Anda di halaman 1dari 8

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Aktivitas Penyusunan Konsep Konsep produk adalah sebuah gambaran atau perkirain mengenai teknologi, prinsip kerja, dan bentuk produk. Konsep produk merupakan

gambaran singkat bagaimana produk memuaskan kebutuhan pelanggan. Sebuah konsep biasanya diekspresikan sebagai sebuah sketsa atau sebagai sebuah model 3 dimensi secara garis besar dan seringkali disertai oleh sebuah uraian gambar. Sebuah produk dapat memuaskan pelanggan dan dapat sukses di pasaran bergantung pada nilai yang tinggi untuk ukuran kualitas yang mendasari konsep. Sebuah konsep yang bagus kadangkala dilaksanakan secara kurang baik pada tahap pengembangan berikutnya, tetapi sebuah konsep yang buruk jarang dimanipulasi untuk mencapai sukses yang menguntungkan. Untungnya

penyusunan konsep biasanya relatif murah dan dapat dilaksanakan dengan cepat jika dibandingkan dengan proses pengembangan lainnya. Sebagai contoh, penerapan konsep menghabiskan kurang dari 5% anggaran dan 15% dari total waktu upaya pengembangan alat pemaku terdahulu. Karena kegiatan penyusunan konsep tidak mahal, maka tidak ada alasan untuk lalai dalam melaksanakan sebuah metode penyusunan konsep yang tepat. Proses penyusunan konsep dimulai dengan serangkaian kebutuhan pelanggan dan spesifikasi target, dan diakhiri dengan terciptanya beberapa konsep produk sebagai sebuah pilihan akhir. Hubungan penyusunan konsep dengan kegiatan pengembangan konsep yang lainnya ditunjukkan pada gambar 2.1. Dalam banyak kasus sebuah tim pengembangan yang efektif akan menghasilkan ratusan konsep, 5 sampai 20 dari konsep tersebut patut mendapatkan pertimbangan yang serius selama kegiatan pemilihan konsep. Penyusunan konsep yang baik memberi keyakinan pada tim bahwa seluruh kemungkinan telah digali. Dengan menggai banyak konsep alternatif pada awal

proses pengembangan, kemungkinan tim akan terlambat menemukan sebuah konsep yang superior atau seorang pesaing akan mengenalkan sebuah produk dengan penampilan yang lebih baik terlebih dahulu, akan sangat berkurang.

Gambar 2.1 Penyusunan Konsep Merupakan Bagian yang Penting dari Fase Pengembangan Konsep

2.2 Pendekatan Terstruktur Mengurangi Kemungkinan Masalah yang Merugikan Kesalahan-kesalahan yang biasa dilakukan oleh tim pengembangan sewaktu menurunkan konsep meliputi : Hanya mempertimbangkan 1 atau 2 alternatif. Pertimbangan ini biasanya dilakukan oleh anggota yang paling agresif dan percaya diri di dalam tim. Kegagalan mempertimbangkan kegunaan konsep yang dipakai oleh perusahaan lain, baik yang berhubungan maupun tidak dengan konsep yang dipakai oleh perusahaan lain, baik yang berhubungan maupun tidak dengan produk yang sedang dikembangkan. Hanya melibatkan 1 atau 2 orang dalam proses, menyebabkan kurangnya kepercayaan dan tanggung jawab dari anggota tim lainnya. Integrasi yang tidak efektif menemukan solusi parsial yang menjanjikan. Kesalahan mempertimbangkan seluruh kategori penyelesaian.

Pendekatan terstruktur pada penyusunan konsep akan mengurangi kesalahan-kesalahan di atas bila dilakukan dengan cara : mendorong pengumpulan informasi dari banyak sumber yang terpisah, menuntun tim melalui beberapa usaha penggalian alternatif, dan dengan menyediakan sebuah mekanisme untuk solusi-solusi parsial yang terintegrasi. Sebuah metode terstruktur juga menyediakan prosedur bertahap untuk anggota tim yang mungkin kurang berpengalaman dalam kegiatan perancangan yang intensif dan memperbolehkan mereka untuk berpatisipasi secara aktif dalam proses.

2.3 Metode 5 Langkah Metode yang ditampilkan pada gambar 2.2, memcahkan sebuah masalah kompleks yang menjadi sub-masalah menjadi lebih sederhana. Kemudian dikenalkan konsep penyelesaian untuk sub-masalah menggunakan prosedur pencarian eksternal dan internal. Pohon klasifikasi dan tabel kombinasi kemudian digunakan untuk menggali secara sistematis konsep penyelesaian tersebut dan untuk mengintegrasikan penyelesaian submasalah ke dalam sebuah penyelesaian total. Akhirnya tim membuat sebuah langkah mundur untuk merefleksikan validitas dan kemampuan aplikasi dari hasil seperti yang digunakan oleh proses.

Gambar 2.2 Lima Langkah Metode Penyusunan Konsep Meskipun metode disajikan secara berurutan, namun pada penjelasan mengenai penyusunan konsep hampir selalu terjadi iterasi. Seperti metode pengembangan yang lain, tahapan ini ditujukan sebagai awal bagi tim pengembangan produk untuk mengembangkan dan memperbaiki model pemecahan masalah mereka. Penjelasan metode ini difokuskan terutama pada konsep menyeluruh untuk sebuah produk baru ; namun metode ini juga dapat digunakan pada beberapa hal yang berbeda dalam proses pengembangan. Proses ini tidak hanya berguna untuk konsep produk keseluruhan, tetapi juga untuk konsep subsistem dan komponenkomponen spesifik. Juga perlu dicatat bahwa meskipun contoh pada bab ini melibatkan sebuah produk teknik, pendekatan dasar yang sama dapat digunakan untuk hampir setiap produk.

Langkah 1: Memperjelas Masalah Memperjelas masalah mencakup pengembangan sebuah pengertian umum dan pemecahan sebuah masalah menjadi submasalah. Pernyataan misi untuk proyek, daftar kebutuhan pelanggan dan spesifikasi produk awal merupakan input yang ideal untuk proses penyusunan konsep, meskipun seringkali bagian-bagian ini masih diperbaiki pada saat tahapan penyusunan konsep, meskipun seringkali bagian-bagian ini masih diperbaiki pada saat tahapan penyusunan konsep dimulai. Idealnya tim telah dilibatkan dalam

pengidentifikasian kebutuhan pelanggan dan menyusun target spesifikasi produk. Anggota tim yang tidak terlibat dalam tahapan terdahulu itu harus mengenal proses-proses yang digunakan dan hasil-hasilnya sebelum kegiatan penyusunan konsep dimulai. Dekomposisi Sebuah Masalah Kompleks Menjadi Sub-Submasalah Yang Lebih Sederhana Banyak tantangan desain yang terlalu kompleks untuk dipecahkan menjadi sebuah masalah tunggal, dapa dibagi menjadi beberapa submasalah yang lebih sederhana. Membagi sebuah masalah menjadi submasalah yang ebih sederhana disebut dekomposisi masalah. Langkah pertama dalam mendekomposisikan sebuah masalah secara fungsional adalah menggambarkannya sebagai sebuah kotak hitam yang berhubungan dengan bahan, energi, dan aliran sinyal. Kotak hitam ini menggambarkan keseluruhan fungsi produk. Langkah berikutnya dalam dekomposisi fungsi adalah membagi kotak hitam tunggal menjadi subfungsi untuk membuat sebuah gambaran yang lebih spesifikasi dari apa yang mungkin dikerjakan oleh elemen produk untuk menerapkan keseluruhan fungsi produk. Setiap subfungsi dapat dibagi lebih jauh menjadi subfungsi yang lebih sederhana lagi. Proses pembagian ini berulang hingga anggota im setuju bahwa setiap subfungsi telah cukup sederhana untuk dikerjakan. Sebuah prosedur aturan yang baik adalah membuat antara 3 sampai 10 subfungsi dalam diagram. Memfokuskan Usaha Awal Pada Submasalah Kritis

Tujuan dari semua teknik dekomposisi ini adalah untuk membagi sebuah masalah kompleks menjadi sederhana sehingga dapat ditangani dengan lebih terfokus. Langkah 2. Pencarian Secara Eksternal Pencarian eksternal bertujuan untuk menemukan pemecahan keseluruhan masalah dan submasalah yang ditemukan selama langkah memperjelas masalah. Walaupun pencarian eksternal ditempatkan sebagai langkah kedua dalam metode penyusunan konsep, pengurutan ini tidak kaku, karena pencarian eksternal terjadi secara terus-menerus selama proses pengembangan. Pencarian eksternal untuk menghasilkan solusi pada pokoknya merupakan proses pengumpulan informasi. Sedikitnya terdapat 5 cara yang baik untuk mengumpulkan informasi dari sumber eksternal yaitu : mewawancara pengguna utama, konsultasi dengan pakar, pencarian paten, pencarian literatur dan menganalisis (banchmarking) pesaing. Langkah 3. Pencarian Secara Eksternal Pencarian internal merupakan penggunaan pengetahuan dan kreativitas dari tim dan pribadi untuk menghasilkan konsep solusi. Pencarian bersifat internal dalam arti semua pemikiran yang timbul dari langkah ini dihasilkan dari ilmu pengetahuan yang sudah ada dalam tim. Kita menemukan perunya menentukan pencarian internal sebagai proses untuk menemukan sebuah informasi potensial yang berguna dari ingatan seseorang dan kemudian mengadaptasikan informasi pada masalah yang dihadapi. Proses ini dapat dilaksanakan secara individual atau oleh sebuah grup dari orang-orang yang bekerja bersamaan. Langkah 4. Menggali Secara Sistematis Sebagai hasil dari kegiatan pencarian secara eksternal dan internal, tim telah mengumpulkan puluhan atau ratusan penggalan konsep, yaitu yang merupakan solusi untuk sub-submasalah. Penggalian sistematik ditunjukkan untuk

mengarahkan ruang lingkup kemungkinan dengan mengatur dan mengumpulkan penggalan solusi ini. Terdapat 2 alat spesifikasi untuk mengatur kerumitan dan mengatur pemikiran tim yakni : pohon klasifikasi konsep dan tabel kombinasi konsep. Pohon klasifikasi membantu tim membagi beberapa penyelesaian yang

mungkin menjadi kelompok yang independen. Tabel kombinasi memandu tim dalam mempertimbangkan secara efektif kombinasi setiap penggalan. Berikut adalah contoh pohon klasifikasi dan tabel kombinasi.

Langkah 5. Merefleksikan Pada Hasil dan Proses Meskipun langkah refleksi diletakkan paling akhir, refleksi sebaiknya dilakukan pada keseluruhan proses. Pertanyaan yang akan ditanyakan mencakup : Adakah tim yakin bahwa solusi-solusi yang mungkin telah sepenuhnya digali? Adakah alternatif diagram fungsi? Adakah cara lain untuk mendekomposisikan masalah? Sudahkah sumber eksternal ditelusuri?

Sudahkan pemikiran tiap orang diterima dan digabungkan dalam proses? Sumber : Ulrich, Karl T., Eppinger, Steven D., 2001., Perancangan dan Pengembangan Produk

Anda mungkin juga menyukai