Anda di halaman 1dari 20

PELATIHAN SINGKAT PENYUSUNAN KONTRAK PERKULIAHAN DAN BAHAN AJAR BAGI STAF PENGAJAR PTN KAWASAN TIMUR INDONESIA

PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN

DRS FRANS A. RUMATE, Apt.

KERJASAMA PUSAT PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN AKTIVITAS INSTRUKSIONAL UNIVERSITAS HASANUDDIN (P3AI-UNHAS) DENGAN BAGIAN KEGIATAN PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA DIRJEN DIKTI 2 -2! N"#$%&$' 2(()

PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN


D'* F'+,* A.R-%+t$, Apt. .

I. PENDAHULUAN Dalam rangka meningkatkan daya saing bangsa, sangatlah penting untuk mengadopsi metode pembelajaran yang sesuai untuk pencapaian tujuan pembelajaran, dengan melakukan pergeseran dari teaching centered ke learning centered, mengakomodasi kebutuhan perimbangan antara keunggulan dan kesesuaian akademik untuk tujuan peningkatan kualitas, kebutuhan peserta didik , dan pendekatan belajar lain yang lebih lentur (HELTS !!"# !$!%& 'saha pembelajaran berorientasi#pembelajar di perguruan tinggi telah dilakukan melalui program penataran (E)E*T+,-- bagi sta. pengajar& )onsep pembelajaran ini telah lama pula diadopsi pada pendidikan dasar dan menengah melalui /ara 0elajar Sis1a -kti. (/0S-%& Demikian pula )urikulum 0erbasis )ompetensi ()0)% pada dasarnya berorientasi pembelajar, dengan perumusan kompetensi yang perlu dicapai seorang lulusan pada penyelesaian suatu program pendidikan& (erkembangan terakhir dalam pendidikan, khususnya pendidikan tinggi, ialah penerapan berbagai strategi pembelajaran yang berorientasi pembelajar ( Studentcentered Learning Strategies) 2 belajar akti. belajar mandiri belajar kooperati. dan kolaborati. generati3e learning,

. P-*+t P$,/,01+t+, 2+, P$,0$%&+,0+, A1t/#/t+* I,*t'-1*/",+3 U,/#$'*/t+* H+*+,-22/, (P3AI-UNHAS) 2

dan berbagai model pembelajaran kogniti. - problem based learning - discovery learning - cognitive strategies Semuanya ini didasarkan pada teori belajar atau aliran .ilsa.at )onstrukti3isme& )onstrukti3isme saat ini semakin mempengaruhi pembelajaran tradisional, khususnya pembelajaran pada pendidikan tinggi& Sebagian pakar menganggap konstrukti3isme sebagai suatu aliran .ilsa.at pengetahuan , namun sebagian lagi menganggapnya sebagai suatu teori tentang pembelajaran& 4enurut )amus 4erriam 5ebster, teori ialah prinsip#prinsip umum yang masuk akal atau dapat diterima secara ilmiah yang disajikan untuk menjelaskan suatu .enomena, sedangkan .ilsa.at (philosophy% ialah pencarian akan pemahaman umum tentang nilai#nilai dan realitas, yang dilakukan terutama melalui cara yang spekulati., bukan secara obser3asi& )onstrukti3isme bukan berakar pada penelitian pendidikan dibanding dengan berbagai teori belajar yang lain seperti beha3iorisme dan kogniti3isme& 6amun demikian, saat ini konstrukti3isme banyak dikembangkan oleh komunitas pendidik dalam melalukan desain atau rancangan instruksional&

II. BATASAN 4DEFINISI KONSTRUKTIVISME )onstrukti3isme 77 merupakan salah satu aliran .ilsa.at pengetahuan yang menekankan bah1a pengetahuan kita merupakan konstruksi (bentukan% kita sendiri, bukan imitasi dari kenyataan, bukan gambaran dunia kenyataan yang ada& pengetahuan selalu merupakan akibat dari konstruksi kogniti. dari kenyataan yang terjadi melalui serangkaian akti3itas seseorang (mahasis1a%& 4ahasis1a membentuk skema, kategori, konsep dan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan& 3

pengetahuan bukanlah tentang hal#hal yang terlepas dari pengamat, tetapi merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalaman atau dunia yang dialaminya

proses pembentukan ini berjalan terus menerus, dan setiap kali terjadi reorganisasi atau rekonstruksi karena adanya pengalaman baru&

III.

PEMBENTUKAN PENGETAHUAN BARU

(embentukan pengetahuan baru menurut )onstrukti3isme dapat digambarkan dalam bagan berikut 2 Pan ain!e"a #e$i%a& #en!enga" #enja#a% #en iu# #e"a'akan

Objek Lingkungan

K)n'&"uk'i Penge&a%uan Ba"u

Penga$a#an (i'ik k)gni&i( #en&a$

IV. -

PAN5AINDERA DAN KONSTRUKTIVISME Seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungannya melalui panca indranya, lalu menkonstruksi gambaran dunia pengalamannya itu&

Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begita saja dari otak seseorang (dosen) ke kepala orang lain (mahasiswa). Mahasiswa sendirilah yang harus mengartikan apa yang dipelajarinya itu dan menyesuaikannya dengan pengalaman atau hasil 4 konstruksi yang telah mereka miliki!bangun sebelumnya.

(engetahuan ada dalam diri seseorang yang sedang mengetahui& (engetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang ( dosen% ke kepala orang lain (mahasis1a%&

4ahasis1a sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan itu dengan cara menyesuaikannya terhadap pengalaman#pengalaman atau konstruksi yang telah dibangunnya&sendiri dalam otaknya&

V. -

PENGALAMAN DAN KONSTRUKTIVISME (engetahuan merujuk pada pengalaman seseorang akan dunia, tetapi bukan dunia itu sendiri& Tanpa pengalaman, seseorang tidak dapat membentuk pengetahuan& (engalaman bukan saja pengalaman .isik, tetapi juga pengalaman kogniti. dan mental& (engetahuan dibentuk oleh struktur penerimaan konsep seseorang ketika ia berinteraksi dengan lingkungannya& 8adi bagi orang itu, lingkungan ialah semua objek dan proposisinya yang telah diabstraksikan ke dalam pengalaman orang itu& -bstraksi seseorang terhadap suatu hal akan membentuk struktur konsep, dan membentuk pengetahuan bagi orang tersebut&

VI.

PROSES KONSTRUKTIVISME

4enurut konstrukti3isme, pengetahuan bukan hal yang statis dan deterministik, tetapi suatu proses menjadi tahu& 4isalnya, pengetahuan mengenai kucing, tidak sekali jadi, tetapi merupakan suatu proses& (ada pertama kali melihat kucing kita memperoleh pengetahuan dengan melihat dan menjamah& (ada kesempatan lain, kita bertemu dengan kucing lain& +nteraksi dengan macam#macam kucing akan menjadikan pengetahuan kita tentang kucing menjadi lebih lengkap dan rinci& Hal ini terjadi secara terus menerus& 5

VII KONSTRUKSI DAN KEMAMPUAN MAHASIS6A MENGKONSTRUKSI PENGETAHUAN Semua pengetahuan yang diperoleh adalah hasil rekonstruksi kita sendiri9 kecil kemungkinan adanya trans.er pengetahuan dari seseorang kepada orang lain& (engetahuan bukan merupakan barang yang dapat ditrans.er dari orang yang mempunyai pengetahuan kepada orang yang belum mempunyai pengetahuan& 0ila seorang dosen bermaksud mentrans.er suatu konsep, ide, dan pengertian kepada mahasis1a, maka pemindahan itu harus diinterpretasikan, ditrans.ormasikan dan dikonstruksikan oleh mahasis1a itu sendiri le1at pengalamannya& 0anyaknya mahasis1a yang salah menangkap (misconception% apa yang diajarkan dosen itu menunjukkan bah1a pengetahuan tidak dapat begitu saja dipindahkan, melainkan harus dikonstruksikan, atau diinterpretasikan, dan ditrans.ormasikan sendiri oleh mahasis1a& -gar mahasis1a mampu mengkonstruksikan pengetahuan, diperlukan 2 )emampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman )emampuan membandingkan, dan mengambil keputusan (justi.ikasi% mengenai persamaan atau perbedaan sesuatu hal& Lebih menyukai pengalaman yang satu daripada yang lain (selecti3e conscience%&

VIII

G+0+*+, (K",*$p) K",*t'-1t/#/*%$ %$,0$,+/ p$,0$t+7-+, $& (engetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan mahasis1a ( Mind as inner individual representation) & 4ahasis1a mengkonstruksi sendiri skema kogniti., kategori, konsep, dan struktur dalam membangun pengetahuan, sehingga setiap indi3idu akan memiliki, skema kogniti., kategori, kosep, dan struktur yang berbeda& Dalam hal ini proses 6

abstraksi dan re.leksi seseorang akan sangat berpengaruh dalam konstruksi pengetahuan ("e#lection ! $bstraction as primary) "& (engetahuan dibentuk dalam struktur konsep masing#masing indi3idu mahasis1a& Struktur konsep dapat membentuk pengetahuan, apabila konsep yang baru diterima itu dapat dikaitkan atau dihubungkan (proposisi% dengan pengalaman yang telah dimiliki mahasis1a& Dengan demikian maka pengetahuan adalah apa yang ada dalam pikiran setiap mahasis1a (%nowledge as residing in the mind). :& Dalam proses pembentukan pengetahuan, kebermaknaannya itu merupakan interpretasi indi3idual mahasis1a terhadap pengalaman yang telah dialaminya (Meaning as internally constructed). ;& (erampatan (penyamarataan% makna merupakan proses negosiasi di dalam indi3idu mahasis1a dengan pengalamannya melalui interaksi dalam proses belajar mengajar (menjadi tahu% (Learning and teaching as negotiated construction o# meaning). & 0eberapa .aktor yang mempengaruhi proses konstruksi pengetahuan manusia 2 Hasil konstruksi yang telah dimiliki seseorang (constructed knowledge). Domain pengalaman seseorang (domain o# e&perience) 8aringan struktur kogniti. seseorang (e&isting cognitive structure% I8 PERBANDINGAN KONSTRUKTIVISME DENGAN BERBAGAI ALIRAN TEORI K",*t'-1t/#/*%$ 2+, E%p/'/*%$ (ertanyaan paling besar dalam konstrukti3isme 2 Struktur pengetahuan itu terletak dalam realitas mana < -pakah yang disebut kebenaran pengetahuan <

)enyataan terdiri atas dua dimensi 2 dimensi eksternal yang bersi.at objeti., dan dimensi internal yang bersi.at subjekti.& )aum rasionalis 2 pengetahuan merujuk pada obyek# obyek, dan kebenaran merupakan akibat dari 2$2-1*/ 3"0/*& ('ogito ergo sum = Saya berpikir maka saya ada%& )aum empiris 2 pengetahuan merujuk pada obyek#obyek berdasarkan p$,+3+'+, /,2-1t/9 dengan bukti#bukti yang diperoleh dari pengalaman& 4enurut kaum empiris, semua kenyataan itu diketahui dan dipahami melalui indra, dan kriteria kebenarannya adalah kesesuaiannya dengan pengalaman& Dalam hal ini kaum rasionalis lebih menekankan pada 2 rasio, logika, dan pengetahuan dedukti., sedangkan kaum empiris lebih menekankan pada pengalaman dan pengetahuan indukti.& )onstrukti3isme dikatakan merupakan sintesis pandangan rasionalis dan empiris& )onstrukti3isme menunjukkan interaksi antara subyek dan objek, antara realitas eksternal dan juga internal& K",*t'-1t/#/*%$, E%p/'/*%$, 2+, R$3+t/#/*%$ )onstrukti3isme sering terkontaminasi sehingga mengarah ke empirisme dan

relati3isme, terlebih dalam pendidikan sains& )aum konstrukti3is dalam pendidikan sains menekankan pada peranan indra, pengalaman, dan percobaan dalam pengembangan pengetahuan, sehingga cenderung ke empirisme& )onstrukti3is lain menekankan pada abstraksi, sehingga mengarah pada relati3isme, yang mengatakan bah1a semua konsep adalah sah, karena setiap ide diturunkan dari suatu abstraksi yang dianggap sah pula& K",*t'-1t/#/*%$, E%p/'/*%$, N+t/#/*%$, 2+, P'+0%+t/*%$ )alau empirisme menyatakan bah1a semua pengetahuan diturunkan dari pengalaman indra1i, nati3isme menyatakan bah1a sumber pengetahuan adalah dari dalam diri manusia& )onstrukti3isme memuat segi empirisme dan nati3isme (gabungan% 2 pengetahuan itu berasal dari sumber luar tetapi dikonstruksikan dalam diri seseorang& )ebenaran pengetahuan dalam konstrukti3isme diganti dengan viability (berjalannya suatu pengetahuan% dan tidak mengklain kebenaran& Hal ini berbeda dengan pragmatisme yang berslogan 2 kebenaran adalah hanya apa yang jalan& )onstrukti3isme tidak mengklaim suatu kebenaran& 8

K",*t'-1t/#/%$ #* I2$+3/*%$ )aum idealis menyatakan bah1a pikiran dan konstruksinya adalah satu#satunya realitas& )onstrukti3isme menyatakan bah1a kenyataan adalah apa yang dikonstruksikan dalam pikiran manusia & 0entukan selalu berjalan, namun tidak selalu merupakan representasi dari dunia nyata& K",*t'-1t/#/*%$ #* O&:$1t/#/*%$. 0agi para >bjekti3is 2 realitas itu ada, terlepas dari pengamat, dan dapat ditemukan melalui langkah#langkah sistematis menuju kenyataan dunia ini& )onstrukti3isme 2 pengetahuan adalah konstruksi pikiran manusia& (engetahuan adalah suatu kerangka untuk mengerti bagaimana seseorang mengorganisasikan pengealaman, dan apa yang mereka percayai sebagai realitas& 8 PRINSIP-PRINSIP KONSTRUKTIVISME YANG BERKAITAN DENGAN PEMBELAJARAN $& (engetahuan dibangun oleh mahasis1a sendiri, baik secara personal maupun sosial& & (engetahuan tidak dapat dipindahkan dari dosen ke mahasis1a, kecuali melalui keakti.an mahasis1a sendiri untuk menalar "& 4ahasis1a akti. mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep menuju ke yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah :& Dosen sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi mhasis1a dapat terlaksana&

8I HUBUNGAN KONSTRUKTIVISME DENGAN BEBERAPA TEORI BELAJAR

)onstrukti3isme menjadi landasan beberapa Teori 0elajar, misalnya Teori (erubahan )onsep, Teori 0elajar 0ermakna (-usubel%, Teori Skema& K",*t'-1t/#/*%$ 2+, T$"'/ P$'-&+7+, K",*$p )onstrukti3isme maupun Teori (erubahan )onsep percaya bah1a dalam proses belajar seseorang mengalami perubahan konsep melalui proses perkembangan terus menerus, dengan cara mengubah konsep lama melalui akomodasi& -tau mengembangkan konsep yang sudah ada melalui asimilasi9 pengertian yang dibentuk sendiri oleh mahasis1a mungkin berbeda#beda dengan miskonsepsi& K",*t'-1t/#/*%$ 2+, B+3+:+' B$'%+1,+ Teori 0elajar 0ermakna (-usubel% juga didasarkan atas )onstrukti3isme, dengan penekanan pada pentingnya mahasis1a mengasosiasikan pengalaman, .enomena, dan .akta baru ke dalam sistem pengertian yang telah dimiliki mahasis1a sebelumnya K",*t'-1t/#/*%$ 2+, T$"'/ S1$%+ Teori Skema juga berlandaskan )onstrukti3isme, memandang bah1a seseorang belajar dengan mengadakan restrukturisasi (menambah atau mengganti% skema yang sudah dimiliki& (roses pembentukan dan pengubahan skema merupakan proses belajar 8II PENGARUH KONSTRUKTIVISME TERHADAP PROSES BELAJAR 4enurut )onstrukti3isme, belajar merupakan proses akti. mahasis1a mengkonstruksi arti, 1acana, dialog, pengalaman .sik, dll& 0elajar juga merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau in.ormasi yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki mahasis1a sehingga pengetahuannya berkembang& (roses tersebut bercirikan 2 10 pengertian ilmu1an, sehingga terjadi

$& 0elajar berarti membentuk makna& 4akna diciptakan oleh mahasis1a dari apa yang dilihat, dengar, rasakan, dan alami& )onstruksi arti itu dipengaruhi oleh pengertian yang telah dimiliki& & )onstruksi arti merupakan proses yang terus menerus& Setiap kali berhadapan dengan .enomena atau persoalan yang baru, mahasis1a akan selalu mengadakan rekonstruksi& "& 0elajar bukanlah kegiatan mengumpulkan .akta, melainkan suatu proses pengembangan pemikiran dengan membentuk suatu pengertian yang baru& 0elajar bukanlah suatu hasil perkembangan, melainkan perkembangan itu sendiri, yang menuntut penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang& :& (roses belajar yang sebenarnya terjadi pada 1aktu skema seseorang dalam kesenjangan yang merangsang pemikiran lebih lanjut& Situasi ketidakseimbangan (dise?uilibrium% adalah situasi yang baik untuk memacu belajar& ;& Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman mahasis1a dengan dunia .isik dan lingkungannya& @& Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui mahasis1a, yaitu konsep#konsep, tujuan, dan moti3asi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari& 8III PENGARUH KONSTRUKTIVISME TERHADAP MAHASIS6A )egiatan belajar adalah kegiatan akti. mahasis1a untuk menemukan sesuatu dan membangun sendiri pengetahuannya, bukan proses mekanik untuk mengumpulkan .akta& 4ahasis1a bertanggungja1ab atas hasil belajarnya& +a membuat penalaran atas apa yang telah dipelajarinya dengan cara mencari makna, membandingkannya dengan apa yang telah diketahuinya, serta menyelesaikan ketidaksamaan antara yang telah diketahui dengan apa yang diperlukan dalam pengalaman baru& 0elajar merupakanpengembangan pemikiran dengan membuat kerangka pengertian yang

berbeda& 0elajar yang bermakna terjadi melalui re.leksi, pemecahan kon.lik, dialog, 11

penelitian, pengujian hipotesis, pengambilan keputusan, dll&, dan dalam prosesnya tingkat pemikiran selalu diperbaharui sehingga menjadi semakin lengkap& Setiap mahasis1a mempunyai caranya sendiri untuk mengkonstruksikan pengetahuannya, yang terkadang sangat berbeda dengan teman#temannya& 8adi sangat penting bagi dosen untuk menciptakan berbagai 3ariasi situasi dan metode belajar, karena dengan satu model saja tidak akan membantu mahasis1a yang cara belajarnya berbeda& M+7+*/*;+ B$3+:+' 2+3+% K$3"%p"1 (engetahuan dan pengertian dikonstruksi mahasis1a bila ia terlibat secara sosial dalam dialog, dan akti. dalam percobaan dan pengalaman& (embentukan makna dapat diperoleh dari dialog antar pribadi dalam suatu kelompok& Dalam kelompok belajar, mahasis1a dapat mengungkapkan perspekti.nya dalam melihat persoalan dan hal lain yang akan dilakukan dengan persoalan itu& 4elalui kesempatan mengemukakan gagasan, mendengarkan pendapat orang lain, serta bersama#sama membangun pengertian akan menjadi sangat penting dalam belajar, karena memiliki unsur yang berguna untuk menantang pemikiran dan meningkatkan kepercayaan seseorang& 8IV PENGARUH KONSTRUKTIVISME TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN 0agi konstrukti3isme, pembelajaran bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan (trans.er o. kno1ledge% dari dosen ke mahasis1a, melainkan kegiatan yang memungkinkan mahasis1a membangun sendiri pengetahuannya (belajar sendiri%& (embelajaran berarti partisipasi dosen bersama mahasis1a dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justi.ikasi& (embelajaran adalah proses membantu seseorang berpikir secara benar, dengan cara membiarkannya berpikir sendiri, 0erpikir yang baik lebih penting daripada mempunyai ja1aban yang benar atas suatu persoalan& Seorang yang mempunyai cara berpikir yang baik dapat menggunakan cara berpikirnya ini dalam mengahadapi suatu .enomena baru, dan dapat menemukan pemecahan dalam menghadapi persoalan lain& 12

)emampuan ini tidak dipunyai mahasis1a yang hanya dapat menemukan ja1aban yang benar, sehingga tidak dapat memecahkan masalah yang baru& 8V DOSEN SEBAGAI MEDIATOR DAN FASILITATOR

4enurut prinsip konstrukti3isme, seorang dosen berperan sebagai mediator dan .asilitator, yang membantu agar proses belajar mahasis1a berjalan baik, yaitu 2 $& menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan mahasis1a bertanggungja1ab& 4emberi kuliah, ceramah bukan lagi tugas utama dosen & menyediakan kegiatan yang merangsang keingintahuan mahasis1a, dan membantu mereka mengekspresikan gagasannya serta mengkomunikasikan ide ilmiah mereka& "& memonitor, menge3aluasi dan menunjukkan apakah pemikiran mahasis1a sudah berjalan atau tidak& Dosen menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan mahasis1a dapat diberlakukan untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan& -gar .aktor#.aktor tersebut ber.ungsi optimal, maka kegiatan dosen hendaknya meliputi hal#hal sebagai berikut 2 $& Dosen perlu banyak berinteraksi dengan mahasis1a untuk lebih mengerti hal#hal yang sudah diketahui dan dipikirkan mahasis1a & Tujuan dan apa yang akan dilakukan di kelas sebaiknya dibicarakan bersama sehingga mahasis1a sungguh terlibat "& Dosen perlu mengerti pengalaman belajar yang lebih sesuai dengan kebutuhan mahasis1a& Hal ini dapat dilakukan dengan berpartisipasi di tengah mahasis1a :& Diperlukan keterlibatan dosen bersama mahasis1a yang sedang belajar, dan dosen perlu menumbuhkan kepercayaan mahasis1a bah1a mereka dapat belajar

13

;& Dosen perlu mempunyai pemikiran yang .leksibel untuk dapat mengerti dan menghargai pemikiran mahasis1a , karena kadang kala mahasis1a berpikir berdasarkan pengandaian yang belum tentu diterima dosen& Dosen yang konstrukti3is akan dapat menerima dan menghormati upaya#upaya

mahasis1a untuk membentuk suatu pengertian baru, sehingga dapat menciptakan berbagai kemungkinan untuk sis1a berkreasi 2 $& 4embebaskan mahasis1a dari beban ikatan beban kurikulum dan membolehkan mahasis1a untuk ber.okus pada ide#ide yang menyeluruh (big concepts% & 4emberikan ke1enangan dan kebebasan kepada mahasis1a untuk mengikuti minatnya, mecari keterkaitan, mere.ormulasikan ide, dan mencapai kesimpulan yang unik& "& 0erbagi in.ormasi dengan mahasis1a tentang kompleksitas kehidupan di mana terdapat berbagai perspekti., dan kebenaran merupakan interpretasi orang per orang& :& 4engakui bah1a belajar dan proses penilaian terhadap belajar merupakan hal yang tidak mudah untuk dikelola, karena banyak hal yang tidak kasat mata, tetapi lebih kepada rasionalitas indi3idu&

8VI

PENGARUH KONSTRUKTIVISME TERHADAP STRATEGI PEMBELAJARAN

Tugas dan

dosen

ialah

membantu dosen

mahasis1a dituntut untuk

agar

mampu

mengkonstruksi beragam strategi

pengetahuannya sesuai dengan situasinya yang konkret& Selain penguasaan yang luas mendalam, seorang menguasai pembelajaran sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi mahasis1a& Hal ini disebabkan karena tidak ada satu strategi pembelajaran yang cocok untuk semua situasi, 1aktu, dan tempat& Strategi yang disusun dosen hanyalah suatu alternati., bukan menu yang sudah jadi& (embelajaran adalah suatu seni yang menuntut bukan hanya penguasaan teknik, melainkan juga intuisi dari setiap dosen& 14

5/'/ P$%&$3+:+'+, K",*t'-1t/#/*%$< $& >rientasi& 4ahasis1a diberi kesempatan untuk mengembangkan moti3asi dalam mempelajari suatu topik, dan untuk mengadakan obser3asi terhadap topik yang hendak dipelajari& & Elisitasi& 4ahasis1a dibantu untuk mengungkapkan idenya secara jelas dengan berdiskusi, menulis, membuat poster,dll& 4ahasis1a mendiskusikan apa yang diobser3asinya dalam 1ujud tulisan, gambar ataupun poster& "& *estrukturisasi ide )lari.ikasi ide yang dikontraskan dengan ide orang lain 4embangun ide yang baru 4enge3aluasi ide barubya dengan eksperimen mahasis1a perlu diaplikasikan pada bermacam#macam situasi

:& (enggunaan ide dalam banyak situasi&+de atau pengetahuan yang telah dibentuk oleh yangdihadapi, sehingga menjadi lebih lengkap dan lebih rinci& ;& *e3ie1 bagaimana ide berubah& Dapat terjadi bah1a dalam mengaplikasikan pengetahuannya, seseorang perlu mere3isi gagasannya agar menjadi lebih lengkap& Hal yang perlu diperhatikan dalam konstrukti3isme ialah menge3aluasi hasil belajar mahasis1a& Dalam menge3aluasi, dosen sebenarnya menunjukkan kepada mahasis1a bah1a pikiran, pendapat mereka tidak sesuai untuk persoalan yang dihadapi berdasarkan prinsip atau teori tertentu& )ebenaran bukanlah hal yang dicari, namun berhasilnya suatu proses (3iable% adalah hal yang dinilai& Dalam menge3aluasi perlu dilihat tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, misalnya mahasis1a dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya, atau sekedar dapat menangani prosedur standar dan memberikan sumber ja1aban standar yang terbatas& (roses e3aluasi berbeda berdasarkan tujuan belajarnya, namun dalam konstrukti3isme 15

ber.okus pada pendekatan mahasis1a terhadap persoalan yang dihadapi, bukan ja1aban akhir yang diberikannya& (roses e3aluasi dalam pembelajaran konstrukti3isme tidak tergantung pada bentuk

asesmen yang menggunakan paper and pencil test atau bentuk tes objekti.& 0entuk asesmen yang digunakan disebut altenative assessment, seperti port.olio, obser3asi proses, dinamika kelompok, studi kasus, simulasi dan permainan, per#ormance appraisal, dll& 8VII PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME /ontoh 2 Episode dari suatu proses pembelajaran (0rooks A 0rooks, $BB"% T+7+p P$'$,=+,++, 2 Seorang dosen baru (-% diminta mempersiapkan mata kuliah +lmu -lamiah Dasar (+-D%& - sedikit kebingungan karena dianjurkan oleh )oordinator tim dosennya untuk memiliki gambaran yang menyeluruh tentang +-D dan keterkaitannya dengan mata kuliah lain& 6amun - juga diharapkan berpikir sistematis dan dapat memilah materi +-D menjadi bagian, unit kecil yang saling terkait sehingga dapat dimengerti mahasis1a dengan mudah& - diminta untuk menjelaskan kepada mahasis1a unit#unit kecil dalam +-D dan hubungan antarunit tersebut ketika memulai perkuliahan& Hal ini penting karena - akan masuk pada beberapa pertemuan a1al perkuliahan& Setelah berpikir seminggu lamanya, - akhirnya menemukan ide untuk menggunakan topik 4elihat lebih dekat ke dalam kehidupan sebagai pembuka perkuliahan +-D& Dengan topik ini - merencanakan akan memberikan gambaran umum tentang kehidupan , lalu bagian,unit#unit kecil dalam kehidupan serta keterkaitannya satu sama lain& )emudian, analogi ini akan digunakan untuk menjelaskan gambaran umum tentang +-D dan unit#unit kecil di dalamnya& 16

T+7+p P$3+1*+,++, - membuka perkuliahan +-D dengan ucapan salam kepada semua mahasis1a di kelas& )emudian, ia melemparkan pertanyaan kepada mahasis1a& 4enurut -nda, apa yang disebut ilmu pengetahuan alam < 0eberapa mahasis1a menja1ab, 4ahluk hidup, binatang, tumbuh#tumbuhan& - mengangguk#angguk dan memberi penguatan kepada mahasis1a 2 bagus, ya benar& Lalu - membagikan .otokopi cerita tentang suatu peristi1a kebakaran yang terjadi di suatu kota, dan meminta mahasis1a membacanya dalam hati dalam 1aktu yang diberikannya& Setelah ia melihat mahasis1a selesai membacanya, - lalu berkata, Dalam bacaan tadi, -nda menemukan banyak sekali hal#hal yang saling terkait satu sama lain& 0egitu juga dalam ilmu pengetahuan alam& 6ah sekarang, coba baca buku -nda halaman ;# ;, dan tuliskan apa isi bacaan -nda dalam buku catatan -nda& Setelah mahasis1a selesai membaca dan menulis, - memperlihatkan sebuah gambar yang ditayangkan melalui >H( sambil bertanya, 6ah, dalam belajar ilmu pengetahuan alam, kita semua harus dapat melihat secara kritis semua hal yang ada di sekeliling kita& Sekarang, coba pikirkan apa yang -nda lihat dalam gambar ini <C Setelah beberapa saat, - bertanya lagi, Siapa yang melihat gambar 3as bunga < 0eberapa mahasis1a menunjukkan tangannya& )emudian Siapa yang melihat gambar dua 1ajah < 0eberapa mahasis1a kembali menunjukkan tangannya& P$'t+,>++, < -pakah episode proses pembelajaran +-D tersebut sudah merupakan pembelajaran konstrukti3isme < P$'&$2++, */t-+*/ p$%&$3+:+'+, 2/ 1$3+* &$'+*+'1+, 1",*t'-1t/#/*%$ 2+, *$=+'+ t'+2/*/",+3

17

T'+2/*/",+3<

K",*t'-1t/#/*%$ <

. R-+,0 3/,01-p t$'p/*+7 2. K-'/1. *$=+'+ t-,t+* 3. B$'2+*+' &-1- t$1* ?. M+7.*&0,$%&$' >+,0 +1+, 2//*/ ). D"*$, %$,0+:+' 2+, *&0. p$,>$&+' /,9"'%+*/ !. M$,=+'/ :+;+&+, >+,0 &$,+' @. P$,/3+/+, t$'p/*+7 2+'/ p'"*$* &$3+:+' A. M+7.&$1$':+ *$,2/'/

. -t-7, +2+ 1$t$'1+/t+, 2. L$&/7 p$,t/,0 p$'t+,>++, %+7. 2+, 1",*t'-1*/ :+;+&+, 3. B$'+0+% *-%&$' ?. M+7. S&0. P$%/1/' ) .D"*$, /,t$'+1t/9, %$2/+t"' 2+, 9+*/3/t+t"' !. D"*$, %$,0/1-t/ p"3+ p/1/' %+7. @. P$,/3+/+, /,t$0'+3 %$,0$,+/ 7+*/3 1$':+ %+7. A. L$&/7 &+,>+1 &$3+:+' &$'1$3"%p"1

8III

STRATEGI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME

Student-centered Learning Strategies 2 belajar akti. belajar mandiri belajar kooperati. dan kolaborati. generati3e learning model pembelajaran kogniti. 2 - problem based learning - discovery learning 18

- cognitive strategies

Da.tar (ustaka
0eha3iorism and constructi3ism& D>n#lineE& -3ailable2 http2,,hagar&up&ac&Fa,catts,learner,debbie,/-DG-6T&HT4 0eyond constructi3ism # conteHtualism& D>n#lineE& -3ailable2 http2,,tiger&coe&missouri&edu,It"JJ,cHKintro&html /onstructi3ist theory (8& 0runer%& D>n#lineE& -3ailable2 http2,,111&g1u&edu,Itip,bruner&html Dick, 5& ($BB$%& -n instructional designerLs 3ie1 o. constructi3ism& (ducational )echnology 4ay, :$#::& Du..y, T& 4&, 8onassen, D& H& ($BB$%& /onstructi3ism2 6e1 implications .or instructional technolgy< (ducational )echnology 4ay, J#$ & 8onassen, D& H&, 4c-leese, T&4&*& ('ndated%& - 4ani.esto .or a constructi3ist approach to technology in higher education& D>n#lineE& -3ailable2http2,,led&gcal&ac&uk,clti,papers,T4(aper$$&html )halsa, M& ('ndated%& /onstructi3ism& D>n#lineE& -3ailable2 http2,,111&g1u&edu,Ietl,khalsa&html )uliko1ski, S& ('ndated%& The constructi3ist tool bar& D>n#lineE& -3ailable2 http2,,111&coe&missouri&edu2N!tiger&coe&missouri&edu, (annen, (& dkk& ( !!;% Dir8enDikti, DepDik6as& Shank, (& ('ndated%& /onstructi3ist theory and internet based instruction& D>n#lineE& -3ailable2 http2,,111&g1u&edu,Ietl,shank&html Smorgansbord, -&, ('ndated%& /onstructi3ism and instructional design& D>n#lineE& -3ailable2 http2,,hagar&up&ac&Fa,catts,learner,smorgan,cons&html )onstrukti3isme dalam (embelajaran, (-'#((-+#'T,

19

20

Anda mungkin juga menyukai