Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

Kesetimbangan Fasa Kamis, 08 April 2014

Disusun Oleh: Muhamad Ikhwan Fillah 1112016200032 Kelompok 5


Raisya Soraya Siti Masitoh

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

ABSTRAK Suatu fasa didefinisikan sebagai bagian yang semuanyahomogen diantara keadaan submakroskopisnya, tetapi benar-benar dari bagian sistem yang lain oleh batasan yang jelas dan baik. Padatan atau cairan yang tidak dapat bercampur dapat terpisah, sedangkan campuran gas-gas adalah satu fase karena yang homogen. Simbol umum untuk jumlah fasa adalah P ( Dogra, 2009).

PENDAHULUAN
Bagian sesuatu yang menjadi pusat perhatian dan dipelajari disebut sebagai sistem. Suatu sistem heterogen terdiri dari berbagai bagian yang homogen yang saling bersentuhan dengan batas yang jelas. Bagian homogen ini disebut sebagai fasa dapat dipisahkan secara mekanik. Tekanan dan temperatur menentukan keadaan suatu materi kesetimbangan fasa dari materi yang sama. Kesetimbangan fasa dari suatu sistem harus memenuhi syarat berikut :

a. Sistem mempunyai lebih dari satu fasa meskipun materinya sama b. Terjadi perpindahan reversibel spesi kimia dari satu fasa ke fasa lain c. Seluruh bagian sistem mempunyai tekanan dan temperatur sama (Endang Widjajanti, 2008)

Fasa pada suatu material didasarkan atas daerah yang berbeda dalam struktur atau komposisi dari daerah lainnya. Fasa adalah bagian homogen dari suatu sistem yang memiliki sifat fisik dan kimia yang seragam. Untuk mempelajari paduan dibuatlah kurva yang menghubungkan antara fasa, komposisi dan temperatur. Diagram fasa adalah suatu grafik yang merupakan representasi tentang fasa-fasa yang ada dalam suatu material pada variasi temperatur, tekanan dan komposisi. Pada umumnya diagram fasa dibangun pada keadaan kesetimbangan (kondisinya adalah pendinginan yang sangat lambat). Diagram ini dipakai untuk mengetahui dan memprediksi banyak aspek terhadap sifat material (Taufiqurrahman, TT).

Fasa adalah besaran zat yang mempunyai struktur fisika dan komposisi kimia yang seragam. Struktur fisika dikatakan seragam apabila zat terdiri dari zat gas saja, cair saja, atau

padat saja. Sistem dapat terdiri dari dua fasa seperti cair dan gas. Komposisi kimia dapat dikatakan seragam apabila suatu zat hanya terdidir dari satu bahan kimia yang dapat berbentuk padat, cair, atau gas, atau campuran dari dua atau tiga bentuk itu. Campiran gas seperti udara atmosfer dianggap senyawa tunggal (Ainie Khuriati Riza Sulistiati, 2010).

Kesetimbangan fasa dikelompokan menurut jumlah komponen penyusunnya yaitu sistem satu komponen, dua komponen dan tiga komponen Pemahaman mengenai perilaku fasa berkembang dengan adanya aturan fasa Gibbs. Sedangkan persamaan Clausius dan persamaan Clausius Clayperon menghubungkan perubahan tekanan kesetimbangan dan perubahan suhu pada sistem satu komponen. Adanya penyimpangan dari sistem dua komponen cair- cair ideal konsep sifat koligatif larutan dapat dijelaskan.

2. KRITERIA KESETIMBANGAN

Kondisi kesetimbangan untuk sembarang sistem yaitu bahwa persamaan kimia dari tiap komponen pada seluruh sistem harus sama (Dogra, 2009). Kesetimbangan antara beberapa fasa dapat dinyatakan dengan besaran- besaran intensif T (suhu), P (tekanan) dan (potensial kimia). Kriteria suatu kesetimbangan diperlihatkan oleh perubahan energi bebas Gibbs (G) yang dinyatakan melalui persamaan : dG = - SdT + VdP +
i

i dni .................................................................(1) dengan potensial kimia () : Pada keadaan setimbang, potensial kimia suatu komponen adalah sama pada setiap fasa, contoh pada kesetimbangan H2O (l ) H2O (g) maka H2O (l ) = H2O (g ) (Endang Widjajanti, 2008)

ALAT DAN LANGKAH KERJA

Alat dan Bahan 1. Piknometer

2. Larutan Asetat Glasial 3. Larutan Klorofom 4. Klem dan statif 5. Air 6. Buret 7. Labu erlenmeyer Langkah Kerja Pengukuran Massa Jenis 1. 2. 3. 4. Membersihkan piknometer dan mengeringkannya dalam oven Mengukur berat kosong piknometer Memasukkan air dalam piknometer sampai penuh kemudian menimbangnya Mengulangi kegiatan di atas dengan mengganti air dengan kloroform dan asam asetat Sistem Tiga komponen 1. Menyediakan buret bersih dan mengering, mengisi masing-masing dengan akuades dan asam asetat glasial 2. Menyediakan labu erlenmeyer 3 buah, masing-masing diisi dengan 3 mL, 4 mL, dan 7 mL kloroform mengerjakan satu persatu mengingat kloroform menguap dan toksik 3. Menambahkan masing-masing 5 mL akuades, mengocok sebentar, campuran akan membentuk dua lapisan. 4. Menitrasi dengan asam asetat glasial sampai kedua lapisan membentuk satu fasa. Mencatat volume asam asetat glasial yang ditambahkan menitrasi sebanyak 2 kali. 5. Mengulangi untuk labu erlenmeyer kedua 6. Membuat diagram fasa terner

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan Massa piknometer = 22,2 gr

Massa piknometer + air = 45, 9 gr

Massa piknometer + kloroform = 57, 5 gr Massa piknometer + asetat glasial = 47, 8 gr Massa air = 23,7 gram Massa kloroform = 35,3 gram Massa asam asetat glasial = 25,6 gram

= air = kloroform = asam asetat glasial = = 0,95 g/ml = 1,41 g/ml = 1,02 g/ml

Sistem tiga komponen

Titrasi pertama Labu 1 (3 ml kloroform + 5 ml Air) n= na nb nc ntotal Xa Xb Xc = = =

= 0,035 mol = 0,26 mol = 0,14 mol

= 0,035 + 0,26 + 0,14 = 0,435 mol = = = 100% = 8,04% 100% = 59,7% 100% = 32,18 %

na nb nc ntotal Xa Xb Xc na nb nc ntotal Xa Xb Xc

Labu 2 (4 ml kloroform + 5 ml air) = = = = 0,047 mol = 0,26 mol = 0,18 mol

= 0,047 + 0,26 + 0,18 = 0,487 mol = = = 100% = 9,7 % 100% = 53,3 % 100% = 36,96 %

Labu 3 (7 ml kloroform + 5 ml air) = = = = 0,082 mol = 0,26 mol = 0,20 mol

= 0,082 + 0,26 + 0,20 = 0,542 mol = = = 100% = 15,13 % 100% = 47,97 % 100% = 36,9 % = = = = 10,96 % = 53,66 % = 35,35 %

Xa Rata-rata Xb Rata-rata Xc Rata-rata

Titrasi kedua na nb nc ntotal Xa Xb Xc na nb nc ntotal Xa Xb Xc na Labu 1 (3 ml kloroform + 5 ml Air) = = = = 0,035 mol = 0,26 mol = 0,153 mol

= 0,035 + 0,26 + 0,153 = 0,763 mol = = = 100% = 4,59 % 100% = 34,08 % 100% = 20,05 %

Labu 2 (4 ml kloroform + 5 ml Air) = = = = 0,047 mol = 0,26 mol = 0,17 mol

= 0,047 + 0,26 + 0,17 = 0,477 mol = = = 100% = 9,85 % 100% = 54,5 % 100% = 35,6 %

Labu 3 (7 ml kloroform + 5 ml Air) = = 0,082 mol

nb nc ntotal Xa Xb Xc

= =

= 0,26 mol = 0,21 mol

= 0,082 + 0,26 + 0,21= 0,552 mol = = = 100% = 14,85 % 100% = 47,1 % 100% = 38,04 % = = = = 9,76 % = 45,22 % = 31,23 % Xa = fraksi mol kloroform Xb = fraksi mol air Xc = fraksi mol asam asetat glasial

Xa Rata-rata Xb Rata-rata Xc Rata-rata

Ket: na = mol kloroform nb = mol air nc = mol asam asettat glasial DIAGRAM FASE TERNER
C

75

25

50

50

25

75

Pembahasan Pada praktikum kali ini mengenai kesetimbangan fasa. Dalam praktikum ini dilakukan dua percobaan yaitu pengukuran massa jenis dan sistem tiga komponen. Di dapatkan hasil pengukuran massa jenis air sebesar 0,95 g/mL, kloroform sebesar 1,41 g/mL dan 1,02 g/mL untuk asam asetat glasial. Perbedaan massa jenis ini disebabkan oleh beda kepolaran antara air, kloroform dan glasial oleh kerapatan molekul-molekul penyusun dari masing-masing bahan. Dalam percobaan sistem tiga komponen, dilakukan tiga percobaan yang berbedabeda. Yang pertama kloroform 3 ml + air 5 ml, yang ke dua 4 ml kloroform + air 5 ml, dan yang terakhir 7 ml kloroform + air 5 ml, yang kemudian di titrasi dengan asam asetat glasial. Hal ini dilakukan untuk mengamati besarnya pengaruh kloroform terhadap banyaknya volume asam asetat glasial yang digunakan untuk titrasi. Seperti di ketahui penggunaan asam asetat glasial ini dimaksudkan untuk terbentuknya satu fasa. Karena sebelum terjadi penitrasian terbentuk dua fasa yan berbeda yang terdiri dari kloroform dan air hal ini dikarenakan perbedaan kepolaran antar keduanya. Titrasi di lakukan sebanyak dua kali (duplo) untuk memastikan banyaknya asam glasial yang dibutuhkan. Berdasarkan data hasil praktikum didapat volume asam asetat glasial yang dibutuhkan pada kloroform 3 ml adalah 8,7 ml dan 9 ml, rata-ratanya 8,8 ml, pada kloroform 4 ml volume asam asetat glasial yang dibutuhkan 10,6 ml dan 10,3 ml, rata-ratanya adalah 10,4 ml, dan pada kloroform 7 ml volume asam asetat glasial yang dibutuhkan 12,2 ml dan 12,6 ml, rata-ratanya adalah 12,4 ml. Ini mengindikasikan bahwa semakin banyak kloroform yang ditambahakan maka semakin banyak pula asam asetat yang dibutuhkan untuk membentuk satu fasa.

KESIMPULAN Berdasarkan hasil percobaan, dapat disimpulkan: 1. Massa jenis air 0,95 g/mL, kloroform 1,41 g/mL dan asam asetat glasial 1,02 g/mL 2. Pembentukan dua fasa yang berbeda disebabkan perbedaan kepolaran dari masingmasing larutan

3. Semakin banyak kloroform yang dicampurkan, semakin banyak pula asam asetat glasial yang di butuhkan karena semakin besar pula beda kepolaran 2 larutannya.

DAFTAR PUSTAKA Dogra, S. 2009. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta : UI-Press Sulistiati, Ainie Khuriati Riza. 2010. Termodinamika. Yogyakarta: Graha Ilmu http://staff.uny.ac.id/ http://taufiqurrachman.weblog.esaunggul.ac.id/wpcontent/uploads/sites/968/201 3/11/TIN107-6-Diagram-Fasa.pdf

Anda mungkin juga menyukai