Anda di halaman 1dari 8

TBC

Gejala Penyakit TBC Yang Perlu Anda Ketahui Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru walaupun pada sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain dan ditularkan orang ke orang. Ini juga salah satu penyakit tertua yang diketahui menyerang manusia. Jika diterapi dengan benar tuberkulosis yang disebabkan oleh kompleks Mycobacterium tuberculosis, yang peka terhadap obat, praktis dapat disembuhkan. Tanpa terapi tuberkulosa akan mengakibatkan kematian dalam lima tahun pertama pada lebih dari setengah kasus. Tuberkulosis masih merupakan penyakit infeksi saluran napas yang tersering di Indonesia. Keterlambatan dalam menegakkan diagnosa dan ketidakpatuhan dalam menjalani pengobatan mempunyai dampak yang besar karena pasien Tuberkulosis akan menularkan penyakitnya pada lingkungan,sehingga jumlah penderita semakin bertambah. Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk jumlah penderita TB. Setiap tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih dari 140 ribu lainnya meninggal. Seratus tahun yang lalu, satu dari lima kematian di Amerika Serikat disebabkan oleh tuberkulosis. Penyebab Penyakit TBC Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).

Gejala Penyakit TBC Dibagi Menjadi Dua Jenis


Gejala penyakit tbc ini dapat di bagi menjadi dua jenis,yaitu gejala penyakit tbc secara umum dan gejala penyakit tbc secara khusus.dimana gejala penyakit tbc sendiri terjadi tergantung pada organ tubuh mana yang terlibat,gambarangejala penyakit tbc sendiri secara klinis tidak terlalu khas,dan itu terutama pada kasus yang masih baru,sehingg secara klinis sulit untuk menegakan diagnosis gejala penyakit tbc. Gejala sistemik/umum Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul. Penurunan nafsu makan dan berat badan. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).

Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

Gejala khusus Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara mengi, suara nafas melemah yang disertai sesak. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang. Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah. Upaya yang dapat di lakukan untuk mengatasi penyakit tbc ini,dapat di lakukan terapi pengobatan baik itu menggunakan herbal maupun medis.secara umum pengobatan penyakit tbc ini bisa dibilang berlangsung cukup lama,dan itu bisa berlangsung kuran lebih 6 bulan,bahkan ada jugda yang sampai 9 bulan. Penyakit tbc ini dapat di sembuhkan dengan secara rutin mengkonsumsi obat yang telah di rekomendasikan,entah itu obat dari medis maupun sejenis obat herbal.disamping itu si penderita harus mampu memperbaiki sistem daya tahan tubuh dengan asupan gizi yang cukup baik. Sebagai langkah untuk mengetahu penyakit tbc yang di derita,maka sangat penting di lakukan untuk upaya-upaya dasar seperti melakukan diagnosa,seperti pemeriksaan darah,sputum,urine dan x-ray (rontgen).pengobatan untuk penyakit tbc sendir juga akan berpengaruh pada kondisi masing-masing individu,dimana setiap individu mempunyai tingkat ketahanan tubuh yang tidak sama.

Penularan
Penularan penyakit ini karena kontak dengan dahak atau menghirup titik-titik air dari bersin atau batuk dari orang yang terinfeksi kuman tuberkulosis, anak anak sering mendapatkan penularan dari orang dewasa di sekitar rumah maupun saat berada di fasilitas umum seperti kendaraan umum, rumah sakit dan dari lingkungan sekitar rumah. Oleh sebab ini

masyarakat di Indonesia perlu sadar bila dirinya terdiagnosis tuberkulosis maka hati hati saat berinteraksi dengan orang lain agar tidak batuk sembarangan , tidak membuang ludah sembarangan dan sangat dianjurkan untuk bersedia memakai masker atau setidaknya sapu tangan atau tissue. Dalam memerangi penyebaran Tuberkulosis terutama pada anak anak yang masih rentan daya tahan tubuhnya maka pemerintah Indonesia telah memasukkan Imunisasi Tuberkulosis pada anak anak yang disebut sebagai Imunisasi BCG sebagai salah satu program prioritas imunisasi wajib nasional beserta dengan 4 jenis imunisasi wajib lainnya yaitu hepatitis B, Polio, DPT dan campak, jadwalnya ada di Jadwal imunisasi

PENGOBATAN

Adapun obat TBC yang utama adalah Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedangkan jenis obat tambahan yang sering digunakan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makroloid, dan Amoksilin dikombinasikan dengan Klavulanat. Pengobatan ini dilakukan selama 12 bulan untuk keseluruhan. Faktor utama dari pada kesembuhan adalah prilaku dan lingkungan dimana sipenderita itu tinggal, kedisiplinan dalam minum obat dan dan dukungan orang-orang disekitar si penderita. Dalam proses penyembuhan, sipenderita harus minum obat sesuai dengan petunjuk dan waktu yang telah ditentukan (612 bulan) berturut-turut tanpa putus serta mengkonsumsi makananmakanan yang bergizi. Selain petugas kesehatan yang memantau dan mengawasi, keluarga juga di ajak turut serta dalam mengawasi dan memastikan si penderita TBC meminum obat yang telah diberikan. Jika si penderita tidak disiplin dan teratur dalam meminum obat, dapat mengakibatkan kuman-kuman yang ada didalam tubuh akan menjadi kebal terhadap obat tersebut. Dan apabila si penderita berhenti minum obat sebelum waktunya maka, batuk yang sudah hilang akan timbul kembali dan kemungkinan kuman akan kebal dan TBC akan sulit untuk disembuhkan. Dilakukannya pengobatan selama 69 bulan karena, bakteri-bakteri tuberkulosis memiliki daya tahan yang sangat kuat hingga berbulan-bulan walaupun sudah terkena antibiotik. Kombinasi beberapa obat sangat diperlukan karena untuk menghadapi kuman TBC yang berada dalam berbagai stadium dan fase pertumbuhan yang cepat. Walaupun gejala-gejala sudah hilang, namun pengobatan tidak boleh berhenti sampai batas waktu yang telah ditentukan. Selain obat rekomendasi dari dokter, ada juga obat tradisional yang bisa digunakan yang sudah sejak dahulu digunakan yaitu :

1. Sambiloto (Andrographis paniculata) : Daun kering digiling ditambah madu secukupnya kemudian dibuat pil dengan diameter 0,5 cm. Satu hari dua kali minum, setiap kali minum 15 30 pil. 2. Tembelekan : Lantana camara : bunga kering 6 10 gram ditambah tiga gelas air lalu direbus hingga setengahnya. Gunakan untuk tiga kali minum setiap harinya.

Demam tifoid beserta Pengobatannya


Diposkan oleh cherry_chan di 05.44 Label: Demam Tifoid, ILMU

Kalau dipostingan sebelumnya saya sudah membahas tentang demam dan pengobatanny,,pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang demam tifoid,, Demam tifoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh Salmonela typhi. Demam paratifoid adalah penyakit sejenis yang disebabkan oleh Salmonella paratyphi A. B, dan C. gejala dan tanda kedua penyakit tersebut hamper sama, tetapi manifestasi klinis paratifoid lebih ringan. Kedua penyakit diatas disebut tifoid. Terminology lain yang sering digunakan adalah typhoid fever, paratyphoid fever, typhus, dan paratyphus abdominalis atau demam enterik. Epidemiologi Demam tifoid menyerang penduduk di semua Negara. Seperti penyakit menular lainnya, tifoid banyak di temukan dinegara berkembang dimana hygiene pribadi dan sanitasi lingkungannya kurang baik. Prevalensi kasus bervariasi tergantung lokasi, kondisi lingkungan setempat, dan prilaku maksyarakat. Angka insidensi di seluruh dunia sekitar 17 juta per tahun dengan 600.000 orang meninggal karena penyakit ini. WHO memperkirakan 70% kematian terjadi di asia. Di Amerika serikat, pada tahun 1950 tercatat sebanyak 2.484 kasus demem tifoid. Insidensi di Amerika Serikat menurun sejak tahun 1990 menjadi 300-500 kasus per tahun. Penurunan ini sering dihubungkan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap perilaku hidup bersih dan terutama dengan meluasnya pemakaian jamban yang sehat. Kasus yang terjadi di Amerika sebagian adalah kasus import dari Negara endemic demam tifoid. Indonesia merupakan Negara endemic demam tifoid. Diperkirakan terdapat 800 penderita per 100.00 penduduk setiap tahun yang ditemukan sepanjang tahun. Penyakit ini tersebar di seluruh wilayah dengan insidensi yang tidak berbeda jauh antar daerah. Serangan penyakit ini lebih bersifat sporadic dan bukan epidemic. Dalam suatu daerah terjadi kasus yang berpencar-pencar dan tidak mengelompok. Sangat jarang ditemukan beberapa kasus pada satu keluarga pada saat yang bersamaan. Etiologi Penyebab demam tifoid adalah bakteri. Salmonella typi. Salmonella adalah bakteri Gram-negatif, tidak berkapsul, mempunyai flagella, dan tidak membentuk spora. Bakteri ini akan mati pada pemanasan 57oC selama beberapa menit. Kuman ini mempunyai tiga antigen yang penting untuk pemerikasaan laboratirium, yaitu :

1. Antigen O (somatic) 2. Antigen H (flagella) dan 3. Antigen K (selaput). Menurut nomenklatur yang baru, Salmonella dibedakan menurut adanya keterkaitan DNA-nya, sehingga sekarang hanya terdapat dua spesies salmonella yaitu salmonella bongori dan salmonella enteric (perhatikan semua genus dan spesies di tulis miring). Nama semula S.typhi menjadi S. enteric serovar Typhi yang disingkat menjadi S. Typhi (perhatikan, bahwa nama typhi tidak lagi ditulis miring dan memakai T besar). Salmonella yang menyerang manusia disebut sebagai strain dalam subspecies I dan S. enteric. Salmonella enteric mempunyai 2000 serovar atau strain dan hanya sekitar 200 yang berhasil terdeteksi di Amerika serikat. Dari sekian banyak strain, Salmonella enteric serovar Typhimurium (S. Typhimurium) dan Salmonella enteric serovar Entiritidis (S. Enteritidis) adalah strain yang paling banyak diketemukan. Manifestasi klinis demam tifoid tergantung dari virulensi dan daya tahan tubuh. Suatu percobaan pada manusia dewasa menunjukkan bahwa 107 mikroba dapat menyebabkan 50% sukarelawan menderita sakit, meskipun 1000 mikroba juga dapat menyebabkan penyakit. Masa inkubasinya adalah 1 20 hari, meskipun ada yang menyebut angka 8-14 hari. Adapun pada gejala gastroenteritis yang diakibatkan oleh paratifoid, masa inkubasinya berlangsung lebih cepat, yaitu sekitar 1-10 hari. Mikroorganisme dapat ditemukan pada tinja dan urin setelah 1minggu demam (hari ke-8 demam). Jika penderita diobati dengan benar, maka kuman tidak akan ditemukan pada tinja dan urin pada minggu ke4 melalui pemeriksaan kultur tinja, maka penderita dinyatakan sebagai carrier. Seorang carrier biasanya berusia dewasa, sangat jarang terjadi pada anak, kuman Salmonella bersembunyi dalam kandung empedu orang dewasa. Jika carrier tersebut mengosumsi makanan berlemak, maka cairan empedu dikeluarkan ke dalam saluran pencernaan untuk mencerna lemak, bersamaan dg mikroorganisme dibuang melalui tinja yang berpotensi menjadi sumber penularan penyakit. Penularan Prinsip penularan penyakit ini adalah melalui fekal-oral. Kuman berasal dari tinja atau urin penderita atau bahkan carrier (pembawa penyakit yang tidak sakit) yang masuk kedalam tubuh manusia melalui air dan makanan. Kuman salmonella dapat berkembang biak untuk mencapai kadar infektif dan bertahan lama dalam makanan. Makanan yang sudah dingin dan dibiarkan ditempat terbuka merupakan media mikroorganisme yang lebih disukai. Pemakaian air minum yang tercemar kuman secara missal sering bertanggung jawab terhadap terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB).

Gejala dan Tanda 1. Demam berkepanjangan 2. Gangguan system pencernaan 3. Gangguan kesadaran 4. Mual, muntah, atau perasaan tidak enak di perut 5. Pada kondisi yang parah, demam tifoid bisa disertai dengan gangguan kesadaran yang berupa penurunan kesadaran ringan, apatis, somnolen, hingga koma. Pencegahan 1. Kebersihan makanan dan minuman sangat penting dalam pencegahan demam tifoid 2. Penyediaan sumber air minum yang baik 3. Penyediaan jamban yang sehat 4. Sosialisasi budaya cuci tangan 5. Sosialisasi budaya menrebus air sampai mendidih sebelum diminum 6. Pemberantasan lalat 7. Pengawasan kepada penjual makanan dan minuman 8. Sosialisasi pemberian ASI pada ibu menyusui 9. Imunisasi, dapat berupa imunisasi Vaksin parenteral utuh, Vaksin oral Ty21a, dan Vaksin parenteral polisakarida. (Penyakit Tropis ed 2, hal 41-46) Pengobatannya kloramfenikol, secara umum dapat digunakan untuk mengatasi demem tifoid. Obat ini dapat bembersihkan darah dari S.typhi dalam 48 jam beserta gejalanya, seperti demam. Setelah 24-28 jam menerima kloramfeniko, biasanya demam akan turun secara bertahap. Tetapi kloramfenikol tidak lagi menjadi pilihan utama untuk mengobati penyakit tersebut karena sudah tersedia obat-obat yang aman seperti ciprofloxacine dan ceftriaxcone. Walau demikian pemakaian sebagai lini pertama dapat dibenarkan bila resistensi belum merupakan masalah.

Untuk pengobatan demam tifoid diberikan dosis 4 kali 500mg sehari sampai 2minggu bebas demam. Bila terjadi relaps, biasanya dapat dibatasi dengan memberikan terapi ulang. Untuk anak diberikan dosis 50100 mg/kgBB sehari dibagi dalam beberapa dosis selama 10hari. Untuk demam tifoid ini dapat pula diberikan tiamfenikol dengan dosis 50mg/kgBB sehari pada minggu pertama, lalu diteruskan 1-2 minggu lagi dengan dosis separuhnya. Suatu uji klinis diindonesia menunjukkan bahwa terapi kloramfenikol (4x500 mg/hari) dan siprofloksasin (2x500 mg/hari) per oral untuk demam tifoid selama 7 hari tidak berbeda bermakna dalam hal penyembuhan klinik maupun turunannya demam. Sekalipun demikian siprofloksasin lebih efektif untuk membersihkan sumsum tulang dari Salmonella. (Farmakologo dan Terapi, hal 701) Demam Tifoid dapat disembuhkan dengan pengobatan sebagai berikut: 1. Istirahat total (tirah baring) selama 2 minggu. 2. Mengkonsumsi antibiotik yang tepat. Biasanya penderita demam Tifoid diberi kloramfenikol 100mg/kg/hari dibagi dalam 4 dosis selama 10 hari. Antibiotik jenis ini tidak bisa diberikan bila jumlah leukosit penderita < 2000 ul. Penisilin atau kotrimoksazol bisa juga digunakan untuk pasien yang alergi.

Anda mungkin juga menyukai