Anda di halaman 1dari 10

KONDISI DAN POTENSI Kota Bogor adalah salah satu kota yang berada dibawah wilayah administratif Propinsi

Jawa Barat dan hanya berjarak lebih kurang 50 Km dari pusat pemerintahan Indonesia, Jakarta. Kota dengan luas 11.850 Ha ini dihuni lebih dari 820.707 jiwa yang tersebar di enam kecamatan, 68 kelurahan, yang dibatasi oleh Kabupaten Bogor: Wilayah Kecamatan Kemang,Kecamatan Bojong Gede dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor Wilayah Kecamatan Darmaga dan Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor Wilayah Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Wilayah Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor

Sebelah Utara Sebelah Barat Sebelah Timur Sebelah Selatan

Kota Bogor terletak pada ketinggian antara 190 sampai dengan 350 meter diatas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 4.000 mm/tahun. Tingginya curah hujan di Kota Bogor menyebabkan mendapat julukan Kota Hujan, dan terkadang salah diartikan juga sebagai daerah pengirim banjir ke Jakarta melalui dua sungai besar, yaitu Sungai Ciliwung dan Sungai Cisadane. Secara administratif Kota Bogor dikelilingi oleh Kabupaten Bogor dan sekaligus menjadi pusat pertumbuhan Bogor Raya dan secara geografis dikelilingi oleh bentangan pegunungan, mulai dari Gunung/Pegunungan Pancar, Megamendung, Gunung Gede, Gunung Pangrango, Gunung Salak dan Gunung Halimun yang menyerupai huruf U. Berdasarkan Perda No 1 Tahun 2000 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (Tahun 19992009) Fungsi Kota Bogor adalah : 1. Sebagai Kota Perdagangan 2. Sebagai Kota Industri 3. Sebagai Kota Permukiman 4. Wisata Ilmiah 5. Kota Pendidikan Dalam konteks Regional Kota Bogor adalah: 1. Kabupaten Bogor, bahwa Kota Bogor sebagai pusat pengembangan di Wilayah VII yang melayani areal Kota Bogor dan areal sekitar Kota Bogor 2. Jabodetabek, bahwa Kota Bogor merupakan kota yang diarahkan untuk menampung 1,5 juta jiwa pada tahun 2009. 3. Negara, Kota Bogor merupakan kota yang menampung kegiatan yang jenuh di ibu kota. Dalam Konteks Internasional Kota Bogor merupakan pusat kegiatan-kegiatan Internasional konferensi-konferensi antara lain seperti Jakarta Informal Meeting untuk APEC yang dihadiri oleh para pemimpin negara dari Asia Pacific termasuk Amerika Serikat. Dengan demikian Kota Bogor harus menyiapkan dirinya menjadi kota Jasa yang siap melayani

kebutuhan-kebutuhan , event-event nasional /Internasional yang akan dan bisa diselenggarakan di Kota Bogor. Pelayanan yang ekstra bagi pemenuhan kebutuhan warga, juga menjadi tuntutan utama karena semakin berkembang dan beragamnya kebutuhan seluruh warga terhadap barang dan jasa. Implikasi dari semua ini adalah meningkatnya kebutuhan pengadaan sarana transportasi masyarakat Kota, timbulnya kemacetan, meningkatnya jumlah pedagang kaki lima secara berlebihan, rusaknya tata kota, semakin menurunnya kualitas kebersihan kota sebagai akibat dari kelebihan penduduk dan segala aktivitasnya yang melebihi daya dukung lingkungan. Dengan posisinya yang strategis sebagai salah satu penyangga ibukota serta kondisi alamnya yang relatif lebih nyaman dibanding kota penyangga lainnya, menjadikan kota Bogor menjadi pilihan bagi penduduk baik yang datang dari sekitar Bogor maupun para perantau dari daerah-daerah lainnya yang menjadikan Bogor atau Jakarta sebagai sumber mencari mata pencaharian. Kondisi tersebut memberikan dampak yang luas bagi Kota Bogor baik dalam tatanan kependudukan, kemasyarakatan maupun perekonomian, dan kondisi lainnya. 2.2.1. Topografi Kota Bogor merupakan daerah perbukitan bergelombang dengan ketinggian yang bervariasi antara 190 s/d 350 m diatas permukaan laut dengan kemiringan lereng berkisar 0-2% (datar) seluas 1.763,94 Ha, 2 - 15 % (landai) seluas 8.091,27 Ha, 15 - 25 % (agak curam) seluas 1.109,89 Ha, 25 - 40 % (curam) seluas 764,96 Ha, dan > 40 % (sangat curam) seluas 119,94 Ha. Berikut disajikan Tabel 2.1 kemiringan lereng berdasarkan luas lahan di Kota Bogor sebagai berikut : Tabel 2.1 Kemiringan Lereng Berdasarkan Luas Lahan KEMIRINGAN LERENG (Ha) KECAMATAN 0-2% 2 - 15 % 15 - 25 25 - 40 % > 40 % SANGAT CURAM 0,50 10,00 89,24 9,55 10,65 119,94 1.772 1.015 3.081 813 3.285 1.884 11.850 JUMLAH

DATAR LANDAI AGAK CURAM CURAM Bogor Utara Bogor Timur Bogor Selatan Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sareal JUMLAH 137,85 182,30 169,10 125,44 618,40 530,85 1.763,94 1.565,65 722,70 1.418,40 560,47 2.502,14 1.321,91 8.091,27 56.00 1.053,89 1.109,89 ,68,00 44,00 350,37 117,54 153,81 31,24 764,96

Sumber : Data Pokok Pembangunan Kota Bogor Tahun 2003

2.2.3. Geologi Secara umum Kota Bogor ditutupi oleh batuan Vulkanik yang berasal dari endapan (batuan sedimen) dua gunung berapi, yaitu Gunung Pangrango (berupa satuan breksi tupaan/kpbb) dan Gunung Salak (berupa aluvium/Kal dan kipas aluvium/kpal). Lapisan batuan ini berada agak dalam dari permukaan tanah dan jauh dari daerah aliran sungai. Endapan permukaan umumnya berupa aluvial yang tersusun oleh tanah, pasir dan kerikil, hasil dari pelapukan endapan, hal ini baik untuk vegetasi. Dari struktur geologi tersebut, maka Kota Bogor memiliki jenis Aliran Andesit seluas 2.719,61 Ha, Kipas Aluvial seluas 3.249,98 Ha, Endapan 1.372,68 Ha. Tufaan 3.395,75 Ha dan Lanau Breksi Tufan dan Capili seluas 1.112,56 ha. 2.2.4. Penggunaan Lahan Pola penggunaan lahan identik dengan struktur penggunaan lahan dimana wilayah Kota Bogor memiliki luas 11.850 Ha. Dari luas wilayah tersebut terdistribusi kedalam lahan permukiman seluas 8.296,63 Ha atau 70,01 % dan pada umumnya wilayah permukiman ini berkembang secara linier mengikuti jaringan jalan yang ada, sehingga berpotensi dalam menambah laju tingkat perkembangan wilayah Kota Bogor. Penggunaan lahan untuk pertanian baik sawah maupun ladang seluas 1.288,66 Ha atau 10,87 % dan penggunaan kebun campuran mencapai 154,55 Ha atau 1,30 %. Sedangkan penggunaan lahan untuk hutan kota seluas 141,50 Ha atau 1,19 %, dan sisanya untuk kegiatan lainnya seperti fasilitas sosial, perdagangan dan jasa, perkantoran, kuburan, taman dan lapangan olah raga lokasi menyebar di Wilayah Kota Bogor.

KONDISI GEOGRAFIS KOTA BOGOR Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27% dari luas propinsi Jawa Barat. Kota Bogor ini terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu Kecamatan Bogor Selatan, Bogor Utara, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Tengah dan Tanah Sareal, yang meliputi 68 Kelurahan. Ciriciri daerah perkotaan adalah kepadatan penduduk per kilometer persegi sangat tinggi diatas 5.000 jiwa/km2, untuk Kota Bogor rata-rata per kilometer ditempati sebanyak 6.662 jiwa penduduk. Kepadatan tertinggi ada di kecamatan Bogor Tengah yaitu sebesar 11.770 jiwa/km2 dan terendah ada di kecamatan Bogor Selatan 5.019 jiwa/km2. Kota Bogor terletak diantara 106 480 BT dan 6 360 LS serta mempunyai ketinggian rata rata minimal 190 meter, maksimal 350 meter, kemiringan lereng antara 0-3%, 4-15%, 16-30% dan diatas 40% dengan jarak dari Ibu Kota kurang lebih 60 Km, dikelilingi Gunung Salak, Gunung Pangrango dan Gunung Gede. Kota Bogor berpenduduk 820.707 jiwa dengan komposisi 419.252 Laki- laki dan perempuan 401.455 jiwa, dikenal dengan sebutan Kota Hujan karena memiliki curah hujan yang tinggi yaitu berkisar 3.500 4.000 milimeter pertahunnya. Secara umum Kota Bogor ditutupi oleh batuan vulkanik yang berasal dari endapan (batuan sedimen) dua gunung berapi, yaitu gunung Pangrango (berupa satuan breksi tupaan/kpbb) dan Gunung Salak (berupa aluvium/kal dan kipas aluvium/kpal). Lapisan batuan ini berada agak dalam dari permukaan tanah dan jauh dari daerah aliran sungai. Endapan permukaan umumnya berupa aluvial yang tersusun oleh tanah, pasir dan kerikil hasil dari pelapukan

endapan yang baik untuk vegetasi. Dari struktur geologi tersebut, maka Kota Bogor memiliki daya dukung tanah yang berada antara 1,5 Kg/Cm2. Sebagai salah satu bagian dari propinsi Jawa Barat, Kota Bogor merupakan penyangga Ibu Kota Negara yang memiliki Asset Wisata Ilmiah yang bersifat Internasional (Kebun Raya). Pusat Kota Bogor terletak 100 Km disebelah Selatan dari Pelabuhan Sunda Kelapa yang pada jaman dahulu kala merupakan pelabuhan terpenting bagi Negara Pakuan Pajajaran yang pusatnya sekitar BatuTulis di Selatan Kota Bogor. Kota Bogor dengan ketinggian dari permukaan laut minimal 190 meter dan maksimal 330 meter, memiliki udara rata - rata setiap bulannya adalah 26oC dan suhu udara terendah 21,8o C, dengan kelembaban udara kurang lebih 70%. Sedangkan curah hujan cukup besar setiap tahunnya yaitu berkisar antara 3500-4000 mm dengan luas 4.992,30 Ha, antara 4000-4500 mm dengan luas 6.424,65 Ha, dan antara 4500-5000 mm dengan luas 433,05 Ha, terutama pada bulan Desember sampai dengan bulan Januari. Kota Bogor yang disebut sebagai Kota Hujan dialiri beberapa sungai yang permukaan airnya jauh dibawah permukaan Kota, yaitu Sungai Ciliwung, Cisadane, Cipakancilan, Cidepit, Ciparigi, dan Cibalok, maka boleh dikatakan secara umum Kota Bogor aman dari bahaya banjir. .2.4 Hidrologi Wilayah Kota Bogor dialiri oleh 2 (dua) sungai besar, yaitu Sungai Ciliwung dan Sungai Cisadane, dengan 7 (tujuh) anak sungai. Secara keseluruhan anak-anak sungai yang ada membentuk pola aliran paralel-subparalel sehingga mempercepat waktu mencapai debit puncak (time to peak) pada Sungai Ciliwung dan Cisadane sebagai sungai utamanya. Pada umumnya aliran sungai tersebut dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat Kota Bogor serta sumber air baku bagi Perusahaan Daerah Air Minum. Selain beberapa aliran sungai yang mengalir di wilayah Kota Bogor, terdapat juga beberapa mata air yang umumnya dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kebutuhan air bersih sehari-hari. Kemunculan mata air tersebut umumnya terjadi karena pemotongan bentuk lahan atau topografi, sehingga secara otomatis aliran air tanah tersebut terpotong. Kondisi tersebut bisa dilihat diantaranya ditebing Jalan Tol Jagorawi, pinggiran Sungai Ciliwung di Kampung Lebak Kantin, Babakan Sirna dan Bantar Jati dengan besaran debit bervariasi. 2.2.5. Klimatologi Jumlah curah hujan rata-rata di wilayah Kota Bogor berkisar antara 3.000 sampai 4.000 mm/tahun. Curah hujan bulanan berkisar antara 250 335 mm dengan waktu curah hujan minimum terjadi pada Bulan September sekitar 128 mm, sedangkan curah hujan maksimum terjadi di Bulan Oktober sekitar 346 mm. Temperatur rata-rata wilayah Kota Bogor berada pada suhu 260 C, temperatur tertinggi sekitar 30,40 C dengan kelembaban udara rata-rata kurang lebih 70 %. 2.2.6. Sarana Transportasi Jalan Prasarana transportasi darat berupa jalan di Kota Bogor berupa jalan meliputi jalan negara, jalan propinsi, jalan kota, dan jalan lingkungan sebagai berikut : a. Jalan Negara dengan ruas jalan sepanjang 30,199 km dari panjang jalan tersebut kondisinya pada tahun 2003 adalah baik 17,633 km, sedang 10,150 km, dan rusak 2,416 km. b. Jalan Propinsi dengan ruas jalan sepanjang 26,759 km, dengan kondisi baik 10,596 km, sedang 8,388 km dan rusak 7,775 km.

c. Jalan Kota dengan ruas jalan sepanjang 564,193 km, dengan kondisi baik 129,573 km, sedang 284,648 km, rusak 76,094 km dan rusak berat 73,878 km. d. Jalan Lingkungan dengan ruas jalan sepanjang 212,704 km yang tersebar di berbagai lingkungan permukiman. Sedangkan Sarana Transportasi darat berupa Angkutan Umum yang terdiri dari Angkutan Kota, Angkutan Perkotaan, AKDP dan AKAP sesuai dengan peraturan yang ada telah dialokasikan , dapat dilihat pada tabel 2.4 sebagai berikut Tabel 2.4 Jumlah Angkutan Umum Kota Bogor Tahun 2003 Jenis Jumlah Penanggung Alokasi Realisasi Trayek Jawab Perizinan (Unit) (Unit) Pemerintah Kota Bogor Propinsi Jawa Barat Propinsi Jawa Barat Departemen Perhubungan 3506 4612 330 1837 3271 4612 330 1837

Angkutan Kota 22 Perkotaan Perkotaan AKDP AKAP 10 40 172

Sumber Data : DLLAJ Kota Bogor Tahun 2003

Untuk melayani Angkutan umum tersebut Kota Bogor telah memiliki 2 buah Terminal yaitu Terminal Type A Baranangsiang dan 1 buah Terminal Type B Bubulak. Terminal Type A Baranangsiang seluas 22.100 m2 dapat menampung kendaraan sebanyak 102 unit untuk melayani kendaraan umum angkutan kota antar propinsi (AKAP) dan angkutan kota dalam propinsi (AKDP). Sedangkan Terminal type B Bubulak seluas 11.850 m2 untuk melayani 1.390 unit angkutan kota. Khusus untuk Bus Damri yang sejak tahun 1999/2000 telah melayani route Bandara Soekarno-Hatta s/d Bogor dimana frekuensi keberangkatannya setiap 1 jam telah menempati areal di parkir Bus Wisata. Untuk sarana transportasi lainnya berupa kereta api setiap harinya mampu mengangkut penumpang baik yang pergi dan datang ke Bogor rata-rata 49.364 jiwa. Untuk keberangkatan dimulai jam 04.30 wib s/d 21.00 wib dengan jumlah keberangkatan sebanyak 70 keberangkatan, sedangkan Kedatangan Kereta api dari Jakarta menuju Bogor dimulai jam 06.07 wib s/d 22.12 wib dengan jumlah kedatangan sebanyak 70 kedatangan. 2.2.7. Layanan Kebersihan Kota Bogor hingga saat ini tidak memiliki lahan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang berada dilingkungan wilayah administrasi sendiri, TPA Galuga yang dimiliki oleh Kota Bogor sebagai tempat pembuangan akhir sampah dari Kota Bogor dengan luas lahan 9,7 Ha dan mampu menampung timbunan sampah setiap harinya 1.325 m3/hari berada diwilayah Kabupaten Bogor. Pada Tahun 2005 ijin pemakaian TPA Galuga akan berakhir.

Selain TPA Galuga, Kota Bogor juga memiliki Mesin penghancur/pemusnah sampah berupa incenerator sebanyak 5 unit yang disebar pada 2 lokasi yaitu 2 unit di Pasar Bogor dengan kondisi baik atau berfungsi dan 3 unit di jalan Paledang dalam kondisi rusak. Kemampuan mesin incenerator tersebut adalah 40 m3/hari/unit. Kekuatan personil/tenaga kebersihan sebanyak 565 orang terdiri dari penyapu 295 orang dan pengangkutan 270 orang, ditunjang dengan sarana kebersihan seperti : Container 84 unit; Dump Truck 52 unit; Amroll Truk 17 unit; Landasan Container 17 buah; Bulldozer 2 unit; Whell Loader 1 unit; Track Loader 1 unit; Excavator 1 unit; Kijang Pick Up 6 unit; Cranedagger 2 unit; Sepeda Motor 6 unit; Mesin Potong Rumput 25 unit; Gergaji Mesin 3 unit; Mesin Pemangkas Pohon 1 unit; TPS Comunal 471 unit; Gerobak Sampah tersebar diwilayah 289 unit; Tangki Tinja 4 unit dan Tangki Air 3 unit. Timbunan sampah di Kota Bogor pada tahun 2003 mencapai 764.477 m3 atau setara dengan 2.124 m3/hari yang bersumber dari permukiman (1.340 m3/hari), pasar (282 m3/hari), pertokoan /restoran /hotel (149 m3/hari), fasilitas umum/sosial (95 m3/hari), sapuan jalan (159 m3/hari), dan industri (99 m3/hari). Sampah tersebut berada dalam keadaan tercampur dengan kandungan sampah organik mencapai 72% dan sisanya 28% merupakan sampah anorganik. Dari jumlah tersebut baru 68,60 % yang bisa terangkut setara dengan 524,500 m3atau setara dengan 1.457m3/hari. Pemusanahan sampah (waste disposal) dari sejumlah 1.457 m3/hari dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. 100 m3 (6,9%) dijadikan kompos b. 40 m3 (2,8%) dibakar di incenarator c. 1.297 m3 (90,3%) dibuang ke TPA dengan sistem kontrol landfill (sanitary tanpa penutupan tanah harian) Luas wilayah layanan baru mencapai 7.944 hektar dari 11.850 hekar luas Kota Bogor (67%). Dengan dukungan sarana dan prasarana yang tersedia, jumlah pengumpulan dan pengangkutan sampah ke TPA Galuga pada tahun 2004 meningkat sebesar 3,8 % (Tahun 2003 sebanyak 524.500 m3 dan pada Tahun 2004 menjadi 544.431 m3) dan rata-rata perharinya volume sampah yang terangkut juga mengalami peningkatan sebesar 3,8 % (Tahun 2003 sebanyak 1.457 m3/hari dan pada Tahun 2004 menjadi 1.492 m3/hari). 2.2.8. Penerangan Kota Kebutuhan Listrik Kota Bogor saat ini dilayani oleh 2 Gardu Induk, yaitu GI Cimahpar dan GI Cibinong. Dari luas wilayah Kota Bogor baru 35,38 % yang dapat dilayani PJU (Penerangan Jalan Umum). Pembangunan Penerangan jalan Umum kurun waktu 5 tahun telah mengalami peningkatan 58,64 % ( dari 2.643 titik menjadi 4.193 titik). Dari 4.193 titik Penerangan Jalan Umum di wilayah Kota Bogor yang telah terbangun/terpasang, terbagi menjadi Penerangan Jalan Umum (PJU), Lampu Hias/Taman dan Neon Sign. Penerangan Jalan Umum tersebar di jalan-jalan protokol dan perumahan. Hal ini dilakukan selain meningkatkan keindahan dan penerangan Kota di malam hari, juga dalam upaya meningkatkan keamanan lingkungan. 2.2.9. Lingkungan Hidup Berdasarkan hasil pemantauan polusi udara di Kota Bogor yang dipantau di 13 titik yaitu pertigaan Warung Jambu, pertigaan Tugu Kujang, pertigaan Pancasan, pertigaan Jembatan

Merah, di daerah Jembatan Merah, Ciawi, Dramaga, Terminal Bubulak, Jalan Baru Kemang, Ciluar, Taman Topi, Klenteng (Pasar Bogor) dan pertigaan Jalan Pengadilan Jl. Sudirman, menunjukkan semua parameter di setiap lokasi pada umumnya masih dibawah baku mutu lingkungan kecuali debu di lokasi Warung Jambu yaitu 288,60 g /Nm3 (BML = 230 g/Nm3 ), sedangkan tingkat kebisingan semua lokasi berada diatas baku mutu lingkungan berkisar antara 71,7 dbA (BML =60 dbA) . Sedangkan kualitas air sungai dan air situ di semua lokasi menunjukkan semua parameter masih dibawah baku mutu kecuali bakteri coli tinja yang sudah diatas baku mutu berkisar antara 14.000 jumlah /100ml-190.000 jumlah /100ml (BML=2000 jumlah/100ml). 2.2.10. Taman Kota Luas taman di Kota Bogor seluas 117.967 m2 terdiri dari Taman Kota 19.352 m2 (35 lokasi), Taman Jalur 17.183 m2 (24 lokasi) dan Jalur Hijau seluas 81.432 m2 (34 lokasi). Sementara itu dalam rangka melindungi lahan kritis, seperti bantaran sungai/situ ataupun jalur hijau, dilaksanakan penghijauan dari berbagai jenis pohon produktif ataupun tanaman keras. Dalam rangka mempercantik keindahan taman yang ada di Kota Bogor, Pemerintah Daerah Kota sudah melaksanakan pemeliharaan dan penataan taman kota yang meliputi pemasangan lempengan rumput di jalan Pajajaran (median tengah), pemasangan pagar taman, renovasi taman jalur Jalan Kapten Muslihat , penataan lapangan Indraprasta I dan II ,pemeliharaan taman seputar kebun raya,penataan Taman Empang, penataan Taman Kencana dan pemeliharaan penghijauan /pemangkasan pohon di seluruh Kota Bogor. 2.2.11 Kawasan Kumuh Kawasan kumuh adalah kawasan yang mempunyai ciri ciri antara lain kondisi prasarana dan sarana dasar yang kurang memadai, kondisi bangunan dan lokasi yang kurang layak serta kondisi sosial ekonomi penghuni yang rendah. Umumnya kawasan berada pada lokasi yang memiliki karakter di sepanjang bantaran sungai, tepian rel kereta api, sekitar areal pusat perdagangan, sekitar areal transisi (pinggiran kota), sekitar areal rawan banjir dan longsor serta areal kantong-kantong permukiman diantara rumah-rumah mewah (terjepit). Perbaikan lingkungan kawasan kumuh meliputi: a. Perbaikan segi fisik meliputi perbaikan dan peningkatan pelayanan prasarana dan sarana dan perbaikan kondisi bangunan. b. Perbaikan segi lokasi dan tata ruang. c. Perbaikan segi manusia yang tinggal dipermukiman tersebut. Kawasan kumuh pada Tahun 2003 seluas + 33,75 ha atau sebesar 81,38 % dari luas kawasan kumuh perkotaan sebesar 41,47 ha dengan penanganan aspek fisik, meliputi perbaikan prasarana dasar permukiman, seperti perbaikan/pembuatan jalan dan jembatan lingkungan, jalan dan jembatan setapak, MCK (Mandi, Cuci, Kakus), gorong-gorong, saluran penggelontoran, saluran jalan lingkungan, dan pembuatan talud serta pemugaran rumah tidak layak huni yang meliputi plesterisasi lantai rumah, pembuatan jendela, pembuatan lubang asap dapur, pembuatan sumur gali dan kakus. Bina manusia dan bina usaha merupakan penanganan aspek sumber daya manusia dan ekonomi yang dilakukan antara lain melalui pelibatan warga masyarakat setempat dalam kegiatan bina lingkungan sebagai salah satu upaya peningkatan pendapatan mereka. Selain itu dilakukan langkah-langkah penyuluhan, pembinaan, serta penyaluran bantuan modal usaha

yang mengarah pada upaya pemberdayaan masyarakat. Dengan adanya penanganan tersebut kawasan kumuh yang harus mendapat perhatian pada Tahun Anggaran 2004 tersisa seluas 7,72 ha. Secara umum kondisi tingkat kekumuhan di Kota Bogor saat ini sebagai berikut: 1. Tingkat kekumuhan kondisi prasarana dan sarana dasar, yaitu a. Sangat kumuh seluas 5,7 Ha sebanyak 3 lokasi. b. Kumuh seluas 10,58 Ha sebanyak 6 lokasi. c. Kumuh sedang seluas 156,18 Ha sebanyak 34 lokasi. d. Kumuh ringan seluas 52,85 Ha sebanyak 26 lokasi. 2. Tingkat kekumuhan kondisi bangunan, yaitu a. Kumuh seluas 3,81 Ha sebanyak 4 lokasi. b. Kumuh sedang seluas 64,15 Ha sebanyak 16 lokasi. c. Kumuh ringan seluas 86,69 Ha sebayak 38 lokasi. 3. Tingkat kekumuhan kondisi lokasi, yaitu a. Kumuh sedang seluas 34,89 Ha sebanyak 19 lokasi. b. Kumuh ringan seluas 148,70 Ha sebanyak 39 lokasi. 4. Tingkat kekumuhan kondisi kependudukan, yaitu a. Kumuh seluas 0,86 Ha sebanyak 2 lokasi. b. Kumuh sedang seluas 9,94 Ha sebanyak 12 lokasi. c. Kumuh ringan seluas 199,02 Ha sebanyak 50 lokasi. 5. Tingkat kekumuhan kondisi sosial ekonomi, yaitu a. Sangat kumuh seluas 43,12 Ha sebanyak 17 lokasi. b. Kumuh seluas 48,53 Ha sebanyak 21 lokasi. c. Kumuh sedang seluas 116,98 Ha sebanyak 22 lokasi. d. Kumuh ringan seluas 11,39 Ha sebanyak 7 lokasi. 2.3. Kondisi Perekonomian Indikator makro perekonomian diukur dari PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). PDRB Kota Bogor. Untuk tahun 2001 harga konstan sebesar Rp. 1.209.642,71 harga berlaku Rp. 2.954.164,95. Tahun 2002 harga konstan sebesar Rp. 1.279.881,96 harga berlaku sebesar Rp. 3.282.218,41, meningkat 6,07% menjadi sebesar Rp. 1.357.633,57 tahun 2003 berdasarkan harga konstan, sedangkan harga berlaku sebesar Rp. 3.645.650,79 meningkat 11,07%. Laju Pertumbuhan Ekonomi(LPE) Kota Bogor tahun 2003 sebesar 6,07 % mengalami peningkatan 0,29 % dari tahun 2002 yaitu sebesar 5,78 %. Peningkatan LPE tersebut, diperoleh dari kontribusi 9 (sembilan) sektor lapangan usaha. Sedangkan laju inflasi tahun 2003 sebesar 2,80 % lebih rendah 0,10 % dibandingkan laju inflasi tahun 2002. Menurunnya laju inflasi tersebut disebabkan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi yang berkorelasi atau berhubungan terhadap laju inflasi pada kelompok pengeluaran seperti bahan makanan, makanan jadi, perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan umum. Demikian pula kenaikan tersebut menunjukkan bahwa jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dan dikonsumsi masyarakat semakin meningkat, sehingga kenaikan PDRB identik dengan pertumbuhan ekonomi yang secara positif dapat menggerakkan sektor riil di Kota Bogor. Meningkatnya PDRB tersebut berimplikasi terhadap meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat Kota Bogor dari Tahun 2002-2003, yaitu berdasarkan harga berlaku sebesar Rp. 4.227.462,01 menjadi sebesar Rp. 4.605.734,59 atau meningkat 8,94 %, sedangkan

berdasarkan harga konstan Rp. 1.648.474,19 menjadi Rp. 1.715.166,99 atau meningkat 4,04 %. 2.3.1 Industri Aktivitas Bidang Industri di Kota Bogor pada tahun 2003 melibatkan 2.722 unit usaha, ini berarti ada peningkatan 2,91 % dari tahun 2002 yang berjumlah 2.645 unit usaha. dengan menyerap 43.612 tenaga kerja ini berarti ada kenaikan 1,11 % dari tahun 2002 yang berjumlah 43.131 dan dengan investasi sebesar Rp. 357.216.795.046,00 ini berarti ada kenaikan sebesar 3,19 % dari tahun 2002 sebesar Rp. 346.152.695.053,00 terdiri dari 56 unit industri menengah/besar yang menyerap 23.870 tenaga kerja dengan investasi sebesar Rp. 328.014.725.889,00 dan 728 unit industri kecil formal yang menyerap tenaga kerja 11.192 dengan investasi bernilai Rp. 26.326.518.987,00 serta 1.938 unit industri kecil non formal yang menyerap tenaga kerja 8.550 dengan investasi sebesar Rp. 2.875.550.164,00 Sasaran pembenahan Bidang Industri adalah berkembangnya Industri Kecil, Industri Rumah Tangga dan Industri Menengah serta meningkatnya daya saing industri melalui perbaikan mutu dan disain yang berkeunggulan kompetitif. 2.3.2. Pertanian Bidang Pertanian Kota Bogor memiliki potensi lahan Pertanian 3.466,43 ha terdiri dari 1.006 ha lahan sawah, 1.479,67 ha lahan kering, 869,29 ha lahan pekarangan, dan 111,470 ha berupa situ dan kolam. Potensi lainnya adalah sumber daya manusia terdiri dari petani, pelaku agribisnis dan aparatur. Sebagian besar petani bergabung dalam 188 kelompok tani. Terdiri dari 159 kelompok tani berusaha di Sub Sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura, 25 kelompok tani berusaha di Sub Sektor Peternakan dan 4 kelompok tani berusaha di Sub Sektor Perikanan, baik ikan konsumsi maupun ikan hias. Kota Bogor juga ditunjang keberadaan lembaga penelitian dan pengembangan pertanian dan Perguruan Tinggi serta pasar yang kondusif untuk semua komoditi Pertanian dalam hal ini antara lain bidang agro bisnis dan agropolitan . Data lembaga penelitian yang ada di kota bogor dapat dilihat pada tabel 2.5 Tabel 2.5 Nama Nama Balai Penelitian Di Kota Bogor NO Nama Balai Penelitian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Pusat Perpustakaan Pertanian Balai Penelitian Tanaman Pangan Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Balai Penelitian Ternak Balai Penelitian Veteriner Balai Penelitian Perikanan Air Tawar Balai Penelitian Tanah Balai Penelitian Perkebunan Balitbang Industri Hasil Hutan Balitbang Hutan Balitbang Hasil Hutan Balitbang Botani Centre Information For Forestry Research (Cifor) Institut Pertanian Bogor

Sumber Data : Bogor Dalam Angka 2004

Anda mungkin juga menyukai