Anda di halaman 1dari 19

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Menopause
Menurut arti katanya, menopause berasal dari dua kata dari bahasa Yunani yaitu
men berarti bulan, pause, pausis, paudo berarti periode atau tanda berhenti, sehingga
menopause diartikan sebagai berhentinya secara definitif menstruasi.
8,9
Menopause secara
teknis menunjukkan berhentinya menstruasi, yang dihubungkan dengan berakhirnya fungsi
ovarium secara gradual, yang disebut klimakterium. Menopause adalah suatu fase dari
kehidupan wanita yang ditandai dengan berakhirnya menstruasi dan berhentinya fungsi
reproduksi,
9
namun seorang wanita dikatakan telah mengalami menopause setelah dia tidak
mengalami menstruasi minimal selama 12 bulan.
10
Perempuan biasanya mengalami menopause antara 40 dan 58 tahun, dengan usia
rata-rata menjadi 51 tahun.
4,11
. Perokok dan wanita dengan penyakit kronis cenderung
mengalami menopause pada usia lebih dini.
12

Tabel 1. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AWAL MULA (ONSET)
MENOPAUSE
12

Earlier onset

Later onset

Merokok
Nulliparity
Radiasi dan kemoterapi daerah
pelvis
Pengobatan untuk depresi
Keluarga
Multiparitas
Peningkatan BMI (Body Mass Index)
Keluarga


Universitas Sumatera Utara


2.1.1 Patofisiologi Menopause
Ovarium wanita memiliki jumlah oosit terbesar selama bulan kelima kehamilan dan
memiliki sekitar 1.000.000 - 2.000.000 oosit saat lahir. Pada saat masa penuaan, proses
atresia mengurangi jumlah oosit, sehingga di masa menopause seorang wanita mungkin
hanya memiliki beberapa ratus hingga beberapa ribu oosit saja yang tertinggal. Ovarium
tersebut memproduksi 3 hormon penting yaitu estrogen, progesteron, dan androgen.
12

Estrogen secara endogen memproduksi Estrone (E
1
)
,
estradiol (E
2
) dan estriol (E
3
).
Estradiol (E
2
) diproduksi oleh folikel ovarium dominan selama siklus menstruasi bulanan
dan merupakan estrogen alami yang paling ampuh. Estrone (E
1
) adalah bentuk dominan
estrogen selama menopause. Ini diproduksi dalam jumlah kecil oleh ovarium dan kelenjar
adrenal, dan terutama diturunkan oleh konversi perifer androstenedion dalam jaringan
adiposa.
12
Progesteron diproduksi oleh korpus luteum dan menyebabkan penebalan
endometrium dalam persiapan untuk penempelan ovum yang telah dibuahi. Progesteron
juga menghambat tindakan estrogen pada jaringan tertentu. Pada wanita yang anovulatori,
tidak ada korpus luteum terbentuk. Oleh karena itu, estrogen sering tidak terhalangi. Hal ini
dapat mengakibatkan penumpukan pada endometrium, menyebabkan perdarahan
menstruasi yang tidak teratur pada fase perimenopause.
4,

Pembentukan korpus luteum mengawali fase sekretori di mana estrogen,
progesteron, dan androgen juga dikeluarkan. Estrogen menyebabkan proliferasi seluler,
sedangkan progesteron menyebabkan penebalan dan peningkatan sekresi pada
endometrium
.
J ika kehamilan tidak terjadi, kadar estrogen dan progesteron turun bertahap.
Penurunan hormon ini memberi tanda bagi penebalan lapisan dalam rahim untuk
dikeluarkan, menyebabkan perdarahan menstruasi dan memberi tanda bagi ovarium untuk
Universitas Sumatera Utara


memulai proses kembali lagi dengan mulai menumbuhkan lebih banyak folikel untuk ovum
baru dan siklus baru.
4,12
Ovarium pada saat menopause tidak lagi menghasilkan estradiol (E
2
) atau inhibin
dan progesteron dalam jumlah yang bermakna, dan estrogen hanya dibentuk dalam jumlah
kecil. Oleh karena itu, FSH (Folicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone)
tidak lagi dihambat oleh mekanisme umpan balik negatif estrogen dan progesteron yang
telah menurun dan sekresi FSH dan LH menjadi meningkat dan FSH dan LH plasma
meningkat ke tingkat yang tinggi. Fluktuasi FSH dan LH serta berkurangnya kadar estrogen
menyebabkan munculnya tanda dan gejala menopause, antara lain rasa hangat yang
menyebar dari badan ke wajah (hot flashes), gangguan tidur, keringat di malam hari,
perubahan urogenital, osteopenia/ kepadatan tulang rendah, dan lain-lain.
8,11,12

2.1.2 Gejala-Gejala dan Perubahan-Perubahan yang Menyertai Menopause
Terjadinya menopause pada wanita biasanya diikuti dengan berbagai gejala atau
perubahan yang meliputi aspek fisik maupun psikologis yang dapat mempengaruhi
berbagai aspek kehidupan wanita tersebut.
8


2.1.2.1 Perubahan Fisik
Keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala menopause antara lain:
2.1.2.1.1 Ketidakteraturan siklus haid
Tanda paling umum yang terjadi adalah fluktuasi dalam siklus haid, pola haid
menjadi tidak beraturan, kadang kala muncul tepat waktu, tetapi tidak pada siklus
berikutnya. Haid dapat berubah-ubah dari banyak menjadi sedikit tanpa pola tertentu. Hal
ini terjadi akibat menurunnya level estrogen.
8,9

Universitas Sumatera Utara


2.1.2.1.2 Serangan rasa panas (hot flashes)
Serangan rasa panas (hot flashes) juga merupakan gejala lain yang umum dialami
selama transisi menopause. Ini dialami oleh 75-85 % wanita Eropa dan Amerika Utara.
Serangan rasa panas adalah sensasi dari panas seluruh tubuh, terjadi peningkatan suhu
tubuh dan kemerahan pada wajah yang sering disertai dengan keringat pada kepala, leher,
dan thorax bagian atas, jantung berdebar-debar dan perasaan tidak nyaman di seluruh
tubuh. Serangan rasa panas biasanya berkisar antara satu dan lima menit dan sering diikuti
oleh menggigil.
4
Hal ini terjadi karena tidak adanya keseimbangan pada vasomotor.
9


2.1.2.1.3 Perubahan urogenital
Urogenital Estrogen Reseptor (ER) terdapat pada berbagai jaringan, termasuk
urethra dan bladder. Penurunan estrogen pada menopause menyebabkan jaringan urethra
mengecil sehingga dapat terjadi disuria, dan frekuensi urin meningkat. Perubahan pada
vagina dan vulva juga dapat terjadi, meliputi atropi vagina, atropi cervic dan kekeringan
vagina.
12


2.1.2.1.4 Perubahan kulit
Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit, ketika menstruasi berhenti maka
kulit terasa lebih tipis, kurang elastis terutama pada daerah sekitar wajah, leher dan lengan.
Kulit di bagian bawah mata menjadi menggembung seperti kantong dan lingkaran hitam di
bagian ini menjadi lebih permanen dan jelas.
8

2.1.2.1.5 Keringat di malam hari dan sulit tidur
Keringat di malam hari terjadi berhubungan dengan hot flashes yang disertai dengan
keringat yang banyak pada malam hari. Keringat ini mengganggu tidur dan dapat
Universitas Sumatera Utara


menyebabkan insomnia (sulit tidur) dan bila ini sering terjadi akan menimbulkan rasa letih
yang serius bahkan menjadi depresi.
8

2.1.2.1.6 Perubahan pada rongga mulut
Perubahan rongga mulut dilaporkan dapat terjadi pada pada wanita menopause (20-
90%), termasuk ketidaknyamanan oral (rasa sakit dan sensasi terbakar), mulut kering
(xerostomia) dan persepsi rasa berubah.
13,14
Etiologi dari ketidaknyamanan oral ini
berhubungan dengan perubahan pada kuantitas dan kualitas saliva.
6
Perubahan mukosa mulut karena berkurangnya tingkat estrogen pada epitel
berkeratin bersama dengan penurunan sekresi saliva pada wanita menopause dapat terjadi
bervariasi dari warna yang menjadi pucat sampai ke kondisi yang dikenal sebagai
gingivostomatitis menopause, ditandai dengan gingiva kering, mengkilap dan mudah
berdarah pada probing dan saat menyikat gigi, serta berkurangnya laju saliva.
13,14

2.1.2.1.7 Osteoporosis
Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang ditandai dengan berkurangnya massa
dan kepadatan tulang sehingga tulang menjadi lemah. Apabila terus berlanjut, maka tulang
menjadi lebih rapuh dan bahkan dengan tekanan yang ringan saja dapat menyebabkan
tulang menjadi fraktur.

Osteoporosis banyak terjadi pada orang lanjut usia dan paling
banyak mengenai wanita menopause.
14,15
Estrogen memiliki efek protektif pada tulang
dengan mencegah kehilangan tulang secara keseluruhan. Wanita yang telah mengalami
menopause dapat kehilangan kepadatan tulang sampai 4-5% per tahun karena kehilangan
estrogen yang terjadi pada saat menopause.
12


Kehilangan tulang general pada osteoporosis dapat menyebabkan meningkatnya
resorpsi tulang alveolar dan terjadinya periodontitis kronis. Meskipun osteoporosis
Universitas Sumatera Utara


bukanlah faktor etiologi periodontitis, namun dapat mempengaruhi keparahan penyakit
periodontitis yang sudah ada sebelumnya.
15
Menopause berhubungan dengan kondisi
periodontal, namun bukan merupakan faktor risiko.
14


2.1.2.2 Perubahan Psikologis
Aspek psikologis yang terjadi pada lansia atau wanita menopause amat penting
berperan dalam kehidupan sosial lansia. Beberapa gejala psikologis yang menonjol ketika
menopause adalah mudah tersinggung, mudah marah, ingatan menurun, sukar tidur,
tertekan, gugup, kesepian, merasa tidak berdaya, mudah menangis, tidak sabar, tegang
(tension), cemas dan depresi.
8

2.2 Xerostomia
Xerostomia secara harfiah mulut kering (xeros =kering dan stoma =mulut).
7

Xerostomia merupakan sensasi subjektif berupa kekeringan mulut yang sering namun tidak
selalu berhubungan dengan hipofungsi kelenjar saliva atau berkurangnya aliran saliva,
namun adakalanya jumlah atau aliran saliva normal tetapi seseorang tetap mengeluh
mulutnya kering.
16,17

2.2.1 Etiologi Xerostomia
Xerostomia dapat disebabkan oleh banyak faktor antara lain efek radioterapi, efek
farmakologis atau efek samping obat-obatan, gangguan kelenjar saliva, gangguan sistem
syaraf, faktor-faktor lokal seperti kebiasaan buruk, kelainan kongenital, defisiensi nutrisi
dan hormonal, keadaan fisiologis serta penyakit sistemik.


2.2.1.1 Efek Radioterapi pada Daerah Kepala dan Leher
Gangguan fungsi kelenjar saliva setelah terapi radiasi pada daerah kepala dan leher
Universitas Sumatera Utara


untuk perawatan kanker sudah banyak diketahui. Jumlah dan keparahan kerusakan jaringan
kelenjar saliva tergantung dosis dan lamanya penyinaran.
7,16

Tabel 2. HUBUNGAN ANTARA DOSIS PENYINARAN DAN SEKRESI SALIVA
7
Dosis Gejala
<10 Gray*
10 15 Gray
15 40 Gray
>40 Gray
Reduksi tidak tetap sekresi ludah
Hiposialia yang jelas dapat ditunjukkan
Reduksi masih terus berlangsung, masih reversibel
Perusakan irreversibel jaringan kelenjar dan hiposialia irreversibel
* 1 Gray =10
2
rad (radiation absorbed dose)

Pengaruh radiasi lebih banyak mengenai sel asini dari kelenjar saliva serous
dibandingkan dengan kelenjar saliva mukus. Penyinaran kelenjar saliva berakibat
berkurangnya volume saliva, dengan terjadinya gejala-gejala antara lain: kepekatan saliva,
pH saliva lebih rendah, kecepatan sekresi protein berkurang, sedang konsentrasi protein
naik, konsentrasi sekresi IgA berkurang, konsentrasi elektrolit bertambah, jumlah
mikroorganisme kariogenik naik, terutama Candida, laktobasilus dan streptokokus.
7,16

2.2.1.2 Efek Samping Obat-obatan
Banyak sekali obat yang mempengaruhi sekresi saliva.
7
Lebih dari 600 obat
dilaporkan dapat menyebabkan xerostomia sebagai efek samping.
17,18
Pada tabel 3
dicantumkan kelompok obat-obatan yang dapat menyebabkan terjadinya mulut kering.
Obat-obat tersebut mempengaruhi aliran saliva dengan meniru aksi sistem syaraf
autonom atau dengan secara langsung beraksi pada proses seluler yang diperlukan untuk
salivasi. Obat-obatan tersebut juga dapat secara tidak langsung mempengaruhi saliva
Universitas Sumatera Utara


dengan mengubah keseimbangan cairan dan elektrolit atau dengan mempengaruhi aliran
darah ke kelenjar.
16


Tabel 3. OBAT-OBATAN YANG MENYEBABKAN MULUT KERING
16



Analgesic mixtures
Anticonvulsants
Antiemetics
Antihistamins
Antihypertensives
Antinauseants
Antiparkinsons
Antipruritics


Antispasmodics
Cold medications
Diuretics
Decongentans
Expectorants
Muscle relaxants
Psycho tropics drugs
Sedatives


Obat-obat tersebut mempengaruhi aliran saliva dengan meniru aksi sistem syaraf
autonom atau dengan secara langsung beraksi pada proses seluler yang diperlukan untuk
salivasi. Obat-obatan juga dapat secara tidak langsung mempengaruhi saliva dengan
mengubah keseimbangan cairan dan elektrolit atau dengan mempengaruhi aliran darah ke
kelenjar.
16
Kekeringan mulut akibat efek samping obat-obatan dapat hilang beberapa bulan
setelah obat-obatan tersebut dihentikan dan apabila obat tersebut digunakan jangka panjang
maka kekeringan mulut dapat bersifat irreversibel.
2

2.2.1.3 Gangguan Kelenjar Saliva
Ada beberapa penyakit lokal tertentu yang mempengaruhi kelenjar saliva dan
menyebabkan berkurangnya aliran saliva. Sialodenitis kronis lebih sering mempengaruhi
kelenjar submandibula dan parotis. Penyakit ini menyebabkan degenerasi dari sel asini dan
penyumbatan duktus.
19
Universitas Sumatera Utara


Kista-kista dan tumor kelenjar saliva, baik yang jinak maupun ganas dapat
menyebabkan penekanan pada struktur-struktur duktus dari kelenjar saliva dan dengan
demikian mempengaruhi sekresi saliva.
19
Sindroma Sjogren merupakan penyakit autoimun jaringan ikat yang dapat
mempengaruhi kelenjar airmata dan kelenjar saliva. Sel-sel asini kelenjar saliva rusak
karena infiltrasi limfosit sehingga sekresinya berkurang.
19

2.2.1.4 Gangguan Sistem Syaraf
Gangguan pada sistem syaraf pusat dan atau perifer dapat mempengaruhi kecepatan
sekresi saliva. Kelainan syaraf yang diikuti gejala degenerasi, seperti sklerosis multipel,
juga akan mengakibatkan turunnya pengeluaran atau sekresi saliva. Sebaliknya gangguan
pada sistem syaraf juga dapat mengakibatkan naiknya sekresi saliva. Contohnya adalah
penyakit Parkinson.
7

2.2.1.5 Kebiasaan Buruk
Bernafas melalui mulut biasanya disertai pembesaran dan peradangan gingiva
terutama daerah anterior, biasanya akibat maloklusi, hambatan pada nasal, deviasi septum
nasi atau pembesaran kelenjar adenoid. Kebiasan buruk penderita yang lain adalah
merokok, baik dengan menggunakan pipa, tembakau ataupun cerutu, karena biasanya
nikotin merangsang sekresi saliva, kandungan nikotin yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan terhambatnya sekresi saliva. Pola makan diet tinggi protein mempunyai efek
diuretik sehingga juga dapat menimbulkan xerostomia.
20

2.2.1.6 Kelainan Kongenital
Kelainan kongenital murni pada kelenjar saliva sangat jarang terjadi. Aplasia
Universitas Sumatera Utara


ataupun malformasi kelenjar liur dapat terjadi unilateral ataupun bilateral. Kelainan
kongenital ini sering disertai dengan kelainan kongenital lain, seperti sumbing palatum atau
mandibulofacial dysostosis.
21

2.2.1.7 Defisiensi Nutrisi dan Hormonal
Defisiensi nutrisi, seperti anemia pernisiosa, anemia defisiensi zat besi, defisiensi
vitamin A dan B dapat menyebabkan xerostomia.
2
Defisiensi hormonal, seperti menopause
dapat menyebabkan timbulnya xerostomia akibat defisiensi hormon estrogen. Hal ini dapat
terjadi selama atau sesudah menopause.
7,22

2.2.1.8 Kesehatan Umum Menurun dan Penyakit Sistemik
Demam, diare yang lama atau pengeluaran urine yang melampaui batas, misalnya
pada penderita diabetes atau penyakit lain yang dapat menyebabkan dehidrasi dapat juga
menyebabkan xerostomia. Gangguan dalam pengaturan air dan elektrolit yang diikuti oleh
terjadinya keseimbangan air yang negatif, dapat menyebabkan turunnya sekresi saliva,
sehingga kebutuhan pambasahan mulut meningkat.
7
Kesehatan umum yang menurun pada penderita-penderita lanjut usia dapat
menyebabkan berkurangnya sekresi saliva yang mengakibatkan meningkatnya risiko
terhadap radang mulut. Juga pada gangguan pada pengaturan elektrolit, seperti pada
penderita penyakit ginjal yang melakukan hemodialisis, dapat mengalami rasa tidak enak
karena kekeringan di mulut yang terus-menerus.
7
Gangguan emosional, seperti stres, putus asa dan rasa takut, dapat menyebabkan
menurunnya sekresi saliva. Ini terbukti antara lain pada waktu ujian lisan, waktu berpidato.
7
Banyak penyakit sistemik lain seperti Sjogrens syndrome, diabetes mellitus, diabetes
Universitas Sumatera Utara


insipidus, sarcoidosis, infeksi HIV, graft-versus-host disease, psychogenic disorders juga
dapat mengakibatkan xerostomia.
17

2.2.2 Patogenesis Xerostomia
Jumlah seluruh saliva tiap 24 jam diperkirakan berkisar antara 500 600 ml, dan
separuhnya dihasilkan dalam keadaan istirahat, di bawah pengaruh rangsangan dengan pH
sekitar 6 sampai 7. Saliva adalah sekresi eksokrin mukoserous berwarna bening dengan
sifat sedikit asam yang dihasilkan dan disekresikan oleh tiga pasang kelenjar besar saliva
yaitu kelenjar parotis, submandibularis, dan sublingualis, serta beberapa kelenjar saliva
kecil. Kelenjar saliva dibangun dari lobus yang terdiri dari asinus, duktus interkalalata (ID),
dan duktus striata (DS). Hasil sekresi saliva dikumpulkan di dalam sel-sel sekretori, yang
dalam kelompok asinus, yang diatur mengelilingi lumen atau suatu lubang, dimana produk-
produk sekresi diserahkan, dan hasil sekresi ditimbun di dalam sel-sel asinar dalam
glandula sekresi. Derajat asam dan kapasitas bufer saliva sering dipengaruhi perubahan-
perubahan yang disebabkan oleh karena irama siang dan malam, diet, dan rangsangan
kecepatan sekresi
7
Sekresi saliva terjadi di bawah kontrol saraf parasimpatis dan simpatis. Saraf
parasimpatis menyebabkan sekresi saliva cair, glandula parotis mengeluarkan saliva yang
encer. Rangsangan saraf simpatis menyebabkan vasokontriksi dan sekresi saliva sedikit
pada bahan organik dari kelenjar submandibula. Produksi relatif glandula submandibula
adalah 70%, dan glandula sublingualis 30%. Produksi atau sekresi setiap jenis kelenjar
saliva terhadap volume cairan sangat bergantung pada sifat rangsangan. Perasaan mulut
kering terjadi bila kecepatan resorpsi air oleh mukosa mulut bersama-sama dengan
penguapan air kurang dari 0,06 ml/ menit (3ml/ jam), akan timbul keluhan mulut kering.
Universitas Sumatera Utara


Bila produksi saliva berkurang dari 20 ml/ hari dan berlangsung pada waktu yang lama,
maka keadaan ini disebut xerostomia.
7



Gambar 1. Kelenjar Saliva
8

Produksi saliva yang berkurang selalu disertai dengan perubahan dalam komposisi
saliva yang mengakibatkan sebagian besar fungsi saliva tidak dapat berjalan lancar,
sehingga mengakibatkan timbulnya beberapa keluhan pada penderita mulut kering. Gajala
klinis dan komplikasi oral yang terkait dengan xerostomia meliputi saliva yang berbusa,
kental atau bertalian, bibir kering dan pecah, rasa terbakar, lidah berfisur dan bernodul, pipi
yang kering dan pucat, kelenjar saliva bengkak dan sakit, rasa haus yang meningkat, sulit
mengunyah, sulit menelan (disfagia), sulit berbicara (disfoni) dan gangguan pengecapan.
19
Akibat xerostomia dapat meningkatkan infeksi oral seperti kandidiasis dan infeksi
oropharing, meningkatkan penumpukan plak penumpukan mukus, meningkatkan insiden
karies, terjadi perubahan flora normal dan perubahan mukosa di rongga mulut.
3

Universitas Sumatera Utara


Umumnya penderita xerostomia sangat sulit untuk memakan makanan kering
seperti biskuit, pemakaian gigi palsu mempunyai masalah pada retensi gigi palsu, luka
akibat gigi palsu dan tidak lengket ke palatum, rasa terbakar kronis, halitosis dan tidak
tahan makan makanan pedas. Keluhan xerostomia umumnya lebih banyak pada malam hari
karena produksi saliva berada pada circadian level paling rendah selama tidur, dapat juga
disebabkan karena bernafas melalui mulut. Kesulitan berbicara dan makan dapat
mengganggu interaksi sosial dan menyebabkan menghindari pertemuan sosial.
23
Xerostomia sangat sering disebabkan oleh obat-obatan, lebih dari 600 obat yang
umum digunakan yang dapat menyebabkan gangguan pada mulut atau berkurangnya fungsi
kelenjar saliva. Mekanisme xerostomia yang disebabkan obat-obatan meningkatkan pH
optimal menjadi 7,4. Ace-inhibitor adalah salah satu obat yang menyebabkan xerostomia.
18

2.2.3 Diagnosis Xerostomia
Diagnosis Xerostomia ditentukan berdasarkan anamnesis yang terarah, pemeriksaan
klinis dalam rongga mulut dan pemeriksaan laboratorium. Dalam melakukan anamnesis
dengan penderita dapat diajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan terarah yang dapat
menentukan penyebab dan mendiagnosis xerostomia. Pemeriksaan klinis dapat dilakukan
dengan melihat gajala-gejala klinis yang tampak dalam rongga mulut. Gambaran-gambaran
klinis tersebut, antara lain: hilangnya genangan saliva pada dasar mulut, mukosa terasa
lengket bila disentuh oleh jari ataupun ujung gagang instrumen. Mukosa mulut juga terlihat
memerah dan pada kasus-kasus yang lebih lanjut permukaan dorsal lidah terlihat berfisur
dan berlobul.
2,17
Ada beberapa pemeriksaan laboratoris pada kelenjar saliva sebagai pemeriksaan
penunjang diagnosis. Pemeriksaan tersebut adalah: pemeriksaan jumlah sekresi saliva,
sialography, dan biopsi. Pemeriksaan jumlah sekresi saliva atau sialometri dapat dilakukan
Universitas Sumatera Utara


dengan menampung saliva selama 3-5 menit dengan bantuan perangkat penampung saliva.
Laju aliran saliva normal yang tidak distimulasi dari kelenjar parotis adalah sekitar 0,4-1,5
ml/ menit. Laju aliran saliva normal yang tidak distimulasi keadaan istirahat seluruh
saliva 0,3-0,5 ml/ menit dan yang distimulasi adalah 1-2 ml/ menit. Jika laju aliran saliva
kurang dari 0,1ml/ menit maka keadaan ini dikatakan sebagai xerostomia, meskipun aliran
berkurang mungkin tidak selalu dikaitkan dengan keluhan kekeringan pada mulut.
24
Sialography dan biopsi dilakukan untuk membantu diagnosis penyebab xerostomia.
Sialography merupakan gambaran radiografis dari kelenjar saliva beserta duktusnya.
Sialography dilakukan untuk memeriksa apakah ada penyumbatan atau kerusakan pada
duktus yang mengakibatkan terjadinya xerostomia. Biopsi terhadap kelenjar saliva biasanya
dilakukan untuk mambantu diagnosa xerostomia akibat Sjorgrens syndrome.
2,17




2.3 Xerostomia pada Wanita Menopause
Menopause merupakan suatu tahap dimana wanita tidak lagi mendapatkan siklus
menstruasi yang menunjukkan berakhirnya kemampuan wanita untuk bereproduksi. Secara
normal wanita akan mengalami menopause antara usia 40 tahun sampai 50 tahun. Pada saat
menopause, wanita akan mengalami perubahan-perubahan di dalam organ tubuhnya yang
disebabkan oleh bertambahnya usia.
8
Secara singkat dapat dikatakan bahwa menopause merupakan suatu proses peralihan
dari masa produktif menuju perubahan secara perlahan-lahan ke masa non produktif yang
disebabkan oleh berkurangnya hormon estrogen dan progesteron seiring dengan
bertambahnya usia. Sehubungan dengan terjadinya menopause pada lansia maka biasanya
hal itu diikuti dengan berbagai gejolak atau perubahan yang meliputi aspek fisik maupun
psikologis yang dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan si lansia tersebut.
8
Universitas Sumatera Utara


Salah satu perubahan aspek fisik yang dapat terjadi adalah perubahan pada mulut
antara lain mulut kering (xerostomia), rasa terbakar, gingiva bengkak, merah dan berdarah
dan perubahan indra perasa selama menopause.
8,25
Xerostomia pada wanita menopause terjadi karena adanya perubahan hormonal
yang terjadi pada masa menopause. Perubahan hormonal yang terjadi tersebut
mempengaruhi sekresi saliva, aliran saliva dapat berkurang sehingga menyebabkan
terjadinya xerostomia.
7,22
Hormon seks steroid (estrogen, progesteron, androgen dll) berperan penting dalam
fisiologi rongga mulut manusia. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa jaringan lunak
mulut sensitif terhadap perubahan level hormon seks steroid dalam darah pada wanita.
Estrogen dikenal berfungsi mengatur pertumbuhan sel, diferensiasi dan fungsi dalam
jaringan reproduksi maupun non-reproduksi. Efek dari estrogen dimediasi oleh estrogen
reseptor (ER), yang terdiri dari dua subtipe yaitu ER dan ER. Namun hanya ER yang
terdapat pada jaringan oral termasuk epitel oral dan kelenjar saliva. ER pada epitel oral
dan kelenjar saliva menunjukkan bahwa estrogen dapat secara langsung meregulasi
fisiologi jaringan oral dengan pengikatan ke ER subtipe.
26
Beberapa penyakit dan gangguan pada rongga mulut, seperti gingivitis deskuamatif,
menunjukkan kecendrungan ER-positif pada perempuan dan sampel dari lesi ini tampak.
Hal ini menunjukkan peran estrogen dalam etiologi penyakit oral. Demikian pula selama
kehamilan, keparahan inflamasi gingiva meningkat dan ada risiko tinggi untuk
pengembangan gingival granuloma piogenik.
26

Estrogen juga dikenal untuk berfungsi mengatur maturasi epitel pada organ target
klasik seperti kelenjar susu dan endometrium, dan juga maturasi epitel oral. Oleh sebab itu
penurunan kadar estrogen pada wanita yang telah mengalami menopause dapat
Universitas Sumatera Utara


menyebabkan atropi epitel oral yang rawan terhadap perubahan inflamasi. Secara klinis,
wanita menopause mungkin menunjukkan gejala-gejala ketidaknyamanan oral ditandai
dengan sensasi terbakar, sensasi kekeringan oral dan penurunan sekresi saliva.
26

Kekeringan oral dapat menyebabkan gangguan dalam berbicara, makan dan
pengecapan, predisposisi luka pada mukosa, abrasi dan infeksi. Sejumlah penelitian telah
yang menunjukkan bahwa terapi hormon pengganti (hormone replacement therapy/ HRT)
dapat meringankan ketidaknyamanan oral ini pada wanita yang telah mengalami
menopause, yang menunjukkan peran hormon seks perempuan dalam pemeliharaan
jaringan oral.
26

Perubahan hormonal dapat mempengaruhi komposisi saliva. Penelitian terdahulu
telah menunjukkan bahwa sekresi protein dan komponen non organik dari saliva
berhubungan dengan hormon. Penelitian baru-baru ini telah mengindentifikasi ER pada
mukus serous dan acini dan duktus sel pada kelenjar saliva minor, parotid dan kelenjar
submandibula. ER dapat berperan penting dalam pemeliharaan dan fungsi kelenjar saliva.
Distribusi ER dapat menunjukkan efek estrogen pada komposisi non organik saliva dan
efek positif dari HRT pada sekresi saliva. Penelitian baru-baru ini menunjukkan
progesteron reseptor pada kedua sel duktus dan acini, yang diketahui mempunyai peran
yang signifikan dalam penyesuaian komposisi saliva.
26
Perubahan pada kelenjar saliva berkaitan dengan usia, namun tidak ada pembuktian
bahwa xerostomia semata-mata adalah hasil dari penuaan. Dari penyebab lain yang diamati,
yang paling sering berkaitan dengan xerostomia adalah menopause dan kondisi depresi
tertentu. Menopause terjadi pada wanita usia 40 - 50 tahun. Banyak wanita menopause
menderita perubahan dalam suasana hati terutama gangguan depresi, yang telah dikaitkan
Universitas Sumatera Utara


dengan xerostomia, meskipun hubungan kausal antara kedua faktor dan xerostomia belum
jelas.
3

Perubahan pada jumlah dan jenis hormon seks selama perimenopause dan
menopause pada wanita meningkatkan risiko pengembangan autoimun (misalnya,
rheumatoid arthritis) dan penyakit kardiovaskuler, dengan xerostomia berat (kekeringan
mulut) sering menyertai kondisi ini. Komplikasi oral xerostomia adalah kerentanan
terhadap karies gigi dan infeksi candida, sedangkan keberadaan faktor rheumatoid
dikaitkan dengan radang gingiva kronis dan kehilangan tulang alveolar yang lebih besar
dari normal.
12















Universitas Sumatera Utara


KERANGKA TEORI

Menopause
Gejala
menopause
Fisik Psikologis
Hot flashes
Perubahan kulit
Perubahan Urogenital

Keringat di malam hari dan sulit tidur

Perubahan rongga mulut
Osteoporosis
Ketidaknyamanan oral
Persepsi rasa berubah
Perubahan mukosa
Mulut kering (xerostomia)
Universitas Sumatera Utara


KERANGKA KONSEP


.











Wanita menopause
Tidak mempunyai penyakit
sistemik yang menyebabkan
xerostomia
Tidak menggunakan obat-obatan
yang menyebabkan xerostomia
Tidak sedang menjalani
radioterapi daerah kepala dan
leher
Xerostomia
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai