Anda di halaman 1dari 10

BAB 45 GERIATRIC ANESTHESIA

Morgan GE; 2006 Kunci Konsep : 1. Ketiadaaan penyakit penyerta, sisa sistolik / resting systolic dari fungsi jantung dipertahankan sampai usia diatas 80 tahun. Peningkatan tonus vagal dan penurunan sensitifitas dari reseptor adrenergic memincu terjadinya penurunan denyut jantung / heart rate. 2. Pada pasien tua yang sedang dalam evaluasi untuk dilakukan pem edahan, mempunyai insiden yang meningkat terjadinya disfungsi diastolic, dimana hal ini dapat di ketahui dengan !opller "K#. $. %erkurangnya &eserve 'antung pada e erapa pasien tua dapat ermanifestasi dengan penurunan tekanan darah yang erle ihan selama induksi pada anestesi umum. (emanjangnya )aktu sirkulasi, memperlam at onset dari o at *+ tetapi mempercepat induksi dengan o at *nhalasi. ,. "lastisitas menurun pada jaringan paru, terjadi overdistensi dari alveoli dan kolapnya saluran napas kecil. -aluran napas yang kolap meningkatkan volume residual dan closing capacity. %ahkan pada orang normal, Closing Capacity melampaui kapasitas fungsi residual pada usia ,. tahun dalam posisi supine, dan pada usia /. tahun pada posisi duduk. Ketika hal ini terjadi, e erapa saluran napas tertutup selama pernapasan normal, yang mengaki atkan ketidak seim angan ventilasi dan perfusi. .. Penuaan dihu ungkan dengan penurunan respon terhadap agent %0andrenergik 1Endogenous B-blockade2 /. #angguan terhadap pemeliharaan natrium, dan kemampuan untuk mengkonsentrasi dan kapaistas dilusi mempengaruhi pasien0pasien tua untuk terjadinya dehidrasi atau kele ihan cairan (Fluid Overload). -eperti pada penurunan fungs3 ginjal, dimana yang mempunyai kemampuan untuk mengeksresi o at0o atan. 4. Penurunan fungs3 hati 1&eserve2 sesuai dengan penurunan masa dari hati terse ut. 8. !osis yang diperlukan diturunkan untuk anestesi lokal 1Mini u anesthetic Concentration2 dan anestesi #eneral 1Mini u !lveolar concentration2. Pem erian anesthesi epidural cenderung menye ar ke arah 5"P67 pada pasien usia tua, tetapi dengan durasi analgetik dan lok motorik yang pendek. 7amanya duration o" action harus dipikirkan pada spinal anesthesi. 8. %e erapa pasien tua mengalami ermacam0macam derajat dari !cute con"usional state# deliriu atau gangguan cognitive setelah pem edahan. 10. 9ua memperlihatkan peru ahan farmakodinamik dan farmakokinetik. Penyakit erhu ungan dengan peru ahan dan variasi luas antara individual serta secara umum.pada populasi yang sama juga menye a kan ketidak konsistenan. 11. Pasien tua memperlihatkan rendah dosis pem erian , pada o at : propofol, etomidate, ar iturats, opioid dan en;odia;epin.

$unya % dr. d&i satriyanto (!nestesi $ad'ad'aran

$age ( o" ()

Pada tahun 20,0, penduduk erusia /. th atau le ih diperkirakan mencapai le ih dari 2, < dari total populasi, dan .0 < di elanjakan untuk kesehatan. -etengah dari ini akan mengalami pem edahan se elum mereka meninggal, )alaupun resiko kematian perioperatif meningkat $ = lipat di andingkan dengan usia muda. Pem edahan "mergensi, lokasi pem edahan dan status pasien 16-62 akan meningkatkan resiko dilakukan anesthesia. >perasi dihu ungkan dengan peringkatan resiko perioperatif terhadap mortalitas dan mor iditas pada pasien0pasien tua termasuk operasi thorak, operasi intraperitonial 1terutama edah colon2 dan edah vaskular 1pem uluh darah esar2. -eperti pada pasien pediatrik, penanganan anesthesi yang optimal pada pasien tua tergantung pada mengerti atau pahamnya terhadap peru ahan normal dari fisiologi, anatomi, dan respon terhadap farmakologi suatu o at. Pada kenyataannya, anyak sekali persamaan antara pasien tua dan pasien pediatrik. ?aitu : 6. (enurunannya kemampuaan untuk meningkatkan @& dalam merespon terjadinya hipovolemi, hipotensi atau hipoksia %. (enurunyan komplain paru 5. (enurunnya 9ekanan >ksigen di arteri !. Kemampuan atuk terganggu ". (enurunya fungsi tu ular ginjal. A. (eningkatnya kelemahan terhadap hypotermi !i andingkan dengan pasien pediatrik, agaimanapun juga orang yang telah tua mempelihatkan variasi range yang esar pada parameter terse ut. Arekuensi yang relatif tinggi terhadap gangguan fisiologi yang serius pada orang tua menjadi hal yang utama dalam mengevaluasi preoperative.

HUBUNGAN USIA DAN PERUBAHAN FISIOLOGI


SISTEM CARDIOVASCULER : *ni sangat penting dalam mem edakan peru ahan fisiologi normal ersama dengan terjadinya penuaan dan patofisiologi terjadinya penyakit yang sering terjadi pada orang0 orang tua. (lihat tabel)# seperti contoh : atherosclerosis adalah patologik, dimana ini tidak akan ada pada penderita tua yang sehat. -edangkan yang lain, penurunan elastisitas pem uluh darah karena fi rosis pada tunika media, ini adalah proses normal dari proses penuaan. Penurunan komplain arteri mengaki atkan peningkatan afterload, meningkatnya systolic blood pressure, hipertrophy ventrikel kiri. Pene alan dinding ventrikel kiri ini meningkatkan rongga dari ventrikel kiri. %e erapa kali sering terjadi. fi rosis myocardial dan kalsifikasi pada katup %ila penyakit penyerta tidak ada, maka tekanan darah diastolik harus tetap dipertahankan atau menurun. Aungsi %aroreseptor ditekan. !engan cara yang sama, se aliknya terutama pada cardiac output menurun sesuai peningkatan usia, tampaknya dipertahankan dengan aik pada individu yang sehat. %ila tidak ada penyakit penyerta, *esting diastolic dari fungsi jantung tampaknya tetap dipertahankan sampai usia diatas 80 tahun. Peningkatan tonus vagal dan penurunan sensitifitas dari reseptor adrenergic memincu terjadinya penurunan denyut jantung / heart

$unya % dr. d&i satriyanto (!nestesi $ad'ad'aran

$age + o" ()

rate. (aksimal penurunan ,eart rate sekitar 1 denyut per menit pertahun, pada umur diatas .0 tahun. Ai rosis pada system konduksi dan hilangnya sel0sel -6 node meningkatkan incidence dari dysrhyth ia# terutama 6trial Ai rilasi dan 6trial Alutter. Pada pasien tua yang sedang dalam evaluasi untuk dilakukan pem edahan, mempunyai insiden yang meningkat terjadinya disfungsi diastolic, dimana hal ini dapat di ketahui dengan !opller "K#. 9anda adanya disfungsi diastolic dapat dilihat dari adanya @ypertensi sistemik, Penyakit arteri caroner, Kardiomiopathy, dan penyakit katu jantung, terutama stenosis aorta. Pasien dapat tanpa gejala atau adanya keluhan terhadap gangguan anktifitas, dispone, atuk dan fatiBue. !isfungsi diastolic mengaki atkan peningkatan yang relative esar pada 9ekanan end0diastolic ventrikel dengan sedikit peru ahan volume ventrikel kiriC kontri usi atrium terhadap pengisian ventrikel menjadi hal yang penting di andingkan pada pasien yang masih muda. Pem esaran atrium merupakan predisposisi terjadinya 6rtrial Ai rilasi dan atrial flutter. Pasien ini mempunyai resiko yang meningkat akan terjadinya Congestive ,eart Failure. Pengurangan Cardiac *eserve pada e erapa orang yang sudah tua mungkin dimanisfestasikan dengan penurunan tekanan darah saat dilakukannya induksi dari tindakan #eneral 6nesthesi. (emanjangnya )aktu sirkulasi, memperlam at onset dari o at *+ tetapi mempercepat induksi dengan o at *nhalasi. -eperti pada penderita ayi, pasien tua mempunyai sedikit kemampuan erespon terhadap hypovolemic, @ypotensi dan @ypoksia dengan meningkatkan hear rate jantungnya SISTEM RESPIRASI "lastisitas menurun juga terjadi pada jaringan paru, >verdistensi pada alveolar dan kolapnya e erapa jalan napas yang kecil dapat terjadi. Penurunan luas permukaan area alveolar merupakan hal yang terjadi le ih dahulu, dengan menurunkan efisiensi terhadap pertukaran gas. Kolapsnya jalan napas meningkatkan +olume &esidual paru 1volume sisa udara pada akhir ekspirasi maksimal2 dan Clossing capacity 1volume udara pada paru dimana jalan napas kecil mulai tertutup2. %ahkan pada orang normal clossing capacity meningkatkan fungsional residual capacity 1volume sisa udara pada akhir ekspirasi normal2 pada usia ,. tahun pada posisi supine dan usia /. tahun pada posisi duduk. Ketika hal ini terjadi, e erapa jalan napas tertutup selama pernapasan normal, yang mengaki atkan per edaan yang tidak se anding antara ventilasi dengan perfusi. "fek tam ahan yang terjadi pada menyerupai empishema ini adalah peru ahan menurunnya tekanan oksigen arteri, rata0rata 0.$. mm@g / tahun. 9etapi, pada pasien tua yang akan dilakukan operasi mempunyai range tekanan oksigen yang cukup luas (ga bar -.-(). 9erjadi peningkatan dead space anatomi dan fisiologi. Pengaruh penuaan terhadap paru dapat dilihat pada ta el ,.02.

$unya % dr. d&i satriyanto (!nestesi $ad'ad'aran

$age / o" ()

9a el ,.02. -istem 5ardiovascular Peru ahan fisiologis normal Pe elastisitas arteri : Pe afterload Pe 9ek.darah sistolik @ypertropi ventrikel kiri Pe aktifitas adrenergic : Pe &esting @& Pe maksimal @& Pe &eflek aroreseptor Peru ahan fisiologis normal Pe elastisitas paru : Pe luas permukaan alveolar Pe +olume residual Pe 5losing 5apacity +entilasi / perpusi yang tidak sesuai. Pe tekanan >2 atrteri Pe kekauan dinding dada Pe kekuatan otot : Pe %atuk Pe Kapasitas maksimal pernapasan Kurang respon terhadap hiperkapni dan hipoksia Patofisiologi yang sering ada D Eephropati !ia etik D Eephropati @ipertensi D > struksi prostat D 5ongestive @eart Aailure Patofisiologi yang sering ada D 6therosklerosis D Penyakit 'antung koroner D @ypertensi essensial D 5ongestive @eart Aailure D 5ardiac 6ritmia D -tenosis 6orta

-istem &espiratory

Patofisiologi yang sering ada D "mphisema D %ronkitis kronik D Pneumonia

-istem #injal

Peru ahan fisiologis normal Pe Aliran darah gin al : Pe 6liran plasma ginjal Pe #A& Pe 5losing 5apacity +entilasi / perpusi yang tidak sesuai. Pe tekanan >2 atrteri Pe Masa gin al Pe !ungsi "u#ulus : Penangan Ea yang lemah Penangan cairan yang lemah Pe Kemampuan mengkonsentrasi Pe Kapasitas dilusi Pe "kskresi o at Pe Respon Renin$Angio"ensin : #angguan ekskresi Kalium

$unya % dr. d&i satriyanto (!nestesi $ad'ad'aran

$age - o" ()

ventilasi dengan mask le ih sulit dilakukan pada pasien dengan edentulous/ompong, sedangkan arthritis pada 9(' atau verte ra servikal, intu asi merupakan suatu tantangan. Pada hal lain, tidak adanya gigi atas sering ermanfaat dalam memper aiki penglihatan terhadap pita suara saaat dilakukan intu asi/laringoskop. Pencegahan perioperatif termasuk hypoksia dengan melakukan preoksigenasi le ih lama se elum melakukan intu asi, meningkatkan konsentrasi oksigen inspirasi selama antesthesi, sedikit meningkatkan P""P, dan agresif melakukan pulmonary toilet / pem ersihan trachea. Pneumonia 6spirasi sering dan potensial terjadi se agai komplikasi saat lakukan penyelamatan diji)a pada penderita tua. -atu alasan kecenderungan terjadinya hal ini adalah adanya penurunan reflek proteksi laringeal yang progresif sesuai dengan umur. Kegagalan ventilasi di && sering terjadi pada pasien tua. Fntuk itu, pasien0pasien dengan penyakit paru erat se elumnya dan yang telah dilakukan operasi a dominal, post op pasien harus tetap terintu asi. 9am ahan, untuk management nyeri post op harus dilakukan dengan pertim angan yang serius 1seperti, epidural dengan lokal anesthesi dan opioid, lok nervus interkosta2. !U%&SI META'OLIK DA% E%DOKRI%( Konsumsi >ksigen asal dan maksimal menurun sesuai dengan usia. Puncaknya setelah usia /0 tahun, anyak laki0laki dan )anita mulai kehilangan erat adannya di andingkan usia muda. Produksi panas adan menurun, kehilangan panas meningkat. dan hypothalamic se agai pusat pengatur temperatur suhu tu uh aru akan ter0reset pada level yang terendah. Peningkatan resistensi insulin menjadi penye a terjadinya penurunan yang progresif dalam kemampuan untuk mengatasi peningkatan glukosa dalam tu uh. &espon neuroendocrine terhadap stress tampaknya dipertahankan atau sedikit menurun di andingkan dengan pasien tua yang masih sehat. Penuaan dihu ungkan dengan penurunan respon terhadap o at0o at 0adrenergik 1endogenous 0 blockade2. Kadar norepineprin dalam sirkulasi dikatakan akan meningkat pada pasien0pasien tua. !U%&SI &I%)AL( &%A dan masa ginjal 1spt. 'umlah glumerulus dan panjang tu ulus2 menurun sesuai dengan Fsia. Peru ahan yang mencolok terutama terjadi kortek ginjal dimana disini akan diganti oleh lemak dan jaringan fi rosis. Aungsi ginjal ditentukan oleh #A& dan penurunan kreatinin serum menjadi menurun 1ta el ,.022. Kadar kreatinin serum tidak eru ah dikarenakan adanya penurunan masa otot dan produksis kreatinin. -e aliknya kadar %FE 1%lood Frea Eitrogen2 perlahan meningkat 10.2 mg/d7 per tahun2 #angguan terhadap pemeliharaan natrium, dan kemampuan untuk mengkonsentrasi dan kemampuan dilusi mempengaruhi pasien0pasien tua untuk terjadinya dehidrasi atau kele ihan cairan (Fluid Overload).

$unya % dr. d&i satriyanto (!nestesi $ad'ad'aran

$age . o" ()

&espon terhadap hormon antidiuretik dan aldosteron menurun. Kemampuan untuk rea sor si gula menurun. Kom inasi antara penurunan &%A dan dan penurunan masa nefron, meningkatkan resiko pasien tua untuk terjadinya 6&A pada periode post operatif. Karena menurunnya fungsi ginjal, yang mempuyai fungsi untuk mengekskresikan o at0 o atan. (enurunnya kemampuan dalam menangani cairan dan elektrolit, mem uat penanganan atau penatalaksaan terhadap cairan harus le ih kritis/seriusC pasien tua le ih cenderung terjadi hypokalemia dan hyperkalemia. *ni merupakan Komplikasi le ih lanjut terhadap seringnya penggunaan diuretik pada pasient tua. Pada akhirnya elektrolit serum, Cardiac Filling $ressures# dan output urin harus le ih sering di monitor. !U%&SI &ASTROI%TESTI%AL( (assa hati menurun pada orang tua sesuai juga terjadinya penurunan aliran darah ke hati 1,epatic Blood Flo&2. !an Aung3 hati (cadangan) menurun sesuai dengan penurunan masa dari hati. -ehingga iotransformasi dan produksi al umin menurun. Kadar Choline esterase plasma menurun pada laki0laki tua. p@ lam ung cenderung meningkat, sedangkan pengosongan lam ung memanjang. Galaupun menurut e arapa penelitan pada pasien0pasien tua mempunyai volume lam ung yang rendah di andingkan dengan pasien muda. SISTEM SARA!( (asa otak menurun sesuai dengan usiaC neuron yang erkurang menonjol di kortek cere ral, terutama lo us frontal. 5%A menurun sekitar 10 H 20< sesuai dengan erkurangnya sel saraf. *ni erhu ungan erat dengan meta olisme C autoregulasi masih aik. Eeuron menurun dalam ukuran dan kehilangan e erapa kompletisitas dari ca ang0ca ang dendrit dan jumlah sinaps. Pem entukan e erapa neurontransmiter seperti dopamin dan sejumlah reseptor erkurang. *katan -erotonergic, adrenergic dan I amino0 uteric acid 1#6%62 juga erkurang. 'umlah sel 6strocyt dan sel mikroglia meningkat. !egradasi sel0sel saraf perifer mengaki atkan lamanya kecepatan konduksi dan atropi dari otot skeletal. Penuaan dihu ungkan dengan peningkatan threshol / am ang dari hampir semua sensorik, termasuk sentuh, sensasi temperatur, propioseptif, pendengaran dan penglihatan. Peru ahan presepsi nyeri adalah sangat komplek dan masih elum dapat dimergerti enar. Proses (ekanisme di pusat dan perifer seperti peru ahan. !osis yang diperlukan diturunkan untuk anestesi lokal 1Mini u anesthetic Concentration2 dan anestesi #eneral 1Mini u !lveolar concentration2. Pada pasien usia tua pem erian anesthesi epidural cenderung menye ar ke arah cephal, tetapi dengan durasi analgetik dan lok motorik yang pendek. 7amanya duration o" action harus dipikirkan pada spinal anesthesi.

$unya % dr. d&i satriyanto (!nestesi $ad'ad'aran

$age 1 o" ()

%ila tidak ada penyakit penyerta, penurunan fungsi kognitif adalah normal, tetapi er eda setiap orang. (emori jangka pendek yang iasanya paling sering terganggu. 6ktivitas secara fisik dan intelektual yang erkelanjutan tampaknya mempunyai efek yang aik terhadap pemeliharaan fungsi kognitif. Pada pasien yang sudah tua memerlukan )aktu yang le ih lama untuk pemulihan sistem saraf pusat dari efek tindakan anesthesi umum, terutama pada mereka yang mengalami ke ingungan dan disorientasi pada preoperatif. *ni merupakan hal penting pada pasien geriatik yang akan dilakukan tindakan pem edahan ra)at jalan, dimana faktor sosioekonomi yang merupakan faktor utama/tertinggi yang menye a kan pasien diharuskan dira)at dirumah. %anyak pasien tua/geriatri mengalami ermacam0macam derajat dari !cute con"usional state# deliriu atau gangguan Kognitive setelah pem edahan. Penye a dari !isfungsi kognitif postoperatif 1P>5! J $ost Operative Cognitive 2ys"ungsion2 adalah multifaktor dan termasuk efek o at, nyeri, demensia, hypotermia dan gangguan meta olik. &endahnya kadar neurotransmiter utama, seperti asetilkolin, mungkin juga mem erikan kontri usi. Pada pasien tua terutama sensitif terhadap o at H o at ekerja se agai anti kolinergik yang ekerja dipusat seperti scapolamin atau atropin. (enariknya, kejadian delirium postoperasi sepertinya terjadi pada regional anesthersi dan general anaesthesi. (ungkin ini jarang terjadi pada anesthesi regional tanpa sedasi. %e erapa pasien menderita karena prolonged atau permanent P>5! setelah pem edahan dan anesthesi. %e erapa penelitian mengatakan ah)a P>5! dapat dideteksi pada 10< 0 1.< pada pasien diatas usia /0 tahun selama $ ulan post pem edahan utama. Pada agian yang lain seperti post oprasi cardiac dan prosedur edah tulang esar, em oli arteri intraoperative dapat juga menjadi penye a . Pada pasien tua tampaknya mempunyai resiko ter esar terhadap terjadinya P>5! di andingkan dengan pasien ra)at jalan lainnya. Galaupun penye a masih elum jelas, faktor0faktor dari anesthesi dan non anesthesi kemungkinan esar ertanggung ja)a terjadinya P>5!. MUSKULOSKELETAL (asa otot erkurang. Pada tingkat mikroskopis neuro uscular 'unction mene al. &eceptor acethylcholine tampaknya juga terse ar di e erapa e3tra'unctional. Kulit mengalami atropi sesuai dengan umur dan mudah untuk terjadinya trauma dari plester, 6las dari elektrocauter# electroda dari "K#. +ena sering lemah dan mudah terjadi ruptur oleh karena *+A!. 6danya 6rthritis sendi mengganggu terhadap pengaturan posisi 1spt. 7ithotomi2 atau 6nesthesi regional 1spt. -u arachnoid lock / -pinal anesthesi2. 6danya penyakit degenaratif pada tulang servikal dapat mem atasi ekstensi leher yang erpotensial menye a kan kesulitan dilakukannya intu asi.

$unya % dr. d&i satriyanto (!nestesi $ad'ad'aran

$age 4 o" ()

HUBUNGAN USIA DAN PERUBAHAN FARMAKOLOGI


Penuaan menim ulkan peru ahan terhadap Aarmakokinetik 1hu ungan antara dosis o at dengan konsentrasi dalam plasma2 dan farmakodinamik 1hu ungan anatara konsentrasi dalam plasma dengan efeknya secara klinik2. -ayangnya, peru ahan statu penyakit dan per edaan antara individu yang cukup esar variasinya ahkan pada populasi yang sama secara umum er eda. Penurunan yang progresive pada masa otot dan meningkatnya lemak tu uh 1le ih sering pada )anita2 menye a kan menurunnya jumlah air dalam tu uh 1 total body &ater2. Penurunan volume distri usi dari o at yang larut dalam air dapat menye a kan konsentrasinya dalam plasma meningkat. -e aliknya, meningkatnya volme distri usi o at0 o at yang larut dalam lemak dapat menye a kan konsentrasi dalam plasma menjadi sedikit. Peru ahan volume distri u3s ini mempengaruhi eliminase 0 )aktu paruh nya. 'ika o at dengan volume distri usinya ertam ah maka eliminasi H )aktu paruh akan memanjang, kecuali clearence rata0ratanya juga meningkat. 9etapi, karena fung3s ginjal dan hati menurun sesuai dengan usia, penurunan clearence ini memperpanjang durasi kerja dari anyak o at. Peneliti mengatakan ah)a tak sama dengan orang sakit, orang sehat, aktif, pasien tua mempunyai volume plasma yang isa sedikit atau ahkan tidak ada peru ahan sama sekali. !istri usi dan eliminasi juga dipengaruhi oleh peru ahan protein binding dalam plasma. 6l umin yang cenderung erikatan dengan o at yang esifat asam 1spt. %ar iturat, %en;odia;epin, agonis opioit2, iasanya menurun sesuai dengan usia. Peningkatan ikatan K10acid gycoprotein dengan ahan dasar o at 1spt. 6nesthesi local2. *katan o at H protein tidak dapat erinteraksi dengan reseptor di end-organ dan tidak dapat dimeta olisme atau diekskresikan. Prinsip peru ahan farmakodinamik dihu ungkan dengan penuaan yang yang mengurangi ke utuhan anesthesi yang diperlukan, yang ditunjukan dengan rendahnya (65. Pem erian titrasi o at0o at anesthesi yang hati0hati dapat mem antu mencegah terjadinya effek samping dan perpanjangan durasi o atC 5hort acting agent 6 o at dengan cara kerja yang singkat seperti propofol, desfluran, remifentanyl, dan suksinilkolin mungkin ermanfaat sekali pada pasien yang sudah tua. > at0o at yang tidak signifikan tergantung terhadap fungsi hati atau ginjal atau aliran darah seperti mivacurium, atracurium dan cisatracurium juga ermanfaat. A%EST*ESI I%*ALASI (65 untuk o at inhalasi dikurangi ,< per 10 tahun setelah usia diatas ,0 tahun. -eperti contoh (65 dari halotan untuk pasien usia 80 tahun, dapat diperkirakan menjadi : 1 0.440 L 0.44 = , < = , M 2 J 0./. 1 jadi (65 halotan untuk 80 tahun adalah 0,/. 2 >nset kerja akan le ih cepat ila jika cardiac output di tekan, se aliknya ini akan di perlam at jika ventilasi / perfusi terjadi gangguan secara signifikan. "fek depresi myocardial yang sangat erle ihan / kuat dari voletail anesthesi pada pasien tua, -e aliknya takikardi cenderung akan ada pada pem erian isofluran dan desfluran. 'adi, jelas er eda efeknya terhadap pasien0pasien muda, isofluran mengurangi cardiac output dan @eart rate pada pasien0pasien tua . Pemulihan dari pengaruh anesthesi dengan voletail anesthesi dapat

$unya % dr. d&i satriyanto (!nestesi $ad'ad'aran

$age 7 o" ()

lama, karena terjadi peningkatan volume distri usi 1peningkatan lemak tu uh2, penurunan fungsi hati 1penurunan meta olisme dari halotan2, dan penurunan pertukaran gas/udar dalam paru. "liminasi yang cepat dari desfluran mungkin menjadi anesthesi inhalasi pilihan untuk pasien0pasien tua. O'AT A%EST*ESI %O% VOLATILE -ecara umum, pasienpasien tua memperlihatkan ke utuhan dosis yang rendah dari Propofol, etomidate, ar iturates, opioid, dan en;odia;epine. -e agai contoh pada orang usia diatas 80 tahun, mungkin diperlukan dosis yang kurang dari setengah dari dosis induksi dengan propofol atau tiopental, di andingkan dengan pasien yang erusia 20 tahun. Galaupun propofol mungkin cukup ideal se agai o at untuk induksi pada pasien0 pasien tua karena cepatnya eliminasi, ia sering menye a kan apnea dan hypotensi di andingkan dengan pasien muda. Pem eriaan ersamaan mida;olam, opioid atau ketamin selanjutnya dapat mengurangi dosis pem erian propofol. Aaktor farmakoknetik dan farmakodinamik ertanggung ja)a atas meningkatnya sensitivitas ini. Pada pasien tua hampir .0< penurunan tekanan darah terjadi pada pem erian propofol di andingkan dengan pasien muda. -elain dari itu, kecepatan keseim angan pada ruang / daerah perifer dan clearance sistemik dari propofal erkurang sangat significan pada pasien tua. Pada kasus thiopental, peningkatan sensitivitas tampaknya dikarenakan factor farmakokinetik. Pengurangan dosis induksi sekitar ,0< 0 .0< mungkin sudah menghasilkan kadar puncak ukan karena pengurangan yang cepat pada pasien geriatri, karena distri usi yang perlahan dari ruang tengah dengan cepat mengalami keseim angan dalam ruangan. *nisial volume distri usi dari etomidat menurun secara significan sesuai dengan penuaan. !osis rendah diperlukan untuk mendapatkan ""# end poin yang sama dan pada pasien tua. 1di andingkan dengan pasien muda2. (eningkatnya sensitivitas dari fentanyl, alfentanil, dan su fentanyl terutama dikarenakan faktor farmakodinamik. Aarmakokinetik dari opioid tidak signifikan dipengaruhi oleh usia. !osis pem erian untuk ""# end point yang sama, dengan menggunakan fentanyl dan alfentanil adalah .0< le ih rendah pada pasien tua. Per edaannya, volume dari ruang sentral dan klearens erkurang untuk remifentanil. 'adi faktor farmakodinamik dan farmakokintek sangat penting. Aarmakokinetik untuk opioid elum diteliti dengan dengan aik pada pasien tua, tetapi peningkatan sensitivitas harus dipikirkan juga. Penuaan, meningkatkan volume distri usi pada semua en;odia;epins, dengan effeknya pemanjangan eliminasi dan )aktu paruh. Pada kasus pem erian dia;epam, eliminasi )aktu paruhnya dapat memanjang $/ H 42 jam. Peningkatan sensitifitas farmakodinamik dari en;odia;epin juga harus juga diperhatikan. Pem erian mida;olam pada umumnya kurang dari .0< untuk pasien tua. "liminasi )aktu paruh memanjang sekitar 2,. H , jam.

$unya % dr. d&i satriyanto (!nestesi $ad'ad'aran

$age 8 o" ()

PELEMAS OTOT + Muscle Rela,an"s &espon terhadap suksinilkolin dan nondepol tidak eru ah dengan penuaan. Penurunan cardiac output dan melam atnya aliran darah otot, agaimanapun juga dapat menye a kan 2 kali pemanjangan onset dari neuromuskular lokade pada pasien tua. Pemulihan dari muskel relaksan non depol tergantung pada ekskresi dari ginjal 1spt. (etocurin, pancuronium, do=acurium, tu ocurarin2 mungkin melam at sehu ungan dengan menurunnya clearence o at terse ut. !emikian juga, penurunan ekskresi hepar dari kehilangan dari masa hepar memperpanjang eliminasi )aktu paruh dan durasi dari kerja rocuronium dan vecuronium. Profile farmakologi dari atracurium dan pipecuronium tidak signifikan dipengaruhi oleh usia. 7aki0laki tua 1 ukan )anita tua2 dapat memperlihatkan sedikit pemajangan efek dari suksinilkolin sehu ungan dengan rendahnya kadar kolinesterase di plasma.

Terimakasih dr.M.Dwi Satriyanto

$unya % dr. d&i satriyanto (!nestesi $ad'ad'aran

$age () o" ()

Anda mungkin juga menyukai