Anda di halaman 1dari 10

Modul Praktikum

PRAKTIKUM KONTROL DIGITAL

Laboratorium Kendali Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala 2013

Penilaian

Briefing 5% Praktikum 10% Respon 5% Laporan 30% Final Asisten 20% Final Dosen 30%

MODUL 1 DAC

1.1 TUJUAN Untuk memahami bagaimana operasi konversi dari Digital-to-Analog

1.2 TEORI DASAR Pengubah digital-ke-analog adalah perangkat elektronika yang dapat

mengubah sinyal digital (biasanya dalam notasi biner) ke bentuk sinyal analog (baik sebagai arus, tegangan, maupun muatan listrik). Alat pengubah digital-ke-analog ini sering dikenal sebagai DAC (Digital to Analog Converter) yang banyak dijumpai pada rangkaian elektronika dan instrumentasi. Analog to Digital Converter (ADC) adalah sebuah piranti yang dirancang untuk mengubah sinyal-sinyal analog menjadi bentuk sinyal digital. Hal-hal yang juga perlu diperhatikan dalam penggunaan ADC ini adalah tegangan maksimum yang dapat dikonversikan oleh ADC dari rangkaian pengkondisi sinyal, resolusi, pewaktu eksternal ADC, tipe keluaran, ketepatan dan waktu konversinya. Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital yang nilainya proposional. Jenis ADC yang biasa digunakan dalam perancangan adalah jenis Successive Approximation Convertion (SAR) atau pendekatan bertingkat yang memiliki waktu konversi jauh lebih singkat dan tidak tergantung pada nilai masukan analognya atau sinyal yang akan diubah. Secara singkat prinsip kerja dari konverter A/D adalah semua bit-bit diset kemudian diuji, dan bilamana perlu sesuai dengan kondisi yang telah ditentukan. Dengan rangkaian yang paling cepat, konversi akan diselesaikan sesudah 8 clock, dan keluaran D/A merupakan nilai analog yang ekivalen dengan nilai register SAR.

1.3 ALAT-ALAT PERCOBAAN Aplikasi Simulasi (MultiSIM atau sejenisnya)

1.4 PROSEDUR PERCOBAAN 1. Aplikasi MultiSIM dijalankan 2. Circuit Digital-to-Analog converter (VDAC) dimasukkan ke dalam workspace MultiSIM. Pastikan nilai dan polaritas dari tegangan terhubung ke referensi input. 3. Word Generator (XWG1) dimasukkan ke dalam workspace. 4. Osiloskop (XSC1) juga dimasukkan ke dalam workspace. 5. Kemudian dihubungkan menjadi rangakaian seperti di bawah ini.

Gambar 1.1 Rangkaian DAC

6. Kemudian pada Word Generator diberikan input sebagai berikut:

Tabel 1.1 Nilai-nilai yang diberikan untuk input.

1.5 DATA HASIL PENGAMATAN Dari percobaan tersebut didapat nilai-nilai tegangan dari setiap kali nilai input masuk, berikut adalah nilai-nilainya: Digital Input 7 0 0 0 0 0 1 1 6 0 0 0 0 1 0 1 5 0 0 0 0 0 0 1 4 0 0 1 1 1 0 1 3 0 1 0 1 0 0 1 2 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 Tegangan (V) -9,844 V -9,219 V -8,750 V -7,500 V -3,281 V -1,001 pV 10,000 V

1.6 ANALISA DATA


Tampilkan screenshot rangkaian di multisim Tampilkan screenshot hasil osiloskop nya

1.7 PEMBAHASAN

1.8 KESIMPULAN

MODUL 2 ADC

1.1 TUJUAN Untuk memahami bagaimana operasi konversi dari Analog-to-Digital

1.2 TEORI DASAR Sebuah Analog to Digital Converter (biasanya disingkat ADC, A/D atau A to D) adalah sebuah rangkaian elektronik yang berfungsi mengubah sinyal kontinu (analog) menjadi keluaran diskrit/digital. ADC memiliki fungsi yang merupakan kebalikan dari yang dilakukan oleh sebuah digital-to-analog converter (DAC). Umumnya, sebuah ADC adalah sebuah piranti elektronik yang mengubah sebuah tegangan menjadi sebuah bilangan digital biner. Bagaimanapun juga, beberapa piranti non-elektronik, seperti shaft encoders, dapat digolongkan sebagai ADC. Ada bermacam-macam tipe ADC, diantaranya adalah ADC pengkonversi langsung (flash ADC) mempunyai sebuah komparator untuk medekodekan masing masing range tegangan. Pengkonversian langsung memiliki kelebihan yaitu pengkonversian yang cepat, tetapi biasanya hanya diterapkan pada resolusi 8 bit (256 komparator) atau kurang, karena teknik pengkonversian ini membutuhkan rangkaian yang besar dan mahal. ADC tipe counter (ADC tipe digital ramp) menggunakan counter sebagai komponen utama untuk mengubah masukan analog menjadi keluaran digital. ADC ini akan mencacah mulai dari 0 sampai nilai yang setara dengan masukan analog. Hasil pencacahan ini diubah menjadi analog dengan DAC untuk dibandingkan dengan masukan analog. Pencacahan yang dilakukan oleh counter akan berhenti jika nilai pencacahan lebih besar dari masukan analog. Nilai hasil pencacahan yang terakhir ini merupakan hasil konversi yang merupakan nilai setara masukan analog . ADC successive-approximation dibuat sebagai pengembangan dari ADC tipe counter (digital ramp ADC). Perubahan dalam ADC tipe ini adalah adanya sebuah

counter yang sangat spesial yang disebutsuccessive-approximation register. Register ini tidak mencacah mulai dari 0 seperti halnya pada ADC tipe counter tetapi register ini menghitung dengan mencoba semua nilai bit mulai dari most-significant bit (MSB) dan berakhir pada least-significant bit.Di dalam proses perhitungan, register akan memperhatikan keluaran komparator untuk mengetahui apakah bilangan biner hasil perhitungan lebih kecil atau lebih besar dari masukan sinyal analog. Cara register menghitung ini mirip dengan metode "trial-and-fit dalam pengkonversian bilangan desimal menjadi biner, dimana nilai-nilai yang berbeda dari bit-bit diujikan dari MSB sampai dengan LSB untuk memperoleh sebuah bilangan biner yang sama dengan bilangan desimal asli. Keuntungan dari teknik penghitungan model ini adalah waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh hasil konversi menjadi lebih cepat.

1.3 ALAT-ALAT PERCOBAAN Aplikasi Simulasi (MultiSIM atau sejenisnya)

1.4 PROSEDUR PERCOBAAN 1. Aplikasi MultiSIM dijalankan 2. Circuit Digital-to-Analog converter (VDAC) dan ADC dimasukkan ke dalam workspace MultiSIM. 3. Word Generator (XWG1) dimasukkan ke dalam workspace. 4. Osiloskop (XSC1) dimasukkan ke dalam workspace. 5. Function Generator (XFG1) dimasukkan ke dalam workspace, keluaran dari function generator di ser untuk gelombang tringular dari 20Hz dengan amplitudo 8 volts 6. Logic Analyzer (XLA1) juga dimasukkan ke dalam workspace. 7. Kemudian dihubungkan menjadi rangakaian seperti di bawah ini.

Gambar 2.1 Rangkaian ADC

8. Kemudian untuk input dimasukkan berurutan mulai dari 0V, 1V, 2V, dan terakhir 4V.

1.5 DATA HASIL PENGAMATAN

1.6 ANALISA DATA


Tampilkan screenshot

1.7 PEMBAHASAN

1.8 KESIMPULAN

MODUL 3
PENGAMATAN FUNGSI ZERO-ORDER HOLD SEBAGAI FUNGSI ADC DENGAN SIMULINK

1.1 TUJUAN Untuk memahami bagaimana operasi fungsi zero-order hold untuk fungsi ADC.

1.2 TEORI DASAR Fungsi zero-order hold adalah model matematika dari praktis rekonstruksi sinyal yang dilakukan oleh konvensional -ke-analog digital

converter (DAC). Artinya, itu menggambarkan efek dari mengkonversi sinyal waktu diskrit untuk sinyal waktu kontinu oleh masing-masing memegang nilai sampel untuk satu interval sampel. Ini memiliki beberapa aplikasi dalam komunikasi listrik. Fungsi zero-order terdiri dari dua jenis, yaitu Time domain model dan frekuensi domain model. Time domain model merekonstruksi bentuk gelombang kontinu-waktu dari urutan sampel x [n], dengan asumsi satu sampel per T interval waktu.

1.3 ALAT-ALAT PERCOBAAN Aplikasi Matlab

1.4 PROSEDUR PERCOBAAN 1. Dibentuk rangkaian di atas pada Matlab Simulink 2. Diisikan parameter sine wave dengan amplitudo 5 dan frekuensi 1 rad/sec. 3. Diisikan parameter zero-order hold dengan sample time 0,11

Gambar 3.1 Rangkaian Zero-Order hold

1.5 DATA HASIL PENGAMATAN

1.6 ANALISA DATA


Tampilkan Grafik dari Scope

1.7 PEMBAHASAN

1.8 KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai