Difteri
Difteri
Difteri
Hutomo Prawirohardjo
Pembimbing
dr Melita Sp.A
29 April 2014
Difteri
Diphtheria atau difteri adalah penyakit infeksi yang menyerang selaput mukosa hidung dan tenggorokan. Penyakit ini dapat menyancam jiwa penderitanya. Dapat pula pertama kali menyerang kulit penderita
Toksin yang dikeluarkan bakteri tersebut dapat menyebabkan gangguan terhadap fungsi jantung dan syaraf, yang dapat menyebabkan kematian.
01
Etiologi
Difteri disebabkan oleh Corynebacterium diphtheriae, yang dikenal ada dua macam yaitu: -Toxigenic Corynebacterium diphtheriae -Non-toxigenic Corynebacterium diphtheriae
Con't
Bakteri ini ditularkan melalui percikan ludah yang berasal dari batuk penderita atau benda maupun makanan yang telah terkontaminasi oleh bakteri. Biasanya bakteri ini berkembangbiak pada atau disekitar selaput lendir mulut atau tenggorokan dan menyebabkan peradangan. Pewarnaan sediaan langsung dapat diilakukan dengan biru metilen atau biru toluidin. Basil ini dapat ditemukan dengan sediaan langsung dari lesi. sifat bakteri Corynebacterium diphteriae : 1. Gram positif 2. Aerob
3. Polimorf
4. Tidak bergerak 5. Tidak berspora
Con't
Disamping itu bakteri ini dapat mati pada pemanasan 60 C selama 10 menit, tahan beberapa minggu dalam es, air, susu dan lendir yang telah mengering. Basil Difteria mempunyai sifat: 1. Membentuk psedomembran yang sukar dianggkat, mudah berdarah, dan berwarna putih keabu-abuan yang meliputi daerah yang terkena.terdiri dari fibrin, leukosit, jaringan nekrotik dan kuman. 2. Mengeluarkan eksotoksin dan dapat meracuni jaringan setelah beberapa jam diserap dan memberikan gambaran perubahan jaringan yang khas terutama pada otot jantung, ginjal dan jaringan saraf
Faktor resiko
1. Apabila immunisasinya tidak lengkap 2. Apabila tinggal di daerah padat penduduk yang kurang higenis 3. Apabila mengalami kekebalan (compromised immune system) 4. Bepergian ke daerah endemik Difteri tubuh yang rendah
Patogenesis
Gejala klinis
Gejala mulai timbul dalam waktu 1-4 hari setelah terinfeksi. 1. Demam yang tidak terlalu tinggi 2. Denyut jantung cepat 3. Lesu dan lemah 4. Menggigil 5. Mual muntah 6. Nyeri saat menelan dan anoreksia 7. Pucat 8. Pembengkakan kelenjar limfa dileher 9. Sakit kepala 10. Pembengkakan kelenjar limfa dileher 11. Sesak nafas 12. Serak
Derajat infeksi
1. Infeksi ringan bila pseudomembran hanya terdapat pada mukosa hidung dengan gejala hanya nyeri menelan.
2. Infeksi sedang bila pseudomembran telah menyaring sampai faring (dinding belakang rongga mulut), sampai menimbulkan pembengkakan pada laring. 3. Infeksi berat bila terjadi sumbatan nafas yang berat disertai dengan gejala komplikasi seperti miokarditis (radang otot jantung), paralysis (kelemahan anggota gerak) dan nefritis (radang ginjal).
Difteri hidung
Gejala paling ringan dan paling jarang (2%). Mula-mula tampak pilek, kemudian secret yang keluar tercampur darah sedikit yang berasal dari pseudomembran. Penyebaran pseudomembran dapat mencapai faring dan laring.
01
01
01
01
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan klinis dan laboratorium. Gejala klinis merupakan pegangan utama dalam menegakkan diagnosis, karena setiap keterlambatan dalam pengobatan dapat menimbulkan resiko pada penderita. Secara klinis diagnosis dapat ditegakkan dengan melihat adanya membran yang tipis yang berwarna keabu-abuan, seperti sarang laba-laba dan mudah berdarah bila diangkat. Pemeriksaan Laboratorium termasuk, Gram stain, hapusan hidung dan tenggorokan mengidentifikasi Corynebacterium diphtheriae kultur untuk
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium: Apusan tenggorok terdapat kuman Corynebakterium difteri Pemeriksaan bakteriologis mengambil bahan dari membrane atau bahnan di bawah membrane, dibiak dalam Loffler, Tellurite dan media blood 2. Pada pemeriksaan darah terdapat penurunan kadar hemoglobin dan leukositosis polimorfonukleus, penurunan jumlah eritrosit, dan kadar albumin. Pada urin terdapat albuminuria ringan Lekosit dapat meningkat atau normal, kadang terjadi anemia karena hemolisis sel darah merah
Con't
3. Pada neuritis difteri, cairan serebrospinalis menunjukkan sedikit peningkatan protein 4. Schick Tes: tes kulit untuk menentukan status imunitas penderita, suatu pemeriksaan swab untuk mengetahui apakah seseorang telah mengandung antitoksin. Dengan titer antitoksin 0,03 ml satuan permilimeter darah cukup dapat menahan infeksi difteri. Untuk pemeriksaan ini digunakan dosis 1/50 MLD (Minimal Letal Dose) yang diberikan intrakutan dalam, bentuk larutan yang telah diencerkan sebanyak 0,1 ml. Bila orang tersebut tidak mengandung antitoksin, akan timbul vesikel pada bekas suntikan dan akan hilang setelah beberapa minggu. Pada orang yang mengandung titer antitoksin yang rendah, uji shick dapat positif pada orang dengan imunitas atau mengandung anti toksin yang tinggi. Positif palsu dapat terjadi akibat reaksi alergi terhadap protein antitoksin yang menghilang dalam 72 jam.Tes ini tidak berguna pada diagnosis dini, baru dapat dibaca beberapa hari kemudian 5. Apabila pasien mengalami komplikasi kejantung (miokarditis),pada pemeriksaan EKG hasilnya :Low voltage, depresi segment S
01
Pencegahan penyakit
1.Rutin immunisasi pada waktu bayi dan anak, serta booster pada waktu tertentu (ada jadual).
2.Menghindari bepergian kedaerah dimana terjadi out break (kejadian luar biasa) difteri. 3.Anak dan orang yang dekat dengan penderita difteri (close contacts) hendaknya diperiksakan ke dokter. 4.Pada waktu kejadian luar biasa, apa bila ada anak/orang yang mengeluh sakit tenggorokan hendaknya diperikan ke dokter secepatnya.
Pengobatan
Pengobatan dilakukan di Rumah Sakit. Biasanya diberi anti biotik Penicilin apabila tidak alergi, Eritromisin apabila alergi pada Penicilin. Selain itu mungkin memerlukan: Cairan melalui infus set Oxygen Bed rest Memonitor keadaan jantung Pemasangan tubal intra trachea Koreksi terhadap gangguan jalan nafas
01
01