meragukannya. Pada tahun 1833 William Rowan Hamilton menyatakan bilangan kompleks sebagai pasangan bilangan (a, b). Kendati kelihatannya hanya sebuah ekspresi lain alihalih a + ib, dengan maksud agar lebih mudah ditangani melalui aritmetika. Usaha ini memicu Karl Weierstrass, Hermann Schwarz, Richard Dedekind, Otto Holder, Henri Poincare, Eduard Study, dan Sir Frank Macfarlane Burnet untuk merumuskan teori umum tentang bilangan kompleks. Dan atas upaya August Mbius aplikasi bilangan kompleks ke dalam geometri menjadi lebih jelas bentukbentuk formula transformasinya. 2. Notasi Bilangan Kompleks. Bilangan bulat, sudah biasa kita dengar dan pastinya sudah paham dengan apa itu bilangan bulat. Jika kita kembangkan bilangan bulat, maka bilangan bulat masuk dalam himpunan bilangan rasional. Dan bilangan rasional beserta pasangannya bilangan irasional masuk dalam anggota bilangan riil. Sedangkan gabungan antara bilangan riil dan bilangan imajiner merupakan bilangan Kompleks. Jenis bilangan yang pada kesempayan kali ini akan kita bahas

Berdasarkan gambar diatas, lingkaran yang paling besar merupakan bilangan kompleks dan menunjukkan betapa luasnya bilangan kompleks itu.

Bilangan kompleks yang merupakan penggabungan dari bilangan real dan imajiner dapat kita notasikan sebagai hubungan penjumlahan seperti berikut ini. z=x+yi Berdasarkan notasi diatas x dan y merupakan bilangan riil sedangkan i merupakan imajiner murni. Notasi bilangan kompleks bukan hanya ditulis dalam bentuk penjumlahan melainkan juga dalam bentuk polar. Perhatikan penjelasan berikut ini. Dengan menganggap bahwa

serta maka

Selain bentuk penjumlahan dan bentuk polar, notasi bilangan kompleks dapat dituliskan juga dalam Eksponen dan dalam bidang kompleks, yaitu :

Dalam sistem koordinat dua dimensi, bilangan kompleks dapat divisualisasikan sebagai titik atau vektor posisi yang biasa disebut dengan bidang kompleks atau diagram argand. Koordinat cartesian dari bilangan kompleks yaitu bagian riil x serta bagian imajiner y, sedangkan koordinat sirkularnya yaitu r=|z|, disebut modulus, dan =arg(z) disebut argumen kompleks dari z. Jika kita kombinasikan dengan rumus euler, maka diperoleh :

3. Defenisi Bilangan Kompleks Bilangan kompleks adalah bilangan yang terdiri dari bilangan riil dan

imajiner.Bilangan kompleks mempunyai bilangan konjugat yang digunakan pada operasi arimatik pembagian. Bilangan kompleks dinyatakan sebagai : a + bi dimana : a, b bilangan nyata i satuan bilangan hayal, i = - 1, i2 = - 1 a + bi a disebut bagian nyata dan bi disebut bagian hayal. Dua bilangan kompleks a + bi dan a bi dimana yang berbeda tandanya disebut seasal 4. Sifat Sifat Bilangan Kompleks Himpunan semua bilangan kompleks bersama operasi penjumlahan dan perkalian (C,+,-) membentuk sebuah lapangan (field). Coba anda ingat kembali

materi pada mata kuliah Struktur Aljabar. Buktikan ! Adapun sifat-sifat lapangan yang berlaku pada bilangan kompleks z1, z2 dan z3 adalah sebagai berikut : 1. z1 + z2 C dan z1. z2 C. (sifat tertutup) 2. z1 + z2 = z2 + z1 dan z1. z2 = z2. z1 C. (sifat komutatif) 3. (z1 + z2 ) + z3 = z1 + (z2 + z3) dan (z1z2) z3 = z1( z2 z3) (sifat asosiatif) 4. z1(z2 + z3) = z1z2 + z1 z3 (sifat distribuif) 5. Ada 0 = (0,0) C sehingga z + 0 = z (0 elemen netral penjumlahan) 6. Ada 1 = (1,0) C sehingga z . 1 = z (1 elemen netral perkalian) 7. Untuk setiap z = (x,y) C, ada z = (-x,-y) sehingga z + (-z) = 0 8. Untuk setiap z = (x,y) C, ada z-1 = sehingga z.z-1 = 1.

Anda mungkin juga menyukai