Anda di halaman 1dari 19

BAB I ELEKTRONIKA ANALOG DAN DIGITAL 1.1 Resistor 1.1.

1 Pengertian

Gambar 1.1 Resistor Resistor adalah komponen elektronik dua kutub yang didesain untuk menahan arus listrik dengan memproduksi tegangan listrik di antara kedua kutubnya, nilai tegangan terhadap resistansi berbanding dengan arus yang mengalir, berdasarkan hukum Ohm: Resistor digunakan sebagai bagian dari jejaring elektronik dan sirkuit elektronik, dan merupakan salah satu komponen yang paling sering digunakan. Resistor dapat dibuat dari bermacam-macam kompon dan film, bahkan kawat resistansi ( kawat yang dibuat dari paduan resistivitas tinggi seperti nikel-kromium ). Karakteristik utama dari resistor adalah resistansinya dan daya listrik yang dapat dihantarkan. Karakteristik lain termasuk koefisien suhu, desah listrik, dan induktansi. Resistor dapat diintegrasikan kedalam sirkuit hibrida dan papan sirkuit cetak, bahkan sirkuit terpadu. Ukuran dan letak kaki bergantung pada desain sirkuit, kebutuhan daya resistor harus cukup dan disesuaikan dengan kebutuhan arus rangkaian agar tidak terbakar.

1.1.2 Kode Warna Resistor


Tabel 1.1 Kode Warna Resistor
Warna Hitam Coklat Merah Orange Kuning Hijau Biru Ungu Abu - abu Putih Emas Perak 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Gelang 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Gelang 2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Gelang 3 Multiplier Gelang 4 1 Ohm 10 Ohm 100 Ohm 1000 Ohm 10000 Ohm 100000 Ohm 1000000 Ohm 10000000 Ohm 100000000 Ohm 1000000000 Ohm 0,1 Ohm 0,01 Ohm 5% 10 % 0,5 % 0,25 % 0,10 % 0,05 % 1% 2% Toleransi Gelang 5

1.1.3 Rangkaian Pada Resistor


Resistor mempunyai 3 macam rangkaian yaitu : a. Rangkaian seri b. Rangkaian paralel c. Rangkaian campuran

A. Rangkaian Seri Resistor

Gambar 1.2 Rangkaian Seri Resistor RTS = R1 + R2 + R3 ........... Rn RTS = Resistor Total Seri RN = Jumlah Resistor
2

Dari Gambar Rangkaian Seri Di Atas , Nilai Totalnya : RTS = R1 + R2 + R3

B. Rangkaian Paralel

Gambar 1.3 Rangkaian Paralel Resistor


1/RTP = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 + ......... 1/Rn RTP = Resistor Total Paralel Rn = Jumlah Resistor Dari Gambar Rangkaian Diatas , Nilai Totalnya : 1/RTS = 1/R1 + 1/R2 Khusus untuk paralel 2 buah resistor berlaku juga rumus = R1 x R2 R1 + R2

C. Rangkaian Campuran Resistor

Rangkaian campuran adalah suatu rangkaian yg terdiri dari rangkaian seri dan pararel. Untuk menghitung resistor totalnya, cari R total pararel terlebih dahulu, kemudian rangkaian seri-nya.

Gambar 1.4 Rangkaian Campuran Resistor


Dari gambar rangkaian diatas ,hitung terlebih dahulu RTP
3

1/RTP = 1/R2 + 1/R3 Jika sudah , rangkaian berubah seperti gambar dibawah

Gambar 1.5 Rangkaian Campuran R1,RTP Resistor Maka R total nya RT = R1 + RTP

1.1.4 Jenis-jenis Resistor


Resistor mempunyai beberappa jenis yaitu : a. PTC ( Positive Temperature Coefficient ) b. NTC ( Negatif Temperature Coefficient ) c. LDR ( Light Depending Resistor )

A. PTC ( Positive Temperature Coefficient )

Gambar 1.6 Resistor PTC PTC termasuk jenis thermistor , nilai tahanan nya dipengaruhi oleh suhu . resistansinya besar pada saat suhu panas dan kecil apanbila suhu dingin . Contoh :

pada pesawat TV PTC biasanya digunakan untuk memberikan suplay tegangan pada kumparan degausing ( degausing cool )

B. NTC ( Negative Temperature Coefficient )

Gambar 1.7 Resistor NTC NTC juga termasuk jenis thermistor, yaitu nilai tahanan nya di pengaturuhi oleh suhu , tetapi NTC itu kebalikan dari PTC yaitu nilai tahanan nya kecil apabila suhu panas dan besar apabila suhu dingin.

C. LDR ( Light Depending Resistor )

Gambar 1.8 Resistor LDR


5

LDR merupakan jenis resistor yang peka tehadap cahaya atau biasa disebut dengan fotoresistor , nilai resistansinya akan menurun jika ada penambahan intensitas cahaya yang mengenainya. Fotoresistor di buat semikonduktor beresistansi tinggi . jika cahaya mengenainya memiliki frekuensi yang cukup tinggi .

1.1.5 Satuan Resistor


Satuan resistor adalah Ohm dengan simbol . Simbol: adalah satuan SI untuk resistansi listrik, diambil dari nama George Ohm. Satuan yang digunakan : Ohm = Kilo Ohm = K Mega Ohm = M K = 1.000 M = 1.000.000 R33 = 0,33 Ohm 2R2 = 2,2 Ohm 1,5K = 1,5 Kilo Ohm (1.500 Ohm) 4K7 = 4,7 Kilo Ohm (4.700 Ohm) 4M7 = 4,7 Mega Ohm

1.2 KAPASITOR 1.2.1 Pengertian

Gambar 1.9 Kapasitor Kondensator atau sering disebut sebagai kapasitor adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi di dalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan internal dari muatan listrik. Kondensator memiliki satuan yang disebut Farad dari nama Michael Faraday. Kondensator juga dikenal sebagai "kapasitor", namun kata "kondensator" masih dipakai hingga saat ini. Pertama disebut oleh Alessandro Volta seorang ilmuwan Italia pada tahun 1782 (dari bahasa Itali condensatore), berkenaan dengan kemampuan alat untuk menyimpan suatu muatan listrik yang tinggi dibanding komponen lainnya. Kebanyakan bahasa dan negara yang tidak menggunakan bahasa Inggris masih mengacu pada perkataan bahasa Italia "condensatore", bahasa Perancis condensateur, Indonesia dan Jerman Kondensator atau Spanyol Condensador.

1.2.2 Kode Warna Kapasitor


Tabel 1.2 Kode Warna Kapasitor Warna
Hitam Coklat Merah Orange Kuning Hijau Biru Ungu Abu - abu Putih

Warna 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Warna 2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0

Warna 3 10 100 1000 10000 100000 1000000 10000000 100000000 -

Warna 4 20 % 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8%

Warna 5 100 V 250 V 400 V -

1000000000 10%

1.2.3 Kode Angka Kapasitor


Tabel 1.3 Kode Angka Transistor Angka ke 1 Angka ke 2
7

Angka ke 3

Karakter 4

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 2 3 4 5 6 7 8 9

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

0 10 100 1000 10000 100000 1000000 10000000 100000000 1000000000

F=1% G=2% H=3% J = 5% K = 10 % M = 20 % -

1.2.4 Satuan Kapasitor


microFarads (F) 0.000001F = 0.00001F 0.0001F 0.001F 0.01F 0.1F 1F 10F 100F = = = = = = = = nanoFarads (nF) 0.001nF 0.01nF 0.1nF 1nF 10nF 100nF 1000nF 10,000nF 100,000nF = = = = = = = = = picoFarads (pF) 1pF 10pF 100pF 1000pF 10,000pF 100,000pF 1,000,000pF 10,000,000pF 100,000,000pF

1 F = 1 Farad = 1.000.000 Mikro Farad = 10^6 uF 1 uF = 1000 nF = 100 KpF 1 uF = 1.000.000 pico Farad = 10^6 pF

1.2.5 Rangkaian Pada Kapasitor


Ada dua macam rangkaian pada kapasitor, yaitu : a. Rangkaian seri
8

b. Rangkaian paralel

A. Rangkaian Seri Kapasitor


C1 C2 C3

Gambar 1.10 Rangkaian Seri Kapasitor 1/Ct = 1/C1 + 1/C2 + 1/C3 + ...........+ 1/Cn 1/Ct = 1/C1 + 1/C2 + 1/C3 C1, C2, C3 = kapasitansi setiap komponen Cn = kapasitansi pada n buah komponen

B. Rangkaian Paralel Kapasitor


C1 C2 C3

Gambar 1.11 Rangkaian Paralel Kapasitor Ct = C1 + C2 + C3 + .......... +Cn Ct = C1 + C2 + C3 C1, C2, C3 = kapasitansi setiap komponen Cn = kapasitansi pada n buah komponen

1.2.6 Jenis-jenis Kapasitor


Berdasarkan kegunaannya kapasitor dibagi dalam: a. Kondensator tetap (nilai kapasitasnya tetap tidak dapat diubah) b. Kondensator elektrolit (Electrolite Condenser = Elco) c. Kondensator variabel (nilai kapasitasnya dapat diubah-ubah)

1.3 Transistor 1.3.1 Pengertian

Gambar 1.12 Transistor Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau sebagai fungsi lainnya. Transistor dapat berfungsi semacam kran listrik, dimana berdasarkan arus inputnya (BJT) atau tegangan inputnya (FET), memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat dari sirkuit sumber listriknya. Transistor throughhole (dibandingkan dengan pita ukur sentimeter). Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal, yaitu Basis (B), Emitor (E) dan Kolektor (C). Tegangan yang di satu terminalnya misalnya Emitor dapat dipakai untuk mengatur arus dan tegangan yang lebih besar daripada arus input Basis, yaitu pada keluaran tegangan dan arus output Kolektor. Transistor merupakan komponen yang sangat penting dalam dunia elektronik modern. Dalam rangkaian analog, transistor digunakan dalam amplifier (penguat). Rangkaian analog melingkupi pengeras suara, sumber listrik stabil (stabilisator) dan penguat sinyal radio. Dalam rangkaian-rangkaian digital, transistor digunakan sebagai saklar berkecepatan tinggi. Beberapa transistor juga dapat dirangkai sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai logic gate, memori dan fungsi rangkaian-rangkaian lainnya.

1.3.2 Jenis-Jenis Transistor


Berikut ini adalah beberapa jenis transistor a. Transistor NPN b. Transistor PNP
10

A. Transistor NPN
Transistor NPN ( katoda anoda katoda / kaki anoda yang disatukan ) Transisotr NPN adalah satu dari 2 tipe BJT, dimana Huruf P dan N menunjukan muatan mayoritas pada daerah yang berbeda dalam transistor. Transistor NPN terdiri dari selapis semikonduktor tipe-p di antara dua lapisan tipe-n. Arus kecil yang memasuki basis pada tunggal emitor dikuatkan di keluaran kolektor. Dengan kata lain, transistor NPN hidup ketika tegangan basis lebih tinggi daripada emitor. Tanda panah dalam simbol diletakkan pada kaki emitor dan menunjuk keluar ( arah aliran arus konvensional ketika peranti dipanjar maju ).

Gambar 1.13 Transistor NPN Prinsip kerja transistor NPN adalah arus akan mengalir dari kolektor ke emitor jika basisnya dihubungkan ke ground . Arus yang mengalir dari basis harus lebih kecil daripada arus yang mengalir dari kolektor ke emitor, oleh sebab itu maka ada baiknya jika pada pin basis dipasang sebuah resistor.

B. Transistor PNP
Transistor PNP (anoda katoda anoda / kaki katoda yang disatukan). Jenis lain dari BJT adalah PNP. Transistor ini terdiridari selapis semikonduktor tipe-n di antara dua lapis semkonduktor tipe p. Arus kecil yang meninggalkan basis pada tunggal editor dikuatkan pada keluaran kolektor.

11

Gambar 1.14 Transistor PNP Dengan kata lain, transistor PNP hidup ketika basis lebih rendah daripada emitor . tanda panah pada simbol diletakkan pada emitor dan menunjuk kedalam. Prinsip kerja dari transistor ini adalah arus akan mengalir dari emiter menuju ke kolektor jika pin basis dihubungkan ke sumber tegangan ( diberi logika 1 ). Arus yang mengalur ke basis harus lebih kecil daripada arus yang mengalir dari emitor ke kolektor, oleh sebab itu maka ada baiknya jika pada pin basis dipasang sebuah resistor.

1.4 Avometer 1.4.1 Pengertian


Avometer berasal dari kata AVO dan meter, A artinya ampere, untuk mengukur arus listrik, V artinya voltase, untuk mengukur voltase atau tegangan, O artinya ohm, untuk mengukur ohm atau hambatan. Avometer sering disebut juga dengan Multimeter atau Multitester. Secara umum, pengertian dari avometer adalah suatu alat untuk mengukur arus, tegangan, baik tegangan bolak-balik ( AC ) maupun tegangan searah ( DC ) dan hambatan listrik.

1.4.2 Jenis-jenis Avometer A. Avometer Analog

12

Gambar 1.15 Avometer Analog Avometer Analog menggunakan jarum sebagai penunjuk skala. Untuk memperoleh hasil pengukuran, maka harus dibaca berdasarkan range atau divisi. Keakuratan hasil pengukuran dari Avometer analog ini dibatasi oleh lebar dari skala pointer, getaran dari pointer, keakuratan pencetakan gandar, kalibrasi nol, jumlah rentang skala. Dalam pengukuran menggunakan Avometer Analog, kesalahan pengukuran dapat terjadi akibat kesalahan dalam pengamatan (paralax).

B. Avometer Digital

Gambar 1.16 Avometer Digital Avometer digital tidak sama halnya dengan Avometer analog yang menggunakan jarum. Avometer digital menggunakan display yang langsung dapat menampilkan hasil pengukuran berupa angka-angka. Karena tidak menggunakan jarum, Avometer
13

digital ini bentuk fisiknya lebih kecil daripada Avometer analog dan tidak perlu melakukan kalibrasi lagi sebelum melakukan pengukuran. Selain itu, ketelitian di dalam pengukurannya juga jauh lebih bagus daripada Avometer analog. Avo meter digital terlihat pada gambar di bawah ini.

1.4.3 Cara Kerja Avometer


Berikut ini adalah cara kerja dari avometer : a. Di dalam AVO meter terdapat kumparan tembaga yang di letakkan di antara dua kutub magnet yaitu N dan S seperti pada gambar 4 di atas. b. Dalam kumparan tersebut terdapat jarum penunjuk atau jarum meter yang akan bergerak menunjukkan skala tertentu apabila dua ujung kumparan tersebut dialiri arus listrik c. Pada penghubungan alat ukur dengan sumber, arus mengalir pada kumparan A dan B dan menghasilkan torsi yang berlawanan. Apabila frekuensi sumber tinggi,arus melalui kumparan A lebih besar sementra yang melewati kumparan B lebih kecil karena peningkatan reaktansi yang terjadi oleh LB. Sehingga medan magnet kumparan A lebih besar dibandingkan medan kumparan B

1.4.4 Cara Penggunaan Avometer


Berikut adalah cara menggunakan avometer : a. Tancapkan Probe pada tempatnya b. Pastikan jarum menunjuk angka 0 ( nol ) c. Atur range sesuai dengan apa yang akan diukur d. Pasangkan ujung kabel pada benda yang akan diukur e. Lihat hasil pengukuran dijarum

1.4.5 Cara Mengukur Dengan Avometer 1.4.5.1 Cara Mengukur Hambatan


Putar saklar jangka pada posisi OHM, kemudian kalibrasi dengan cara ujung kabel penyidik merah dan hitam disentuhkan dan lakukan zero setting (jarum menunjuk
14

pada angka nol ) dengan cara putar sekrup tombol nol dan putar tombol kontrol nol, sedang jangkah kita posisikan pada x10, maka hasil pengukurannya, jarum penunjuk x10

1.4.5.2 Cara Mengukur Tegangan DC


Perkirakan tegangan yang diukur , diletakkan saklar jangkah pada skala yang lebih tinggi. Penyidik merah pada positif dan hitam pada negative. Hasil pengukurannya ditunjukkan oleh jarum penunjuk.

1.4.5.3 Cara Mengukur Tegangan AC


Seperti halnya pada pengukuran tegangan DC, perkiraan tegangan yang akan diukur, diletakkan pada skala yang lebih tinggi jika tidak diketahui pasang jangkah pada posisi sklata tertinggi agar avometer tidak rusak. Pada umumnya avometer hanya dapat mengukur arus berbentuk sinus dengan frekuensi antara 30 Hz 30 KHz. Hasil pengukuran adalh tegangan efektif (Veff)). Hasil pengukuran akan ditunjukkan oleh jarum penunjuk.

1.4.5.4 Cara Mengukur Resistor Tetap


Berikut ini adalah cara mengukur resistor tetap dengan menggunakan avometer : a. Putar saklar pemilih pada posisi ohm meter b. Tempelkan probe masing masing pada kawat resistor c. Usahakan saklar pemilih pada posisi ohm paling besar ( putar saklar pemilih dari yang besar sampai yg kecil , sampai hasil muncul ) d. Perhatikan jarum pada papan skala.

1.4.5.5 Cara Mengukur Resistor Variabel


Berikut ini adalah cara mengukur resistor variabel dengan menggunakan avometer : a. Atur saklat pemilih pada ohm meter pada posisi x1 atau x10 b. Lalu tempelkan probe merah pada B dan probe hitam pada C

15

Gambar 1.17 Mengukur Resistor Variabel Dengan Avometer c. Hasil akan ditunjukkan pada papan skala

1.4.5.6 Cara Mengukur Transistor PNP


Berikut ini adalah cara mengukur transistor PNP dengan menggunakan avometer : a. Atur saklar pemilih pada posisi ohmmeter. b. Pilih skala batas ukur 1k c. Hubungkan probe merah (+) pada basis dan probe hitam (-) pada kolektor. d. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20k) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-C. e. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe hitam (-) pada basis dan probe merah (+) pada kolektor. f. Jika jarum multimeter tidak bergerak berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-C. g. Hubungkan probe merah (+) pada basis dan probe hitam (-) pada emitor. h. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20k) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-E. i. j. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe hitam (-) pada basis dan probe merah (+) pada emitor. Jika jarum multimeter tidak bergerak berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-E. k. Hubungkan probe hitam (-) pada emitor dan probe merah (+) pada kolektor. l. Jika jarum multimeter tidak bergerak berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus C-E.
16

Gambar 1.18 Mengukur Transistor PNP Dengan Avometer

1.4.5.7 Cara Mengukur Transistor NPN


Berikut adalah cara mengukur transistor NPN dengan menggunakan avometer : a. Atur Selektor pada posisi ohmmeter. b. Pilih skala batas ukur 1K c. Hubungkan probe hitam (-) pada basis dan probe merah (+) pada kolektor . d. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20k) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-C. e. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe merah (+) pada basis dan probe hitam (-) pada kolektor. f. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-C. g. Hubungkan probe hitam (-) pada basis dan probe merah (+) pada emitor. h. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20k) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-E. i. j. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe merah (+) pada basis dan probe hitam (-) pada emitor. Jika jarum multimeter tidak bergerak berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-E.
17

k. Hubungkan probe merah (+) pada emitor dan probe hitam (-) pada kolektor. l. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus C-E.

Gambar 1.19 Mengukur Transistor NPN Dengan Avometer

1.4.5.8 Cara Mengukur Transitor FET


Berikut ini adalah cara mengukur transistor FET dengan menggunakan avometer a. Temukan gate, drain dan source pin b. Kemudian atur saklar pemilih pada ohm meter x100 c. Lalu letakkan probe hitam pada source dan probe merah d. Hasil pengukuran dapat dilihat pada papan skala

1.4.5.9 Cara Mengukur Transistor UJT


Berikut ini adalah cara mengukur transistor UJT dengan menggunakan avometer : a. Atur saklar pemilih pada 10 VDC b. Dan posisi potensio pada minimum c. Tegangan harus kecil. Setelah potensio diputar pelan-pelan jarum naik sampai posisi tertentu dan kalau diputar terus jarum tetap disitu.

18

d. Bila jaum diputar pelan-pelan ke arah minimum lagi, pada suatu posisi tertentu tiba-tiba jarum bergerak ke kiri dan bila putaran potensio diteruskan sampai minimum jarum tetap disitu.

1.4.5.10 Mengukur Kondensator Elektrolit ( Elco )


Berikut ini adalah cara mengukur kondensator elektrolit dengan menggunakan avometer : a. Atur saklar pemilih pada posisi ohmmeter. b. Pilih skala batas ukur x1 untuk nilai elko diatas 1000 uF, x10 untuk untuk nilai elco diatas 100 uF-1000 uF, x100 untuk nilai elco 10 uF-100 uF dan x 1k untuk nilai elco dibawah 10 uF. c. Hubungkan probe hitam (-) pada kaki (+) elco dan probe merah (+) pada kaki (-) elco. d. Hasil akan muncul pada papan saklar

1.4.5.11 Cara Mengukur kondensator variabel ( Varco )


Berikut ini adalah cara mengukur kondensator variabel dengan menggunakan avometer : a. Pertama-tama atur saklar pemilh pada posisi ohm meter b. Hubungkan probe hitam dan probe merah pada masing-masing kaki c. Maka hasil akan muncul pada papan saklar

19

Anda mungkin juga menyukai