Anda di halaman 1dari 13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Filsafat, Filsafat ilmu, Logika


1. Pengertian Filsafat
Menurut Arstoteles 384SM – 322SM Filsafat adalah ilmu pengetahuan
yang memuat kebenaran, yang terkait terkandung ilmu-ilmu metafisika,
logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika sebab dan asas segala
benda. (Fuad Ihsan, 2010: 10)
Menurut Notonagoro Filsafat adalah perenungan yang sedalam alasan
tentang sebab-sebab ada dan reaksi perenungan tentang realitas (realitas) yang
sedalam-terkait, sampai ke 'Mengapa' yang penghabisan. (Ihsan, 2010 : 11)
Jadi, filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
pemikiran mengenai segala hal yang logis dan pembahasannya mencakup
upaya mencari kejelasan suatu konsep.

2. Filsafat Ilmu
Menurut The Liang Gie Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran
reflekrif terhadap persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan
ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia.
( Ihsan, 2010 :13)
Menurut A. Cornelis Benyamin filsafat ilmu sebagai disiplin filsafat
yang merupakan studi kritis dan sistematis mengenai dasar-dasar ilmu
pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan metode-metode, praduga-
praduga nya serta posisinya dalam kerangka umum cabang-cabang intelektual.
( Burhanuddin ,2018: 16)
Jadi , filsafat ilmu adalah filsafat yang menjadikan ilmu sebagai objek
kajian nya, tidak mengherankan apabila filsafat ilmu dianggap sebagai bidang
yang unik, lantaran yang dipelajari adalah dirinya sendiri.

3. Logika
Logika adalah kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis
tentang metode-metode dan prinsip pemikiran yang tepat berupa menyelidiki,
merumuskan, menerapkan hukum-hukum, pemikiran yang tepat dan menjadi
kecakapan untuk berpikir lurus atau tepat.
Logika adalah hasil pertimbangan akal pikiran yang di utarakan lewat
kata dan dinyatakan dalam bahasa. ( Nasution, 2017:18 )
Jadi, logika adalah pemikiran secara mendalam tentang suatu ilmu
pengetahuan yang berdasarkan akal pemikiran dan dikaitan dengan perasaan
dalam hal merumuskan sesuatu yang akan diteliti.

B. Dasar Pengetahuan
1. Pengertian Dasar Pengetahuan
Pengetahuan ialah titik tolak filsafat menuju pendirian filsafat yang
solid tentang alam semesta dan di dunia ini .( Baqir Ash-shadr, 2014 : 77 )
Pengetahuan merupakan sesuatu yang patut di teliti dan dikaji karena
pengetahuan adalah titik temu banyak ( jenis ) penelitian dan pengkajian.
Fakta bahwa pengetahuan memiliki berbagai macam aliran ilmiah, yang
masing-masing meneliti pengetahuan dengan sudut pandang spesifiknya
sendiri. (Ihsan, 2010: 110)
Jadi, dasar pengetahuan adalah awal dari mempelajari apa itu
pengetahuan yang ingin diketahui untuk mencari pemahaman secara rasional
mengenai dunia ini dalam berbagai seginya .
Adapun menurut Bahm ( dalam wibisono, 1997 ) definisi pengetahuan
melibatkan paling tidak 6 macam komponen yaitu : (Ihsan, 2010 : 110-112)
a. Masalah ( problem )
b. Sikap ( attitude )
c. Metode ( method )
d. Aktivitas ( activity )
e. Kesimpulan ( conclusion )
f. Pengaruh ( effects )
Adapun Daoed Joesoef , 1987 : menunjukkan bahwa pengertian ilmu
mengacu pada 3 hal, yaitu produk, proses, dan masyarakat. Ilmu pengetahuan
sebagai produk, yaitu pengetahuan yang telah diketahui dan di akui
kebenarannya oleh masyarakat ilmuan. Ilmu pengetahuan sebagai proses
artinya kegiatan ke masyarakatan yang dilakukan demi penemuan dan
pemahaman dunia alami sebagaimana adanya bukan sebagaimana yang kita
kehendaki. Ilmu penegtahuan sebagai masyarakat artinya dunia pergaulan
yang tindak tanduknya, prilaku dan sikap serta tutur katanya di atur oleh 4
ketentuan yaitu universalisme, komunalisme, tanpa pamrih, dan skeptisisme
yang teratur.

2. Ciri-ciri pengetahuan
Ciri ilmu pengetahuan adalah persoalan dalam ilmu itu penting untuk
segera dipecahkan dengan maksud untuk memperoleh jawaban. Ilmu
pengetahuan menurut The Liang Gie ( 1987 ) mempunyai 5 ciri pokok :
a. Empiris, pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan dan
percobaan.
b. Sistematis, berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan
pengetahuan itu mempunyai hubungan ketergatungan dan teratur.
c. Objektif, ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan
dan kesukaan pribadi.
d. Analitis, pengetahuan ilmiah berusaha membedakan pokok soalnya
kedalam bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat,
hubungan, dan peranan bagian-bagian itu.
e. Verifikatif, dapat diperiksa kebenarannya oleh siapa pun juga.
Jadi, pengetahuan merupakan segala sesuatu yang didapat dari hasil
pengamatan, pengalaman, penelitian dan diketahui kebenarannya oleh
masyarakat ilmuwan, tetapi pengetahuan terbatas pada kenyataan – kenyataan
yang mengandung kemungkinan untuk disepakati dan terbuka untuk diteliti,
diuji, dan dibantah oleh seseorang.

3. Penalaran dan logika


Penalaran adalah kegiatan berpikir yang memiliki karakteristik atau
tertentu dalam menemukan suatu kebenaran. Dengan singkat dapat dinyatakan
bahwa penalaran dapat didefinisikan sebagai suatu proses berpikir dalam
menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan yang benar. Penalaran
sebagai suatu proses berpikir didasarkan 2 hal utama, yaitu logis dan analitis.
Logis sebagai salah satu ciri penalaran mengandung pengertian bahwa setiap
bentuk penalaran mempunyai logikanya masing-masing. Dengan kata lain,
dapat disimpulkan bahwa penalaran adalah suatu proses berpikir logis, dimana
berpikir logis adalah suatu kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu atau
logika tertentu. Analitis adalah ciri kedua dari penalaran, yaitu kegiatan
berpikir yang mendasarkan diri pada suatu analisis. Sedangkan kerangka
berpikir yang dipergunakan untuk analisis adalah logika penalaran yang
bersangkutan. Artinya, penalaran ilmiah suatu kegiatan analisis yang
mempergunakan logika ilmiah, sedangkan penalaran yang lain tentunya akan
menggunakan logika nya masing-masing. (Ihsan, 2010 : 116-117 )
Manusia dalam melakukan kegiatan berpikir tidak selalu didasarkan
pada penalaran, namun ada juga kegiatan berpikir yang didasarkan pada
perasaan dan intuisi. Berpikir yang didasarkan pada perasan dan intuisi
disebut dengan kegiatan berpikir nonanalitis. Artinya, berpikir nonanalitis
adalah suatu kegiatan berpikir yang tidak didasarkan pada pola kegiatan
berpikir tertentu. Kegiatan berpikir intuitif dalam kehidupan masyarakat
ternyata memiliki peranan yang penting dalam cara berpikir nonanalitas, yang
kemudian sering dikaitkan dengan perasaan. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa ada dua cara berpikir masyarakat dalam menemukan
pengetahuan yang benar, yaitu dengan cara berpikir analitis ( penalaran ) dan
berpikir nonanalitis ( intuisi dan perasaan ).
Logika adalah buah dari berpikir yaitu pengetahuan. Berpikir adalah
suatu proses, proses berpikir ini biasanya disebut sebagai menalar. dalam
bernalar manusia melakukan proses berpikir untuk berusaha tiba pada
pernyataan baru yang merupakan kelanjutan runtut dari pernyataan lain yang
telah diketahui. Logika ada 2 yaitu logika induktif dan logika deduktif :
(Nasution, 2017: 185-186 ).
a. Logika induktif adalah suatu cara penarikan kesimpulan pada suatu proses
berpikir dengan menyimpulkan sesuatu yang bersifat umum dari berbagai
kasus yang bersifat individual. Suatu penalaran dengan logika induktif
dimulai dengan mengemukakan pernyatan-pernyataan yang mempunyai
ruang lingkup yang khas dan terbatas sebagai argumentasi dan kemudian d
akhir dengan pernyataan yang bersifat umum. Contohnya : sebatang besi
jika dipanaskan memuai demikian juga dengan sebatang tembaga
aluminium dan berbagai batang logam yang lain. Jadi ditarik suatu
kesimpulan yang bersifat umum yaitu semua logam jika dipanaskan akan
memuai.
b. Logika deduktif adalah suatu cara penarikan simpulan pada suatu proses
berpikir yang sebaliknya dari logika induktif. Dalam proses berpikir ini
dari pernyataan yang bersifat umum ditarik simpulan yang bersifat khusus.
Penarikan simpulan secara deduktif biasanya mempergunaan pola pikir
silogismus. Berdasarkan alur logika deduktif di atas dapat dibuat contoh
silogismus kategoris sebgai berikut.
a) Semua logam jika di panaskan akan memuai (premis mayor)
b) Besi termasuk logam (premis minor)
c) Maka jika besi dipanaskan akan memuai (konklusi)
Jadi, Penalaran merupakan suatu proses berfikir logis dan analitis,
dalam penalaran dibantu oleh sebuah logika merupakan pemikiran secara
logis yang dapat menarik sebuah kesimpulan.
Ada 2 logika induktif dan deduktif :
Logika induktif terdapat dasar pengetahuan khusus, fakta- fakta yang
dikumpulkan, dan merangkinya fakta- fakta itu menjadi suatu pemecahan
yang bersifat umum.
Logika deduktif terdapat dasar pengetahuan yang umum dari pernyataan-
pernyataan yang berlaku secara umum, dan meneliti persoalan khusus dari
pengetahuan tersebut.

4. Sumber Pengetahuan
Pengetahuan merupakan kegiatan akal yang mengolah hasil
tangkapan yang tidak jelas yang timbul dari indera kita, ingatan atau
angan-angan kita. Ada beberapa sumber untuk mendapatkan pengetahuan,
antara lain sebagai berikut. (Nasution, 2017:185-190 )
a. Rasionalisme
Rasionalisme secara epitemologis berasal dari kata bahasa inggris
rationalism. Kata ini berakal dari kata bahasa latin ratio yang berarti
“akal”. A.R. Lacey menambahkan bahwa berdasarkan akar kata
rasionalisme adalah sebuah pandangan yang berpegangan bahwa akal
merupakan sumber bagi pengetahuan dan pembenaran. Secara
terminologis aliran ini dipandang sebagai aliran berpegang pada prinsip
bahwa akal harus diberi peranan utama dan penjelasan. Ia menekankan
akal budi (rasio) sebagai sumber utama pengetahuan, mendahului atau
unggul atas, dan bebas (terlepas) dari pengamatan inderawi.
Jadi , rasionalisme adalah paham filsafat yang menyatakan bahwa
akal ( reason ) adalah alat terpenting untuk memperoleh pengetahuan.
Menurut aliran rasionalis suatu pengetahuan diperoleh dengan cara
berpikir. Contohnya : bagi seseorang berambut gondrong itu lebih tampan
dari rambut pendek maka itulah yang disebut dengan berpikir deduktif.
b. Imperisme
Imperisme adalah salah satu aliran dalam filsuf yang menekankan
peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan
itu sendiri, dan mengecilkan peran akal. Istilah imperisme di ambil dari
bahasa yunani epeiria yang berati coba-coba atau pengalaman.
Contohnya : suatu benda padat bila dipanaskan akan memanjang, langit
mendung diikuti hujan.
Berlainan dengan kaum rasionalis maka kaum emperis berpendapan
bahwa pengetahuan manusia itu bukan didapatkan lewat penalaran
rasional yang abstrak namun lewat pengalaman yang konkret, pengalaman
yang abstrak adalah pengalaman yang ada dikepala nya. Contohnya ketika
seseorang mengatakan tabrakan maka dia akan membayangkan lalu dia
menjawabnya bahwasanya setiap tabrakan itu pasti menyakitkan karena
dia memiliki pengalaman yang abstrak itulah yang dilakukan kaum
rasional tetapi berbeda dengan kaum empires apabila ditanya apakah
tabrakan itu menyakitkan maka dia akan menjawab saya akan tabrakan
dulu agar saya dapat merasakannya atau saya melihat langsung orang yang
tabrakan lalu saya wawancarai orang tersebut.
Jadi, Gejala-gejala alamiah menuntut anggapan kaum emperis
bersifat konkret dan dapat dinyatakan lewat tangkapan pancaindra
manusia.
c. Instuisi
Instuisi adalah pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses
penalaran tertentu. Instuisi merupakan pengetahuan yang didapat tanpa
melalui proses penalaran tertentu. Instuisi bersifat personal dan tidak dapat
diramalkan. Pengetahuan intuitif dapat dipergunakan sebagai hipotesis
bagi analisis selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya pernyataan
yang dikemukakan. Kegiatan intuitif dan analitik dapat berkerja sama
dalam menemukan suatu kebenaran.
d. Wahyu
Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada
manusia. Pengetahuan ini disalurkan lewat nabi-nabi diutusnya sepajang
zaman. Agama merupakan pengetahuan bukan saja mengenai kehidupan
sekarang yang terjangkau pengalaman, namun juga mencakup maslah-
masalah yang bersifat transedental seperti latar belakang penciptaan
manusia dan hari kemudian diakhirat nanti. Singkatnya, agama dimulai
dari rasa percaya, dan lewat pengkajian selanjutnya kepercayaan itu
meningkat atau menurun. Sedangkan pengetahuan muncul dari rasa tidak
percaya, dan setelah melalui proses pengkajian ilmiah, bisa diyakinkan
atau tetap pada pendirian semula.
Jadi, sumber pengetahuan ialah sesuatu hal yang merumuskan
suatu persoalan dari mana pengetahuan itu diperoleh atau didapat.
Rasionalisme adalah pengetahuan dengan menggunakan logika yang
rasional (masuk akal ).
Imperisme adalah pengetahuan yang didapat berdasarkan pengalaman
yang dialami.
Instuisi adalah pengetahuan menggunakan logika dan hati tetapi masih
praduga.
Wahyu adalah pengetahuan yang sudah ditetapkan sebelumnya oleh
tuhan kepada manusia.
5. Kriteria Kebenaran
a. Pengertian Kebenaran
Kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dan objeknya.
Kebenaran menurut setiap individu relatife berbeda-beda, sehingga setiap
jenis pengetahuan mempunyai kriteria kebenaran yang tidak sama. Hal ini
disebabkan oleh watak pengetahuan yang berbeda.
b. Jenis-jenis kebenaran
Ada 3 jenis Kebenaran yakni:
1) Kebenaran Epistemologis
Kebenaran epistemologis adalah kebenaran yang berhubungan dengan
pengetahuan manusia. Sebuah pengetahuan disebut benar dan kapan
pengetahuan disebut benar apabila apa yang terdapat dalam pikiran
subjek sesuai dengan apa yang ada dalam objek.
2) Kebenaran Ontologis
Kebenaran Ontologis adalah berkaitan dengan sifat dasar tau kodrat
dari objek. Kebenaran ontologis merupakan kebenaran sebagai sifat
dasar yang melekat pada hakikat segala sesuatu yang ada.
3) Kebenaran Semantik
Kebenaran Semantik merupakan kebenaran yang terdapat dan melekat
dalam tutur kata dan bahasa. Kebenaran ini berkaitan dengan
pemakaian bahasa. Bahasa merupakan ungkapan dari kebenaran.
c. Teori kebenaran
Ada tiga macam teori kebenaran, yakni : ( Nasution, 2017: 191-195).
1) Teori koherensi ( coherence theory )
Bochenski berpendapat bahwa kebenaran itu terletak pada adanya
kesesuaian antara suatu benda atau hal dengan pikiran atau idea.
Titus dkk, berpendapat ”kebenaran itu adalah sistem pernyataan yang
bersifat konsisten secara timbal balik, dan tiap-tiap pernyataan
memperoleh kebenaran dari sistem tersebut secara keseluruhan”.
Contohnya : pernyataan bahwa “ diluar hujan turun” , adalah benar
apabila pengetahuan tentang hujan ( air yang turun dari langit )
bersesuaian dengan keadaan cuaca yang mendung, gelap dan
terperatur dingin dan fakta-fakta yang menunjang.
Kesimpulan teori koherensi :
a) Kebenaran adalah kesesuaian antara suatu pernyataan dengan
pernyataan-pernyataan lainya yang sudah lebih dahulu kita
ketahui.
b) Teori ini dinama kan juga teori justipikasi atau penyaksian tentang
kebenaran, karena menurut teori ini suatu putusan di anggap benar
apabila mendapat penyaksian-penyaksian atau justipikasi oleh
putusan-putusan lainnya yang terdahulu yang sudah diketahui,
diterima, diakui kebenarannya.
c) Ukuran dari teori ini adalah konsentensi dan persisi.
2) Teori Korespondensi ( Corespodence Theory )
Teori ini menyatakan satu pernyataan di anggap benar jika
materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi (
berhubungan ) dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut, jika
tidak maka pernyataan itu salah menerangkan bahwa kebenaran atau
sesuai keadaan benar itu terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti
yang dimaksud suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang
dituju atau dimaksud oleh pernyataan atau pendapat tersebut.
Kebenaran adalah kesesuaian pernyataan dengan fakta, yang
berselaras dengan realitas, yang serasi dengan situasi actual. Titus dkk
berpendapat “kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan tentang
fakta itu sendiri“ .
contohnya : jika seseorang mengatakan bahwa “ ibu kota republik
indonesia adalah jakarta “ maka pernyataan itu adalah benar sebab
pernyataan tersebut dengan objek yang bersifat faktual yakni jakarata
yang memang ibu kota republik indonesia. Sekiranya orang lain yang
mengatakan ibu kota RI adalah bandung maka pernyataan ini tidak
benar sebab tidak terdapat objek yang dengan pernyataan tersebut.
3) Teori Pragmatis ( Pragmatic Theory )
Teori menganggap suatu pernyataan teori atau dalil itu
memiliki kebenaran bila memiliki kegunaan dan mamfaat bagi
kehidupan manusia. Kaum pragmatis menggunakan kriteria
kebenarannya dengan kegunaan ( utility ), dapat dikerjakan
( workability ), dan akibat yang memuaskan ( satisfactory consequence
). Oleh karena itu, tidak ada kebenaran yang mutlak atau tetap,
kebenarannya tergantung pada kerja, manfaat dan akibatnya.
Contohnya : teori tentang partikel tak akan berumur lebih dari 4 tahun.
Jadi, kriteria kebenaran adalah merupakan persesuaian antara
pengetahuan dan objeknya, kriteria memiliki 3 jenis kebenaran.
Kriteria Kebenaran Epistemologis adalah kebenaran yang
berhubungan dengan pengetahuan manusia. Kebenaran Ontologis
adalah kebenaran yang berkaitan dengan sifat dasar atau kodrat dari
objeknya. Kebenaran Semantik adalah kebenaran yang terdapat dan
melekat dalam tutur kata dan bahasa.
Dapat disimpulkan bahwa teori kohorensi satu pernyataan
dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten
dengan pernyataan sebelumnya dianggap dianggap benar. Teori
korespondensi mengenal dua hal yaitu pernyataan dan kenyataan.
Kebenaran adalah kesesuaian antara pernyataan tentang sesuatu
dengan kenyataan sesuatu itu sendiri. Teori pragmatis adalah
kebenaran suatu pernyataan dapat di ukur dengan kriteria apakah
pernyataan tersebut bersifat pragmatis atau fungsionalis dalam
kehidupan.
C. Hubungan filsafat, Logika, dan Ilmu Pengetahuan
filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pemikiran
mengenai segala hal yang logis dan pembahasannya mencakup upaya mencari
kejelasan suatu konsep. Lalu, kemudian filsafat ilmu adalah filsafat yang
menjadikan ilmu sebagai objek kajian nya, tidak mengherankan apabila filsafat
ilmu dianggap sebagai bidang yang unik, lantaran yang dipelajari adalah dirinya
sendiri. Didalam berfilsafat seseorang membutuhkan sebuah logika untuk
melakukan kegiatan berpikir secara luas agar mendapatkan pemikiran yang logis,
karena logika merupakan pemikiran secara mendalam tentang suatu ilmu
pengetahuan yang berdasarkan akal pemikiran dan dikaitan dengan perasaan
dalam hal merumuskan sesuatu yang akan diteliti. Sebelum seseorang berpikir
maka seseorang membutuhkan pengetahuan terlebih dahulu agar tercipta suatu
kesimpulan yang logis, maka dari itu pengetahuan di anggap penting karena
pengetahuan merupakan segala sesuatu yang didapat dari hasil pengamatan,
pengalaman, penelitian dan diketahui kebenarannya oleh masyarakat ilmuwan,
tetapi pengetahuan terbatas pada kenyataan – kenyataan yang mengandung
kemungkinan untuk disepakati dan terbuka untuk diteliti, diuji, dan dibantah oleh
seseorang. Seseorang yang berlogika membutuhkan sebuah penalaran untuk
mengembangkan apa yang ia pikirkan, karena Penalaran merupakan suatu proses
berfikir logis dan analitis, dalam penalaran dibantu oleh sebuah logika merupakan
pemikiran secara logis yang dapat menarik sebuah kesimpulan. Setelah seseorang
memperoleh sebuah pengetahuan maka perlu dicari terlebih dahulu sumber
pengetahuannya, dalam hal ini maka dapat dikatakan sumber pengetahuan ialah
sesuatu hal yang merumuskan suatu persoalan dari mana pengetahuan itu
diperoleh atau didapat. Ada beberapa sumber pengetahuan yaitu :
Rasionalisme adalah pengetahuan dengan menggunakan logika yang
rasional (masuk akal ). Imperisme adalah pengetahuan yang didapat berdasarkan
pengalaman yang dialami. Instuisi adalah pengetahuan menggunakan logika dan
hati tetapi masih praduga. Wahyu adalah pengetahuan yang sudah ditetapkan
sebelumnya oleh tuhan kepada manusia.
Setelah seseorang menemukan sumber pengetahuan maka pengetahuan
tersebut perlu diuji kebenarannya melalui kriteria kebenaran. Sebab kriteria
kebenaran adalah merupakan persesuaian antara pengetahuan dan objeknya,
kriteria memiliki 3 jenis kebenaran. Kriteria Kebenaran Epistemologis adalah
kebenaran yang berhubungan dengan pengetahuan manusia. Kebenaran Ontologis
adalah kebenaran yang berkaitan dengan sifat dasar atau kodrat dari objeknya.
Kebenaran Semantik adalah kebenaran yang terdapat dan melekat dalam tutur
kata dan bahasa. Dapat disimpulkan bahwa teori kohorensi satu pernyataan
dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan
pernyataan sebelumnya dianggap dianggap benar. Teori korespondensi mengenal
dua hal yaitu pernyataan dan kenyataan. Kebenaran adalah kesesuaian antara
pernyataan tentang sesuatu dengan kenyataan sesuatu itu sendiri. Teori pragmatis
adalah kebenaran suatu pernyataan dapat di ukur dengan kriteria apakah
pernyataan tersebut bersifat pragmatis atau fungsionalis dalam kehidupan.
Jadi hubungan filsafat,logika,dan pengetahuan sangat erat kaitannya,
masing-masing saling membantu dalam memecahkan masalah, seseorang yang
berfilsafat tanpa adanya pengetahuan maka ia tidak tahu tata cara nya yang baik,
misalnya dia berfilsafat tetapi dengan menggunakan bahasa yang kurang sopan
karena tidak adanya pengetahuan maka akan membuat orang merasa tidak
nyaman mendengar apa yang dia sampaikan, lain hal nya dengan orang yang
berfilsafat dengan pengetahuan maka dia akan menyampaikan isi pikirannya
dengan menggunakan tata cara yang baik ,bahasa yang sopan, karena dia tahu
tentang norma kesopanan tentang tata cara bependapat dihadapan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai