Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PEMERIKSAAN FISIK KARDIOVASKULER

Disusun oleh :

MUHAMMAD BADRUS SOLIKHIN 125070201131006 PSIK_ K3LN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

METODOLOGI PERCOBAAN

1 Alat Alat yang dibutuhkan untuk melakukan percobaan ini adalah stetoskop 2 Cara Kerja 1. Inspeksi (pemeriksaan pandang) Perhatikan posisi dari denyut apeks jantung dan nyatkan titik terendah dan terluar dari pada pulsasi jantung maksimal. Biasanya ini terletak pada ICS 5 kiri sternum. 2. Palpasi (periksaan raba) Rabalah dengan jari-jari pada daerah apeks dan rasakanlah dorongan dari apeks selama systole-ventrikel. 3. Perkusi ( perikasa ketuk) Letakanlah jari telunjuk tangan kiri pada dinding toraks dan ketuklah dengan jari tengah tangan kanan. Mula-mula jari telunjuk tangan kiri diletakan diatas daerah paruparu kemudian sambil mengetuk, pindahkanlah jari tersebut menuju ke daerah jantung. Perhatikan saat terjadinya perubahan dari bunyi ketukan yang terdengar dan berilanh tanda pada tempat tersebut. 4. Auskulatasi ( periksa dengar) Suara jantung pertama (S1) Letakkan stetoskop pada dada yaitu pada ruang interkostal V sebelah kiri sternum di atas apeks jantung. Pada tenpat ini S1 terdengar sangat jelas dengan intensitas yang maksimum. Suara jantung kedua (S2) Letakkan stetoskop pada ruang interkostal II sebelah kanan sternum. Disini paling jelas terdengar S2. pada daerah pulmonar (pinggir kiri sternum bagian atas) normal dapat didengar dua komponen S2 (suara kedua yang terpisah). Pemisahan (splitting) dari S2 ini menjadi lebih besar (lebih jelas) pada waktu inspirasi. Letakkan stetoskop pada pinggir kiri sternum bagian atas dan dengarkan apakan terjadi pemisahan S2 pada waktu inspirasi dalam. Suara jantung ketiga (S3)

Letakkan stetoskop pada apeks jantung 9interkosta V kiri) dan dengarkan ada tidaknya S3 sesudah S2. Untuk memperjelas S3 tinggikanlah tungkai orang coba atau mintalah orang coba untuk melakukan kegiatan sebentar. Normal suara ini tidak terdengar dengan stetoskop kecuali pada keadaan patologis. S4 ini terjadi akibat kontraksi atrium yang menyebabkan darah masuk dalam ke dalam ventrikel dengan cepat.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil I

Identitas pasien Anak

1. Nama 2. Usia

: M. Faris : 10 tahun

3. Jenis kelamin : Laki-laki

Dari percobaan yang telah dilakukan pada pasien M. Faris diperoleh hasil: v Keadaan umum (inspeksi) : tampak sehat , skleranya normal, tidak terdapat edem. Thoraks : bentuknya simetris, tidak terdapat penonjolan maupun bekas luka, inspirasin dan ekspirasi normal. v Palpasi, perabaan pada daerah apeks jantung dengan menggunakan telapak tangan tengah diperoleh hasil: gaya dorong jantung normal dan daerah pulsasi tidak menunjukkan tanda-tanda abnormal.. v Perkusi jantung menghasilkan bunyi pekak relatif Batas atas : bunyi sonor ke pekak relative (batas atas paru-basis jantung), Intercostalis II Batas bawah : bunyi pekak relatif menjadi pekak (batas jantung bawah dengan hati), Intercostalis V Batas kanan : perkusi kearah medial, terdengar perubahan bunyi dari dari sonor ke pekak relative (batas paru dengan jantung kanan), Linea Parastenalis Dekstra Batas kiri : perkusi dari linea midaksila kearah media, terdengar perubahan bunyi dari sonor ke pekak relatif (batas paru kriri dengan jantung kiri), linea midclavikula. Auskultasi Mendengarkan bunyi jantung dengan menggunakan stetoskop. S1 : pada ruang ICS V sebelah kiri sternum (apeks), dapat terdengar jelas dengan intensitas maksimum.

S2 : pada ruang ICS II sebelah kanan sternum (basal) dapat terdengar dengan jelas. Terdapat dua komponen S2 yang dapt terdengar jelas, yang pertama yaitu karena disebabkan penutupan katup aorta dan yang kedua yaitu akibat dari penutupan katup pumonalis. Suara ini dapat terdengar jelas pada saat orang coba melakukan inspirasi dalam. S3 : tidak terdengar. S4 : tidak terdengar.

2. Hasil II Identitas pasien dewasa

1. Nama 2. Usia

: Riksawan Ficky : 20 tahun

3. Jenis kelamin : Laki-laki

Dari percobaan yang telah dilakukan pada pasien Riksawan Ficky diperoleh hasil: v Keadaan umum (inspeksi) : tampak sehat , skleranya normal, tidak terdapat edem. Thoraks : bentuknya simetris, tidak terdapat penonjolan maupun bekas luka, inspirasin dan ekspirasi normal. v Palpasi, perabaan pada daerah apeks jantung dengan menggunakan telapak tangan tengah diperoleh hasil: gaya dorong jantung normal dan daerah pulsasi tidak menunjukkan tanda-tanda abnormal.. v Perkusi jantung menghasilkan bunyi pekak relatif Batas atas : bunyi sonor ke pekak relative (batas atas paru-basis jantung), Intercostalis II Batas bawah : bunyi pekak relatif menjadi pekak (batas jantung bawah dengan hati), Intercostalis V Batas kanan : perkusi kearah medial, terdengar perubahan bunyi dari dari sonor ke pekak relative (batas paru dengan jantung kanan), Linea Parastenalis Dekstra Batas kiri : perkusi dari linea midaksila kearah media, terdengar perubahan bunyi dari sonor ke pekak relatif (batas paru kriri dengan jantung kiri), linea midclavikula. Auskultasi Mendengarkan bunyi jantung dengan menggunakan stetoskop. S1 : pada ruang ICS V sebelah kiri sternum (apeks), dapat terdengar jelas dengan intensitas maksimum. S2 : pada ruang ICS II sebelah kanan sternum (basal) dapat terdengar dengan jelas. Terdapat dua komponen S2 yang dapt terdengar jelas, yang pertama yaitu karena

disebabkan penutupan katup aorta dan yang kedua yaitu akibat dari penutupan katup pumonalis. Suara ini dapat terdengar jelas pada saat orang coba melakukan inspirasi dalam. S3 : tidak terdengar jelas. S4 : tidak terdengar.

3. Hasil III Identitas pasien dewasa

1. Nama 2. Usia

: Bapak Rudi : 55 tahun

3. Jenis kelamin : Laki-laki

Dari percobaan yang telah dilakukan pada pasien Riksawan Ficky diperoleh hasil: v Keadaan umum (inspeksi) : tampak sehat , skleranya normal, tidak terdapat edem. Thoraks : bentuknya simetris, tidak terdapat penonjolan maupun bekas luka, inspirasin dan ekspirasi normal. v Palpasi, perabaan pada daerah apeks jantung dengan menggunakan telapak tangan tengah diperoleh hasil: gaya dorong jantung normal dan daerah pulsasi tidak menunjukkan tanda-tanda abnormal.. v Perkusi jantung menghasilkan bunyi pekak relatif Batas atas : bunyi sonor ke pekak relative (batas atas paru-basis jantung), Intercostalis II Batas bawah : bunyi pekak relatif menjadi pekak (batas jantung bawah dengan hati), Intercostalis V Batas kanan : perkusi kearah medial, terdengar perubahan bunyi dari dari sonor ke pekak relative (batas paru dengan jantung kanan), Linea Parastenalis Dekstra Batas kiri : perkusi dari linea midaksila kearah media, terdengar perubahan bunyi dari sonor ke pekak relatif (batas paru kriri dengan jantung kiri), linea midclavikula. Auskultasi Mendengarkan bunyi jantung dengan menggunakan stetoskop. S1 : pada ruang ICS V sebelah kiri sternum (apeks), dapat terdengar jelas dengan intensitas maksimum. S2 : pada ruang ICS II sebelah kanan sternum (basal) dapat terdengar dengan jelas. Terdapat dua komponen S2 yang dapt terdengar jelas, yang pertama yaitu karena

disebabkan penutupan katup aorta dan yang kedua yaitu akibat dari penutupan katup pumonalis. Suara ini dapat terdengar jelas pada saat orang coba melakukan inspirasi dalam. S3 : tidak terdengar jelas. S4 : tidak terdengar.

Pembahasan

Pemeriksaan fisis jantung dpat dilakukan dengan 4 cara. Cara tersebut yaitu dengan melakukan inspeksi (pemeriksaan dengan melihat), palpasi (pemeriksaan dengan meraba), perkusi (pemeriksaan dengan mengetuk), dan auskultasi (pemeriksaan dengan mendengar bunyi jantung). Pemeriksaan dengan keempat cara ini dilakukan untuk mengetahui letak apeks jantung, batas-batas jantung, dan bunyi yang dihasilkan jantung pada saat beraktivitas pada satu siklus jantung.

Inspeksi dilakukan pada orang coba untuk melihat keadaan keseluruhan daerah jantung jika dilihat dari luar seperti pucat atau tidaknya orang coba, pergerakan dada simetris atau tidak, dan memperhatikan posisi dari denyut apeks jantung, Memperhatikan bentuk prekordial apakah normal, mengalami depresi atau ada penonjolan asimetris yang disebabkan pembesaran jantung sejak kecil. Hipertropi dan dilatasi ventrikel kiri dan kanan dapat terjadi akibat kelainan kongenital.. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, tidak terihat kelainan dari pemeriksaan inspeksi ini .

Garis anatomis pada permukaan badan yang penting dalam melakukan pemeriksaan dada adalah: Garis tengah sternal (mid sternal line/MSL) Garis tengah klavikula (mid clavicular line/MCL) Garis anterior aksilar (anterior axillary line/AAL) Garis parasternal kiri dan kanan (para sterna line/PSL)

Palpasi dilakukan dengan meraba daerah permukaan kulit daerah jantung untuk merasakan denyut jantung pada daerah jantung dan meraskan gaya dorong dari apeks tersebut. Selain itu, palpasi dilakukan untuk mengetahui adanya hipertropi dan dilatasi ventrikel kiri dan kanan yang dapat terjadi karena kelainan kongenital. Biasanya, jika terdapat dinding dada yang tebal atau emfiisemia pulmonum, impuls jantung hanya dapat

teraba jika pasien duduk tegak atau membungkuk ke depan. Akan tetapi pada orang yang mengalami obesitas terkadang sulit untuk melihat dan meraba iktus kordiks. Pada insufisiensi aorta dan mitral, jika ventrikel harus bekerja melawan resistensi yang rendah, impuls apeks tersebut juga kuat, tetap mempunyai amplitude yang lebih besar dan lebih mendadak serta lebih hidup. Dalam percobaan ini, denyut jantung daerah apeks dari orang coba dapat dirasakan dan tidak terdapat keainan seperti hipertropi atau kelainan denyut jantung.

Setelah pemeriksaan inspeksi dan palpasi kemudian dilakukan pemeriksaan dengan perkusi yang bertujuan untuk mengetahui letak dan batas-batas dari jantung dengan mendengarkan bunyi yang dihasilkan. Pada keadaan normal jantung mempunyai bunyi pekak relative karena selain jantung merupakan padatan jantung juga mempunyai rongga dan cairan. Sebelum melakukan perkusi, pemeriksa terlebih dahulu menetapkan ICS II dan ICS V.Setelah 3tiga pemeriksaan diatas, orang coba kemudian diperiksa dengan auskultasi aitu mendengar bunti jantung dengan menggunakan stetoskop. Dengan auskultasi, keadaan fisiologis jantung dapat diketahui utamanya pada bunyi yang dihasilkan. Terdapat 4 bunti jantung dan yang dapat didengar melaui stetoskop adalah bunyi jantung 1 dan bunti jantung 2. Bunyi jantung 3 terdengar lemah atau bahkan tidak terdengar dan secara fisioogis dapat terdengar jelas setelah melakukan aktivitas berat seperti olah raga. Bunyi jantung 4 hanya terdengar pada keadaan patologis.

Anda mungkin juga menyukai