Higiene perorangan adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka (Potter, 2006). Kegiatan yang dilakukan individu untuk memelihara kesehatan diri disebut personal higiene (Alimul Hidayat, 2006). Yang dimaksud higiene gigi dan mulut adalah cara perawatan diri individu untuk memelihara kesehatan gigi dan mulut. Gigi dan mulut adalah bagian penting yang harus dipertahankan kebersihannya, sebab melalui organ ini berbagai kuman dapat masuk (Alimul Hidayat, 2006). Gigi normal terdiri dari tiga bagian yaitu 9 kepala, leher dan akar. Gigi yang sehat tampak putih, halus, bercahaya, dan berjajar rapi (Potter, 2006). Rongga mulut dilapisi oleh membran mukosa. Membran merupakan jaringan epitel yang melapisi dan melindungi organ, mensekresi mukus untuk menjaga jalan saluran sistem pencernaan basah dan terminyaki, dan mengabsorbsi nutrien. Mukosa mulut secara normal berwarna merah muda terang dan basah (Potter, 2006). Kebersihan mulut dan gigi pada lansia harus tetap dijaga dengan menyikat gigi dan kumur-kumur secara teratur meskipun sudah ompong. Bagi lansia yang memiliki gigi agak lengkap dapat menyikat giginya sendiri dua kali sehari pada pagi dan malam sebelum tidur, termasuk bagian gusi dan bila ada gigi berlobang dan ada endapan warna kuning sampai cokelat sebaiknya segera ke puskesmas (Hardywinoto, 2005). Menggosok gigi akan membersihkan gigi dari partikel-partikel makanan, plak, dan bakteri, juga memasase gusi dan mengurangi ketidaknyamanan yang dihasilkan dari bau dan rasa yang tidak nyaman. Higiene mulut membantu mempertahankan status kesehatan mulut, gigi, gusi dan bibir selanjutnya dapat menstimulus nafsu makan (Potter, 2006). Adapun cara menggosok gigi pada lansia sebagai berikut (Nugroho, 2008). Alat-alat: a. Sikat gigi (oleskan pasta gigi secukupnya di atas sikat gigi). b. Air bersih dalam gelas untuk kumur. c. Baskom plastik berukuran sedang untuk membuang air kumur. d. Handuk untuk alas di dada biar tidak basah dan untuk membersihkan mulut setelah selesai sikat gigi. 10 Cara: a. Alat (baskom, sikat gigi, pasta gigi, dan handuk) diletakkan di atas meja kecil atau korsi didekat tempat tidur. b. Usahakan duduk dengan posisi yang nyaman. Bila tidak dapat duduk, usahakan untuk dapat duduk setengah miring dengan cara menunggikan bantal untuk menehan punggungnya. c. Handuk direntangkan melebar sehingga menutup dada agar tidak basah. d. Sikat gigi secara perlahan, mulai dari bagian luar lalu kedalam dan kebelakang gigi. Arah menyikat dari atas kebawah untuk gigi bagian atas, dan dari bawah ke atas untuk gigi bagian bawah agar kotoran/ sisa makanan dapat tersapu. e. Beri air bersih untuk kumur sampai bersih. f. Sisa air kumur dituangkan dan ditampung dalam baskom plastik. g. Bersihkan sekitar mulut dengan handuk hingga bersih dan kering. Higiene gigi dan mulut, dipegaruhi oleh sejumlah faktor. Praktik menjaga kesehatan menurut Notoatmojo (2003) dipengeruhi oleh pengetahuan dan sikap dari individu. Menurut Potter (2005) dalam menjaga kebersihan diri salah satunya kebersihan gigi dan mulut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain a. Citra tubuh Penampilan umum dapat menggambarkan pentingnya higiene pada seseorang. Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya. Citra tubuh mempengaruhi cara mempertahankan tubuh. b. Praktik sosial Kelompok-kelompok sosial dapat mempengaruhi praktik higiene pribadi. Dalam kehidupan, teman-teman dan kelompok kerja membentuk harapan orang mengenai penampilan pribadi mereka 11 dan perawatan yang dilakukan dalam mempertahankan higiene yang adekuat. c. Status sosial ekonomi Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan yang digunakan. d. Pengetahuan Pengtahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik hygiene. Tetapi pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup. Klien juga harus termotivasi untuk memelihara perawatan diri. Seringkali pembelajaran tentang penyakit atau kondisi mendorong klien untuk meningkatkan hygiene. Pembelajaran praktik tertentu yang diharapkan dan menguntungkan dalam mengurangi resiko kesehatan dapat memotivasi seseorang untuk memenuhi perawatan yang perlu. e. Variabel kebudayaan Kepercayaan kebudayaan lansia mempengaruhi perawatan kebersihan gigi mulut. Orang dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda memiliki praktik perawatan yang berbeda juga. f. Pilihan pribadi Setiap orang memiliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan untuk melakukan perawatan mulut dan perawatan lainnya. g. Kondisi fisik Orang yang menderita penyakit tertentu atau orang yang sudah terlalu tua memiliki kekurangan energi fisik untuk melakukan perawatan diri termasuk perawatan gigi mulut. 3. Cara perawatan gigi dan mulut pada lansia Kebersihan mulut dan gigi pada lansia harus tetap dijaga dengan menyikat gigi dan kumur-kumur secara teratur meskipun sudah ompong. Gosok gigi, membersihkan dengan serat (flossing), dan irigasi 12 adalah cara pembersihan yang tepat. Adapun cara-cara perawatan gigi dan mulut pada lansia adalah sebagai berikut. a. Kebersihan gigi dan mulut pada lansia yang masih mempunyai gigi. Bagi lansia yang memiliki gigi agak lengkap dapat menyikat giginya sendiri dua kali sehari pada pagi dan malam sebelum tidur, termasuk bagian gusi. Bila ada gigi berlobang dan ada endapan warna kuning sampai cokelat sebaiknya dibawa ke puskesmas (Hardywinoto, 2005). b. Bagi yang menggunakan gigi palsu. Bagi lansia yang menggunakan gigi palsu, gigi dibersihkan dengan sikat gigi perlahan-lahan dibawah air yang mengalir bila perlu dapat gunakan pasta gigi. Pada waktu tidur gigi palsu dilepas dan direndam dalam air bersih ( Hardywinoto, 2005 dan Maryam, 2008). c. Bagi lansia yang tidak mempunyai gigi. Untuk lansia yang tidak mempunyai gigi sama sekali setiap habis makan juga harus menyikat secara lembut bagian gusi dan lidah menggunakan sikat yg lembut atau menggunakan kain yang lembut untuk membersihkan sisa makanan yang melekat (Hardywinoto, 2005). Selain menyikat gusi dan lidah lansia yang tidak memiliki gigi sama sekali setiap habis makan juga harus berkumur untuk membersihkan sisa makanan (Depkes RI, 2001).
5. Kebersihan kulit pada lansia a. Struktur kulit Struktur kulit terdiri dari dua lapisan, yaitu epidermis dan dermis. Epidermis merupakan lapisan terluar, dan aksesori-10
aksesorinya(rambut, kuku, kelenjar sebasea, dan kelenjar keringat) berasal dari lapisan ektoderm embrio. Dermis berasal dari mesoderm (Graham-brown, 2005). Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi pelindung, sekresi, ekskresi, pengatur temperatur, dan sensasi. Kulit memiliki tiga lapisan utama: epidermis, dermis, dan subkutan (Potter, 2005) 1) Epidermis
Epidermis merupakan epitel gepeng (skuamosa) berlapis, dengan beberapa lapisan yang terlihat jelas. Jenis sel yang utama disebut keratinosit. Kelengkapan (aksesori) epidermis: (a) Kelenjar keringat ekrin
Kelenjar keringat ekrin penting dalam pengaturan suhu tubuh. (b) Kelenjar keringat apokrin
Kelenjar keringat apokrin terutama banyak ditemukan di daerah aksila dan anogenital. (c) Rambut
Rambut tumbuh dari invaginasi tubular pada epidermis yang disebut folikel, dan folikel rambut beserta kelenjarsebasea disebut sebagai unit pilosebasea. (d) Kelenjar sebasea
Kelenjar sebasea terdapat di setiap tempat pada kulit mulai dari tangan sampai kaki. (e) Kuku
Kuku merupakan lempengan keratin transparan yang berasal dari invaginasi epidermis pada dorsum falang terakhir dari jari. 2) Dermis
Dermis adalah lapisan jaringan ikat yang terletak dibawah epidermis, dan merupakan bagian terbesar dari kulit. 11
Dermis dan epidermis saling mengikat melalui penonjolan-penonjolan epidermis kebawah (rete ridge) dan penonjolan-penonjolan ke atas (dermal papillae). 3) Dermatoglifik
Sidik jari, yaitu pola guratan-guratan menonjol yang khas pada ujung jari manusia, bersifat unik bagi setiap individu. Jari tangan dan kaki, serta telapak tangan dan kaki,dipenuhi oleh guratan-guratan tersebut. b. Fungsi kulit
Dari struktur kulit yang sedemikian rumit, jelas bahwa mempertahankan seluruh bagian tubuh bukanlah satu-satunya fungsi kulit. Beberapa fungsi kulit adalah sebagai berikut: (1) Mencegah terjadinya kehilangan cairan tubuh yang essensial. (2) Melindungi dari masuknya zat-zat kimia beracun dari lingkungan dan mikroorganisme. (3) Fungsi-fungsi imunologis melindungi dari kerusakan akibat radiasi UV. (4) Mengatur suhu tubuh (5) Sintesis vitamin D (6) Berperan penting dalam daya tarik seksual dan interaksi sosial. 6. Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik higiene Setiap seseorang melakukan higiene perorangan dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Tidak ada dua orang yang melakukan perawatan kebersihan dengan cara yang sam, dan perawat dapat memberikan perawatan secara individual setelah mengetahui praktik higiene klien yang unik (Potter, 2005). a). Citra tubuh Penampilan umum klien dapat dapat menggambarkan pentingnys higiene pada seseorang tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya. Citra tubuh ini dapat seringkali berubah. Citra tubuh mempengaruhi cara 12
mempertahankan higiene. Jika seorang klien rapi sekali maka perawat mempertimbangkan rincian kerapian ketika merencanakan perawatan dan berkonsultasi pada klien sebelum membuat keputusan tentang bagaimana memberikan perawatan higienis. Klien yang kelihatan tidak rapi atau keliatan tidak tertarik pada higiene membutuhkan pendidikan tentang pentingnya higiene. Perawat harus sensitif dalam mempertimbangkan status ekonomi klien dapat mempengaruhi kemampuannya untuk mempertahankan higiene secara teratur. Perawat tidak harus menyampaikan perasaan tentang penolakan atau perubahan ketika merawat klien yang praktik higienis berbeda dari perawat (Potter, 2005). b). Praktik sosial Kelompok-kelompok sosial wadah seorang klien berhubungan dapat mempengaruhi praktik higiene pribadi. Selama masa kanak-kanak, anak-anak mendapatkan praktik higiene dari orang tua mereka. Kebiasaan keluarga, jumlah orang dirumah, dan ketersediaan air panas dan/atau air mengalir hanya merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi perawatan kebersihan. Praktik higiene lansia dapat berubah dikarenakan situasi kehidupan. Misalnya, jika mereka tinggal dalam rumah perawatan, mereka tidak dapat mempunyai privasi dalam lingkungannya yang baru, privasi tersebut akan mereka dapatkan dalam rumah mereka sendiri. Mereka tidak mempunyai kemampuan fisik untuk membungkuk, untuk masuk dalam maupun keluar bak mandi kecuali kamar mandi telah dibentuk untuk mengakomodasi keterbatasan fisik mereka (Potter, 2005). c). Status sosioekonomi Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan yang digunakan. Dalam lingkungan rumah ada kebutuhan untuk menambah alat-alat yang membantu klien dalam memelihara higiene dalam keadaan yang aman (Potter, 2005). 13
d). Pengetahuan Pengetahuan tentang pentingnya higiene dam implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik higiene. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup. Klien juga harus termotivasi untuk memelihara perawatan diri. Seringkali, pembelajaran tentang penyakit atau kondisi mendorong klien untuk meningkatkan higiene. Misalnya, ketika klien diabetes sadar akan efek diabetes pada sirkulasi di kaki, mereka jauh lebih menyukai belajar teknik perawatan kaki yang tepat. Pembelajaran praktik tertentu yang diharapkan dan menguntungkan dalam mengurangi risiko kesehatan dapat memotivasi seseorang untuk memenuhi perawatan yang perlu (Potter, 2005). e). Variabel kebudayaan Kepercayaan kebudayaan klien dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan higienis. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik perawatan diri yang berbeda. Di Asia misalnya kebersihan dipandang penting bagi kesehatan. Di negara-negara Eropa, bagaimanapun hal ini biasa untuk mandi secara penuh hanya sekali dalam seminggu. Dalam merawat klien dengan praktik higienis yang berbeda, perawat menghindari menjadi pembuat keputusan atau mencoba untuk menentukan standar kebersihannya (Potter, 2005). f). Pilihan pribadi Setiap klien memiliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan untuk mandi, bercukur, dan melakukan perawatan mandi. Klien juga memiliki pilihan mengenai bagaimana melakukan higiene. Pilihan klien harus membantu perawat mengembangkan rencana keperawatan yang lebih individu. Perawat tidak mencoba untuk mengubah pilihan klien kecuali hal itu akan mempengaruhi kesehatan klien (Potter, 2005). 14
g). Kondisi fisik Orang yang menderita penyakit tertentu (misalnya kanker tahap lanjut) atau yang menjalani operasi seringkali kekurangan energi fisik atau ketangkasan melakukan higiene pribadi. Seorang klien yang menggunakan gips pada tangannya atau menggunakan traksi membutuhkan bantuan untuk mandi yang lengkap. Kondisi jantung, neurologis, paru-paru, dan metabolik yang serius dapat melemahkan atau menjadikan klien tidak mampu dan memerlukan perawat untuk melakukan perawatan higienis total. Disamping itu kemunduran kognitif sebagai berikut suka lupa ingatan tidak berfungsi baik, ingatan terhadap hal-hal dimasa muda lebih baik dari pada hal-hal yang baru saja terjadi, sering adanya disorientasi terhadap waktu, tempat, dan personal, sulit menerima ide-ide baru (Potter, 2005). 7. Perawatan kulit seluruh tubuh pada lansia
Kulit menerima berbagai rangsangan (stimulus) dari luar. Kulit merupakan pintu masuk kedalam tubuh. Kebersihan kulit mencerminkan kesadaran seseorang terhadap pentingnya arti kebersihan.kebersihan kulit dan kerapihan dalam berpakaian klien lanjut usia perlu tetap diperhatikan agar penampilan mereka tetap segar. Upaya membersihkan kulit dapat dilakukan dengan cara mandi setiap hari secara teratur, paling sedikit dua kali sehari (Bandiyah, 2009). Manfaat mandi ialah menhilangkan bau, menghilangkan kotoran, merangsang peredaran darah, dan memberi kesegaran pada tubuh. Pengawasan yang perlu diperhatikan selama perawatan kulit adalah: 1. Memeriksa ada tidaknya lecet 2. Mengoleskan minyak, pelembab kulit setiap selesai mandi agar kulit tidak terlalu kering atau keriput. 15
3. Menggunakan air hangat untuk mandi, yang berguna merangsang peredaran darah dan mencegah kedinginan. 4. Menggunakan sabun yang halus dan jangan terlalu sering karena hal ini dapat mempengaruhi keadaan kulit yang kering dan keriput.
2. Praktik perawatan rambut pada lansia Praktik perawatan rambut merupakan sebuah tindakan dalam pemeliharaan kesehatan rambut untuk menghilangkan debu debu dan kotoran yang melekat di rambut dan kulit kepala serta mencegah kekusutan rambut ( Nugroho, 2008 ). Praktik perawatan rambut dapat diketahui dari pengamatan atau observasi penampilan rambut. Rambut yang tidak bercahaya, kusut, kotor, mengindikasikan perawatan rambut yang tidak tepat. Rambut yang tidak disisir mungkin karena kurangnya minat, depresi atau ketidakmampuan fisik untuk merawat rambut. Praktik perawatan rambut yang baik harus dilakukan rutin untuk memenuhi kebutuhan kebersihan seseorang ( Potter, 2005 ). Lanjut usia merupakan tahap akhir dari perkembangan kehidupan manusia ( Keliat, 2009 ) sedangkan menurut BKKBN ( 1995 ) dalam Mubarak ( 2009 ), lanjut usia adalah individu yang berusia diatas 60 tahun, pada umumnya memiliki tanda tanda terjadinya penurunan fungsi fungsi biologis, psikologis, sosial dan ekonomi. Berdasarkan perkembangan fisiologis pertumbuhan rambut, terjadi beberapa perubahan pada lansia. Rambut aksila dan pubis berkurang pada wanita. Rambut kepala menjadi tipis dan berubah warna menjadi abu abu karena kurangnya melamin. Pada lansia wanita mungkin terdapat rambut pada dagu dan wajah, ini terjadi penurunan produksi estrogen. Pria dapat mengalami kebotakan atau penyusutan garis rambut ( Potter, 2005 ). Pada lansia, kulit kepala dan rambut menjadi kering, rambut berwarna putih, rontok dan tidak mengkilap serta mudah patah dan rapuh ( Suarti, 2009; Maryam, 2008 ). Sikap lansia terhadap praktik perawatan rambut dipengaruhi sejumlah faktor ( Potter, 2005 ), yaitu a. Citra tubuh
Penampilan umum dapat menggambarkan pentingnya kebersihan pada seseorang. Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya.
b. Praktik sosial
Kelompok kelompok sosial yang diikuti seseorang dapat mempengaruhi praktik perawatan rambut. Kebiasaan keluarga, jumlah anggota keluarga, ketersediaan air bersih merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi praktik kebersihan rambut. c. Status sosioekonomi
Sumberdaya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan rambut. Penyediaan bahan- bahan seperti shampo dan peralatan kebersihan lainnya bergantung pada keadaan ekonomi seseorang. d. Pengetahuan
Pengetahuan tentang pemeliharaan kebersihan rambut dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik perawatan rambut, meski demikian pengetahuan saja tidaklah cukup. Motivasi juga diperlukan untuk meningkatkan kebersihan diri seseorang. e. Kebudayaan
Kebudayaan seseorang dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan kebersihan. f. Pilihan pribadi
Setiap orang memiliki keinginan dan pilihan tantang kapan melakukan perawatan rambut, pilihan produk perawatan rambut dan bagaimana cara melakukan perawatan rambut. g. Kondisi fisik
Seorang lansia yang mengalami penyakit tertentu atau penurunan fungsi tubuh seringkali tidak memiliki kemampuan untuk melakukan praktik kebersihan rambut dengan baik Praktik perawatan rambut meliputi penyisiran dan bershampo/mencuci rambut ( Potter, 2005 ). a. Mencuci rambut/ bershampo 1) Pengertian Mencuci rambut merupakan tindakan membersihkan rambut dan kulit kepala dengan menggunakan shampo ( Potter, 2005). 2) Tujuan Mencuci rambut bertujuan untuk menghilangkan debu, kotoran atau kulit mati, memperbaiki penampilan dan harga diri, merangsang sirkulasi kulit kepala dan memberikan relaksasi ( Suarti, 2009 ). 3) Frekuensi mencuci rambut Frekuensi bershampo tergantung rutinitas pribadi sehari-hari dan kondisi rambut. Rambut akan menjadi lebih kering dan rapuh seiring dengan bertambahnya usia. Seringkali lansia bershampo hanya sekali dalam seminggu ( Potter, 2005 ). Cuci rambut pada lansia sebaiknya dilakukan secara teratur paling sedikit dua kali seminggu untuk menghilangkan debu-debu dan kotoran yang melekat dirambut dan kulit kepala ( Depkes, 2001 ). 4) Prosedur mencuci rambut Secara umum langkah-langkah mencuci rambut adalah membasahi rambut dengan air hangat secara merata untuk memudahkan kerja shampo, tuangkan sedikit shampo ditelapak tangan, gosok rambut dari depan ke belakang hingga berbusa, busa shampo akan membersihkan debu dan kotoran,kemudian masase kulit kepala dengan gerakan perlahan,masase ringan meningkatkan sirkulasi kulit kepala, setelah itu bilas dengan air hangat untuk menghilangkan sisa shampo dan kotoran hingga bersih.Ulangi penggunaan shampo bila rambut masih kotor, bilas hingga bersih. Letakkan handuk kering pada kepala dan masase rambut dengan handuk untuk mengurangi air pada rambut Ganti handuk yang basah dengan handuk kering dan biarkan rambut tertutup handuk. Setelah rambut benar-benar kering barulah dilakukan penyisiran agar rambut tidak rontok ( Suarti, 2009; Nugroho, 2008). 5) Permasalahan pada rambut dan kulit kepala Kurangnya perawatan pada rambut dan kulit kepala dapat menimbulkan masalah yang bila tidak segera diatasi dapat mengganggu kesehatan ( Potter, 2005 ), Permasalahan yang muncul antara lain : ketombe, ketombe adalah pelepasan kulit kepala disertai gatal,bershampo secara teratur dengan shampo yang bermedikasi dapat mengurangi ketombe (Potter, 2005); Pediculosis capitis ( kutu kepala ), kutu rambut dapat menyebar ke orang lain atau peralatan lain jika tidak diobati. Bersampo dengan shampo khusus dapat menghilangkan kutu rambut (Potter, 2005); Rambut kotor dan berbau, rambut yang telah kotor bila tidak segera dibersihkan dapat menimbulkan bau ( Suarti, 2009 ). 6) Kriteria hasil mencuci rambut Rambut yang dicuci dengan baik akan bersih dan tidak berbau serta bebas dari ketombe maupun kutu rambut (Potter, 2005). b. Menyisir rambut 1) Pengertian Penyisiran merupakan sebuah tindakan untuk mempertahankan kebersihan rambut dan mendistribusi minyak secara merata sepanjang helai rambut ( Potter, 2005 ). 2) Tujuan Penyisiran bertujuan membentuk gaya rambut dan mencegah rambut kusut (Potter, 2005). Penyisiran juga bertujuan untuk memperbaiki penampilan, meningkatkan harga diri, merangsang sirkulasi kulit kepala dan memberikan relaksasi (Suarti, 2009). 3) Bentuk sisir untuk lansia Sisir yang digunakan untuk lansia sebaiknya bergerigi jarang dan tumpul agar tidak menambah kerontokan rambut dan tidak melukai kulit kepala ( Kozier, 2005 ). Sisir bergerigi tajam dan tidak beraturan dapat melukai kulit kepala, begitu pula dengan sisir yang ujungnya telah pecah. 4) Prosedur membersihkan sisir Sebelum menyisir rambut, sisir harus dibersihkan terlebih dahulu karena sisir dapat menjadi tempat terkumpulnya debu atau kotoran dan sisa-sisa produk perawatan rambut seperti minyak rambut dan bila tidak dibersihkan kotoran yang berada pada sisir dapat menempel kembali pada rambut.. Tindakan ini juga dapat mencegah penularan kutu rambut bila sisir dipakai bersama-sama dengan orang lain, namun sebaiknya sisir tidak digunakan bersama. Sisir dibersihkan minimal sekali seminggu ( Suarti, 2009 ). Adapun langkah langkah membersihkan sisir yaitu, bersihkan rambut- rambut rontok yang terkumpul pada sisir dengan cara menarik rambut dengan tangan kemudian siapkan wadah berisi air hangat dan beri beberapa tetes shampo, aduk perlahan hingga berbusa, lalu celupkan sisir kedalam wadah tersebut dan sikat sisir dengan sikat gigi bekas hingga kotoran terangkat. Bilas dengan air hangat sampai bersih kemudian keringkan ( Suarti, 2009 ). 5) Prosedur menyisir rambut Rambut dan kulit kepala memiliki kecenderungan menjadi kering maka diperlukan penyisiran sehari- hari dan aplikasi produk pelembab ( Potter, 2005 ). Rambut lansia yang kering dapat dilembabkan dengan menggunakan minyak rambut ( Nugroho, 2008 ). Sebelum menyisir rambut, bersihkan sisir dari rambut rontok yang tersangkut disisir kemudian masase ringan kulit kepala untuk meningkatkan sirkulasi darah. Pada lansia yang memiliki rambut panjang, bagi rambut menjadi 2 bagian, kemudian setiap bagian dibagi menjadi 2 bagian lagi untuk memudahkan penyisiran rambut. Rambut disisir dari ujung kulit kepala hingga ujung rambut perlahan lahan untuk menghilangkan kekusutan, bila ada rambut yang kusut, genggam rambut didekat kulit kepala dan pisahkan dengan tangan. Bila rambut sangat kusut, sisir rambut mulai dari ujung rambut dengan arah kulit kepala (atas) ke bawah untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat penarikan kulit kepala. Ikat rambut yang panjang dengan pengikat rambut. Hindari mengikat rambut dengan kencang karena akanmenyebabkan kerontokan rambut kemudisn kumpulkan rambut rontok yang tersangkut pada sisir atau lantai dalam kantong plastik atau kertas kemudian di buang ( Kozier, 2005; Potter, 2005 ). 6) Kriteria hasil menyisir rambut Rambut yang disisir dengan baik akan memberikan penampilan yang rapi dan tidak kusut ( Potter, 2005 ) KEBERSIHAN TEMPAT TIDUR DAN POSISI TIDUR Tempat tidur yang bersih dapat memberikan kenikmatan atau perasaan nyaman pada waktu tidur.oleh karena itu kebersihan tempat tidur perlu sekali di perhatikan.namun perlu di ingat dan di sadari bahwa kondisi fisik untuk lanjut usia perlu mendapat bantuan orang lain oleh karena itu bagi klien lanjut usia yang masih aktif di berikan pengarahan cara membersihkan tempat tidur. Bantuan kepada klien lanjut usia yang masih aktif, misalnya : a. Bila keadaan kasir cekung ditengah, hendaknya dibalik tiap kali membersihkan tempat tidur. b. Alas kasur ditarik kencang dan ujung-ujungnya dilipat dan di serongkan kebawah kasur sehingga tidak mudah menimbulkan lipatan-lipatan yang mungkin menyebabkan lecet- lecet. c. Alat kasur/ sprei diganti tiap tiga hari sekali, kecuali kalau kotor. d. Bagi klien lanjut usia yang mengalami inkotinensia urine, alas kasur diganti tiap kali basah. Bantuan pertolonganbagi yang positif Bagi usia yang lanjut usia yang terus menerus beristirahat ditempat tidur harus selalu diusahakan dapat beristirahat atau tidur dalam keadaan atau posisi yang menyenangkan atau nyaman.Usahakan pula bantal jangan terlalu lembek atau terlalu keras.Letak atau posisi harus diatur sedemikian rupa sehingga klien merasa enak, dan harus sering di buat selang seling agar tidak timbul luka lecet-lecet atau dekibitus akibat penekanan yang terus menerus. Letak atau posisi tidur dapat diatur, antara lain: 1. Letak guling dibawah kedua lututnya usahakan agar kakinya tidak tergilincir jatuh ke samping dan tidak dalam posisi drop foot. 2. Untuk mencegah luka lecet (dekubitus) tumit dan bokong diberi bantal angin (windring). 3. Agar dapat tidur terlentang dengan punggung dan bokong lurus hendaknya diberi papan dibawah kasurnya, jika tempat tidur tersebut terdiri dari kawat-kawat (springbet). 4. Pada letak atau posisi setengah duduk di bagian kepala tempat diberi sandaran kursi papan. Catatan: 1. Bagi klien yang mengalami inkontinensia urin sebaiknya diberi alas perlak karet/ plasatik untuk melindungi kasur. 2. Kebersihan mutlak diperhatikan untuk mencegah adanya semua atau binatang-binatang kecil lainnya. 3. Jika tidak dalam keadaan tidur sebaiknya diberikan suatu akfitifas untuk melatih pergerakan ototnya supaya tidak kaku ataupun merasa gelisah. 4. Kesabaran serta ketekunan kelurga yang merawat klien lanjut usia mutlak perlu ditunjukkan agar klien lanjut usia tetap merasa diperhatikan. jarang dipublikasikan.