Anda di halaman 1dari 6

A.

Logika Ilmu
1. Definisi Logika

Logika berasal dari kata Yunani kuno (logos) yang berarti hasil pertimbangan
akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Sebagai ilmu,
logika disebut dengan logika episteme (Latin : logica scientia) atau ilmu logika (ilmu
pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan
teratur (Adib, 2010).

Ilmu di sini mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan


kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke
dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut dapat juga diartikan dengan
masuk akal (Adib, 2010).

Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan di mana objek materialnya adalah


berpikir (khususnya penalaran/ proses penalaran) dan objek formal logika adalah
berpikir/ penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Sebagai cabang filsafat,
logika merupakan cabang filsafat yang praktis. Praktis di sini berarti logika dapat
dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari (Adib, 2010).

Logika dapat didefinisikan sebagai : pengkajian untuk berpikir secara sahih.


Logika dipakai untuk menarik kesimpulan dari suatu proses berpikir berdasar cara
tertentu, yang mana proses berpikir di sini merupakan suatu penalaran untuk
menghasilkan suatu pengetahuan (Adib, 2010).

2. Macam-Macam Logika
Logika secara garis besar dapat dipilah dalam dua bagian, yaitu : induksi dan
deduksi. Induksi merupakan suatu cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang
bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Sedangkan, Deduksi
adalah suatu cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik
kesimpulan yang bersifat khusus (Adib, 2010).
3. Kegunaan Logika
Logika digunakan untuk melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk
inferensi yang berlaku dan yang tidak. Secara tradisional, logika dipelajari sebagai
cabang filosofi, tetapi juga dapat dianggap sebagai cabang matematika (Adib, 2010).
Adapun kegunaan logika secara terperinci antara lain :
1. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional,
kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
2. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan
mandiri.
4. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-
asas sistematis.
5. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan
berpikir, kekeliruan, serta kesesatan.
6. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian (Adib, 2010).
B. Pengertian, Hukum dan Asas Logika Deduktif
1. Pengertian Logika Deduktif
Logika deduktif adalah suatu cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat
umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus (Adib, 2010). Logika deduktif adalah
sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah (runtut, dan
sesuai dengan pertimbangan akal, tepat) berdasarkan bentuk dari kerja akal, sehingga
kesimpulan yang dihasilkan merupakan penyimpulan final (tepat, sah dan tidak ada
penyimpulan lain) yang diturunkan dari pangkal pikirnya (premisnya) (Supriyanto,
2013).

Logika deduktif disebut logika formal, logika simbolik karena yang dibicarakan
hanya bentuknya dari kerja akal saja dan terlepas isi apa yang dibicarakan

2. Hukum dan Asas Logika Deduktif


Proses berpikir deduktif berlangsung dengan berpangkal pada dalil pokok yang
sudah dinyatakan benar atau disepakati kebenarannya kemudian mengambil
keputusan tentang sesuatu berkaitan dengan dalil pokok tersebut. Penalaran deduktif
membawa ke penarikan kesimpulan yang bersifat niscaya. Hanya logika deduktif
yang mempunyai aturan kesahihan. Kajian atas aturan tersebut dilakukan dalam
Logika Formal.

Contoh suatu pemikiran deduksi : contoh berikut memakai pola berpikir yang
dinamakan silogismus, suatu pola berpikir yang sering dipakai dalam menarik
kesimpula secara deduksi (Adib, 2010). Silogisme adalah setiap penyimpulan, dimana
dan beberapa keputusan (premis), kemudian disimpulkan suatu keputusan yang baru
(kesimpulan baru) (Supriyanto, 2013).

Contoh :
Semua makhluk mempunyai mata (Premis mayor)
Si Polan adalah seorang makhluk (Premis minor)
Jadi si Polan mempunyai mata (Kesimpulan)
Penarikan kesimpulan secara deduksi harus memenuhi syarat : Premis mayor
harus benar. Premis minor harus benar. Kesimpulan harus sahih (mempunyai
keabsahan) (Adib, 2010).

Penarikan konklusi adalah proses mendapatkan suatu proposisi yang ditarik dari
satu atau lebih proposisi, sedangkan proposisi yang diperoleh mestilah dibenarkan
oleh proposisi atau proposisi-proposisi tempat menariknya. Proposisi yang diperoleh
ini disebut konklusi. Proposisi yang diberikan disebut premis dan proposisi yang
ditarik dari premis itu disebut konklusi (Adib, 2010).

Penarikan suatu konklusi dapat bersifat induktif dan deduktif. Pada deduktif,
konklusi tidak mungkin lebih umum sifatnya daripada premis atau premis-premisnya
(Adib, 2010).

Metode Ilmiah Logika Deduktif

Dalam mencari ilmu pengetahuan salah satunya yaitu melalui proses deduktif, proses
deduktif tersebut yakni perumusan hipotesa. Riset kuantitatif mengikuti alur berpikir deduko-
hipotetiko-verifikatif atau falsifikasi. Riset kuantitatif diawali dengan penelusuran teori,
kemudian diaplikasikan pada kejadian tertentu sehingga diajuka hipotesa hipotesa adalah
jawaban sementara atas permasalahan yang akan diteliti. Hipotesa harus dibuktikan
kebenarannya dengan pengamatan dan penelusuran data di lapangan. Bila hasil pengamatan
dan penelusuran di lapangan membenarkan hipotesa maka ada beberapa kemungkinan bahwa
teori tersebut bisa diaplikasikan pada kejadian tertentu (kasus) di daerah riset, atau teori yang
di hipotesakan tak bisa diaplikasikan atau ditolak. Riset kuantitatif di bidang kesehatan
banyak digunakan oleh epidemiologi, kependudukan, biostatistik, gizi, kesehatan lingkungan,
manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (K3), dan administrasi kebijakan kesehataan
(Supriyanto, 2013).
Metodologi riset yang berpijak pada landasan episteme metode ilmiah yang berupa
logika deduktif dengan pengujian hipotesis .

Gambar 1. Metode Ilmiah Logika Deduktif (Supriyanto, 2013)


Keterangan :
Deduko-hipotetiko-verifikatif (riset kuantitatif)

Contoh penerapan Logika Deduktif dalam Penelitian


1. Rancangan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Menurut
Margono, penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian yang lebih banyak menggunakan
logika hipotesis verifikasi yang dimulai dengan dengan berfikir deduktif untuk
menurunkan hipotesis kemudian melakukan pengujian di lapangan dan kesimpulan atau
hipotesis tersebut ditarik berdasarkan data empiris.

2. Hipotesis Penelitian
1. Terdapat hubungan antara faktor karakteristik penduduk penduduk (umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan keluarga, riwayat penyakit demam
berdarah sebelumnya) dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD) di Kota
Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015.
2. Terdapat hubungan antara faktor perilaku penduduk (kebiasaan menggantung pakaian
dalam rumah, kebiasaan menguras tempat penampungan air, kebiasaan menggunakan
obat nyamuk, kebiasaan menggunakan kelambu, kebiasaan menggunakan bubuk
abate, penggunaan kassa nyamuk) dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD) di
Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015.
3. Terdapat hubungan antara faktor lingkungan rumah penduduk (kondisi rumah,
lingkungan rumah, keberadaan jentik pada tempat penampungan air, ketersediaan air
untuk kebutuhan sehari-hari, keberadaan barang bekas yang dapat menampung air di
sekitar rumah, kepadatan hunian) dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD) di
Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015.
Daftar Pustaka

Adib, Mohammad. 2010. Filsafat Ilmu (Ontologi, Epistemiologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu
Pengetahuan). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Supriyanto, Stefanus. 2013. Filsafat Ilmu. Jakarta : Prestasi Pustakarya.

Anda mungkin juga menyukai