Anda di halaman 1dari 27

PERCOBAAN III PEMILIHAN DOSIS A. TUJUAN 1. Mampu menggunakan dosis obat yang tepat untuk subyek uji. B.

DASAR TEORI Dosis obat adalah jumlah yang digunakan oleh seorang pasien untuk memperoleh efek terapetik yang diharapkan. Faktor yang mempengaruhi penentuan dosis dan regimen dosis, diantaranya rute pemberian, lama pemberian, serta faktor pasien seperti berat badan, keadaan penyakit dan toleransi. (Ansel and Prince, !!"#. Dosis obat juga disebut sebagai dosis lazim atau dosis medicinalis atau dosis terapetik. Dosis maksimum adalah batas dosis yang relatif masih aman diberikan kepada penderita. Angka yang menunjukkan dosis maksimum untuk suatu obat adalah dosis tertinggi yang masih dapat diberikan kepada penderita de$asa, ini umumnya dicantumkan dalam suatu gram, miligram, mikrogram, atau %atuan &nternasional. 'ila dosis obat yang diberikan melebihi dosis terapetik terutama obat yang tergolong racun ada kemungkinan terjadi keracunan, dinyatakan sebagai dosis toxica. Dosis toksik ini dapat mengakibatkan kematian, disebut dosis letalis ((oenoes, !!1#. Dosis obat yang diberikan kapada pasien dipengaruhi oleh beberapa faktor ) faktor obat, cara pemberian dan pasien. Faktor pasien seringkali kompleks sekali, karena perbedaan indi*idual terhadap respon obat tidak selalu diperkirakan ((oenoes, !!1#. Penggunaan obat diharapkan agar dapat memperoleh kesembuhan dari penyakit yang diderita. Penggunaan obat perlu diperhatikan supaya tidak menimbulkan hal+hal tidak diinginkan. Dikatakan bah$a obat dapat memberi kesembuhan dari penyakit bila digunakan untuk penyakit yang cocok dengan dosis yang tepat dan cara pemakaian yang tepat. 'ila tidak akan diperoleh kerugian bagi badan bahkan sampai kematian (Anief, 1,,-#. .*aluasi ketepatan dosis dilihat dari dosis yang diberikan kepada pasien dan frekuensi pemberiannya. .*aluasi ketepatan dosis dilakukan karena apabila dosis

yang diberikan melebihi dosis terapetik terutama dosis obat yang tergolong racun ada kemungkinan terjadi keracunan, dan mengakibatkan kematian ((oenoes, !!1#. Ada berbagai metode yang dapat digunakan untuk merancang suatu aturan dosis tertentu. Pada umumnya, dosis a$al obat diperkirakan dengan menggunakan parameter farmakokinetik populasi rata+rata yang diperoleh dari kepustakaan. /emudian respon terapetik penderita dipantau melalui diagnosis fisik dan jika perlu melalui pengukuran kadar obat dalam serum. Aturan Dosis %ecara &ndi*idual

Pendekatan yang paling teliti untuk rancangan aturan dosis adalah perhitungan dosis yang didasarkan atas farmakokinetka obat pada penderita. Aturan Dosis Didasarkan atas 0arga 1ata+rata Populasi

Metode paling sering digunakan untuk menghitung aturan dosis didasarkan atas parameter farmakokinetik rata+rata yang diperoleh dari studi klinik yang telah diterbitkan dalam kepustakaan obat. 'iasanya farmakokinetik yang sering digunakan, seperti tetapan laju absorbsi /a, faktor bioa*ailabilitas F, *olume distribusi 2d, dan tetapan laju eliminasi /, dianggap paling tetap. Aturan Dosis Didasarkan atas Parameter farmakokinetik Parsial

3ntuk banyak obat, disayangkan profil farmakokinetik yang lengkap tidak diketahui atau tidak terdapat. 4leh karena itu ahli farmakokinetika dapat membuat beberapa anggapan untuk menghitung aturan dosis. %ebagai contoh, suatu anggapan umum adalah memisalkan factor bioa*ailabilitas F sma dengan 1 atau 1!!5. (adi, jika obat kurang lengkap terabsorbsi sistemik, maka penderita akan 6undermedicated7 daripada 6o*ermedicated7. 8entu saja, beberapa anggapan ini akan bergantung pada sifat obat dan rentang terapetiknya. Aturan Dosis Disesuaikan dengan 3mpan+'alik.

%uatu metode yang paling teliti untuk menghitung suatu aturan dosis, digunakan parmeter farmakokinetik obat yang ada dan karakteristik penderita untuk menetapkan aturan dosis a$al. /emudian penderita dipantau dengan menggunakan respon farmakologik akut dan9atau kosentrasi obat dalam serum sebagai suatu cara penyesuaian kembali aturan dosis yang tepat. Pengaturan Dosis secara .mpirik

Dalam keadaan ini dokter membuat keputusan yang didasarkan atas data klinik empirik, pengalaman pribadi, dan pengamatan. (%hargel, !!:# %ejumlah faktor yang harus dipertimbangkan pada $aktu merancang aturan dosis terapetik, yaitu ) 1. Pertimbangan farmakokinetika yang umum dari obat yang meliputi profil absorbsi, distribusi, dan eliminasi pada penderita. . Pertimbangan fisiologi penderita seperti umur, berat badan, jenis kelamin, dan status nuitrisi. ;. /ondisi patofisiologik seperti tidak berfungsinya ginjal, penyakit hati, dan kegagalan jantung congesti*e, kondisi ini mempengaruhi profil farmakokinetik normal obat. <. Pertimbangan 6e=posure7 penderita terhadap pengobatan yang lain atau faktor+faktor lingkungan (seperti merokok#. :. Pertimbangan sasaran kosentrasi obat pada reseptor penderita yang meliputi berbagi perubahan kepekaan reseptor terhadap obat.(>eon %hargel, !!:# %uatu aturan pemberian dosis yang rasional didasarkan pada asumsi bah$a ada konsentrasi konsentrasi target yang akan menghasilkan efek terapeutik yang diinginkan. Dengan mempertimbangkan factor+faktor farmakokinetik yang menentukan hubungan konsentrasi dosis, ada kemungkinan untuk member aturan dosis secara perseorangan agar tercapai konsentrasi target. 1entang konsentrasi efektif adalah suatu pedoman pada ukuran konsentrasi+konsentrasi ketika pasien sedang dalam pengobatan yang efektif. A$al konsentrasi target biasanya dipilih dari bagian ba$ah rentang tersebut. dalam beberapa hal konsentrasi target sebesar ng9ml, sementara kegagalan jantung biasanya cukup ditangani suatu konsentrasi target sebesar 1ng9ml. ('ertram ? /at@ung, !!1# %etelah $aktu pencuplikan ditetapkan, langkah selanjutnya adalah menetapkan dosis yang akan diberikan kepada subyek uji. Pemilihan dosis dapat didasarkan atas beberapa hal diantaranya mengacu pada >D:! (toksisitas akut# obat yang di uji. Perbandingan harga >D :! oral la$an intra*ena dapat digunakan untuk memperoleh gambaran tentang absorbabilitas obat sebagai fungsi dari pemberian peroral. (ika informasi ini tidak tersedia, dapat digunakan dosis a$al sebesar :+1!5

dari >D:! intra*ena. Aamun demikian perlu pula diperhatikan apakah kepekaan metode analisis mendukung besaran dosis tersebut sehingga pada fase eliminasi, kadar obat masih dapat dimonitor. .*aluasi ketepatan dosis dilihat dari dosis yang diberikan kepada pasien dan frekuensi pemberiannya. .*aluasi ketepatan dosis dilakukan karena apabila dosis yang diberikan melebihi dosis terapetik terutama dosis obat yang tergolong racun ada kemungkinan terjadi keracunan, dan mengakibatkan kematian. Faktor yang mempengaruhi penentuan dosis dan regimen dosis, diantaranya rute pemberian, lama pemberian, serta faktor pasien seperti berat badan, keadaan penyakit dan toleransi. (Ansel, !!"# Asetaminofen mengandung tidak kurang dari ,B,!5 dan tidak lebih dari 1!1,!5 CB0,A4 , dihitung terhadap @at yang telah dikeringkan. Pemerian halbur atau serbuk halbur putih, tak berbau, rasa pahit./elarutan larut dalam -! bagian air,dalam - bagian etanol(,B5#, dalam 1; bagian aseton,dalam <! bagian gliserol dan dalam , bagian propilengglikol, larut dalam hidroksida. (Departemen /esehatan 1& , 1,,:D ;-# %ulfametho=a@ol mengandung tidak kurang dari ,,, ! 5 dan tidak lebih dari 1!1,!5 C1!011A;4;% dihitung terhadap @at yang telah dikeringkan. Pemerian yaitu serbuk hablur, putih sampai hampir putih, praktis tidak berbau. /elarutannya yaitu praktis tidak larut dala air, eter, dan kloroform. Mudah larut dalam aseton dan dalam larutan Aa40 encer, agak sukar larut dalam etanol. (Departemen /esehatan 1& , 1,,:# C. ALAT DAN BAHAN Alat ) 1. >abu takar . Mikropipet ;. 8abung reaksi <. Aphendrof :. 2orte=+Mi=er ". %entrifuge -. /u*et B. %onde

,. %pektrofotometer 1!. Pipet *olume 11. Filler 1 . %calpel 1;. 0older 1<. 'eaker glass 1:. /ertas lensa 'ahan ) 1. Parasetamol (PC8# . %ulfameto=a@ol (%ME# ;. Asam trikloroasetat (8CA :5# <. Asam trikloroasetat(8CA !5# :. Aatrium nitrit !,15 ". Aatrium nitrit 1!5 -. Ammonium %ulfamat !,:5 B. Amonium sulfamat 1:5 ,. A(1+naftil# etilendiamin !,15 1!. Aa40 !,1 A 11. Aaoh 1!5 1 . 0cl "A 1;. 0eparin 1<. AFuadest 0e$an uji ) 8ikus

D. CARA KERJA

SULFAMETOXAZOL 1. Pembuatan La utan St!" Su#$amet!"%a&!# Ditimbang sulfametokxazol 50,0mg dimasukkan dalam labu takar

Ditambah sedikit larutan NaOH 0,1 N hingga larut

Diencerkan dengan aquadest ad 50 ml

'. Penentuan "u (a ba"u )nte na# 0eparin G :! Hl darah G :! Hl lar. stok sulfameto=a@ol dibuat kadar !,1!, !,<!,"!,B!,1!!,1 ! Hg9ml, dicampur homogen

Ditambah 8CA :5 ,! ml di*orte=ing ( sentrifuge 1! menit, :!! rpm #

Diambil supernatan,ditambah aFuadest ,! ml

Ditambah !, ml AaA4 !,1 5, dicampur ( didiamkan ; menit #

Ditambah Asam %ulfamat !,:5 !, ml ( didiamkan

menit#

Ditambah larutan !, ml A(1+natil#etilendiamin !,15 Diamkan :I di tempat gelap,

ditambah aFua dest. <,! ml, didiamkan : menit

Dibaca intensitas $arna pada J ma=

Dibuat kur*a hubungan resapan *s kadar

Di buat persamaan garis menggunakan kuadrat kecil y K b= G a, dihitung nilai r dari grafik tersebut

*. U+) Pen,a-u#uan Untu" Fa ma"!")net)"a Su#$amet!"%a&!# Disiapkan tikus, ditimbang, diberikan sulfametok=a@ol secara oral dengan dosis yang telah ditetapkan

/elompok & diberi sulfameto=a@ol dosis 1!!! mg9:! kg '', kelompok &&) 1:!! mg9:! kg '', kelompok &&&) !!! mg9 kg ''.

Dilakukan pencuplikan darah le$at *ena ekor pada $aktu sebagai berikut) ;!, "!, ,!, 1 !, 1:!, <!, -!, ;!! menit

Darah G 8CA :5 ,! ml di*orte=ing ( sentrifuge 1! menit, :!! rpm #

Diambil 1,: ml supernatan, ditambah aFuadest ,! ml

Ditambah !, ml AaA4 !,1 5, dicampur ( didiamkan ;I #

Ditambah Asam %ulfamat !,:5 !, ml ( didiamkan

menit#

Ditambah larutan !, ml A(1+natil#etilendiamin !,15 Diamkan :I di tempat gelap,

ditambah aFuadest <,! ml, didiamkan : menit

Dibaca intensitas $arna pada J ma=

Ditentukan kadar sulfameto=a@ol dengan menggunakan kur*a baku yang telah dibuat

PARASETAMOL

1. Pembuatan La utan St!." Ku (a Ba"u PCT Ditimbang PC8 1!!,! mg

Dimasukkan ke dalam labu takar 1!!,! ml dilarutkan dengan aFuadest panas ad 1!!,! ml '. Pembuatan Ku (a Ba"u PCT /edalam darah :!!Hl yang mengandung heparin

Ditambah :! Hl lart. %tock PC8 hingga kadar 1!!, !!,;!!,<!!,:!!,"!!, dan -!! Hg9ml, dicampur homogen Ditambah ,!ml 8CA !5 dengan *orte=ing

Disentrifuge selama :+1! menit kecepatan :!!rpm

Diambil beningan ( 1,: ml #, ditambah !,: ml 0Cl "A

Ditambah larutan 1,! ml AaA4 1!5, didiamkan 1:menit pada suhu L1:MC Ditambah 1,! ml asam sulfamat 1:5

Ditambah ;,: ml Aa40 1!5 dan di+ad dengan aFuadest sampai 1!,! ml pada labu takar /emmudian didiamkan selama ;menit Dibaca intensitas $arna pada spektrofotometer <<B nm dan dibuat kur*a hubungan kadar PC8 terhadap serapannya

*. U+) Pen,a-u#uan untu" Fa ma"!")net)"a PCT Disiapkan tikus dan ditimbang

Diberikan PC8 secara oral dengan dosis yang telah ditetapkan Dilakukan pencuplikan darah le$at *ena ekor pada $aktu sbb ) 1:,;!,<:,"!,,!,1 !,1:!,1B!, <! menit Darah ditambah ,!ml 8CA !5 dengan *orte=ing

Disentrifuge selama :+1! menit kecepatan :!!rpm

Diambil beningan ( 1,:!ml #, ditambah !,: ml 0Cl "A

Ditambah larutan 1,! ml AaA4 1!5, didiamkan 1:menit pada suhu L1:MC Ditambah 1,! ml asam sulfamat 1:5

Ditambah ;,: ml Aa40 1!5 dan di+ad dengan aFuadest sampai 1!,! ml pada labu takar /emudian didiamkan selama ;menit Dibaca intensitas $arna pada spektrofotometer <<B nm (absorbansi#, dihitung Cp dan dibuat kur*a hubungan $aktu *s Cp pada kur*a semilogaritma

E. DATA PEN/AMATAN Pa a.etam!# a. Data Absorbansi /ur*a 'aku Paracetamol

C 0123m#4 1!! !! ;!! <!! :!! "!! -!!

Ab5! ban5) !.!B, !. <B !.; ! !.< ! !.:B; !."-: !.-"!

a b r

K +: = 1!+; K 1,11-, = 1!+; K !,,,:-

6 7 b% 8 a 67 1,11-,.1!+; = G (+: = 1!+;#

Data Absorbansi untuk pemberian dosis :!! mg9:!kg'' manusia

$aktu ! 1: ;! <: "! ,! 1 ! 1:! 1B! 1! Persamaan /ur*a 'aku 6 7 1,11-,.1!+; = G (+: = 1!+;#

absorbansi !.!:< !.!-! !.!-" !.!: !.!;, !.!!!.! " !.!! !.!:+

Perhitungan konsentrasi obat dalam plasma Cp : .-"-.!, - .<: :!.,B ;,.;: -.-;

$aktu ! 1: ;! <: "! ,! 1 ! 1:! 1B! 1!

Absorbansi !.!:< !.!-! !.!-" !.!: !.!;, !.!!!.! " !.!! !.!:+

Perhitungan t19 eliminasi Paracetamol :!! mg9:!kg'' manusia O ,e 9 0RL t (5 C:4 a K :!,,b K +!.1,;" r K +1 O ,e 1 0RL t (5 #n C:4 a K <,! b K +:,B; = 1!+; r K +1 t N eliminasi orde 1 bK+k k K :,B; = 1!+; t N eliminasi K
!,",; k

t N eliminasi K !,",; 9 :,B; = 1!+; K 11B,B" menit K 1,,B jam ;a"tu Sam:#)n2 Pa a.etam!# <99 m23<9"2BB manu5)a >ama sampling K (;+:# = tN K (;+:# = 1,,B jam K :,,< O ,,, jam

Data Absorbansi untuk pemberian dosis -:! mg9:!kg'' manusia

$aktu ! 1: ;! <: "! ,! 1 ! 1:! 1B! 1! Persamaan /ur*a 'aku 6 7 1,11-,.1!+; = G (+: = 1!+;#

absorbansi + !.!!< !.!!1 !.!1B !.!; !.!!" !.;1: !.!1, !.!1; !.!!"

Perhitungan konsentrasi obat dalam plasma Cp + B.!: :.;!.:;;.1! ,.B< B". : 1.<1".1! ,.B<

$aktu ! 1: ;! <: "! ,! 1 ! 1:! 1B! 1! +

absorbansi !.!!< !.!!1 !.!1B !.!; !.!!" !.;1: !.!1, !.!1; !.!!"

Perhitungan t19 eliminasi Paracetamol -:! mg9:!kg'' manusia O ,e 9 0RL t (5 C:4 a K :;,"" b K +!, !Br K +1 O ,e 1 0RL t (5 #n C:4 a K :,-;; b K +!,!1"< r K +1 t N eliminasi orde 1 bK+k k K !,!1"< t N eliminasi K
!,",; k

t N eliminasi K !,",; 9 !,!1"< K < , " menit K !,-! jam ;a"tu Sam:#)n2 Pa a.etam!# =<9 m23<9"2BB manu5)a >ama sampling K (;+:# = tN K (;+:# = !.-! jam K ,1 O ;,: jam

Data Absorbansi untuk pemberian dosis 1!!! mg9:!kg'' manusia

$aktu ! 1: ;! <: "! ,! 1 ! 1:! 1B! 1! Persamaan /ur*a 'aku 6 7 1,11-,.1!+; = G (+: = 1!+;#

Absorbansi !.!:" !.1!; !.1!1 !.11: !.1 " !.!;< !.! !.!1: + +

Perhitungan konsentrasi obat dalam plasma Cp :<.:,"."1 ,<.B 1!-.;< 11-.1B ;<.B, .;" 1-.B, + +

$aktu ! 1: ;! <: "! ,! 1 ! 1:! 1B! 1!

absorbansi !.!:" !.1!; !.1!1 !.11: !.1 " !.!;< !.! !.!1: + +

Perhitungan t19 eliminasi Paracetamol 1!!! mg9:!kg'' manusia O ,e 9 0RL t (5 C:4 a K <!, <!! b K +!,1<,! r K +1 O ,e 1 0RL t (5 #n C:4 a K ;,,,,< b K +-,<;< = 1!+; r K +1 t N eliminasi orde 1 bK+k k K -,<;< = 1!+; t N eliminasi K
!,",; k

t N eliminasi K !,",; 9 -,<;< = 1!+; K ,;, menit K 1,:: jam ;a"tu Sam:#)n2 Pa a.etam!# 1999 m23<9"2BB manu5)a >ama sampling K (;+:# = tN K (;+:# = 1.:: jam K <,": O -,-: jam

Su#$amet!%a&!# a. Data Absorbansi /ur*a 'aku %ulfametoksa@ol C 0123m#4 1! ! <! "! B! 1!! 1 ! Ab5! ban5) !.!1B !.!; !.!;" !.!:< !. <; !.1;" !.1;!

a b r

K +!.!;"B K .",,< = 1!+; K !,B ;

6 7 b% 8 a 67 .",,< = 1!+;PG 0+!.!;"B#

Data Absorbansi untuk pemberian dosis B!!mg9:!kg'' manusia ;a"tu 0men)t4 ! 1: ;! <: "! ,! 1 ! 1:! 1B! 1! Ab5! ban5) 1eplikasi & !.! !.! < !.!:+ !.!BB !.1<; !.1:" !.!B; !,! !,! : /onsentrasi9Cp 1;.": 1;.": 1;.", + 1;.1;.-B 1;.-, 1;.1;."" 1;.""

Perhitungan t19 eliminasi %ME dosis B!!mg9:!kg'' manusia O ,e 9 0RL t1>9?'19 (5 C:4 a K 1;."" b K !,!!1 r K +!,B""! O ,e 1 0RL t (5 #n C:4 a K ," ,! b K +-,;!<"=1!+: r K +!,B"" t N eliminasi orde 1 bK+k k K -,;!<"=1!+: t N eliminasi K
!,",; k

t N eliminasi K !,",; 9 -,;!<"=1!+: K ,<B-,1- menit K 1:B,11,: jam

;a"tu Sam:#)n2 Su#$amet!"5a&!# >99 m23<9"2BB manu5)a >ama sampling K (;+:# = tN K (;+:# = 1:B,11," jam K <-<,;:B:+-,!,:,B jam

Data Absorbansi %ulfametoksa@ol 1!!!mg ;a"tu 0men)t4 ! 1: ;! <: "! ,! 1 ! 1:! 1B! 1! Ab5! ban5) 1eplikasi & !. !, !. !, !.1,, !.1,; !. 1B !.1", !.;B! !. "" !.1;B !. ! /onsentrasi9Cp 1;.B< 1;.B< + + 1;.B: + 1<.!1 1;.,! 1;.-1;.B;

Perhitungan t19 eliminasi %ME dosis 1!!!mg9:!kg'' manusia O ,e 9 0RL t1>9?'19 (5 C:4 O ,e 1 0RL t (5 #n C:4

a K 1;,<1 b K !,!! rK1

a K ,:,"< b K 1,<<,;=1!+< rK1 t N eliminasi orde 1 bK+k k K 1,<<,;=1!+< t N eliminasi K


!,",; k

t N eliminasi K !,",; 9 1,<<,;=1!+< K <-B1,"1 menit K -,,", jam ;a"tu Sam:#)n2 Su#$amet!"5a&!# 1999 m23<9"2BB manu5)a >ama sampling K (;+:# = tN K (;+:# = 1,!, jam K ;,,!BO ;,B,<: jam

Data Absorbansi %ulfametoksa@ol dosis 1 !!mg9:!kg'' manusia ;a"tu 0men)t4 ! 1: ;! <: "! ,! 1 ! 1:! 1B! 1! Ab5! ban5) 1eplikasi & !.!<! !.1: !. :: !.<: 1. ,: !.":: !."1; !.;1< + + /onsentrasi9Cp 1;."1;.-B 1;.BB 1<.!B 1<.,; 1<. , 1<. < 1;.,: + +

Perhitungan t19 eliminasi %ME dosis 1 !!mg9:!kg'' manusia O ,e 9 0RL t1'9?1<9 (5 C:4 a K 1:,< b K +,,""-=1!+; r K +1 O ,e 1 0RL t (5 #n C:4 a K ,-;B< b K +",B:B< = 1!+< r K +!,,,,, t N eliminasi orde 1 bK+k k K ",B:B< = 1!+< t N eliminasi K
!,",; k

t N eliminasi K !,",;9 ",B:B<=1!+< K 1!1!,<< menit K 1",B< jam

;a"tu Sam:#)n2 Su#$amet!"5a&!# 1'99 m2 1.P>&/A%& & >ama sampling K (;+:# = tN K (;+:# = 1",B< jam K :!,: OB<, ! jam

F. PEMBAHASAN Pada percobaan kali ini dilakukan pemilihan dosis obat sulfameto=a@ol dan paracetamol yang akan diberikan kepada he$an uji. Praktikum ini merupakan kelanjutan dari praktikum sebelumnya yang artinya baik reagent yang digunakan dan prosedur yang dilakukan pun sama.

Pada percobaan ini dilakukan pemilihan dosis obat sulfameto=a@ol dan paracetamol yang diberikan kepada he$an uji (tikus#. Pengujian ini bertujuan untuk menetapkan dosis yang tepat untuk subyek uji. >angkah ini merupakan langkah sebelum melakukan penetapan parameter farmakokinetika pada obat sulfameto=a@ol dan paracetamol. Prosedur pemilihan dosis dilakukan dengan metode 'ratton Marshal. /elebihan dari metode ini adalah spesifik untuk cairan hayati dan sangat sensiti*e, pada konsentrasi kecil sudah dapat menganalisis kadar suatu obat. %elain itu percobaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya korelasi antara peningkatan dosis dengan $aktu, sehingga nantinya dosis terapi yang dipilih dapat memberikan kadar terapetik obat yang optimal dalam tubuh. %ebelumnya dilakukan pembuatan kur*a baku baik sulfameto=a@ol maupun paracetamol dibuat larutan stok terlebih dahulu. Dari larutan tersebut dibuat seri baku yang telah ditentukan untuk masing+masing obat. Dari seri baku yang dibuat kemudian diukur absorbansinya dan kemudian dapat ditentukan kur*a hubungan antara kadar dengan absorbansinya. >angkah selanjutnya yaitu pengambilan sampel darah pada he$an uji melalui *ena ekor sebelum pemberian obat (blangko# dan setelah pemberian obat sesuai dengan dosis yang telah ditentukan pada menit ke 1:, ;!, <:, "!, ,!, 1 !, 1:!, 1B!, dan 1!. Darah disini sifatnya mudah menggumpal untuk itu diberikan antikoagulan yaitu heparin didalam ependroff (tempat penampung darah# untuk mencegah penggumpalan. %ebelum diambil darahnya, bagian ekor dibersihkan dari kotoran dan bulunya dengan menggunakan scalpel, selain heparin ditambahkan juga 8CA sebanyak ,! ml fungsi penambahan 8CA yaitu untuk melepaskan obat dari ikatan protein. %etelah ditambah dengan 8CA agar tercampur dengan rata diaduk menggunakan alat *orte=+mi=er. /emudian di sentifuge selama 1! menit tujuannya yaitu untuk mengendapkan protein sehingga diperoleh supernatannya (beningannya#. %upernatan yang diperoleh dari hasil proses sentrifuge dipindahkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan dengan aFuadest, lalu ditambahkan AaA4 . Pada saat ditambah AaA4 , timbul gelembung gas A ketika dikocok. /emudian didiamkan ; menit setelah gelembung gas hilang. Penambahan AaA4 dimaksudkan untuk membentuk senya$a dia@onium. %etelah itu ditambahkan Asam sulfamat secara perlahan+lahan sambil dikocok untuk menghilangkan gas A , lalu didiamkan menit. baku

/emudian ditambahkan A(1+naftil# etilendiamin dan didiamkan : menit ditempat gelap. A(1+naftil# etilendiamin merupakan pereaksi yang digunakan untuk mengkopling senya$a dia@onium sehingga membentuk kompleks ber$arna ungu. /ompleks larutan ber$arna ini mudah teroksidasi atau tidak stabil dengan adanya cahaya, sehingga sebelum dilakukan pengukuran harus segera didiamkan ditempat yang gelap atau d tutup dengan plastik hitam. %etelah itu larutan sampel diencerkan lagi dengan < ml aFuadest. %ebelum dilakukan pengukuran sampel dilakukan penentuan J maks terlebih dahulu dengan tujuan pada J maks kepekaannya juga maksimal karena pada J maks tersebut perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar, selain itu bentuk kur*a absorbansinya datar dan merupakan panjang gelombang yang paling stabil. Ailai absorbansi yang diperoleh, digunakan untuk menentukan konsentrasi obat dalam plasma (Cp# dengan menggunakan persamaan regresi linier dari kur*a baku. >angkah selanjutnya adalah dibuat kur*a hubungan $aktu (t# dengan /onsentrasi (Cp#. Dosis sulfameto=a@ol yang diujikan antara lain B!! mg, 1!!! mg, 1 !! mg. Pada percobaan ini, larutan sulfameto=a@ol diberikan dengan dosis tunggal pada he$an uji tikus secara peroral. Dari hasil data pengamatan, diketahui bah$a sulfameto=a@ol mengikuti model dua kompartemen terbuka ekstra*askuler karena terdiri dari fase absorbsi,distribusi dan eliminasi. Dari kur*a kadar obat dalam plasma (Cp# *s $aktu (t# didapatkan pada kelompok %ME dengan dosis 1 !! mg menggambaran proses laju absorbsi, distribusi, dan eliminasi obat. Dari kur*a dapat dilihat bah$a obat mula+mula mengalami absorbsi dimana kadar obat dalam plasma (Cp# mulai naik seiring berjalannya $aktu hingga mencapai konsentrasi maksimal (Cp maks#. Cp maks %ulfameto=a@ol dicapai pada menit ke "!. %etelah mencapai Cp maks kadar obat dalam plasma mulai menurun dan kemudian masuk dalam fase distribusi dan selanjutnya akan mengalami fase eliminasi. %edangkan sulfameto=a@ol pada dosis B!! mg dan 1!!! mg mempunyai data yang tidak menunjukkan fase distribusi. Pada ketiga dosis tersebut terlihat bah$a Cp maks masing+masing dosis berbeda. 0al ini dapat disebabkan pengaruh kondisi biologis setiap he$an uji berbeda+beda. Pada kur*a sulfameto=a@ol dosis 1 !! mg terlihat jelas bah$a obat mengalami proses absorbsi, distribusi dan eliminasi dengan baik, sehingga dapat dijadikan parameter untuk melihat fase+fase farmakokinetik.

%edangkan dosis parasetamol yang diujikan adalah :!! mg, -:! mg, dan 1!!! mg. Dosis a$al yaitu :!! mg, kemudian dinaikkan menjadi -:! mg dan 1!!! mg. /enaikkan peringkat dosis tersebut digunakan untuk mendeteksi timbulnya kinetika tergantung dosis. Pada percobaan ini, larutan parasetamol diberikan dengan dosis tunggal pada he$an uji tikus secara peroral. %ecara teoritis diketahui bah$a paracetamol mengikuti model satu kompartemen terbuka ekstra*askuler yang terdiri dari fase absorbsi dan eliminasi. Dari hasil pengamatan di atas menunjukkan bah$a tidak ada satupun kur*a yang menunjukkan model satu kompartemen. Pada dosis paracetamol :!! mg dan 1!!! mg menunjukkan adanya fase absorbsi, distribusi, dan eliminasi. /onsentrasi maksimal obat dalam plasma (Cp maks# pada dosis :!! mg diperoleh pada menit ke ;!. %edangkan dosis 1!!! mg pada menit ke "!. 3ntuk parasetamol dengan dosis -:! mg menunjukkan kadar obat dalam plasma terlihat turun naik, sehingga fase+fase farmakokinetik tidak dapat terbaca dengan baik. Dari pemilihan dosis pada subyek uji ini dapat diketahui pula bah$a farmakokinetika dari masing+masing obat baik sulfameto=a@ol maupun paracetamol tergantung dari dosis. /. KESIMPULAN 1. Parasetamol mengikuti model satu kompartemen terbuka ekstra*askuler. . %ulfameto=a@ol mengikuti model dua kompartemen terbuka ekstra*askuler. ;. Pemilihan dosis berhubungan dengan keterbatasan sensi*itas metode analisis dan mendeteksi timbulnya farmakokinetik tergantung dosis. <. %emakin besar dosis yang diberikan ke dalam tubuh maka semakin lama obat berada didalam tubuh (plasma#. H. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1,,:. Farmakope Indonesia edisi IV. (akarta ) Departemen /esehatan 1epublik &ndonesia. Ansel, 0. C., dan %. (, Prince. !!". Kalkulasi Farmasetik : Panduan untuk Apoteker . (akarta ) Penerbit buku kedokteran .?C. Anief, Moh. 1,,-. Formulasi Obat Topika Dengan Dasar Penyakit Kulit etakan Pertama. Qogyakarta ) Penerbit ?adjah Mada 3ni*ersity Press.

(oenoes, Aani@ar Eaman. !!1. Ars Prescribendi !"esep #ang "asional$. %urabaya ) Airlangga 3ni*ersity Press. /at@ung, 'ertram ?. !!1. FA"%AKO&O'I DA(A" DA) K&I)IK* +disi ke,-. (akarta ) Penerbit %alemba Medika. %hargel, >eon dkk, !!:, /io0armasetika dan Farmakokinetika Terapan. %urabaya ) Airlangga 3ni*ersity Press.

Anda mungkin juga menyukai