Anda di halaman 1dari 10

RESUME UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO 12 TAHUN 2011

DI SUSUN OLEH : EKAWAHYUNIROMA FITRI 1201135047

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITA RIAU 2014

Undang-Undang tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan merupakan pelaksanaan dari perintah Pasal 22A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan undang-undang diatur lebih lanjut dengan undang-undang. Namun, ruang lingkup materi muatan Undang-Undang ini diperluas tidak saja Undang- Undang tetapi mencakup pula Peraturan Perundang-undangan lainnya, selain Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat. Undang-Undang tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan didasarkan pada pemikiran bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Sebagai negara hukum, segala aspek kehidupan dalam bidang kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan termasuk pemerintahan harus berdasarkan atas hukum yang sesuai dengan sistem hukum nasional. Sistem hukum nasional merupakan hukum yang berlaku di Indonesia dengan semua elemennya yang saling menunjang satu dengan yang lain dalam rangka mengantisipasi dan mengatasi permasalahan yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan merupakan penyempurnaan terhadap kelemahan-kelemahan dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004, yaitu antara lain:

1. materi dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 banyak yang menimbulkan kerancuan atau multitafsir sehingga tidak memberikan suatu kepastian hukum; 2. teknik penulisan rumusan banyak yang tidak konsisten; 3. terdapat materi baru yang perlu diatur sesuai dengan perkembangan atau kebutuhan hukum dalam Pembentukan Peraturan Perundangundangan; dan 4. penguraian materi sesuai dengan yang diatur dalam tiap bab sesuai dengan sistematika. Sebagai penyempurnaan terhadap Undang-Undang sebelumnya, terdapat materi muatan baru yang ditambahkan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, yaitu antara lain:

1. penambahan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai salah satu jenis Peraturan Perundang-undangan dan hierarkinya ditempatkan setelah UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. perluasan cakupan perencanaan Peraturan Perundang-undangan yang tidak hanya untuk Prolegnas dan Prolegda melainkan juga perencanaan Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, dan Peraturan Perundang-undangan lainnya; 3. pengaturan mekanisme pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Pencabutan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; 4. pengaturan Naskah Akademik sebagai suatu persyaratan dalam penyusunan Rancangan Undang-Undang atau Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota;

5. pengaturan mengenai keikutsertaan Perancang Peraturan Perundang-undangan, 6. peneliti, dan tenaga ahli dalam tahapan Pembentukan Peraturan Perundangundangan; dan 7. penambahan teknik penyusunan Naskah Akademik dalam Lampiran I UndangUndang Nomor 12 Tahun 2011. Secara umum Undang-Undang ini memuat materi-materi pokok yang disusun secara sistematis sebagai berikut: asas pembentukan Peraturan Perundang-undangan; jenis, hierarki, dan materi muatan Peraturan Perundang-undangan; perencanaan Peraturan Perundangundangan; penyusunan Peraturan Perundang-undangan; teknik penyusunan Peraturan Perundang-undangan; pembahasan dan pengesahan Rancangan UndangUndang; pembahasan dan penetapan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota; pengundangan Peraturan Perundangundangan; penyebarluasan; partisipasi masyarakat dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan; dan ketentuan lain-lain yang memuat mengenai pembentukan Keputusan Presiden dan lembaga negara serta pemerintah lainnya. Tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan dan penetapan, serta pengundangan merupakan langkah-langkah yang pada dasarnya harus ditempuh dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Namun, tahapan tersebut tentu dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan atau kondisi serta jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan tertentu yang pembentukannya tidak diatur dengan Undang-Undang ini, seperti pembahasan Rancangan Peraturan Pemerintah, Rancangan Peraturan Presiden, atau pembahasan Rancangan Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1). Selain materi baru tersebut, juga diadakan penyempurnaan teknik penyusunan Peraturan Perundang-undangan beserta contohnya yang ditempatkan dalam Lampiran II. Penyempurnaan terhadap teknik penyusunan Peraturan Perundang-undangan dimaksudkan untuk semakin memperjelas dan memberikan pedoman yang lebih jelas dan pasti yang disertai dengan contoh bagi penyusunan Peraturan Perundangundangan, termasuk Peraturan Perundang-undangan di daerah. Dalam UU No.12 Tahun 2011 pasal 7 ayat 1disebutkan Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas: a. Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945; b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat; c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; d. Peraturan Pemerintah; e. Peraturan Presiden; f. Peraturan Daerah Provinsi; dan g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Dan kekuatan hukumnya ditegaskan pada pasal 7 ayat 2 : Kekuatan hukum Peraturan Perundang-undangan sesuai dengan hierarki sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Jenis Peraturan Perundang-undangan ini mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang

dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat. Suatu undang-undang yang diduga bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi. Sedangkan, suatu Peraturan Perundang-undangan di bawah Undang-Undang diduga bertentangan dengan Undang-Undang, pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah Agung. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau disingkat UUD 1945 atau UUD '45, adalah hukum dasar tertulis, konstitusi pemerintahan negara Republik Indonesia saat ini. UUD 1945 disahkan sebagai undang-undang dasar negara oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Sejak tanggal 27 Desember 1949, di Indonesia berlaku Konstitusi RIS, dan sejak tanggal 17 Agustus 1950 di Indonesia berlaku UUDS 1950. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kembali memberlakukan UUD 1945, dengan dikukuhkan secara aklamasi oleh DPR pada tanggal 22 Juli 1959. Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen), yang mengubah susunan lembaga-lembaga dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia. Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 Perubahan Pertama UUD 1945 Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 Perubahan Kedua UUD 1945 Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 Perubahan Ketiga UUD 1945 Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 Perubahan Keempat UUD 1945

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat, atau disingkat Ketetapan MPR atau TAP MPR, adalah bentuk putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat yang berisi hal-hal yang bersifat penetapan. Pada masa sebelum Perubahan (Amandemen) UUD 1945, Ketetapan MPR merupakan Peraturan Perundangan yang secara hierarki berada di bawah UUD 1945 dan di atas Undang-Undang. Pada masa awal reformasi, ketetapan MPR tidak lagi termasuk urutan hierarki Peraturan Perundang-undangan di Indonesia. Namun pada tahun 2011, berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, Tap MPR kembali menjadi Peraturan Perundangan yang secara hierarki berada di bawah UUD 1945. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (atau disingkat Perpu) adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ikhwal

kegentingan yang memaksa. Materi muatan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang adalah sama dengan materi muatan Undang-Undang. Perpu ditandatangani oleh Presiden. Setelah diundangkan, Perpu harus diajukan ke DPR dalam persidangan yang berikut, dalam bentuk pengajuan RUU tentang Penetapan Perpu Menjadi Undang-Undang. Pembahasan RUU tentang penetapan Perpu menjadi UndangUndang dilaksanakan melalui mekanisme yang sama dengan pembahasan RUU. DPR hanya dapat menerima atau menolak Perpu. Jika Perpu ditolak DPR, maka Perpu tersebut tidak berlaku, dan Presiden mengajukan RUU tentang Pencabutan Perpu tersebut, yang dapat pula mengatur segala akibat dari penolakan tersebut. Peraturan Pemerintah Peraturan Pemerintah adalah Peraturan Perundang-undangan di Indonesia yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya. Materi muatan Peraturan Pemerintah adalah materi untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya. Peraturan Pemerintah ditandatangani oleh Presiden. Peraturan Presiden Peraturan Presiden disingkat Perpres adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibuat oleh Presiden. Materi muatan Peraturan Presiden berisi materi yang diperintahkan oleh Undang-Undang, materi untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah, atau materi untuk melaksanakan penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan. Perpres merupakan jenis Peraturan Perundang-undangan yang baru di Indonesia, yakni sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004. Peraturan Daerah Provinsi Peraturan Daerah Provinsi adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dengan persetujuan bersama Kepala Daerah (gubernur). Materi muatan Peraturan Daerah Provinsi berisi materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota Peraturan Daerah Kabupaten/Kota, yang berlaku di kabupaten/kota tersebut. dibentuk oleh DPRD Kabupaten/Kota dengan persetujuan bersama Bupati/Walikota. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota tidak subordinat terhadap Peraturan Daerah Provinsi. Materi muatan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota berisi materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. - See more at: http://tehangatsekali.blogspot.com/2011/11/tata-perundanganmenurut-uu-no12-tahun.html#sthash.Edg3TnRl.dpuf Bab I KETENTUAN UMUM

Dalam pasal 1 dijelaskan mengenai tahapan pembentukan peraturan pembuatan perundang- undangan,peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga Negara, undang-undang adalah peraturan perundang-undangan yang di bentuk DPR denga persetujuan presiden, peraturan Pemerintah merupakan peraturan perundan-undangan yand ditetapkan oleh presiden. Ada 4 jenis peraturan yaitu peraturan Pemerintah, peraturan Presiden, peraturan daerah provinsi dan peraturan daerah kabupaten/kota . ada dua macam program legislasi yaitu program legislasi nasional dan program legislasi daerah. Pengundangan adlah penempatan perturan perundang- undangan dalam Negara republik Indonesia .UD 45 merupakan hukum dasar dalam peraturan perundang-undangan, ditempatkan dalam lembaran negara republik indonesia serta penempatan UUD 45 dalam lembaran negara Republik Indonesia tidak merupakan dasar pemberlakuannya. BAB II ASAS PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Asas pembentukan peraturan perundang-undangan meliputi: Kejelasan tujuan Kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat Kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan Dapat dilaksanakan Kedayagunaan dan kehasilgunaan Kejelasan rumusan dan Keterbukaan Materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan asas: Pengayoman Kemanusiaan Kebangsaan Kekeluargaan Kenusantaraan Bhinneka tunggal ika Keadilan Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan Ketertiban dan kepastian hukum dan pemerintahan Ketertiban dan kepastian hukum Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan BAB III JENIS,HIERARKI, DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan terdiri atas: Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Undang-undang/ peraturan Pemerintahan Pengganti Undang0Undang Peraturan Pemerintah Peraturan Presiden

a. b. c. d. e. f. g. a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k.

a. b. c. d. e.

f. Peraturan Daerah Provinsi g. Peraturan Daerah Kabupaten Materi muatan peraturan pemerintah berisi materi untuk menjalankan undangundang sebagai mestinya. Materi muatan peraturan presiden berisi materi yang diperintahkan oleh undang-undang,materi muatan Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota berisi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah. Materi muatan ketentuan pidana hanya dapat dimuat dalam : a. Undang-Undang b. Peraturan Daerah Provinsi c. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud berupa ancaman pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) BAB IV PERENCANAAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Perencanaan Undang-undang Perencanaan penyusunan Undang-undang dilakukan dalam Prolgenas. Dalam penyusunan proglenas, penyusunan daftar Rancangan Undang-Undang didasrkan atas: Perintah Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Perintah ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Perintah undang-undang lainnya Sistem perencanaan pembangunan nasional Rencana pembangunan jangka panjang nasional Rencana kerja pemerintah dan rencana strategis DPR Aspirasi dan kebutuhan hukum masyarakat Proglenas memuat program program pembentukan undanh-undang dengan judul RUU, materi yang diatur, dan keterkaitannya dengan peraturan perundang-undang lainnya. Penyusunan Proglenas dilaksanakan oleh DPR dan Pemerintah, penyusunan prolhenas di lingkungan DPR dilakukan dengan pertimbangan usulan dari fraksi, komisi, anggota DPR, DPD, dan masyarakat dan penyusunan proglenas di lingkungan pemerintah dikoordinasikan oleh menteri yang menyelanggarakan urusan pemerintah di bidang hukum. Hasil penyusunan proglenas antara DPR dan Pemerintah disepakati menjadi proglenas dan ditetapkan dalam Rapat Paripurna DPR Bab V PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Rancangan undang-undang dapat berasl dari DPR atau Presiden, rancangan Undangundang yang berasal dari DPR dapt bersak dari DPD, RUU yang berasal dari DPR, Presiden, atau DPD harus disertai naskah akademik, penyusunan Naskah Akademik RUU dilakukan sesuai dengan teknik Penyusunan naskah akademik. Rancangan undangundang yang diajukan oleh DPD adalah RUU yang berkaitan dengan: Otonomi daerah Hubungan pusat dan daerah Pembentukan dan pemekaran serta penngabungan daerah Pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya Perimbangan keuangan pusat dan daerah

a. b. c. d. e. f. g.

a. b. c. d. e.

Rancangan undang-undang yang diajukan oleh Presiden disiapkan oleh menteri atau pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian sesuai dengan lingkup tugas dan tanggung jawabnya, rancangan undang-undang dari DPD kepada pimpinan DPR dan harus disertai naskah akademik. BAB VI TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan dilakukan sesuai dengan teknik penyusunan peraturan perundang-undangan , ketentuan mengenai perubahan terhadap teknik penyusunan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud di atur dengan peraturan presiden

a. b. c. d. e. a. b. c.

BAB VII PEMBAHASAN DAN PENGESAHAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG Pembahasan RUU dilakukan oleh DPR bersama Presiden atau menteri yang ditugasi , pembahasan RUU yang berkaitan dengan : Otonomi daerah Hubungan pusat dan daerah Pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah Pengelolaan SDA dan sumber daya ekonomi lainnya dan Perimbangan keuangan pusat dan daerah, dilakukan dengan mengikutsertakan DPD Pembahasan RUU dilakukan melalui 2 tingkat pembicaraan : Pembicaraan tingkat I dalam rapat komisi , rapat gabungan komisi,rapat badan legislasi, rapat badan anggarn, atau rapat panitia khusus Pembicaraan tingkat ii dalam rapat paripurna Penyampaian pendapat mini Rancangan undang-undang dapat ditarik kembali sebelum dibahas bersama oleh DPR dan Presiden Ketentuan lebih mengenai tata cara penarikan kembali RUU diatur peraturan DPR, rancangan undang-undang tidak ditanda tangani oleh presiden dalam waktu paling lama 30 hari terhitung sejak RUU tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan Dalam setiap undang undang harus dicantumkan batas waktu penetapan peraturan pemerintah dan peraturan lainnya sebagai pelaksanaan undang-undang tersebut. Penetapan peraturan pemerintah dan peraturan lainnya yang diperlukan dalam penlenggaraan pemerintahan tidak atas perintah suatu undang-undang. BAB VIII PEMBAHASAN DAN PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTA Pembahasan rancangan peraturan daerah provinsi dilakukan oleh DPRD provinsi beserta gubernur dilakukan melalui tingkat-tingkat pembicaraan yang dilakukan dalam rapat komisi/panitia/badan/alat kelengkapan DPRD provinsi yang khusus menangani

bidang legislasi dan rapat paripurna. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembahasan rancangan peraturan daerah provinsi di atur dengan peraturan DPRD Provinsi BAB IX PENGUNDANGAN Agar setiap orang mengetahuinya, peraturan perundang-undangan harus diundangkan dengan menempatkannya dalam : Lembaran Negara Republik Indonesia Tambahan Lembaran Negara Republlik Indonesia Berita Negara Republik Indonesia Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Lembaran Daerah Tambahan Lembaran Daerah Berita Daerah Peraturan perundang-undangan yang diundangkan dalam lembaran negara republik indonesia, meliputi: Undang-undang/peraturan pemerintah pengganti undang-undang Peraturan pemerintah Peraturan presiden Peraturan perundang-undangan lain yang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku harusdiundngkan dalam lembaran negara republik indonesia BAB X PENYEBARLUASAN Penyebarluasan dilakukan oleh DPR dan pemerintah sejak penyusunan RUU, pembahasan RUU, hingga pengundang undang-undangan, penyebarluasan dilakukan untuk memberikan informasi dan/atau memperoleh masukan masyarakat serta para pemangku kepentingan Peraturan perundang-undangan perlu diterjemahkan ke dalam bahasa asing, penerjemahannya urusan pemerintahn di bidang hukum, terjemahan sebagaimana yang dimaksudnmerupakan terjemahan yang resmi.

a. b. c. d. e. f. g.

a. b. c. d.

a. b. c. d.

BAB XI PARTISIPASI MASYARAKAT Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis dalam pembentukan peraturan perundan-undangan dapat dilakukan melalui : Rapat dengar pendapat umum Kunjungan kerja Sosialisai Seminar, lokakarya, dan diskusi

Untuk memudahkan masyarakat dalam memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis, setipa rancangan peraturan perundang-undangan harus dapat di akses dengan mudah oleh masyarakat. BAB XII KETENTUAN LAIN-LAIN Teknik penyusunan dan/atau bentuk yang diatur dalam undang-undang ini berlaku secara mutatis mutandis bagi teknik penyusunan dan/atau bentuk keputusan presiden, keputusan pimpinan majelis pemusyarawatan rakyat, keputusan pimpinan DPR, keputusan pimpinan DPD, keputusan ketua MA, Keputusan ketua MK, keputusan ketua komisi yudisial, keputusan gubernur BI, keputusan menteri, keputusan kepala badan, keputusan kepala lembaga, atau keputusan ketua komisi yang setingkat, keputusan pimpinan DPRD provinsi, keputusan gubernur, keputusan pimpinanan DPRD provinsi, keputusan gubernur,keputusan pimpinan DPRD kabupaten/Kota, keputusan Bupati/Walikota, keputusan kepala desa atau yang setingkat. BAB XII KETENTUAN PENUTUP Semua keputusan presiden, keputusan menteri, keputusan gubernur, keputusan Bupati atau walikota, atau keputusan pejabat lainnya .peraturan pelaksanaan dari undangundang ini harus ditetapkan paling lama 1 tahun sejak undang-undang ini di undangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang- undang ini dengan penempatan nya dalam lembaran negara republik indonesia

Anda mungkin juga menyukai