Anda di halaman 1dari 8

http://bustamkamri.blogspot.com/2012/02/pandangan-konstruktivis-terhadap.

html
Pandangan Konstruktivis Terhadap Pendidikan Kanak-Kanak
Pendidik aliran konstruktivis mengandaikan bahawa kanak-kanak secara mental membina
pengetahuan menerusi refleksi menerusi pengalamannya. Kanak-kanak merupakan arkitek yang
sedang belajar dan menyatakan idea yang ringkas. Teori konstruktivis bermaksud "membina
pemikiran bukan melengkapkannya." Main menjadi keutamaan sebagai cara untuk membina
pemikiran simbolik yang abstrak. Main juga merupakan konteks pembelajaran sosial kanak-
kanak.
Posted by Assoc. Prof. Dr Bustam Kamri, (Ed.D.)

PANDANGAN KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN -
Konstruktivisme merupakan paradigma alternative yang
muncul sebagai dampak dari revolusi ilmiah yang terjadi
dalam beberapa dasawarsa terakhir (Kuhn,1970). Seiring
dengan hal tersebut, kemudian konstruktivisme menjadi
kata kunci dalam hampir setiap pembicaraan mengenai
pembelajaran di berbagai kalangan. Konstruktivisme ini
yang menjadi landasan terhadap berbagai seruan dan
kecendrungan yang muncul dalam dunia pembelajaran.

Pembelajaran menjadi landasan philosofis yang melandasi pola
pikir dalam perancangan pembelajaran di sekolah-sekolah.
Pandangan konstruktivisme melahirkan pembelajaran yang
memegang prinsip-prinsip aktif,kreatif,inofatif, dan menyenangkan.
Prinsip-prinsip ini dapat menciptakan suasana belajar yang
mendukung proses konstruksi pemahaman terhadap pengetahuan
secara bermakna.

Apa sesungguhnya konstruktivisme? Bagaimana
konstruktivisme berpengaruh dalam pembelajaran? Bagaiamana
penerapan prinsip-prinsip pembelajaran aktif,inovatif,kreatif,efektif
dan menyenangkan dalam pembelajaran? Bagaimana model-
model pembelajaran yang bercirikan PAIKEM?

Pembahasannya difokuskan pada apa,mengapa,bagaimana
konstruktivisme dalam pembelajaran. Dengan demikian diharapkan
untuk dapat memahami dan menerapkan model-model pembelajaran
PAIKEM dalam pembelajaran.

Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat
pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan
hasil dari konstruksi (bentukan) kita sendiri (Von Glaserfeld dalam
Bettencourt,1989 dan Matthews,1994). Pengetahuan bukanlah suatu
imitasi dari kenyataan (realitas). Pengetahuan bukanlah gambaran
dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan selalu merupakan
akibat dari suatu konstruksi kognitif dari kenyataan yang terjadi
melalui serangkaian aktivitas seseorang. Siswa membentuk
skema,kategori konsep dan struktur pengetahuan yang diperlukan
untuk pengetahuan (Bottencourt,1989). Pengetahuan bukanlah
tentang hal-hal yang terlepas dari pengamat,tetapi merupakan
ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalaman atau dunia
sejauh yang dialaminya. Proses pembentukan ini berjalan terus
menerus setiap kali terjadi reorganisasi/rekonstruksi karena adanya
suatu pemahaman yang baru. (Piaget,1971).

Alat/sarana yang tersedia bagi seseorang untuk mengetahui
sesuatu adalah indranya. Seseorang berinteraksi dengan objek dan
lingkungan dengan cara
melihat,mendengar,menjamah,mencium,dan merasakannya. Dari
sentuhan indrawi itu,seseorang mengkonstruksi gambaran dunianya.
Menurut konstruktivisme, pengetahuan ada dalam diri seseorang
yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan
begitu saja dari otak seseorang (guru) ke kepala orang lain (siswa).
Siswa sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan
dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka
atau konstruksi yang telah mereka bangun/miliki sebelumnya
(Lorbach dan Tobin,1992).

Pengetahuan merujuk pada pengalaman seseorang akan dunia,
tetapi bukan dunia itu sendiri. Tanpa pengalaman,seseorang tidak
dapat membentuk pengetahuan. Pengalaman tidak hanya diartikan
sebagai pengalaman fisik,tetapi juga pengalaman kognitif dan
mental. Pengetahuan dibentuk oleh struktur penerimaan konsep
seseorang sewaktu dia berinteraksi dengan lingkungannya
(Vonglaserfeld,1989). Lingkungan merujuk pada semua objek dan
proposisinya yang kita abstraksikan dari pengalaman dalam diri kita
sendiri. Lingkungan juga merujuk pada hal-hal yang berada di
sekeliling fokus kita. Lingkungan, baik yang ada dalam diri kita sendiri
maupaun hal-hal disekeliling merupakan lingkup dari pengalaman
kita masing-masing,bukan dunia obyektif yang lepas dari pengamat
(Von Glaserfeld,1996).

Abstraksi seseorang terhadap suatu hal membentuk struktur
konsep dan menjadi pengetahuan seseorang akan hal tersebut.
Misalnya,abstraksi seseorang akan ciri-ciri harimau dibandingkan
dengan kucing akan menjadi pengetahuan orang tersebut tentang
harimau dan kucing. Abstraksi tersebut menjadi konsep yang dapat
digunakan dalam menganalisis hewan-hewan lain yang dijumpainya
dan dalam membedakan antara kucing dan harimau.

Menurut konstruktivisme, pengetahuan bukanlah hal yang statis
dan deterministik,tetapi suatu proses menjadi tahu.
Misalnya,pengetahuan kita akan kucing tidak sekali jadi,tetapi
merupakan proses untuk semakin tahu. Pada waktu kecil kita melihat
kucing,menjamah dan bermain dengan kucing di rumah. Melalui
pengalaman tersebut kita mengkonstruksi pengertian kita tentang
kucing, sejauh yang dapat kita tangkap dari pengalaman. Selanjutnya
kita memperoleh kesempatan untuk bertemu dengan kucing-kucing
lain. Interaksi dengan macam-macam kucing ini menjadikan
pengetahuan kita tentang kucing lebih lengkap dan rinci. Begitulah
yang terjadi terus menerus. Konstruktivisme juga mengatakan bahwa
semua pengetahuan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi kita
sendiri,maka sangat kecil kemungkinan adanya transfer pengetahuan
dari seseorang kepada yang lain. Setiap orang membangun
pengetahuannya sendiri,sehingga transfer pengetahuan (seperti
menumpahklan air ke ember kosong ) adalah sangatlah mustahil
terjadi (Von Glaserfeld). Pengetahuan b ukanlah suatu barang yang
dapat ditransfer dari orang yang mempunyai pengetahuan kepada
orang yang belum mempunyai pengetahuan. Bahkan,bila seorang
guru bermaksud mentransferkan konsep,ide,dan pengertiannya
kepada siswa,pemindahan itu harus
diinterpretasikan,ditransformasikan,dan dikonstruksikan oleh siswa
lewat pengalamannya (Von Glaserfeld dalam Bottencourt 1989).
Banyaknya siswa yang salah menangkap apa yang diajarkan oleh
guru (misconception) menunjukkan bahwa pengetahuan kita tidak
dapat begitu saja dipindahkan melainkan harus dikonstruksikan atau
paling sedikit diinterpretasikan dan ditransformasikan sendiri oleh
siswa.

Menurut Von Glaserfeld (1989) agar siswa mampu
mengkonstruksi pengetahuan maka diperlukan:

1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali
pengalaman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan
kembali pengalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk
berdasarkan interaksi individu siswa dengan pengalaman-
pengalaman tersebut.
2. Kemampuan siswa untuk membandingkan,dan mengambil keputusan
mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan
membandingkan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat
yang lebih umum (merapatkan) dari pengalaman-pengalaman khusus
serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk selanjutnya
membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuannya.
3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari
pada yang lain (selective conscience) melalui suka dan tidak suka
inilah muncul penilaian siswa terhadap pengalaman,dan menjadi
landasan bagi pembentukan pengetahuannya.

Menurut Piaget (1970) Ada dua
aspek berpikir dalam proses pembentukan pengetahuan,yaitu aspek
figurative dan aspek operatif. Aspek berpikir figurative merupakan
imaginasi keadaan sesaat dan statis,yang mencakup
persepsi,imaginasi, dan gambaran mental seseorang terhadap
sesuatu objek atau fenomena. Aspek berpikir operatif lebih berkitan
dengan transformasi dari satu tahap ke tahap lain, yang menyangkut
operasi intelektual /sistem transformasi. Setiap tahap keadaan dapat
dimengerti sebagai akibat dari transformasi tertentu,atau sebagai titik
tolak bagi transformasi lain. Dengan demikian aspek yang paling
esensial dari berpikir adalah aspek operatif. Berpikir operatif inilah
yang memungkinkan seseorang untuk mengembangkan
pengetahuannya dari satu tahap ke tahap yang lebih tinggi
(Subarno,1997).

Secara ringkas, gagasan konstruktivisme mengenai
pengetahuan adalah sebagai berikut:

Pengetahuan bukan merupakan gambaran dunia kenyataan
belaka,tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melaui kegiatan
siswa (mine as inner individual representation of outer reality)
Siswa mengkonstruksi skema,kognitif,kategori,konsep,dan struktur
dalam membangun pengetahuan,sehingga setiap individu siswa
memiliki skema kognitif,kategori,konsep dan struktur yang berbeda.
Dalam hal ini,proses abstraksi dan refleksi seseorang menjadi sangat
berpengaruh dalam konstruksi pengetahuan (reflection/abstraction
as primary).
Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep masing-masing
individual siswa. Struktur konsep dapat membentuk pengetahuan bila
konsep baru yang diterima dapat dikaitkan/dihubungkan (proposisi)
dengan pengalaman yang dimiliki siswa . Dengan
demikian,pengetahuan adalah apa yang ada dalam pikiran setiap
siswa.
Dalam proses pembentukan pengetahuan,kebermaknaan merupakan
interpretasi individu siswa terhadap pengalaman yang dialaminya
(meaning as internality constructed). Perampatan makna merupakan
proses negosiasi antara individu siswa dengan pengalamannya
melalui interaksi dalam proses belajar ( menjadi tahu) (learning as
negotiated construction of meaning)

Konstruktivisme menyatakan bahwa seseorang tidak pernah
dapat mengerti kenyataan yang sesungguhnya,yang dimengerti
adalah struktur konstruksi seseorang akan suatu objek. Menurut
Bottencourt (1989),konstruktivisme tidak bertujuan untuk mengerti
kenyataan,tetapi lebih menggambarkan proses kita menjadi tahu
akan sesuatu. Realitas bagi konstruktivisme tidak pernah ada secara
terpisah dari pengamat,yang ada bukan suatu realitas yang berdiri
sendiri,melainkan kenyataan sejauh yang dipahami oleh orang yang
mengalaminya (Shapiro,1994). Menurut Shapiro,ada banyak bentuk
kenyataan dan masing-masing tergantung pada kerangka dan
interaksi pengamat dengan objek yang diamati.

Bagi kaum konstruktivisme, kebenaran terletak pada viabilitas
(viability),yaitu kemampuan oprasi suatu konsep atau pengetahuan
dalam praktek. Artinya pengetahuan yang dikonstruksikan dapat
digunakan dalam menghadapi macam-macam fenomena dan
persoalan yang berkaitan dengan pengetahuan tersebut.
Pengetahuan bukan barang mati yang sekali jadi,melainkan suatu
proses yang terus berkembang.

Menurut Bottencourt (1989),ada beberapa hal yang dapat
membatasi proses konstruksi pengetahuan manusia, antara lain:

Hasil konstruksi yang telah dimiliki seseorang (constructed
knowledge). Hasil dan proses konstruksi pengetahuan yang lampau
dapat menjadi pembatas konstruksi pengetahuan kita yang baru.
KOnsep-konsep yang diabstraksikan dari pengalaman yang
lampau,cara mengabstraksikan dan mengorganisasikan konsep-
konsep serta aturan main yang digunakan untuk mengerti
sesuatu,berpengaruh terhadap pembentukan pengetahuan
berikutnya. Pengalaman yang sudah diabstraksikan,yang telah
menjadi suatu konsep dan telah dikonstruksikan menjadi
pengetahuan dalam banyak hal membatasi pengertian seseorang
tentang hal-hal yang berkaitan dengan konsep tersebut.
Domain pengalaman seseorang (domain of experience). Menurut
konstruktivisme,pengalaman akan fenomena baru merupakan unsur
penting dalam pengembangan pengetahuan,dan kekurangan dalam
hal ini akan membatasi pengetahuan. Dalam bidang ilmu
fisika,biologi,kimia,geologi atau astronomi,misalnya pengalaman
ataupun percobaan-percobaan sangat berperan dalam
perkembangan hukum,teori maupun konsep-konsep ilmu tersebut.
Dalam bidang agama juga dengan pengalaman berinteraksi dengan
peserta didik dan lingkungan akan semakin memperdalam
pengetahuan yang dimiliki.
Jaringan struktur kognitif seseorang (exiting cognitive structure).
Struktur kognitif merupakan suatu system yang saling berkaitan.
Konsep, gagasan,gambaran, teori dan sebagainya yang membentuk
struktur kognitif saling berhubungan satu dengan yang lain. Inilah
yang oleh Toulmin (1972) disebut ekologi konseptual. Setiap
pengetahuan yang baru harus juga cocok dengan ekologi konseptual
tersebut karena manusia cenderung untuk menjaga stabilitas
ekologi system tersebut.

Anda mungkin juga menyukai