Anda di halaman 1dari 13

1

C. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning), selanjutnya disingkat PBM, mula-mula dikembangkan pada sekolah kedokteran di Ontario Kanada pada 1960-an (Barrows, 1996). Pendekatan ini dikembangkan sebagai respon atas fakta bahwa para dokter muda yang baru lulus dari sekolah kedokteran itu memiliki pengetahuan yang sangat kaya, tetapi kurang memiliki keterampilan memadai untuk memanfaatkan pengetahuan tersebut dalam praktik sehari-hari. Perkembangan selanjutnya, PBM secara lebih luas diterapkan di berbagai mata pelajaran di sekolah maupun perguruan tinggi. 1. Pengertian PBM PBM adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata (autentik) yang tidak terstruktur (ill-structured) dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus membangun pengetahuan baru. PBM sejalan dengan filosofi konstruktivisme yang menekankan peserta didik untuk secara aktif membangun pengetahuannya sendiri melalui interaksinya dengan masalah nyata. Berbeda dengan pembelajaran konvensional yang menjadikan masalah nyata sebagai penerapan konsep, PBM menjadikan masalah nyata sebagai pemicu bagi proses belajar siswa sebelum mereka mengetahui konsep formal. Peserta didik secara kritis mengidentifikasi informasi dan strategi yang relevan serta melakukan penyelidikan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dengan menyelesaikan masalah tersebut peserta didik

memperoleh atau membangun pengetahuan tertentu dan sekaligus mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan

menyelesaikan masalah. Mungkin, pengetahuan yang diperoleh peserta didik tersebut masih bersifat informal. Namun, melalui proses diskusi, pengetahuan tersebut dapat dikonsolidasikan sehingga menjadi

pengetahuan formal yang terjalin dengan pengetahuan-pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik.

Berbagai penelitian mengenai penerapan PBM menunjukkan hasil positif. Misalnya, hasil penelitian Gijselaers (1996) menunjukkan bahwa penerapan PBM menjadikan peserta didik mampu mengidentifikasi informasi yang diketahui dan diperlukan serta strategi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Jadi, penerapan PBM dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan masalah. 2. Tujuan PBM Tujuan utama PBM bukanlah penyampaian sejumlah besar pengetahuan kepada peserta didik, melainkan pada pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah dan sekaligus mengembangkan kemampuan peserta didik untuk secara akktif membangun pengetahuan sendiri. PBM juga dimaksudkan untuk mengembangkan kemandirian belajar dan keterampilan sosial peserta didik. Kemandirian belajar dan keterampilan sosial itu dapat terbentuk ketika peserta didik berkolaborasi untuk mengidentifikasi informasi, strategi, dan sumber belajar yang relevan untuk menyelesaikan masalah. 3. Prinsip-prinsip PBM Prinsip utama PBM adalah penggunaan masalah nyata sebagai sarana bagi peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan dan sekaligus mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah. Masalah nyata adalah masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan bermanfaat langsung apabila diselesaikan. Contoh masalah nyata pada pelajaran IPA misalnya, Bagaimanakah cara memperbanyak bibit tanaman sirih merah dalam waktu yang singkat supaya dapat memenuhi permintaan pasar? Penyelesaian masalah ini akan memberikan keuntungan secara ekonomis. Penggunaan masalah nyata ini dapat mendorong minat dan keingintahuan peserta didik untuk

menyelesaikannya. Pemilihan atau penentuan masalah nyata ini dapat dilakukan oleh guru maupun peserta didik yang disesuaikan kompetensi dasar tertentu. Masalah itu bersifat terbuka (open-ended problem), yaitu masalah yang memiliki banyak jawaban atau strategi penyelesaian yang mendorong

keingintahuan peserta didik untuk mengidentifikasi strategi-strategi dan solusi-solusi tersebut. Masalah itu juga bersifat tidak terstruktur dengan baik (ill-structured) yang tidak dapat diselesaikan secara langsung dengan cara menerapkan formula atau strategi tertentu, melainkan perlu informasi lebih lanjut untuk memahami serta perlu mengkombinasikan beberapa strategi atau bahkan mengkreasi strategi sendiri untuk menyelesaikannya. PBM merupakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (studentcentered), sementara guru berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi peserta didik untuk secara aktif menyelesaikan masalah dan membangun pengetahuannya. Kolaborasi antarpeserta didik sangat diperlukan karena masalah yang harus diselesaikan sangat kompleks yang memerlukan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Berikut adalah beberapa contoh masalah nyata di beberapa mata pelajaran. a. IPS Suatu keluarga yang terdiri atas empat orang akan menyewa rumah. Ayah adalah karyawan dengan gaji 4,5 juta rupiah dan Ibu seorang guru dengan gaji 3,5 juta rupiah. Minggu depan dua anak yang masingmasing berusia 14 dan 7 tahun akan masuk sekolah. Bantu keluarga tersebut menentukan lokasi dan harga terbaik bagi mereka untuk mengontrak rumah. b. Matematika Seorang ibu yang mempunyai seorang puteri berusia 6 tahun mempunyai uang sebesar 20 juta rupiah peninggalan almarhum suaminya. Ibu ini ingin puteri semata wayangnya sukses dalam pendidikan, dalam arti dapat menyelesaikan studi sampai tingkat perguruan tinggi. Bantu Ibu ini mengelola keuangan sehingga keinginannya tercapai. c. IPA Diperoleh informasi bahwa kantin sekolah tidak baik dari segi kesehatan maupun pendapatan sekolah. Pihak sekolah meminta kelasmu untuk memecahkan masalah ini.

4.

Langkah-langkah PBM Pada dasarnya, PBM diawali dengan aktivitas peserta didik untuk menyelesaikan masalah nyata yang ditentukan atau disepakati. Proses penyelesaian masalah tersebut berimplikasi pada terbentuknya

keterampilan siswa dalam menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus membentuk pengetahuan baru. Proses tersebut dilakukan dalam tahapan-tahapan atau sintaks pembelajaran yang disajikan pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Sintaks atau Langkah-Langkah PBM Tahap Tahap 1 Mengorientasikan peserta didik terhadap masalah Tahap 2 Mengorganisasi peserta didik untuk belajar Tahap 3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Tahap 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Aktivitas Guru dan Peserta didik Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan sarana atau logistik yang dibutuhkan. Guru memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah nyata yang dipilih atau ditentukan Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang sudah diorientasikan pada tahap sebelumnya. Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan kejelasan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Guru membantu peserta didik untuk berbagi tugas dan merencanakan atau menyiapkan karya yang sesuai sebagai hasil pemecahan masalah dalam bentuk laporan, video, atau model. Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang dilakukan (Sumber: Nur, 2011) Tahapan-tahapan PBM yang dilaksanakan secara sistematis berpotensi dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah dan sekaligus dapat menguasai pengetahuan yang sesuai dengan kompetensi dasar tertentu. Tahapan-tahapan PBM tersebut dapat diintegrasikan dengan aktivitas-aktivitas pendekatan saintifik sesuai dengan karakteristik pembelajaran dalam Kurikulum 2013 sebagaimana

Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

tertera pada Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang standar proses. Aktivitas-aktivitas tersebut adalah mengatami, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. 5. Contoh Kegiatan PBM Sesuai dengan Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang standar proses, kegiatan pembelajaran terdiri atas tiga tahap, yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Tahapan 1 PBM dapat dikategorikan sebagai bagian dari tahapan pendahuluan. Sementara tahapan 2, 3, 4, dan 5 merupakan tahapan inti. Namun, tahapan 5 dapat pula dikategorikan sebagai tahapan penutup. Dalam kegiatan pembelajaran, beberapa peserta didik mungkin

memerlukan penguatan/pengayaan dan beberapa lainnya memerlukan remidi. Kegiatan penguatan/pengayaan dilakukan untuk memperkuat dan memperkaya pemahaman peserta didik yang telah mencapai atau melampaui pencapaian kompetensi minimal. Pengayaan dapat berbentuk tugas proyek yang dilakukan di luar jam pelajaran. Di sisi lain, kegiatan dilakukan untuk memfasilitasi dan membantu peserta didik yang belum mencapai penguasaan kompetensi minimal yang ditentukan. Berikut adalah contoh kegiatan PBM, khsususnya pada mata pelajaran IPA, yang terdiri atas tahapan pendahuluan, inti, dan penutup. a. Pendahuluan Pada tahap ini, dilakukan Tahap 1 sintaks PBM, yaitu mengorientasi peserta didik pada masalah. Masalah tersebut dapat disajikan dalam bentuk gambar, diagram, film pendek, atau dalam sajian power point. Misalnya, dalam pelajaran IPA, masalah tersebut terkait dengan aktivitas pendiduk yang membuang limbah rumah tangga secara liar ke lingkungan sekitar. Setelah peserta didik mencermati (mengamati) sajian masalah, guru mengajukan pertanyaan pengarah (menanya) untuk mendorong peserta didik memprediksi atau mengajukan dugaan (hipotesis) mengenai dampak dari pembuangan limbah rumah tangga, seperti deterjen, terhadap kehidupan organisme. Selanjutnya, guru menginformasikan tujuan pembelajaran.

b. Inti

Tahapan inti mencakup tahap-tahap 2, 3, 4, dan 5 dalam sintaks PBM. 1) Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar (Tahap 2) a) Melalui aktivitas tanya jawab (menanya), guru mengingatkan kembali langkah-langkah atau metode ilmiah. Metode ilmiah tersebut dapat disajikan dalam bentuk bagan. b) Guru mengorganisasi peserta didik untuk belajar dalam bentuk diskusi kelompok kecil. Guru dapat menjelaskan lebih rinci alternatif-alternatif strategi untuk menyelesaikan masalah yang ditentukan, yaitu terkait dengan dampak pembuangan limbah terhadap kehidupan organisme. c) Guru membimbing peserta didik secara individual maupun kelompok dalam merancang eksperimen untuk menguji dugaan (hipotesis) yang diajukan. Masing-masing kelompok

mempresentasikan hipotesis dan rancangan eksperimennya untuk mendapat saran dari kelompok lain maupun dari guru. Kelompok-kelompok lain maupun guru dapat memberikan penilaian dan saran terhadap presentasi tersebut. Kelompok yang dinilai paling baik memperoleh penghargaan. 2) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok (Tahap 3) a) Guru memberi bimbingan kepada peserta didik untuk melakukan penyelidikan atau eksperimen. Bimbingan tersebut meliputi pengumpulan informasi yang berkaitan dengan materi yang diangkat dalam permasalahan, misalnya mengenai pengaruh deterjen terhadap kehidupan organisme dan faktorfaktor lain yang mempengaruhinya. b) Kelompok peserta didik melakukan eksperimen berdasarkan rancangan yang telah mereka buat dengan bimbingan guru (experimenting). Perangkat eksperimen diletakkan di tempat yang mudah diamati setiap hari. Guru membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.

3)

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya (Tahap 4) Peserta didik dalam kelompok mengembangkan laporan hasil penelitian sesuai format yang sudah disepakati. Kelompok terpilih mempresentasikan hasil eksperimen (mengomunikasi). Setiap kelompok diberi waktu 10 menit. Kelompok lain menanggapi hasil presentasi dan guru memberikan umpan balik.

4) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah (Tahap 5) a) Guru bersama peserta didik menganalisis dan mengevaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang dipresentasikan setiap kelompok maupun terhadap seluruh aktivitas

pembelajaran yang dilakukan. b) Guru memberikan penguatan (mengasosiasi) terkait

penguasaan pengetahuan atau konsep tertentu, misalnya dampak deterjen terhadap kehidupan organisme. 3. Penutup Dengan bimbingan guru, peserta didik menyimpulkan hasil diskusi. Guru dapat melakukan kegiatan pengayaan bagi peserta didik yang telah mencapai ketuntasan. Sebaliknya, guru dapat memberikan remidi bagi peserta didik yang belum mencapai ketuntasan. 6. Teknik penilaian dalam PBM Sebetulnya tidak ada teknik penilaian khusus yang diperuntukkan dalam PBM. Hal yang penting bagi guru adalah dapat mengumpulkan informasi penilaian yang valid dan reliabel. Mengingat tujuan PBM bukan untuk pemerolehan sejumlah besar pengetahuan deklaratif, maka penilaian tidak cukup hanya melalui tes tertulis. Sesuai tujuan PBM, secara spesifik penilaian dalam PBM dapat ditujukan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah atau kemampuan berpikir kritis. Penilaian kinerja dipandang cocok dalam PBM. Penilaian kinerja memungkinkan peserta didik menunjukkan apa yang dapat mereka lakukan bila dihadapkan pada situasi-situasi masalah nyata, sehingga dapat digunakan untuk mengukur potensi pemecahan masalah peserta didik di

samping kemampuan kerja kelompok. Penilaian kinerja tersebut dilakukan dalam bentuk checklists dan rating scale. PBM memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan sosial atau keterampilan kolaboratif melalui aktivitas diskusi. Keterampilan tersebut dapat meliputi keterampilan bekerja sama, keterampilan

interpersonal, dan peran aktif dalam kesuksesan kelompok. Keterampilan tersebut dapat dinilai melalui observasi. Berikut adalah contoh rubrik penskoran untuk menilai keterampilan kolaboratif. Tabel 2. Contoh Penilaian Keterampilan Kolaboratif
No A. Aspek yang diamati Bekerja sama untuk mencapai tujuan kelompok Secara aktif membantu mengidentifikasi tujuan kelompok dan bekerja keras untuk mencapai tujuan tersebut Menunjukkan komitmen kepada tujuan kelompok dan secara aktif ikut melaksanakan peran kelompok Menunjukkan komitmen kepada tujuan kelompok, namun tidak aktif melaksanakan peran kelompok Tidak bekerja mendukung tujuan kelompok atau menghambat tujuan kelompok Mendemonstrasikan keterampilan interpersonal yang efektif Secara aktif membantu mengidentifikasi tujuan kelompok dan bekerja keras untuk mencapai tujuan tersebut Menunjukkan komitmen kepada tujuan kelompok dan secara aktif ikut melaksanakan peran kelompok Menunjukkan komitmen kepada tujuan kelompok, namun tidak aktif melaksanakan peran kelompok Tidak bekerja mendukung tujuan kelompok atau menghambat tujuan kelompok Menyumbang kekompakan kelompok Aktif membantu kelompok mengidentifikasi perubahan atau memodifikasi yang perlu dalam proses dan kerja kelompok dalam menghadapi perubahan yang ada Membantu mengidentifikasi perubahan atau modifikasi yang perlu dalam proses dan kerja kelompok dalam menghadapi perubahan yang ada Bila diajak, mau membantu mengidentifikasi perubahan atau modifikasi yang perlu dalam proses kelompok atau hanya terlibat minimal dalam menghadapi perubahan yang ada Meski diajak, tidak berupaya mengidentifikasi perubahan atau modifikasi yang perlu dalam proses kelompok itu, meskipun bila diajak, atau menolak bekerja menghadapi perubahan yang ada Skor 4 3 2 1

B.

4 3 2 1

C.

Daftar Pustaka Barrows, H.S. 1996. Problem-based learning in medicine and beyond: A brief overview Dalam Bringing problem-based learning to higher education: Theory and Practice (hal 3-12). San Francisco: Jossey-Bass. Delisle, R. (1997). How to Use Problem_Based Learning In the Classroom. Alexandria, Virginia USA: ASCD. Gijselaers, W.H. 1996. Connecting problem-based practices with educational theory. Dalam Bringing problem-based learning to higher education: Theory and Practice (hal 13-21). San Francisco: Jossey-Bass. Nur, M. 2011. Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: PSMS Unesa. Tim Sertifikasi Unesa. 2010. Modul Pembelajaran Inovatif. Surabaya: PLPG Unesa.

Lampiran Skenario Pembelajaran PBM Mata pelajaran Kelas/semester Materi pokok : Matematika : VII/2 : Pencemaran

Kompetensi Dasar (KD) 1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek fisik dan kimiawi, kehidupan dalam ekosistem, dan peranan manusia dalam lingkungan serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya 1.2 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari 3.9 Mendeskripsikan pencemaran dan dampaknya bagi makhluk hidup

4.12 Menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup dengan lingkungan sekitarnya Indikator Pencapaian Kompetensi 1.2 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab, terbuka, dan kritis. 3.9.1. Mendeskripsikan pencemaran 3.9.2. Mengidentifikasi jenis-jenis pencemaran 3.9.3. Memberi contoh lingkungan yang tercemar 3.9.4. Menjelaskan dampak pencemaran pada makhluk hidup 3.9.5. Memberi alternatif solusi untuk mencegah terjadinya pencemaran 4.12.1 Mengomunikasikan hasil penyelidikan mengenai pengaruh pencemaran lingkungan terhadap makhluk hidup Pertemuan I Pendahuluan Pada tahap ini, dilakukan Tahap 1 sintaks PBM, yaitu mengorientasi peserta didik pada masalah. Masalah tersebut dapat disajikan dalam bentuk gambar, diagram, film pendek, atau dalam sajian power point. Misalnya, dalam pelajaran IPA, masalah tersebut terkait dengan aktivitas pendiduk yang membuang limbah rumah tangga secara liar ke lingkungan sekitar. Setelah peserta didik mencermati

11

(mengamati) sajian masalah, guru mengajukan pertanyaan pengarah (menanya) untuk mendorong peserta didik memprediksi atau mengajukan dugaan (hipotesis) mengenai dampak dari pembuangan limbah rumah tangga, seperti deterjen, terhadap kehidupan organisme. Selanjutnya, guru menginformasikan tujuan pembelajaran. Kegiatan Inti
Melalui aktivitas tanya jawab (menanya), guru mengingatkan kembali langkahlangkah atau metode ilmiah. Metode ilmiah tersebut dapat disajikan dalam bentuk bagan.

Guru mengorganisasi peserta didik untuk belajar dalam bentuk diskusi kelompok kecil. Guru dapat menjelaskan lebih rinci alternatif-alternatif strategi untuk menyelesaikan masalah yang ditentukan, yaitu terkait dengan dampak pembuangan limbah terhadap kehidupan organisme. (Tahap 2:

Mengorganisasi siswa untuk belajar) Guru membimbing peserta didik secara individual maupun kelompok dalam merancang eksperimen berdasarkan hipotesis yang mereka buat. Masingmasing kelompok mempresentasikan hipotesis dan rancangan eksperimennya untuk mendapat masukan dari kelompok lain dan guru. Setiap kelompok memberikan penilaian pada kelompok sejawat atas hasil diskusinya. Kelompok yang dinilai paling baik mendapat penghargaan. (Tahap 2: mengorganisasi siswa untuk belajar) Guru memberi bimbingan kepada peserta didik untuk melakukan penyelidikan. Bimbingan tersebut meliputi pengumpulan informasi yang berkaitan dengan pengaruh deterjen terhadap kehidupan organisme dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya seperti yang telah dipelajari sebelumnya, kegiatan penyelidikan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah autentik yang ditetapkan, alat dan bahan yang diperlukan, prosedur kerja yang akan ditempuh, gambaran data, analisis data, dan kesimpulan yang akan diperoleh. Guru membimbing kelompok yang mengalami kesulitan (Tahap 3: Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok) Kelompok melakukan eksperimen berdasarkan rancangan yang telah mereka buat dengan bimbingan guru (experimenting). Perangkat eksperimen

diletakkan di tempat

yang mudah diamati setiap hari

(Tahap 4:

mengembangkan dan menyajikan hasil karya) Kegiatan Penutup Peserta didik membersihkan lantai kelas dan membuang sampah pada tempatnya. Guru mengingatkan peserta didik untuk mengamati penyelidikannya tentang pengaruh deterjen terhadap kehidupan organisme, serta membuat laporan hasil eksperimen (mengasosiasi). Pertemuan II (Lanjutan Pertemuan I) Kegiatan Pendahuluan Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Peserta didik menunjukkan perangkat eksperimen masing-masing dan diamati serta diberi komentar oleh guru terkait hasil eksperimen tersebut. Kegiatan Inti Kelompok terpilih mempresentasikan hasil eksperimen (mengkomunikasi). Setiap kelompok diberi waktu 5 menit. Kelompok lain menanggapi hasil presentasi dan guru memberikan umpan balik (Tahap 4: mengembangkan dan menyajikan hasil karya). Pada setiap presentasi dan penyajian laporan hasil kerja kelompok, dilakukan analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Pada setiap kelompok yang presentasi diberi komentar oleh kelompo lain dan umpan balik oleh guru. Komentar dan umpan balik berupa refleksi dan evaluasi pada penyelidikan yang dilakukan, langkah-langkah kerja yang ditempuh, data/hasil yang diperoleh, dan simpulan yang dihasilkan/jawaban masalah otentik yang dipecahkan. Selanjutnya guru memberikan penguatan mengenai pengaruh deterjen terhadap kehidupan organisme (mengasosiasi dan eksperimenting, Tahap 5: menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah). Selain itu, guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan (Tahap 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah). Kegiatan Penutup

13

Dengan bimbingan guru, peserta didik menyimpulkan hasil diskusi. Guru membimbing peserta didik untuk mengevaluasi proses pemecahan masalah yang telah dilakukan. Guru juga membimbimbing peserta didik untuk merefleksi seluruh akttivitas pembelajaran yang dilakukan. Refleksi dapat dikaitkan difokuskan pada perilaku ilmiah yang dapat terbentuk pada diri peserta didik melalui akktivitas pembelajaran, terutama dalam mengimplementasikan metode ilmiah. Perilaku ilmiah tersebut seperti memiliki keingintahuan, objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan sekitar. Refleksi lebih lanjut juga dapat mendorong peserta didik untuk mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan dan peranan manusia dalam mengelola lingkungan, misalnya menghindari perilaku negatif dalam membuang limbah secara liar ke lingkungan.

Guru memberikan pengayaan remidi. Kegiatan pengayaan diberikan bagi peserta didik yang telah mencapai ketuntasan belajar. Pengayaan dapat berupa tugas proyek secara berkelompok untuk menyelidiki cara mencegah atau mengatasi dampak limbah rumah tangga yang semakin bertambah sehingga mengganggu lingkungan, misalnya dengan memanfaatkan bakteri dalam mendegradasi senyawa organik. Kegiatan remidi diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar. Kegiatan remidi dilakukan hanya pada indikator-indikator yang belum tuntas dan dilakukan di luar jam pelajaran. Guru dapat memberikan tugas terstruktur kepada peserta didik dengan cara menyederhanakan konsep yang dipelajari peserta didik dan memantau secara teratur kemajuan kemampuan peserta didik tersebut. Kegiatan remidi diakhiri dengan ulangan harian dengan bobot soal yang sama dengan peserta didik yang tidak mengikuti remidi.

Anda mungkin juga menyukai