Anda di halaman 1dari 1

Arsitektur Indis sebagai Citra Kota Malang

Oleh : Christine N. Frans


Kota malang merupakan kota yang memiliki banyak keragaman gaya artistektur, namun yang paling mencolok dan menjadi trademark kota tua malang merupakan gaya arsitektur Indis. Gaya arsitektur indis merupakan hasil perkembangan dari rumah tradisional Hindia Belanda-Jawa yang diubah dengan penggunaan teknik, material batu, besi, dan genteng atau seng, dan tentu saja disesuaikan dengan iklim tropis Indonesia yang berbeda dari iklim negeri Belanda. Gaya arsitektur indis sekilas tampak seperti bangunan tradisional dengan atap berbentuk Joglo Limasan, dan utamanya digunakan pada gedung perkantoran dan rumah kedinasan milik pemerintah Belanda yang kemudian dijadikan suatu ketetapan sebagai gaya arsitektur yang harus diikuti dan ditaati. Kota Malang merupakan kota terbesar kedua di propinsi Jawa Timur yang telah lama berdiri sejak zaman kolonial Belanda. Pada zamannya, perencanaan kota Malang sering disebut sebagai salah satu hasil perencanaan kota kolonial yang terbaik di Hindia Belanda. Contoh bangunan kolonial Belanda di kota Malang adalah : Javasche Bank (sekarang Bank Indonesia disebelah utara alun-alun dibangun tahun 1915), Palace Hotel (sekarang hotel Pelangi terletak di sebelah selatan alun-alun dibangun tahun 1916), Kantor Pos dan Telegram (sekarang sudah dibongkar terletak di Jalan Basuki Rahmat dibangun antara tahun 1910-an). Bangunan kolonial yang terdapat di kota Malang saat ini merupakan hasil arsitektur kolonial yang dibangun pada masa sesudah tahun 1920. Gaya arsitektur kolonial modern setelah tahun 1920 di Hindia Belanda pada waktu itu sering disebut sebagai gaya Nieuwe Bouwen yang disesuaikan dengan iklim dan teknik bangunan di Hindia Belanda pada waktu itu. Sebagian besar menonjol dengan ciri-ciri seperti: atap datar, gewel horizontal, volume bangunan yang berbentuk kubus, serta warna cat putih. Meskipun gaya arsitektur yang ditunjukkan masih banyak dipengaruhi gaya arsitektur Belanda, tapi pada umumnya bentuk arsitektur bangunan sudah beradaptasi dengan iklim setempat. Hal ini dapat terlihat dari bentuk denah dengan menempatkan galery keliling bangunan dengan maksud supaya sinar matahari langsung dan tampias air hujan tidak langsung masuk jendela atau pintu. Adanya atap susun dengan ventilasi atap yang baik serta overstek yang cukup panjang untuk pembayangan tembok. Kini bangunan indis di kota Malang menjadi salah satu sumber penarik wisatawan berkat event Malang Tempoe Doloe dan karena nilai estetis dan historisnya yang tinggi, bangunan indis ini patut untuk dipertahankan sebagai salah satu pencitraan kota malang.

Anda mungkin juga menyukai