Anda di halaman 1dari 25

Metabolik Endokrin

Patricia Virginia Dura 102010294 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat E-mail: patricia_virginia9@yahoo.com

Pendahuluan
Sistem endokrin merupakan salah satu sistem kontrol tubuh utama yang terdiri dari kelenjar kelenjar endokrin yang tersebar di seluruh tubuh. Kelenjar kelenjar endokrin umumnya tidak berhubungan secara anatomis, mereka secara fungsional dianggap membentuk suatu sistem. Kelenjar tersebut melaksanakan fungsi mereka dengan mensekresikan hormon dan di antara berbagai kelenjar endokrin berlangsung banyak interaksi fungsional. Dalam pembahasan pada makalah ini akan menjelaskan hubungan antara kelenjar endokrin dengan gizi yang bersangkutan pada berat badan yang berlebihan akibat gizi yang tidak seimbang. Dimana gizi yang tidak seimbang dapat menimbulkan berbagai penyakit. Konsumsi yang tidak seimbang dengan kebutuhan energi dapat menyebabkan gangguan. Gangguan yang terjadi dalam metabolisme karbohidrat misalnya seperti penyakit obesitas, diabetes mellitus, lactose intolerance. Pada metabolisme protein kurangnya kalori protein dalam tubuh dapat menyebabkan kwashiorkor, marasmus, xerosis, hepatomegalia. Pada metabolisme lemak/lipid dapat menyebabkan gangguan seperti defisiensi vitamin yang larut lemak misalnya vitamin A dan vitamin K.

Kelenjar Endokrin
Kelenjar endokrin tidak memiliki duktus. Kelenjar ini mensekresi hormon langsung ke dalam cairan jaringan di sekitar sel-selnya. Sebaliknya, kelenjar eksokrin seperti kelenjar saliva, mensekresi produknya ke dalam duktus. Kelenjar endokrin biasanya mensekresi lebih dari satu jenis hormon (kelenjar paratiroid yang hanya mensekresi hormon paratiroid merupakan suatu pengecualian). Dalam tubuh manusia diidentifikasi sekitar 40-50 jenis hormon. Hormon-hormon baru ditemukan di berbagai bagian tubuh termasuk di saluran gastrointestinal, sistem saraf pusat, dan saraf perifer. Konsentrasi hormon dalam sirkulasi adalah rendah. Hormon yang bersikulasi dalam aliran darah hanya sedikit jika dibandingkan dengan zat biologis lainnya, seperti glukosa dan kolesterol. Walaupun hormon dapat mencapai sebagian besar sel tubuh, hanya sebagian sel target tertentu yang memiliki reseptor spesifik yang dapat dipengaruhi. Kelenjar endokrin memiliki persediaan pembuluh darah yang baik. Secara mikroskopis, kelenjar tersebut terdiri dari korda atau sejumlah sel sekretori yang dikelilingi banyak kapilar dan ditopang jaringan ikat. Kelenjar-Kelenjar Sistem pada Endokrin diantaranya Kelenjar hipofisis (anterior dan posterior), Kelenjar tiroid, Empat kelenjar paratiroid, Dua kelenjar adrenal, Pulau-pulau Langerhans pada pankreas endokrin, Dua ovarium, Dua testis, Kelenjar pineal, Kelenjar timus. 1

Hipofisis (kelenjar pituitari) Kelenjar hipofisis adalah organ berbentuk oval, sebesar kacang dengan berat sekitar 0,5 gr. Organ ini melekat di bagian dasar hipotalamus otak pada batang yang disebut infundibulum (batang hipotalamus). Hipofisis terletak pada lekukan berbentuk pelana di tulang sfenoid (sela tursika) dan terbungkus dalam perpanjangan dura mater. Lobus anterior (adenohipofisa) kelenjar terdiri dari pars distalis, pars tuberalis dan pars intermedia. 1 Pars distalis merupakan tonjolan lobus anterior Pars tuberalis pada manusia tereduksi menjadi lempeng tipis sel-sel epitelial pada bagian superior pars distalis. Bagian ini fungsi endokrinya tidak diketahui, tetapi merupakan bagian yang paling vaskular pada lobus anterior Pars intermedia bersebelahan dengan pars distalis, sangat jelas pada janin tetapi tereduksi setelah dewasa.
2

Lobus posterior pituitari (neurohipofisis) tersusun dari pars nervosa dan infundibulum Pars nervosa terhubung dengan hipotalamus otak. Bagian ini mengandung ujung akson dari neurosekretori hipotalamus dan sel-sel seperti sel neuroglia (pituisit), yang tidak memiliki fungsi sekretori Infundibulum (batang saraf) menghubungkan neurohipofisa dengan otak.1

Hormon Hipofisis Lobus anterior 1 Hormon penstimulasi tiroid (TSH) TSH mempengaruhi semua aspek fungsi kelenjar tiroid, yang mencakup stimulasi akumulasi yodium di dalam kelenjar untuk diubah menjadi hormon tiroid, untuk pembuatan hormon dan pelepasannya ke dalam sistem sirkulasi. Melalui kerja hormon ini pada kelenjar tiroid, TSH dilibatkan dalam pengaturan laju metabolik, pemecahan lemak dan peningkatan kandungan air pada jaringan tertentu.6 Hormon adrenokortikotropik (ACTH) ACTH mengatur perkembangan , pemeliharaanm dan sekrsi korteks kelenjar suprarenal. Efek metabolik umum hormon ini meliputi metabolisme lemak, produksi hipoglikemia, dan peningkatan pada glukagen otot. Efek ini juga terlibat dalam pertahanan tubuh terhadap stress Somatotropin (pertumbuhan) Somatotropin memberi pengaruhnya terutama pada jaringan keras tubuh, walaupun terdapat beberapa efek pada jaringan lunak. Hormon ini meningkatkan laju pertumbuhan dan mempertahankan ukuran, bila maturitas telah dicapai. Hormon mengendalikan laju pertumbuhan di epifisis dan pusat osifikasi lain pada sistem skeletal. Sekresi berlebihan hormon ini menyebabkan pertumbuhan tulan panjang yang berlebihan pada anak-anak (gigantisme) dan akromegali pada orang dewasa. Pada akromegali, tulang tidak dapat memanjang karena lempeng epifisis telah menutup sehingga tulang mnejadi lebih tebal dan lebih kasar. Rahang bawah, tangan dan kaki terutama terkena. Sekresi hormon pertumbuhan yang kurang menyebabkan badan cebol (dwarfisme). Orang yang sangat pendek atau sangat tinggi, akibat sekresi hormon yan gkurang atau berlebih, biasanya
3

memiliki intelegensia yang normal, tidak seperti orang yang menderita akibat sekresi kelenjar tiroid yang kurang. Efek metabolik hormon ini meliputi peningkatan perubahan karbohidrat menjadi asam amino dan dalam ambilan asam amino oleh sel, mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan, dan peningkatan metabolisme lemak, serta peningkatan kadar gula darah Hormon penstimulasi folikel (FSH) FSH mengontrol maturasi folikel ovarium pada wanita dan produksi sperma pada pria Hormon leuteinizing (LH) LH menyebabkan perubahan pada wanita yang menyebabkan pembentukan korpus luteum. Hormon ini juga membantu menyiapkan payudara untuk menyekresi susu. Pada laki-laki, hormon serupa disebut hormon perangsang sel interstitial (ICSH) yang bekerja pada testis dan mengontrol sekresi testosteron hormon seks pria Prolaktin (laktogenik) Prolaktin merupakan salah satu hormon yang terlibat dalam produksi susu oleh payudara dan hanya berfungsi pada wanita Lobus posterior 1 Oksitosin Efek oktisosin terutama pada otot polos uterus yang sedang hamil dan sel-sel di sekitar duktus payudara, meskiupun hormon ini juga meningkatkan kontraksi umum otot polos seluruh tubuh Hormon antidiuretik (ADH)

Pankreas Endokrin Pankreas adalah organ pipih yang terletak di belakng dan sedikit di bawah lambung dalam abdomen. Organ ini memiliki dua fungsi, fungsi endokrin dan fungsi eksokrin. Bagian eksokrin dari pankreas berfungsi sebagai sel asinar pankreas, memproduksi cairan pankreas yang disekresi melalui duktus pankreas ke dalam usus halus. Fungsi endokrin pankreas adalah memproduksi dan melepaskan hormon insulin, glukagon dan somatostatin. Hormon-hormon ini masing-masing
4

diproduksi oleh sel-sel khusus yang berbeda di pankreas, yang disebut pulau-pulau Langerhans.8 Sel endokrin dapat ditemukan dalam pulau-pulau Langerhans, yaitu kumpulan kecil sel yang tersebar di seluruh organ. Ada empat jenis sel penghasil hormon yang teridentifikasi dalam pulau-pulau tersebut. 2 Sel alfa mensekresi glukagon, yang meningkatkan kadar gula darah. Glukagon adalah hormon utama stadium pasca absorbtif pencernaan, yang terjadi selama periode puasa diantara waktu makan. Fungsi hormon ini terutama adalah katabolik. Secara umum, kerja glukagon berlawanan dengan fungsi insulin. Sebagai contoh, glukagon bekerja sebagai antagonis insulin dengan menghambat perpindahan glukosa ke dalam sel. Glukagon juga menstimulasi glukonegenesis hati dan menyebabkan penguraian simpanan energi selain glukosa. Glukagon menstimulasi penguraian lemak daln pelepasan asam lemak bebas ke dalam aliran darah, untuk digunakan sebagai sumber energi selain glukosa. Fungsi-fungsi tersebut bekerja untuk meningkatkan kadar glukosa darah. Pelepasan glukagon oleh pankreas distimulasi oleh saraf simpatis. 2

Sel beta mensekresi insulin, yang menurunkan kadar gula darah. Insulin menyediakan glukosa untuk sebagian besar sel tubuh, terutama unuk otot dan adiposa, melalui peningkatan aliran glukosa yang melewati membran sel dalam mekanisme carrier. Insulin memperbesar simpanan lemak dan protein dalam tubuh. Insulin meningkatkan transpor asam amino dan asam lemak dari darah ke dalam sel. Insulin meningkatkan sintesis protein dan lemak, serta menurunkan katabolisme protein dan lemak. Insulin meningkatkan penggunaan karbohidrat untuk energi. Insulin memfasilitasi penyimpanan glukosa dalam bentuk glikogen pada otot rangka dan hati. Insulin memperbesar cadangan glukosa berlebih dalam bentuk lemak pada jaringan adiposa. Peningkatan kadar glukosa darah, misalnya setelah makan, akan menstimulasi sel beta untuk memproduksi insulin. Insulin menyebabkan glukosa berdifusi ke dalam sel yang akan memakainya sebagai energi, mengubahnya menjadi glikogendalam hati, atau menjadi lemak dalam jaringan adiposa. Jika kadar glukosa darah turun, laju sekresi insulin juga menurun.

Sel delta mensekresi somatostatin, hormon yang menghasilkan hormon pertumbuhan, yang menghambat sekresi glukagon dan insulin Sel F mensekresi polipeptida pankreas, sejenis hormon pencernaan untuk fungsi yang tidak jelas, yang dilepaskan setelah makan. 3

Kelenjar Tiroid Kelenjar tiroid terdiri atas dua buah lobus yang terletak disebelah kanan dan kiri trakea, dan diikat bersama oleh secarik jaringan tiroid yang disebut istmus tiroid dan yang melintasi trakea disebelah depannya. Kelenjar tiroid terdiri atas sejumlah besar vesikel yang dibatasi oleh epithelium silinder, mendapat persediaan darah melimpah dan disatukan oleh jaringan ikat. Sel itu mengeluarkan sekret cairan yang bersifat lekat, yaitu koloida tiroid, yang mengandung zat senyawa yodium. Zat aktif utama dari senyawa yodium ini adalah hormone tiroksin. Sekret ini mengisi vesikel dan dari sini berjalan ke aliran darah, baik langsung maupun melalui saluran limfe. 4 Fungsi kelenjar tiroid sangat erat kaitannya dengan kegiatan metabolic dalam hal pengaturan susunan kimia dalam jaringan, bekerja sebagai rangsang proses oksidasi, mengatur penggunaan oksigen dan dengan sendirinya mengatur pengeluaran karbon dioksida. 4 Kelenjar Paratiroid Di setiap sisi kelenjar tiroid terdapat dua kelenjar kecil, yaitu kelenjar paratiroid, didalam leher. Sekresi paratiroid, yaitu hormone paratiroid, mengatur metabolisme zat kapur dan mengendalikan jumlah zat kapur didalam darah dan tulang. 4 Kelenjar Timus Kelenjar timus terdapat didalam torax, kira-kira pada ketinggian bifurkasi trakea. Warnanya kemerahan dan terdiri atas dua lobus. Pada bayi baru lahir sangat kecil dan beratnya kira-kira 10 gram. Ukurannya bertambah dan pada masa remaja beratnya kira-kira 30-40 gram dan kemudian mengerut lagi. Fungsinya belum diketahui tapi diperkirakan ada sangkutannya dengan produksi antibody. 4
6

Kelenjar Adrenal Kelenjar adrenal atau kelenjar suprarenalis terletak diatas kutub sebelah atas ginjal. Kelenjar adrenal terdiri atas bagian luar yang berwarna kekuning-kuningan yang disebut korteks dan yang menghasilkan kortisol, dan atas bagian medulla disebelah dalam yang mengahasilkan adrenalin (epinefrin) dan noradrenalin (norepinefrin). Zat-zat yang diksekresikan dibawah pengendalian sistem saraf simpatis. Sekresinya bertambah dalam keadaan emosi sseperti marah dan takut, dan dalam keadaan asfixia dan kelaparan. Pengeluaran yang berlebihan itu menaikan tekanan darah guna melawan shok yang disebabkan kegiatan ini. 4 Norepinefrin menaikkan tekanan darah dengan jalan merangsang serabut otot didalam dinding pembuluh darah untuk berkontraksi. Adrenalin membantu metabolisme karbohidrat dengan jalan menambah pengeluaran glukosa dari hati. Beberapa hormon terpenting yang disekresikan oleh korteks adrenal adalah hidrokortison, aldosteron, dan kortikosteron, yang semuanya bertalian erat dengan metabolisme pertumbuhan, fungsi ginjal dan tonus otot. Semua fungsi ini menentukan jalan hidup. 4

Karbohidrat
Karbohidrat adalah penghasil utama energi. Karbohidrat yang terdapat pada makanan umumnya hanya tiga jenis ialah monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Mono dan disakarida terasa manis, sedangkan polisakarida tidak mempunyai rasa (tawar). Di dalam bahan makanan nabati terdapat dua jenis polisakarida yaitu dapat dicerna dan yang tidak dapat dicerna. Yang dapat dicerna ialah zat tepung (amylum) dan dekstrin. Yang tidak dapat dicerna ialah selulosa, pentosa dan galaktan. Plisakarida di dalam bahan makanan hewani dapat dicerna dan disebut glikogen. Tidak ada polisakarida hewani yang tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia. 5 Sumber utama karbohidrat di dalam makanan berasal dari tumbuh-tumbuhan, dan hanya sedikit saja yang termasuk bahan makanan hewani. Yang merupakan sumber energi utama terutama terdapat dalam bentuk zat tepung (amylum) dan zat gula (mono dan disakarida). Sumber yang kaya akan karbohidrat umumnya termasuk bahan makanan pokok. Bahan makanan pokok di Indonesia dapat berupa beras, (serealia), akar dan umbi, serta ekstrak tepung seperti sagu. Karbohidrat hewani berbentuk glikogen, terutama terdapat dalam otot (daging) dan hati. 5
7

Di dalam tubuh, karbohidrat merupakan salah satu sumber utama energi dan yang paling murah. Simpanan energi di dalam otot dan hati terdapat sebagai glikogen, salah satu bentuk karbohidrat yang mudah dimobilisasikan bila badan memerlukan banyak energi. Mono dan disakarida berfungsi sebagai pemanis di dalam makanan. Tingkat manis sebagai standar diambil sucrosa (100), dan berturut-turut: fruktosa (173), glukosa (74), galaktosa (32), maltosa (32) dan laktosa (16). Karbohidrat menghasilkan energi sebesar 4,1 kilokalori/gr, di mana komposisi gizi yang dibutuhkan adalah 60-70% total kalori/hari. 5

Metabolisme Karbohidrat
Glikolisis Glikolisis, yaitu jalur utama metabolisme glukosa, terjadi di sitosol semua sel. Jalur ini unik karena dapat berfungsi baik dalam keadaan aerob, maupun anaerob, bergantung pada ketersediaan oksigen dan rantai transport elektron. Glikolisis merupakan rute utama metabolisme glukosa dan juga lajur utama untuk metabolisme fruktosa, galaktosa, dan karbohidrat lain yang berasal dari makanan. Kemampuan glikolisis untuk menghasilkan ATP tanpa oksigen merupakan hal yang sangat penting, karena hal ini memungkinkan otot rangka bekerja keras ketika pasokan oksigen terbatas, dan memungkinkan jaringan bertahan hidup ketika mengalami anoksia. Diketahui jika suatu otot berkontraksi dalam medium anaerob, yaitu medium dengan oksigen yang telah dikeluarkan, glikogenn akan lenyap dan muncul laktat. Jika oksigen dimasukkan, terjadi pemulihan aerob dan laktat kemudian lenyap. Namun, jika kontraksi berlangsung dalam kondisi aerob, penimbunan laktat tidak terjadi dan piruvat adalah produk akhir utama glikolisis. 6 Semua enzim glikolisis ditemukan di sitosol. Glukosa memasuki glikolisis melalui fosfolirasi menjadi glukosa 6-fosfat yang dikatalisis oleh heksokinase dengan menggunakan ATP sebagai donor fosfat. Dalam kondisi fisiologis, fosforilasi glukosa menjadi glukosa 6-fosfat dapat bersifat ireversibel. Heksokinase memiliki afinitas tinggi (Km rendah) untuk glukosa. Sel hati juga mengandung suatu isoenzim heksokinase, glukokinase yang memiliki Km yang jauh lebih tinggi daripada konsentrasi glukosa intrasel normal. Glukosa 6-fosfat adalah suatu senyawa penting yang berada dipertemuan beberapa jalur metabolik, diantaranya glikolisis,

glukoneogenesis, jalur pentose fosfat, glikogenesis, dan glikogenolisis. Pada glikolisis, senyawa ini diubah menjadi fruktosa 6-fosfat oleh fosfoheksosa isomerase yang melibatkan suatu
8

isomerase aldosa-ketosa. Reaksi ini diikuti oleh fosforilasi lain yang dikatalisis oleh enzim fosfofruktokinase untuk membentuk fruktosa 1,6 bifosfat. Fruktosa 1,6 bifosfat dipecah oleh aldolase menjadi dua triosa fosfat, gliseraldehida 3-fosfat dan dihidroksiaseton fosfat. Gliseraldehida 3-fosfat dan dihidroksiaseton fosfat dapat saling terkonversi oleh enzim fosfotriosa isomerase. 6 Glikolisis berlanjut dengan oksidasi Gliseraldehida 3-fosfat menjadi 1,3 bifosfogliserat. Enzim yang mengkatalisis reaksi oksidasi ini, gliseraldehida 3-fosfat dehidrogenase, yang bersifat dependen-NAD. Dalam reaksi berikutnya yang dikatalisis oleh fosfogliserat kinase, fosfat dipindahkan dari 1,3 bifosfogliserat ke ADP, membentuk ATP dan 3-fosfogliserat. Karena untuk setiap molekul glukosa yang mengalami glikolisis dihasilkan dua molekul triosa fosfat, pada tahap ini dihasilkan dua molekul ATP per molekul glukosa yang mengalami glikolisis. 3fosfogliserat mengalami isomerisasi menjadi 2-fosfogliserat oleh fosfogliserat mutase. Langkah berikutnya dikatalisis oleh enolase dan melibatkan suatu dehidrasi yang membentuk fosfoenolpiruvat. Enolase dihambat oleh fuorida, enzim ini juga bergantung pada keberadaan Mg2+ atau Mn2+. Fosfat pada fosfoenolpiruvat dipindahkan ke ADP oleh piruvat kinase untuk membentuk dua molekul ATP per satu molekul glukosa yang dioksidasi dan kemudian membentuk enol piruvat dan selanjutnya akan berubah menjadi keto piruvat secara spontan. Pada kondisi anaerob, NADH tidak dapat direoksidasi melalui rantai respiratorik menjadi oksigen. Piruvat direduksi oleh NADH menjadi laktat yang dikatalisis oleh laktat dehidrogenase. 6

Gambar 1. Glikolisis
9

Oksidasi piruvat menjadi Asetil KoA Piruvat yang terbentu di sitosol diangkut ke dalam mitokondria oleh suatu simporter proton. Di dalam mitokondria, piruvat mengalami dekarboksilasi oksidatif menjadi asetil-KoA oleh suatu kompleks multienzim (Kompleks piruvat dehidrogenase) yang terdapat dimembran dalam mitokondria. Persamaan untuk perubahan dari piruvat menjadi asetil KoA adalah sebagai berikut: Piruvat + NAD+ + KoA Asetil-KoA + NADH + H++ CO2 . 6

Gambar 2. Oksidasi Piruvat menjadi Asetil-KoA

Siklus Asam Sitrat Siklus asam sitrat adalah bagian integral dari proses penyedian energy dalam jumlah besar yang dibebaskan selama oksidasi bahan bakar terjadi. Selama oksidasi asetil KoA, koenzim-koenzim mengalami reduksi dan kemudian direoksidasi dirantai respiratorik yang dikaitkan dengan pembentukan ATP. Proses ini bersifat aerob yang memerlukan oksigen sebagai oksidan terakhir dari koenzim-koenzim yang tereduksi. Enzim-enzim ini pada siklus asam sitrat terletak di matriks mitokondria, baik bebas maupun terikat pada membrane dalam mitokondria serta membrann krista, tempat enzim-enzim rantai respiratorik berada. 6 Reaksi awal antara asetil-KoA dan oksaloasetat untuk membentuk sitrat dikatalisis oleh sitrat sintase yang membentuk ikatan karbon ke karbon antara karbon metil pada asetil-KoA dan karbon karbonil pada oksaloasetat. Sitrat mengalami isomerase menjadi isositrat oleh enzim akonitase, reaksi ini terjadi dalam dua tahap: dehidrasi menjadi cis-akonitat dan rehidrasi menjadi isositrat. Enzim akonitase ini dihambat oleh fluoroasetat. Fluoroasetat ini bersifat toksik karena fluoroasetil-KoA berkondensasi dengan oksaloasetat untuk membentuk fluorositrat, yang menghambat akonitase sehingga terjadi penimbunan sitrat. Isositrat mengalami dehidrogenasi
10

yang dikatalisis oleh isositrat dehidrogenasi untuk membentuk oksalosuksinat pada awalnya, dan tetap terikat pada enzim dan mengalami dekarboksilasi menjadi -ketoglutarat. Dekarboksilasi ini memerlukan ion Mg2+ atau Mn2+. 6 -ketoglutarat mengalami dekarboksilasi oksidatif menjadi suksinil KoA dalam suatu reaksi yang dikatalisis oleh suatu kompleks multi-enzim yaitu kompleks -ketoglutarat dehidrogenase. Enzim ini memerlukan kofaktor yang sama dengan kofaktor yang diperlukan oleh kompleks piruvat dehidrogenase yaitu tiamin difosfat, lipoat, NAD+, FAD dan KoA. Suksinil KoA diubah menjadi suksinat oleh suksinat tiokinase (suksinil KoA sintase). Metabolisme suksinat yang menyebabkan terbentuknya oksaloasetat, memiliki rangkaian reaksi kimia yang sama seperti yang terjadi pada oksidasi- asam lemak. Reaksi dehidrogenasi pertama yang membentuk fumarat dikatalisis oleh suksinat dehidrogenase yang terikat pada permukaan dalam membrane dalam mitokondria. Fumarase (fumarat hidratase) mengatalisis penambahan air pada ikatan rangkap fumarat sehingga menghasilkan malat. Malat diubah menjadi oksaloasetat oleh malat dehidrogenase, suatu reaksi yang memerlukan NAD+ .
6

Pada proses oksidasi yang dikatalisir enzim dehidrogenase, 3 molekul NADH dan 1 FADH2 akan dihasilkan untuk setiap molekul asetil-KoA yang dikatabolisir dalam siklus asam sitrat. Dalam hal ini sejumlah ekuivalen pereduksi akan dipindahkan ke rantai respirasi dalam membrane interna mitokondria (lihat kembali gambar tentang siklus ini). Selama melintasi rantai respirasi tersebut, ekuivalen pereduksi NADH menghasilkan 3 ikatan fosfat berenergi tinggi melalui esterifikasi ADP menjadi ATP dalam proses fosforilasi oksidatif. Namun demikian FADH2 hanya menghasilkan 2 ikatan fosfat berenergi tinggi. Fosfat berenergi tinggi selanjutnya akan dihasilkan pada tingkat siklus itu sendiri (pada tingkat substrat) pada saat suksinil KoA diubah menjadi suksinat. 3

Glikogenesis Tahap pertama metabolisme karbohidrat adalah pemecahan glukosa (glikolisis) menjadi piruvat. Selanjutnya piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Akhirnya asetil KoA masuk ke dalam rangkaian siklus asam sitrat untuk dikatabolisir menjadi energi. Proses di atas terjadi jika kita membutuhkan energi untuk aktifitas, misalnya berpikir, mencerna makanan, bekerja dan
11

sebagainya. Jika kita memiliki glukosa melampaui kebutuhan energi, maka kelebihan glukosa yang ada akan disimpan dalam bentuk glikogen. Proses anabolisme ini dinamakan glikogenesis. 6 Glikogen merupakan bentuk simpanan karbohidrat yang utama di dalam tubuh dan analog dengan amilum pada tumbuhan. Unsur ini terutama terdapat didalam hati (sampai 6%), otot jarang melampaui jumlah 1%. Akan tetapi karena massa otot jauh lebih besar daripada hati, maka besarnya simpanan glikogen di otot bisa mencapai tiga sampai empat kali lebih banyak. 7

Gambar 3. Siklus Asam Sitrat

Glikogenolisis Jika glukosa dari diet tidak dapat mencukupi kebutuhan, maka glikogen harus dipecah untuk mendapatkan glukosa sebagai sumber energi. Proses ini dinamakan glikogenolisis. Glikogenolisis seakan-akan kebalikan dari glikogenesis, akan tetapi sebenarnya tidak demikian. Untuk memutuskan ikatan glukosa satu demi satu dari glikogen diperlukan enzim fosforilase. Enzim ini spesifik untuk proses fosforolisis rangkaian 14 glikogen untuk menghasilkan glukosa 1-fosfat. Residu glukosil terminal pada rantai paling luar molekul glikogen dibuang secara berurutan sampai kurang lebih ada 4 buah residu glukosa yang tersisa pada tiap sisi cabang 16. 6 (C6)n + Pi (C6)n-1 + Glukosa 1-fosfat Glikogen Glikogen
12

Glukosa transferase dibutuhkan sebagai katalisator pemindahan unit trisakarida dari satu cabang ke cabang lainnya sehingga membuat titik cabang 16 terpajan. Hidrolisis ikatan 16 memerlukan kerja enzim enzim pemutus cabang (debranching enzyme) yang spesifik. Dengan pemutusan cabang tersebut, maka kerja enzim fosforilase selanjutnya dapat berlangsung. 6

Glukoneogenesis Glukoneogenesis terjadi jika sumber energi dari karbohidrat tidak tersedia lagi. Maka tubuh adalah menggunakan lemak sebagai sumber energi. Jika lemak juga tak tersedia, barulah memecah protein untuk energi yang sesungguhnya protein berperan pokok sebagai pembangun tubuh. Jadi bisa disimpulkan bahwa glukoneogenesis adalah proses pembentukan glukosa dari senyawa-senyawa non karbohidrat, bisa dari lipid maupun protein. 6,7 Secara ringkas, jalur glukoneogenesis dari bahan lipid maupun protein dijelaskan sebagai berikut: 1. Lipid terpecah menjadi komponen penyusunnya yaitu asam lemak dan gliserol. Asam lemak dapat dioksidasi menjadi asetil KoA. Selanjutnya asetil KoA masuk dalam siklus Krebs. Sementara itu gliserol masuk dalam jalur glikolisis. 2. Untuk protein, asam-asam amino penyusunnya akan masuk ke dalam siklus Krebs.7

Protein
Di dalam sel, protein terdapat sebagai protein struktural maupun sebagai protein metabolik. Protein struktural merupakan bagian integral dari struktur sel dan tidak dapat diekstrai tanpa menyebabkan disintegrasi sel tersebut. Protein metabolik ikut serta dalam reaksi biokimiawi dan mengalami perubahan bahkan mungkin destruksi atau sintesa protein baru. Protein metabolik diekstrasi tanpa merusak integritas struktur sel itu sendiri. Kalau protein mengalami hidrolisa total, akan menghasilkan sejumlah 20-24 jenis asam amino, tergantung dari cara menghidrolisanya. 5 Dari 20-24 jeins asam amino yang dihasilkan dalam hidrolisa total suatu protein, da yang dapat disintesa di dalam tubuh, tetapi ada pula yang tidak. Asam amino yang tidak dapat disintesa harus tersedia dalam makanan yang dikonsumsi, jadi merupakan bagian yang esensial
13

dari makanan. Karena itu asam amino yang tidak dapat disintesa oleh tubuh, disebut asam amino esensial, sedangkan yang lainnya disebut asam amino non esensial. Terdapat delapan jenis asam amino esensial yaitu lysine, leucine, isoleucine, valine, threonin, phenylalanine, methionin, tryptophane, sedangkan untuk anak-ank yang sedang tumbuh ditambah dua jenis lagi yaitu histidin dan arginin. Asam amino nonesensial seperti glisin, arginin, prolin, asam glutamat, asam aspartat, serin dan alanin.5 Berdasarkan sumbernya, protein diklasifikasikan menjadi protein hewani dan protein nabati. Protein hewani yaitu protein dalam bahan makanan yang berasal dari binatang seperti protein dari daging, protein susu, dan sebagainya. Protein nabati ialah protein yang berasal dari bahan makanan tumbuhan, seperti protein dari jagung (zein), dari terigu, dan sebagainya.5 Fungsi protein sebagai zat pembangun. Selain itu, protein berfungsi dalam pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan, menggantikan sel-sel yang mati dan aus terpakai, sebagai protein struktural. Sebagai badan-badan anti, protein juga berfungsi dalam mekanisme pertahanan tubuh melawan berbagai mikroba dan zat toksik lain yang datang dari luar dan masuk ke dalam milieu interieur tubuh. Sebagi zat pengatur, protein mengatur proses-proses metabolisme dalam bentuk enzim dan hormon. Protein juga adalah salah satu sumber energi. Protein menghasilkan 4,1 kilokalori/gr di mana komposisi gizi yang dibutuhkan 10-15% total kalori/hari. 5

Metabolisme Protein
Penguraian dan sintesis protein sel yang berlangsung terus menerus terdapat disemua bentuk kehidupan. Setiap hari, manusia mengganti 1-2% protein tubuh total, terutama protein otot. Penguraian protein dengan kecepatan tinggi terjadi di jaringan yang mengalami tata ulang struktur. Dari asam-asam amino yang dibebaskan, sekitar 75% digunakan kembali. Nitrogen yang berlebihan membentuk urea. Karena kelebihan asam amino tidak disimpan, asam-asam amino yang tidak segera digunakan untuk membentuk protein baru akan cepat diuraikan menjadi zat-zat antara amfibolik. Protease intrasel menghidrolisis ikatanikatan peptida internal. Pertidapeptida yang terbentuk kemudian diuraikan menjadi asam amino oleh endopeptidase dan karboksipeptidase yang mengeluarkan asam amino secara sekuensial masing-masing dari terminal amino dan karboksil. Protein-protein ekstrasel, protein yang terikat membran, dan protein intrasel yang berumur panjang diuraikan di lisosom melalui proses-proses yang tidak
14

memerlukan ATP. Sebaliknya, penguraian protein yang berumur pendek dan abnormal terjadi di sitosol serta memerlukan ATP dan ubikuitin. 6 Biosintesis Urea Biosintesis urea berlangsung dalam empat tahap yaitu transaminasi, deaminasi oksidatif glutamat, transport amonia, dan reaksi siklus urea. 6 Transminasi Transminasi saling mengonversi pasangan-pasangan asam -amino dan -keto. Semua asam amino protein kecuali lisin, treonin, prolin, dan hidroksiprolin ikut serta dalam transminasi. Transminasi berlangsung reversibel, dan aminotransferase juga berfungsi dalam biosintesis asam amino. Alanin-piruvat aminotransferase dan glutamat -ketoglutarat aminotransferase -ketoglutarat

mengatalisis pemindahan gugus amino ke piruvat (membentuk alanin) atau

(membentuk glutamat). Karena alanin juga merupakan suatu substrat untuk glutamat aminotransferase, semua nitrogen amino dari asam amino yang mengalami transminasi dapat terkonsentrasi dengan glutamat. Hal ini penting karena L-glutamat adalah satu-satunya asam amino yang mengalami deaminasi oksidatif dengan laju yang cukup tinggi. 6 Deaminasi oksidatif Pemindahan nitrogen amino ke -ketoglutarat membentuk L-glutamat. Pembebasan nitrogen sebagai amonia kemudian dikatalisis oleh L-glutamat dehidrogenase (GDH) hati, yang dapat menggunakan NAD+ atau NADP+. Perubahan nitrogen -amino menjadi amonia oleh kerja terpadu glutamat aminotransferase dan GDH sering disebut transdeaminasi. Aktivitas GDH hati secara alosteris dihambat oleh ATP, GTP, dan NADH serta diaktifkan oleh ADP. Reaksi yang dikatalisis oleh GDH bersifat reversibel sepenuhnya dan juga berfungsi dalam biosintesis asam amino. 6 Transport Amonia Amonia yang dihasilkan oleh bakteri usus dan diserap ke dalam darah vena porta dan amonia yang dihasilkan oleh jaringan cepat disingkirkan dari sirkulasi oleh hati dan diubah menjadi urea. Amonia dapat bersifat toksik bagi otak, sebagaian karena zta ini beraksi dengan 15

ketoglutarat untuk membangun glutamar. Kadar -ketoglutarat yang menurun ini kemudian menggangu funsi siklum asam trikarboksilt (TCA) di neuron. Pembentukan glutamin dikatalisis oleh glutamin sintase mitokondri. 6 Siklus Urea Kondensasi CO2, amonia, dan ATP untuk membentuk karbamoil fosfat dikatalisis oleh karbamoil fosfat sintase I mitokondria . Bentuk sitosolik enzim ini, yaitu karbamoil fosfat sintase II, menggunakan glutamin dan bukan amonia sebagai donor nitrogen dan berfungsi dalam biosintesis primidin. Pembentukan karbamoil fosfat memerlukan 2 mol ATP, yang salah satunya berfungsi sebagai donor fosforil,. Perubahan ATP menjadi AMP dan pirofosfat, yang digabungkan dengan hidrolisis pirofosfat menjadi ortofosfat, yang merupakan kekuatan pendorong untuk sintesis ikatan amida dan ikatan anhidrida asam campuran pada karbamoil fosfat. Reaksi tersebut berlangsung secara bertahap. Reaksi bikarbonat dengan ATP membentuk karbonil fosfat and ADP. Amonia kemudian menggeser ADP yang membentuk karbamat dan ortofosfar. Fosforfilasi karbamat oleh ATP kedua kemudian memebentuk karbamoil fosfat. Karbamoil fosfat ini kemudian akan bereaksi dengan ornitin membentuk sitrulin. Kemudian stirulin bereaksi dengan aspartat akan membentuk argininosuksinat. Dan selanjutnya argininosuksinat akan pecah menjadi arginin dan fumarat. Arginin akan kembali membentuk ornitin dan juga akan membebaskan urea oleh enzim arginase. 6

Lemak Lemak di dalam makanan yang memegang peranan penting ialah yang disebut lemak netral atau triglicerida, yang molekulnya terdiri atas satu molekul glycerol (glycerin) dan tiga molekul asam lemak, yang diikatkan pada glycerol tersebut dengan ikatan ester. 5 Menurut sumbernya dibedakan atas lemak nabati dan lemak hewani. Lemak nabati berasal dari bahan makanan tumbuh-tumbuhan, sedangkan lemak hewani berasal dari binatang termasuk ikan, telur, dan susu. Kedua jenis lemak ini berbeda dalam jenis asam lemak yang menyusunnya. Lemak nabati mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh, yang menyebabkan asam lemak tak jenuh, yang menyebabkan titik cair yang lebih rendah, dan dalam suhu kamar berbentuk cair, disebut minyak. Lemak hewani mengandung terutama asam lemak

16

jenuh, khususnya mempunyai rantai rantai karbon panjang yang mengakibatkan dalam suhu kamar berbentuk padat inilah yang biasa oleh awam disebut lemak atau gaji. 5 Fungsi lemak di dalam makanan memberikan rasa gurih, memberikan kualitas renyah, terutama pada makanan yang digoreng, memberikan kandungan kalori tinggi dan memberikan sifat empuk (lunak) pada kue yang dibakar. Di dalam tubuh, lemak berfungsi sebagi cadangan energi dalam bentuk jaringan lemak yang ditimbun di tempat-tempat tertentu, yang memberikan fiksasi organ tersebut, seperti biji mata dan ginjal. Jaringan di bawah kulit melindungi tubuh dari hawa dingin. Lemak menghasilkan 9 kilokalori/gr di mana komposisi gizi yang dibutuhkan 2035%. 5

Metabolisme Lemak Secara ringkas, hasil akhir dari pemecahan lipid dari makanan adalah asam lemak dan gliserol. Jika sumber energi dari karbohidrat telah mencukupi, maka asam lemak mengalami esterifikasi yaitu membentuk ester dengan gliserol menjadi trigliserida sebagai cadangan energi jangka panjang. Jika sewaktu-waktu tak tersedia sumber energi dari karbohidrat barulah asam lemak dioksidasi, baik asam lemak dari diet maupun jika harus memecah cadangan trigliserida jaringan. Proses pemecahan trigliserida ini dinamakan lipolisis. 8 Proses oksidasi asam lemak dinamakan oksidasi beta dan menghasilkan asetil KoA. Selanjutnya sebagaimana asetil KoA dari hasil metabolisme karbohidrat dan protein, asetil KoA dari jalur inipun akan masuk ke dalam siklus asam sitrat sehingga dihasilkan energi. Di sisi lain, jika kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil KoA dapat mengalami lipogenesis menjadi asam lemak dan selanjutnya dapat disimpan sebagai trigliserida. 8 Beberapa lipid non gliserida disintesis dari asetil KoA. Asetil KoA mengalami kolesterogenesis menjadi kolesterol. Selanjutnya kolesterol mengalami steroidogenesis membentuk steroid. Asetil KoA sebagai hasil oksidasi asam lemak juga berpotensi menghasilkan badan-badan keton (aseto asetat, hidroksi butirat dan aseton). Proses ini dinamakan ketogenesis. Badan-badan keton dapat menyebabkan gangguan keseimbangan asam-basa yang dinamakan asidosis metabolik. Keadaan ini dapat menyebabkan kematian. 8

17

Metabolisme Gliserol Gliserol sebagai hasil hidrolisis lipid (trigliserida) dapat menjadi sumber energi. Gliserol ini selanjutnya masuk ke dalam jalur metabolisme karbohidrat yaitu glikolisis. Pada tahap awal, gliserol mendapatkan 1 gugus fosfat dari ATP membentuk gliserol 3-fosfat. Selanjutnya senyawa ini masuk ke dalam rantai respirasi membentuk dihidroksi aseton fosfat, suatu produk antara dalam jalur glikolisis. 6

Gambar 4. Reaksi-reaksi kimia dalam metabolisme gliserol

Oksidasi asam lemak (oksidasi beta) Untuk memperoleh energi, asam lemak dapat dioksidasi dalam proses yang dinamakan oksidasi beta. Sebelum dikatabolisir dalam oksidasi beta, asam lemak harus diaktifkan terlebih dahulu menjadi asil-KoA. Dengan adanya ATP dan Koenzim A, asam lemak diaktifkan dengan dikatalisir oleh enzim asil-KoA sintetase (Tiokinase). 6,8

Gambar 5. Aktivasi asam lemak menjadi asil KoA Asam lemak bebas pada umumnya berupa asam-asam lemak rantai panjang. 8 Langkah-langkah masuknya asil KoA ke dalam mitokondria dijelaskan sebagai berikut: Asam lemak bebas (FFA) diaktifkan menjadi asil-KoA dengan dikatalisir oleh enzim tiokinase.

18

Setelah menjadi bentuk aktif, asil-KoA dikonversikan oleh enzim karnitin palmitoil transferase I yang terdapat pada membran eksterna mitokondria menjadi asil karnitin. Setelah menjadi asil karnitin, barulah senyawa tersebut bisa menembus membran interna mitokondria. Pada membran interna mitokondria terdapat enzim karnitin asil karnitin translokase yang bertindak sebagai pengangkut asil karnitin ke dalam dan karnitin keluar. Asil karnitin yang masuk ke dalam mitokondria selanjutnya bereaksi dengan KoA dengan dikatalisir oleh enzim karnitin palmitoiltransferase II yang ada di membran interna mitokondria menjadi Asil Koa dan karnitin dibebaskan. Asil KoA yang sudah berada dalam mitokondria ini selanjutnya masuk dalam proses oksidasi beta. Dalam oksidasi beta, asam lemak masuk ke dalam rangkaian siklus dengan 5 tahapan proses dan pada setiap proses, diangkat 2 atom C dengan hasil akhir berupa asetil KoA. Selanjutnya asetil KoA masuk ke dalam siklus asam sitrat. Dalam proses oksidasi ini, karbon asam lemak dioksidasi menjadi keton. Telah dijelaskan bahwa asam lemak dapat dioksidasi jika diaktifkan terlebih dahulu menjadi asil-KoA. Proses aktivasi ini membutuhkan energi sebesar 2P.
6,8

Setelah berada di dalam mitokondria, asil-KoA akan mengalami tahap-tahap perubahan sebagai berikut: 1. Asil-KoA diubah menjadi delta2-trans-enoil-KoA. Pada tahap ini terjadi rantai respirasi dengan menghasilkan energi 2P (+2P) 2. delta2-trans-enoil-KoA diubah menjadi L(+)-3-hidroksi-asil-KoA 3. L(+)-3-hidroksi-asil-KoA diubah menjadi 3-Ketoasil-KoA. Pada tahap ini terjadi rantai respirasi dengan menghasilkan energi 3P (+3P)
4. Selanjutnya terbentuklah asetil KoA yang mengandung 2 atom C dan asil-KoA yang

telah kehilangan 2 atom C. 8

Dalam satu oksidasi beta dihasilkan energi 2P dan 3P sehingga total energi satu kali oksidasi beta adalah 5P. Karena pada umumnya asam lemak memiliki banyak atom C, maka asil-KoA yang masih ada akan mengalami oksidasi beta kembali dan kehilangan lagi 2 atom C karena
19

membentuk asetil KoA. Demikian seterusnya hingga hasil yang terakhir adalah 2 asetil-KoA. Asetil-KoA yang dihasilkan oleh oksidasi beta ini selanjutnya akan masuk siklus asam sitrat. 8

Penghitungan energi hasil metabolisme lipid Dari uraian di atas kita bisa menghitung energi yang dihasilkan oleh oksidasi beta suatu asam lemak. Misalnya tersedia sebuah asam lemak dengan 10 atom C, maka kita memerlukan energi 2 ATP untuk aktivasi, dan energi yang di hasilkan oleh oksidasi beta adalah 10 dibagi 2 dikurangi 1, yaitu 4 kali oksidasi beta, berarti hasilnya adalah 4 x 5 = 20 ATP. Karena asam lemak memiliki 10 atom C, maka asetil-KoA yang terbentuk adalah 5 buah. Setiap asetil-KoA akan masuk ke dalam siklus Krebs yang masing-masing akan menghasilkan 12 ATP, sehingga totalnya adalah 5 X 12 ATP = 60 ATP. Dengan demikian sebuah asam lemak dengan 10 atom C, akan dimetabolisir dengan hasil -2 ATP (untuk aktivasi) + 20 ATP (hasil oksidasi beta) + 60 ATP (hasil siklus Krebs) = 78 ATP. 8 Sebagian dari asetil-KoA akan berubah menjadi asetoasetat, selanjutnya asetoasetat berubah menjadi hidroksi butirat dan aseton. Aseto asetat, hidroksi butirat dan aseton dikenal sebagai badan-badan keton. Proses perubahan asetil-KoA menjadi benda-benda keton dinamakan ketogenesis. Sebagian dari asetil KoA dapat diubah menjadi kolesterol (prosesnya dinamakan kolesterogenesis) yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan untuk disintesis menjadi steroid (prosesnya dinamakan steroidogenesis). 8 Penyimpanan lemak dan penggunaannya kembali Asam-asam lemak akan disimpan jika tidak diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi. Tempat penyimpanan utama asam lemak adalah jaringan adiposa. Adapun tahap-tahap penyimpanan tersebut adalah: - Asam lemak ditransportasikan dari hati sebagai kompleks VLDL. - Asam lemak kemudian diubah menjadi trigliserida di sel adiposa untuk disimpan. - Gliserol 3-fosfat dibutuhkan untuk membuat trigliserida. Ini harus tersedia dari glukosa. - Akibatnya, kita tak dapat menyimpan lemak jika tak ada kelebihan glukosa di dalam tubuh.

20

Gambar 6. Dinamika lipid di dalam sel adiposa.

Jika kebutuhan energi tidak dapat tercukupi oleh karbohidrat, maka simpanan trigliserida ini dapat digunakan kembali. Trigliserida akan dipecah menjadi gliserol dan asam lemak. Gliserol dapat menjadi sumber energi (lihat metabolisme gliserol). Sedangkan asam lemak pun akan dioksidasi untuk memenuhi kebutuhan energi pula (lihat oksidasi beta).
8

Antropometri Pengukuran antropometri adalah pengukuran terhadap dimensi tubuh dan komposisi tubuh. Ada beberapa pengukuran antropometri utama. 1. Pengukuran Stature/Tinggi Badan Komponen: kepala, tulang belakang, tulang panggul, dan kaki. Jaringan utama yang diukur: tulang 2. Pengukuran Berat Badan Komponen: seluruh tubuh Jaringan utama yang diukur: seluruh jaringan khususnya lemak, otot, tulang, dan air 3. Pengukuran Lingkar Lengan a. Komponen: lemak bawah kulit Jaringan utama yang diukur: otot b. Komponen: otot, tulang Jaringan utama yang diukur: lemak

21

4.

Pengukuran Lipatan Lemak Komponen: lemak bawah kulit, kulit Jaringan utama yang diukur: lemak Antropometri adalh pengukuran yang paling sering digunakan sebagai metode penilaian

status gizi secara langsung untuk menilai dua masalah utama gizi, yaitu: (1) Kurang Energi Protein (KEP), khususnya pada anak-anak dan ibu hamil, (2) obesitas pada semua kelompok umur. Penilaian status gizi dengan menggunakan antropometri ini memiliki kekurangan dan kelebihan. 9 Kelebihan: 1. 2. 3. 4. 5. Relatif murah Cepat, sehingga dapat dilakukan pada populasi yang besar Objektif Gradable, dapat diranking apaka ringan, sedang, atau berat Tidak menimbulkan rasa sakit pada responden

Kekurangan: 1. 2. Membutuhkan data referensi yang relevan Kesalahan yang muncul seperti kesalahan pada peralatan (belum dikalibrasi), kesalahan pada observer (kesalahan pengukuran, pembacaan, dan pencatatan) 3. Hanya mendapatkan data pertumbuhan, obesitas, malnutrisi karena kurang energi dan protein, tidak dapat memperoleh informasi karena defisiensi zat gizi mikro.

Macam-macam pengukuran antropometri yang bisa digunakan untuk melihat pertumbuhan adalah sebagai berikut. 9 a. Massa Tubuh Berat badan adalah pengukuran antropometri yang paling sering digunakan meskipun sering terjadi kesalahan dalam pengukuran. 1. Berat Badan

Berat badan mencerminkan jumlah protein, lemak, air, dan massa mineral tulang. Pada orang dewasa terdapat peningkatan jumlah lemak sehubungan dengan umur dan
22

terjadi penurunan protein otot. Untuk menilai status gizi biasanya berat badan dihubungkan dengan pengukuran lain, seperti umur dan tinggi badan. 9 b. Pengukuran Linear (Panjang) Dasar pengukuran linear adalah tinggi (panjang) atau stature dan merefleksikan pertumbuhan skeletal. Pengukuran linear lainnya seperti tulang biasa digunakan untuk tujuan tertentu. Misalnya panjang lengan atas atau kaki. 9 1. Tinggi Badan

Pengukuran tinggi badan seseorang pada prinsipnya adalah mengukur jaringan tulang skeletal yang terdiri dari kaki, panggul, tulang belakang, dan tulang tengkorak. 2. Panjang Badan

Panjang badan dilakukan pada balita yang berumur kurang dari dua tahun atau kurang dari tiga tahun yang sukar untuk berdiri pada waktu pengumpulan data tinggi badan. 3. Lingkar Kepala

Pengukuran ini biasanya digunakan pada kedokteran anak yang digunakan untuk mendeteksi kelainan seperti hydrocephalus atau microcephaly. 4. Lingkar Dada

Pertumbuhan lingkar dada pesat sampai anak umur 3 tahun. Rasio lingkar dada dan kepala dapat digunakan sebagai indicator KEP pada balita. 5. Lingkar Lengan Atas

Biasanya pengukuran ini digunakan pada anak balita serta wanita usia subur. Pengukuran LILA mencerminkan cadangan energi sehingga pengukuran ini dapat mencerminkan status KEP pada balita atau KEK pada ibu WUS dan ibu hamil.

6.

Tinggi Lutut

Tinggi lutut erat kaitanya dengan tinggi badan sehingga data tinggi bdan didapatkan dari tinggi lutut bagi orang yang tidak dapat berdiri atau manula. 9

23

Kesimpulan

Melalui pembahasan dan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa Mengkonsumsi karbohidrat, lemak dan protein dalam jumlah yang berlebih dapat mepengaruhi berat badan yang berlebih. Karbohidrat, protein dan lemak adalah sumber utama energi bagi tubuh manusia yang jika dikonsumsi dalam jumlah diatas kalori mormal maka dapat menimbulkan berat badan yang berlebih. Hal ini dapat terjadi karena kelebihan nutrisi tersebut dapat diubah menjadi lemak dan disimpan didalam jaringan adipose, melalui pengaruh hormon. Berbagai hormone tersebut juga ikut berperan terhadap berbagai metabolisme yang terjadi didalam tubuh. Oleh karena itu dibutuhkan mengkonsumsi makanan tiga nutrisi utama karbohidrat, protein, lemak yang merupakan sumber energi utama tubuh dalam jumlah yang seimbang agar tidak terjadi kelebihan berat badan.

24

Daftar Pustaka

1. Campbell NA, Reece JB, Mitchel LG. Biologi; alih bahasa, Manalu W; editor, Safitri A. Jakarta: Erlangga; 2004.h.25-143 2. Corwin EJ. Patofisiologi: buku saku edisi 3; alih bahasa, Subekti NB; editor, Yudha EK. Jakarta: EGC; 2009.h.619-23. 3. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula; alih bahasa, Veldman J. Jakarta: EGC; 2003.h.206-306. 4. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama ; 2006 .h. 232-7 5. Sediaoetama AD. Ilmu Gizi. Edisi ke-1. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat; 2008.h.75-83 6. Murray RK, Graner DK, Rodwell VW. Biokimia Harper. Edisi ke-27. Jakarta: EGC; 2009.h.188-227. 7. Anderson PD. Anatomi dan fisiologi tubuh manusia: latihan dan panduan belajar. Jakarta: EGC; 1999.h.186-92. 8. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: EGC; 2006.h.142-53 9. Hartriyanti Y, Triyanti. Penilaian status gizi. Dalam: Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Gizi dan kesehatan masyarakat. Edisi ke-1. Jakarta: Raja Grafindo Persada; 2008. h. 278-83.

25

Anda mungkin juga menyukai