Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskuler, tak berwarna dan hampir
transparan sempurna. Lensa memiliki ukuran tebal sekitar 4 mm dan diameter 9
mm. Lensa terdiri dari tiga bagian, yaitu nucleus, kortek dan kapsul. Kapsul lensa
adalah membran semipermeabel yang menyebabkan air dan elektrolit dapat
masuk. Nucleus lensa lebih tebal dari korteksnya. Semakin bertambahnya usia,
laminar epitel supkapsuler terus diproduksi sehingga lensa semakin besar dan
kehilangan elastisitasnya. Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya
ke retina melalui kemampuan akomodasinya. Lewat kemampuan ini, kita mampu
melihat benda yang jauh ataupun yang dekat. Namun seiring dengan
bertambahnya usia, lensa dapat mengalami berbagai gangguan seperti kekeruhan,
gangguan akomodasi, distorsi dan dislokasi (1,2)

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa ataupun akibat
keduanya (1). Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat bervariasi dan
dapat disebabkan oleh berbagai hal, tetapi biasanya berkaitan dengan proses
degenatif (2,3).
Kekeruhan lensa pada katarak dapat mengenai kedua mata dan berjalan
progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
Kekeruhan lensa ini mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga pupil akan
berwarna putih atau abu-abu. Pasien dengan katarak mengeluh penglihatan seperti
berasap dan tajam penglihatan yang menurun secara progresif (1).
Suatu studi yang dilakukan oleh Walmer Eye Institute pada tahun 2004
mencatat sekitar 20,5 juta penduduk usia lebih dari 40 tahun di Amerika
menderita katarak pada kedua matanya dan sekitar 6,1 juta diantaranya merupakan
pseudofaki atau afaki. Angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 30,1 juta
kasus katarak dan 9,1 juta kasus dengan pseudofaki atau afaki pada tahun 2020
(4).
Berdasarkan usia penderitanya, katarak dapat diklasifikasikan menjadi
katarak kongenital yang sudah terlihat pada usia dibawah 1 tahun, katarak juvenile
yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan katarak senilis yang mengenai orang-orang
berusia diatas 50 tahun. Diantara ketiganya, katarak senilis merupakan jenis
katarak yang paling sering terjadi (1).
Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut,
yaitu usia di atas 50 tahun. Katarak senilis dapat dibagi kedalam 4 stadium, yaitu
katarak insipien, katak imatur, katarak matur dan katarak hipermatur. Katarak
insipient merupakan stadium katarak yang paling awal dan belum menimbulkan
gangguan visus. Pada katarak imatur, kekeruhan belum mengenai seluruh bagian
lensa sedangkan pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh bagian
lensa. Sementara katarak hipermatur adalah katarak yang mengalami proses
degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair (1).


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Katarak senilis imatur merupakan salah satu stadium katarak senilis,
dimana pada stadium ini kekeruhan lensa belum terjadi disemua bagian lensa.
Kekeruhan pada stadium ini utamanya terjadi di bagian posterior dan belakang
nukleus lensa. Pada katarak imatur, volume lensa dapat bertambah akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan degeneratif lensa. Pada keadaan ini, lensa
akan mencembung dan dapat menimbulkan hambatan pupil sehingga terjadi
glaukoma sekunde (1,2).

2.2 Etiologi
Penyebab katarak senilis sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti
dan diduga multifaktorial. Beberapa penyebab katarak diantaranya adalah (5):
a. Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan pengaruh genetik
b. Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi yang sangat kuat sehingga
mempunyai efek buruk terhadap serabu-serabut lensa
c. Faktor imunologik
d. Gangguan yang bersifat lokal pada lensa, seperti gangguan nutrisi, gangguan
permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi cahaya matahari.
e. Gangguan metabolisme umum

2.3 Patofisiologi
Kekeruhan lensa dapat terjadi akibat hidrasi dan denaturasi protein lensa.
Dengan bertambahnya usia, ketebalan dan berat lensa akan meningkat sementara
daya akomodasinya akan menurun. Dengan terbentuknya lapisan konsentris baru
dari kortek, inti nucleus akan mengalami penekanan dan pengerasan. Proses ini
dikenal sebagai sklerosis nuclear. Selain itu terjadi pula proses kristalisasi pada
lensa yang terjadi akibat modifikasi kimia dan agregasi protein menjadi high-
molecular-weight-protein. Hasil dari agregasi protein secara tiba tiba ini
mengalami fluktuasi refraktif index pada lensa sehingga menyebabkan cahaya
menyebar dan penurunan pandangan. Modifiaksi kimia dari protein nukleus lensa
juga menghasilkan pigmentasi progresif yang akan menyebabkan warna lensa
menjadi keruh. Perubaha lain pada katarak terkait usia juga menggambarkan
penurunan konsentrasi glutatin dan potassium serta meningkatnya konsentrasi
sodium dan calcium (2).
Terdapat berbagai faktor yang ikut berperan dalam hilangnya transparasi
lensa. Sel epithelium lensa akan mengalami proses degeneratif sehingga
densitasnya akan berkurang dan terjadi penyimpangan diferensiasi dari sel-sel
fiber. Akumulasi dari sel-sel epitel yang hilang akan meningkatkan pembentukan
serat-serat lensa yang akan menyebabkan penurunan transparasi lensa. Selain itu,
proses degeneratif pada epithelium lensa akan menurunkan permeabilitas lensa
terhadap air dan molekul-molekul larut air sehingga transportasi air, nutrisi dan
antioksidan kedalam lensa menjadi berkurang. Peningkatan produk oksidasi dan
penurunan antioksidan seperti vitamin dan enzim-enzim superoxide memiliki
peran penting pada proses pembentukan katarak (6).

2.4 Gejala Klinis
Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan riwayat
kemunduran secara progesif dan gangguan penglihatan. Penyimpangan
penglihatan bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak ketika pasien datang (2).
a. Penurunan visus, merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan pasien
dengan katarak senilis.
b. Silau, Keluhan ini termasuk seluruh spektrum dari penurunan sensitivitas
kontras terhadap cahaya terang lingkungan atau silau pada siang hari hingga
silau ketika mendekat ke lampu pada malam hari.
c. Perubahan miopik, Progesifitas katarak sering meningkatkan kekuatan
dioptrik lensa yang menimbulkan myopia derajat sedang hingga berat.
Sebagai akibatnya, pasien presbiopi melaporkan peningkatan penglihatan
dekat mereka dan kurang membutuhkan kaca mata baca, keadaan ini disebut
dengan second sight. Secara khas, perubahan miopik dan second sight tidak
terlihat pada katarak subkortikal posterior atau anterior.
d. Diplopia monocular. Kadang-kadang, perubahan nuclear yang terkonsentrasi
pada bagian dalam lapisan lensa, menghasilkan area refraktil pada bagian
tengah dari lensa, yang sering memberikan gambaran terbaik pada reflek
merah dengan retinoskopi atau ophtalmoskopi langsung. Fenomena seperti ini
menimbulkan diplopia monocular yang tidak dapat dikoreksi dengan
kacamata, prisma, atau lensa kontak.
e. Noda, berkabut pada lapangan pandang.
f. Ukuran kaca mata sering berubah

2.5 Diagnosis
Diagnosis katarak senilis imatur dapat diperoleh dari gejala-gejala klinis
yang dialami serta pemeriksaan oftalmologi. Pasien pada katarak senilis imatur
biasanya datang dengan keluhan mata kabur serta silau. Sementara pemeriksaan
oftalmologi dapat dilakukan dengan menggunakan senter, slit lamp dan
funduskopi. Berikut merupakan hasil temuan pemeriksaan oftalmologi pada
katarak senilis dan katarak stadium lainnya (3):











Tabel 2.1 Stadium katarak senile
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan
lensa
Ringan Sebagian Komplit Masif
Cairan Lensa Normal Bertambah
(air masuk)
Normal Berkurang
(air+masa lensa
keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik Mata
Depan
Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut Bilik
Mata
Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopos
Visus (+) < << <<<
Penyulit - Glaukoma - Uveitis+glaucoma

Pada katarak senilis imatur, terdapat kekeruhan pada sebagaian lensa yang
dapat menimbulkan gangguan visus. Dengan koreksi, visus masih dapat mencapai
1/60-6/6. Pada stadium ini, kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa.
Pada lensa normal yang tidak terdapat kekeruhan, sinar dapat masuk kedalam
mata tanpa ada yang dipantulkan. Oleh karena kekeruhan dibagian posterior lensa,
maka sinar obliq yang mengenai bagian yang keruh ini, akan dipantulkan lagi,
sehingga pada pemeriksaan, terlihat dipupil, ada daerah yang terang sebagai reflek
pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap, akibat
bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+).

2.6 Diagnosis Banding
Diagnosis banding katarak senillis imatur :
a. Kekeruhan badan kaca
b. Endopthalmitis
c. Glaukoma kronis

2.7 Penatalaksanaan
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika
gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala
cukup dengan mengganti kacamata sehingga didapatkan penglihatan maksimal.
Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat menjernihkan lensa yang keruh.
Namun, aldose reductase inhibitor, diketahui dapat menghambat konversi glukosa
menjadi sorbitol dan sudah memperlihatkan hasil yang menjanjikan dalam
pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti katarak lainnya sedang diteliti
termasuk diantaranya agen yang menurunkan kadar sorbitol, aspirin, agen
glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C dan E.
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa.
Terdapat 2 tipe ekstraksi lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan
ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). ECCE sendiri terdiri dari dua teknik
yaitu Small Incision Cataract Surgery (SICS) dan Phakoemulsifikasi (7).
a. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama
kapsulnya. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake
dan depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar.
Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio
dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan
tindakan pembedahan yang sangat lama populer. ICCE tidak boleh dilakukan
atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih
mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada
pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan
perdarahan.
b. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi
lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa
lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini
dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel,
bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular posterior,
perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan
dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps
badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca, sebelumnya
mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca
bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan
katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada
pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.
c. Phakoemulsifikasi
Phakoemulsifikasi merupakan suatu teknik ekstraksi lensa dengan memecah
dan memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat
kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonik akan digunakan untuk
menghancurkan katarak, selanjutnya mesin phako akan menyedot massa
katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang
dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil
maka tidak diperlukan jahitan dan irisan akan pulih dengan sendirinya
sehingga memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan
aktivitas sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital,
traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada
katarak senilis padat.
d. Small Incision Cataract Surgery SICS
Teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih murah dan proses
penyembuhannya lebih cepat.






Tabel 2.2 Keuntungan dan kerugian tindakan pembedahan
Jenis bedah
katarak
Keuntungan Kerugian
Intra capsular
cataract
extraction (ICCE)
Semua komponen lensa
diangkat
Insisi lebih besar
Edema pada macula
Komplikasi pada
vitreus
Sulit pada usia <40
tahun
Endopthalmitis
Jarang dilakukan
Extra capsular
cataract
extraction
(ECCE)
Insisi kecil
Jarang terjadi
komplikasi vitreus
Edema pada macula
lebih jarang
Trauma terhadap
endothelium kornea
lebih sedikit
Retinal detachment
lebih sedikit
Lebih mudah
dilakukan
Kekeruhan pada kapsul
posterior
Dapat terjadi
perlengketan iris
dengan kapsul
Fakoemulsifikasi Insisi kecil
Astigmata jarang
terjadi
Perdarahan lebih
sedikit
Teknik paling cepat
Memerlukan dilatasi
pupil yang baik
Pelebaran luka jika ada
IOL
Small incision
cataract surgery
(SICS)
Insisi lebih kecil
Prosedur cepat

Komplikasi dislokasi
lensa



2.8 Komplikasi
a. Komplikasi Intra Operatif
Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau efusi
suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, incacerata
kedalam luka serta retinal light toxicity (1,6,7).

b. Komplikasi dini pasca operatif
COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara
cairan yang keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil dan
siliar, edema stroma dan epitel, hipotonus, brown-McLean syndrome
(edema kornea perifer dengan daerah sentral yang bersih paling sering)
Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus
Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang
tidak adekuat yang dapat menimbulkan komplikasi seperti penyembuhan
luka yang tidak sempurna, astigmatismus, uveitis anterior kronik dan
endoftalmitis.
Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi
Komplikasi lambat pasca operatif
Ablasio retina
Endoftalmitis kronik yang timbul karena organissme dengan virulensi
rendah yang terperangkap dalam kantong kapsuler
Post kapsul kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah
Malformasi lensa intraokuler, jarang terjadi.

2.9 Prognosis
Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi
sangat jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah
katarak resiko ini kecil dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada
pembedahan dengan ECCE atau fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis
dalam penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis pada pemeriksaan dengan
menggunakan snellen chart.















BAB III
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. SA
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 65 tahun
Alamat : Jl. A. Yani KM 4,5 Gg. Rahmat RT 31 RW 02
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tgl. Pemeriksaan : 5 Mei 2014

B. Anamnesis
1. Keluhan Utama : Pandangan kabur
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Poliklinik mata RSUD Ulin Banjarmasin dengan
keluhan utama mata kanan dan kiri semakin kabur. Keluhan dirasakan
semenjak 4 bulan terakhir. Penurunan penglihatan terjadi secara perlahan,
awalnya pasien dapat melihat dengan jelas, namun terlihat berbayang pada
mata kanan dan kiri. Pasien merasa lebih sulit melihat benda-benda yang
terletak jauh dibandingkan dengan sebelumnya. Pasien juga mengeluhkan
seperti ada kabut dan silau. Untuk mengurangi keluhan, pasien telah
menggunakan obat tetes mata, namun keluhan tidak berkurang.

3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak pernah mengalami hal serupa. Riwayat alergi, trauma,
penggunaan kaca mata, dan penyakit kencing manis disangkal oleh
penderita. Pasien menderita darah tinggi dan minum obat penurun tekanan
darah secara teratur.

4. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga pasien tidak mengalami keluhan serupa.


C. Keadaan umum
Kesadaran : tampak sakit ringan
GCS : 4-5-6
Tekanan darah : 130/80mmHg
Nadi : 76x/menit, regular, kualitas cukup
Suhu : 36,7C, aksila
Respirasi rate : 18x/menit, reguler

D. Status oftalmologi
Pemeriksaan Okuli Dextra Okuli Sinistra
VISUS 5/40 5/50
PALPEBRA
Edema superior (-)
Hiperemis (-)
Blefarospasme (-)
Edema superior (-)
Hiperemis (-)
Blefarospasme (-)
Lagoftalmus (-)
Ekropion (-)
Entopion (-)
Lagoftalmus (-)
Ekropion (-)
Entopion (-)
BULBUS OKULI
Gerak mata normal
Enoftalmus (-)
Eksoftalmus (-)
Strabismus (-)
Gerak mata normal
Enoftalmus (-)
Eksoftalmus (-)
Strabismus (-)
KONJUNGTIVA
Hiperemis (-)
Injeksi silier (-)
Injeksi konjungtiva (-)
Bangunan patologis (-)
Secret (-)
Hiperemis (+, minimal)
Injeksi silier (-)
Injeksi konjungtiva (-)
Bangunan patologis (-)
Secret (-)
SCLERA Warna putih keruh Warna putih keruh
KORNEA
Arcus senilis (-)
Permukaan licin (+)
Edema (-)
Arcus senilis (-)
Permukaan licin (+)
Edema (-)
COA Dangkal, jernih Dangkal, jernih
IRIS & PUPIL
Iris normal, pupil sentral,
diameter 3mm, refleks cahaya
direk/indirek (+/+)
Iris normal, pupil sentral,
diameter 3mm, refleks
cahaya direk/indirek (+/+)
LENSA Keruh sebagian Keruh sebagian
FUNDUS MEDIA Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi
PAPIL Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi
MAKULA &
RETINA
Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi
TIO N N
SHADOW TEST Positif Positif

E. Diagnosis kerja
ODS katarak senile imatur

F. Penatalaksanaan
ODS ekstraksi lensa

G. Prognosis
Quo Okuli Dextra Okuli Sinistra
Ad Vitam ad bonam ad bonam
Ad Cosmetican ad bonam ad bonam
Ad Fungsionam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Ad Visam Dubia ad bonam Dubia ad bonam













BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus Ny. SA ditegakkan diagnosis katarak senilis imatur OS dari
anamnesis dan pemeriksaan ophtalmologi. Katarak adalah suatu keadaan
patologik pada lensa mata dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa,
atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme
normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu.
Dari identitas penderita, penderita berumur 65 tahun datang dengan keluhan
utama pandangan kabur sejak 4 bulan yang lalu, dari keluhan utama kita ketahui
kemungkinan terganggunya media refraksi penderita. Katarak merupakan
kekeruhan pada lensa sehingga mengakibatkan penurunan tajam penglihatan.
Tingkat kekaburan yang dialami pasien bervariasi tergantung dari tingkat
kekeruhan lensa. Lensa pasien katarak akan semakin cembung akibat proses
sklerosis nucleus yang meningkatkan ketebalan lensa. Hal ini menyebabkan
kekuatan dioptri lensa pasien menjadi semakin kuat sehingga pasien menjadi lebih
jelas melihat dekat dibandingkan melihat jauh. Berbeda dengan pasien pasien usia
tua yang umumnya mengalami presbiopi sehingga lebih jelas ketika melihat jauh
dibandingkan dengan melihat dekat. Usia pasien yang lebih dari 50 tahun
merupakan salah satu penentu jenis katarak. Jenis katarak yang sesuai adalah
katarak senilis.
Perjalanan penyakit penderita ditemukan bahwa penurunan tajam penglihatan
secara perlahan dan mata tenang, yang merupakan ciri dari suatu proses katarak.
Katarak dapat terjadi akibat suatu trauma Jika dinilai dari trauma, yang dapat
menyebabkan penderita tidak bisa melihat yakni katarak traumatika. Dari
anamnesis didapatkan riwayat trauma disangkal.
Penatalaksanaan pada katarak imatur adalah penggunaan kaca mata sehingga
pasien mampu beraktivitas dengan baik. Namun jika hal ini masih dirasa
mengganggu oleh pasien, dapat dilakukan ekstraksi lensa. Ekstraksi lensa dapat
dilakukan dengan metode SICS + IOL atau Fakoemulsifikasi + IOL. Dimana
pemilihan teknik operasi ini juga diserahkan pada pasien, namun sebelumnya kita
harus memberikan edukasi mengenai kelebihan ataupun kekurangan dari masing-
masing teknik tersebut. Pada SICS + IOL, pembedahan yang dilakukan lebih lebar
dibandingkan dengan teknik fakoemulsifikasi sehingga proses penyembuhan akan
berlangsung lebih lama dan kemungkinan terjadinya astigmatisma juga lebih
besar. Sementara teknik fakoemulsifikasi memiliki komplikasi astigmatisma yang
lebih kecil hanya saja biayanya lebih mahal dibandingkan dengan SICS.
Prognosis pasien ini baik, hal ini disebabkan karena katarak merepukan
suatu kekeruhan pada lensa yang dapat diperbaiki. Sehingga tajam penglihatan
pasien setelah dioperasi akan lebih baik dibandingkan dengan sebelum dioperasi.






DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005.
2. Khalilullah, Said Alvin. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak Senilis,
2010.
3. Vaughan, Daniel G; Asbury, Taylor and Eva, Paul Riordan. Oftalmologi
Umum. Edisi 14. Jakarta : Widya Medika, 2000.
4. Vicente Victor D Ocampo Jr, MD. Senile Cataract. Department of
Ophthalmology, Asian Hospital and Medical Center, Philippines. 2011.
Diakses dari: http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview pada
5 Mei 2014.
5. Faradila, Nova. Glaukoma dan Katarak Senilis. Riau: Fakultas Kedokteran
Universitas Riau, 2009.
6. Kanski Jack J. Clinical Ophtalmology. Edisi 6. Saunders Elsevier. British.
2008.
7. Riordan-Eva, P, Whitcher, J P : Vaughan & Asburys General
Ophthalmology, Sixteenth edition, Mc Graw Hill Companies, Inc, Boston,
Singapore, International Edition 2004.

Anda mungkin juga menyukai