Produksi Bakteri Asam Laktat pada Media Substrat Ubi Kayu dengan Penambahan
Konsentrasi Molases yang berbeda
Nur Hafizoh, Aldha Rizki Utami, Rima Suciyani, Iqbal AlMukhlisin, M.Pandu Abrari Dosen: Dr. Irawan Sugoro, Ahmad Danial, M.Si, Saiful Bahri, S,Si Asisten: Arina Findo Sari Prodi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Abstrak
Mikroorganisme yang digunakan sebagai probiotik harus dinyatakan biosafety (layak biologis), dapat diproduksi dengan mudah dan murah, dan cocok dengan lingkungan pencernaan unggas. Probiotik dengan dosis 10 6 -10 7 CFU/ml perlu ditambahkan dalam pakan unggas untuk mencapai keseimbangan antara mikroorganisme probiotik dan mikroflora yang tinggal dalam usus. Produksi kultur bakteri baik dilakukan dalam substrat yang mengandung kadar gula tinggi, seperti ubi kayu dan molases. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui media substrat (ubi kayu) yang dikombinasi dengan variasi konsentrasi molases berbeda untuk pertumbuhan bakteri asam laktat. Hasil perhitungan jumlah bakteri dengan menggunakan spektrofotometer menunjukan bahwa jumlah bakteri terbanyak ada pada konsentrasi molases 0,1% dan 0,32%, jumlah bakteri pada konsentrasi molases 0,1% yaitu sebanyak 0,664, dan pada konsentrasi molases 0,32% jumlah bakteri sebanyak 0,629. Perhitungan dengan metode total plate count diketahui bahwa jumlah bakteri pada konsentrasi molases 0,1% yaitu sebanyak 112,5 x 10 8 CFU/ml, dan pada konsentrasi molases 0,32% jumlah bakteri yang tumbuh sebanyak 186 x 10 6 CFU/ml. Produksi jumlah bakteri asam laktat menunjukkan adanya perbedaan antara medium kontrol dengan medium (ekstrak singkong+MRSB 0,1% ) yang ditambahkan molases, medium ekstrak singkong + MRSB 0,1% dengan penambahan molases 0,1 % dan 0,32 % yang memiliki jumlah bakteri paling tinggi.
Kata Kunci : Probiotik, Bakteri Asam Laktat, Molases, Ekstrak Singkong
Abstract
The microorganism used as probiotics must be biosafety, could be cheaply and easily produced, and suitable with the environment of the digestive track. Probiotics with a dose of 10 6 -10 7 CFU/ml needs to be added in chicken feed to achieve balance between microorganism and probiotics microflora who live in the intestine. Production of bacterial culture done in substrates that contain high sugar levels. The purpose of this experiment was to determine the substrate media (cassava) in combination with a variety of different concentrations of molasses most optimum for the growth of lactic acid bacteria. The result calculation of the number of bacteria by using spektrofotometer showed that the amount of bacteria present on the largest concentration of molasess 0,1% and 0,32%, the number of bacteria on the concentration of molasess 0,1 % is 0,644 and on the concentration molasess 0,32% is 0,629. Result calculation by the Total Plate Count methods showed that the amount of bacteria on the concentration of molasess 0,1 % is 112,5 x 10 8 CFU/ml and on the concentration molasess 0,32% is 186 x 10 6 CFU/ml .Production of lactic acid bacteria count shows the difference between the control medium with medium (cassava extract MRSB+0.1%) were added molasses, cassava extract medium MRSB+0.1% with the addition of molasses 0.1% and 0.32% which has highest number of bacteria.
Pemberian probiotik kepada ternak secara teratur akan memberikan keuntungan seperti dapat menurunkan populasi mikroba patogen, meningkatkan kesehatan dan daya imunitas ternak, meningkatkan aktivitas enzim pencernaan, menurunkan aktivitas enzim bakterial dan produksi ammonia, meningkatkan asupan dan pencernaan makanan serta menetralisir enterotoksin dan menstimulir sistem kekebalan. Keuntungan ini dikarenakan terjadinya kesetimbangan populasi mikroflora yang sangat penting untuk pemecahan dan pencernaan bahan pakan menjadi nutrisi yang berguna bagi ternak. (JIN et al., 1998) Suplemen probiotik dapat berupa bakteri dan jamur. Bakteri, khususnya bakteri asam laktat sering digunakan karena mudah untuk diproduksi. Isolasi dalam rangka mencari isolat bakteri asam laktat yang terbaik sebagai sumber probiotik telah dilakukan dari sumber usus ayam kampung dan ayam broiler. Bahan medium untuk pertumbuhan bakteri yang banyak digunakan adalah bahan berkarbohidrat tinggi atau bahan yang mengandung kadar gula tinggi seperti molases. Ditinjau dari segi biaya yang diperlukan, medium kaya nutrisi tidak murah. Oleh karena itu perlu dicari bahan-bahan pengganti agar dapat menekan harga medium untuk poduksi bakteri asam laktat. Singkong atau ubi kayu merupakan salah satu bahan yang dapat dijadikan sebagai sumber untuk pembuatan media kultur. Singkong mengandung karbohidrat dan tinggi kalori, dari 100 gram singkong dapat menghasilkan karbohidrat sebanyak 34 gram. Jika dibandingkan dengan jagung, molases, ubi jalar dan buah-buahan, singkong diketahui memiliki kandungan karbohidrat lebih rendah (Winarno, 1993). Tetapi jika dilihat secara ekonomis, singkong merupakan bahan yang memiliki harga paling murah, tetapi singkong memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi. Semakin tinggi sumber karbon sederhana (glukosa) yang diberikan dalam medium diharapkan dapat meningkatkan produksi bakteri asam laktat. Oleh karenanya penambahan sumber karbon dapat dilakukan dengan penambahan molases pada medium dengan mengkombinasikan ekstrak singkong dengan molases. Penelitian ini bertujuan untuk memproduksi bakteri asam laktat hasil isolasi dari usus ayam kampung dan ayam broiler dan mengetahui media substrat (ubi kayu) yang dikombinasi dengan variasi konsentrasi molases berbeda yang paling optimum untuk pertumbuhan bakteri asam laktat.
MATERI DAN METODE
Alat dan Bahan Alat yang digunakan pH meter , shaker inkubator, laminar ai flow, autoklaf, inkubator, mikroskop, spektrofotometer dan alat-alat mikrobiologi umum. Bahan yang digunakan adalah singkong 2 kg, isolat bakteri asam laktat unggul hasil isolasi dari usus ayam, MRSA, MRSB, Molases 0,1 %, 0,2%, 0,4%, 0,8%, 0,16% dan 0,32%, dan alkohol 70%.
Prosedur Kerja
Peremajaan Bakteri Memilih isolat bakteri asam laktat yang unggul hasil isolasi dari usus ayam, kemudian diinokulasi pada media MRSA agar miring pada tabung reaksi yang baru, setelah itu di inkubasi pada inkubator dengan suhu 37 0 C selama 24 jam.
Pembuatan Media Ekstrak Singkong Disediakan singkong sebanyak 2 kg, kemudian di kupas kulitnya dan di cuci hingga bersih, setalah itu direbus dengan ditambahkan aquades sebanyak 3 L, direbus hingga aquades tersisa kira-kira 2 L, kemudian air ekstrak rebusan singkong di saring dan dimasukan ke dalam gelas ukur.
Pembuatan Media MRSB MRSB ditimbang pada timbangan presisi sebanyak 0,8 g, setelah itu dimasukan kedalam erlenmeyer dan dilarutkan dalam aquades 15 ml untuk membuat konsentrasi molases 0,1 %, kemudian dipanaskan di atas hotplate dan dihomogenkan dengan bantuan magnetic stirrer.
Pembuatan Media Kombinasi antara Ekstrak Singkong, MRSB 0,1% dan Molases Ekstrak singkong dimasukan ke dalam erlenmeyer (kontrol, 6 perlakuan dengan satu kali pengulangan, total 13 erlenmeyer) dan 3 erlenmeyer untuk kultur inokulum, dimasukan kedalam erlenmeyer masing-masing sebanyak 50 ml, kemudian dtambahkan MRSB 0,1% kedalam tiap tabung masing-masing sebanyak 0,05 ml, setelah itu erlenmeyer di tutup dan disterilisasi dengan autoklaf. Setelah media steril, media yang akan digunakan untuk perlakuan, kemudian ditambahkan dengan molases kedalam setiap erlenmeyer kecuali kontrol, untuk konsentrasi molases 0,1 % ditambahkan molases sebanyak 170 L, untuk konsentrasi molases 0,2 % ditambahkan molases sebanyak 330 L, untuk konsentrasi molases 0,4 % ditambahkan molases sebanyak 670 L, untuk konsentrasi molases 0,8 % ditambahkan molases sebanyak 133 L, untuk konsentrasi molases 0,16 % ditambahkan molases sebanyak 270 L dan untuk konsentrasi molases 0,32 % ditambahkan molases sebanyak 530 L.
Produksi Bakteri Asam Laktat Isolat bakteri asam laktat yang telah diremajakan selama 24 jam dimasukan kedalam kultur inokulum pada 3 erlenmeyer yang berisi 50 ml ekstrak singkong dan MRSB 0,1% masing- masing dimasukan sebanyak 3 ose isolat bakteri. Kemudian erlenmeyer ditutup dan diinkubasi pada suhu ruang dengan shaker mekanik selama 24 jam, setelah 24 jam 3 erlenmeyer kultur inokulum disatukan kedalam erlenmeyer 200 ml, setelah itu disiapkan 13 erlenmeyer yang telah dicampurkan dengan molases dengan berbagai konsentrasi kecuali pada kontrol, dimasukan kultur inokulum sebanyak 10 ml kedalam setiap erlenmeyer. Kemudian diukur pH awal dengan pH meter, setelah itu di inkubasi kembali pada suhu ruang dengan shaker mekanik selama 24-48 jam.
Analisis Parameter
pH Dimasukan sampel dari masing-masing perlakuan kedalam yellow tube sebanyak 5 ml, setelah itu dilakukan pengukuran pH akhir dengan menggunakan pH meter.
Foto Mikroba Dimasukan sampel dari masing-masing perlakuan kedalam yellow tube sebanyak 5ml, kemudian diteteskan dengan menggunakan pipet tetes dari masing-masing perlakuan kedalam kaca objek dan ditutup dengan kaca penutup, setelah itu diamati dibawah mikroskop dan difoto hasilnya.
TPC (Total Plate Count) Dilakukan pengenceran 10 0 -10 -7 untuk menghitung jumlah mikroba (CFU/ml), setelah itu di spread pada media MRSA, kemudian diinkubasi dalam inkubator selama 24 jam, dan diamati jumlah mikroba yang tumbuh kemudian dilakukan perhitungan jumlah mikroba dalam CFU/ml.
Jumlah Sel (Spektrofotometer) Dimasukan sampel dari masing-masing perlakuan kedalam yellow tube sebanyak 5ml, kemudian dimasukan sebanyak kurang lebih 2 ml kedalam cuvet untuk dihitung jumlah selnya pada spektrofotometer.
HASIL
Tabel 1. Hasil Pengamatan pH, foto mikroba dan jumlah mikroba dengan spektrofotometer Tabel 2. Hasil Pengamatan dan Hasil Perhitungan Jumlah Koloni/ Sel Bakteri dengan metode TPC (Total Plate Count) (CFU/ml)
Persentase Molases CFU/ml 0.1 % 112.5 x 10 8
0.32 % 186 x 10 6
Gambar 1. Foto Mikroba Bakteri Asam Laktat Sp1
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan untuk memproduksi BAL dan untuk mengetahui media mana yang paling optimum untuk pertumbuhan BAL. Pembuatan media menggunakan ekstrak singkong dan molases. Pemberian molases disini diberikan dengan konsentrasi berbeda-beda yaitu 0,1%, 0,2%, 0,4%, 0,8%, 0,16% dan 0,32%. Pemilihan singkong didasarkan pada singkong mengandung karbohidrat dan tinggi kalori, 100 gram singkong dapat menghasilkan karbohidrat sebanyak 34 gram, lebih banyak dari kentang (19,1 gram/ 100 gram kentang). Singkong juga lebih ekonomis dari sumber karbohidrat lain (Winarno, 1993).
pH Media dan Foto Mikroba Berdasarkan hasil pengamatan (Tabel 1.) terlihat adanya perubahan pH. pH awal berkisar antara 5,41 5,85 dan pH akhir berkisar antara 6,887,65. Menurut Fardiaz (1988) bakteri asam laktat tidak hanya menurunkan pH media, tetapi juga menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk. Hasil praktikum ini berdasarkan Tabel 1, pH awal dan pH akhir mengalami kenaikan, seharusnya BAL menurunkan pH medium. Menurut Buckle et al,. (1978) khamir dan bakteri asam laktat tumbuh dengan baik pada kisaran pH 3,0 6,0 dan sering disebut sebagai asidofil. Asam laktat yang dihasilkan ini akan menurunkan pH dan menimbulkan asam pada media. Naiknya pH media dapat disebabkan oleh aktivitas bakteri asam laktat itu sendiri dan disebabkan karena zat nutrisi yang terkandung dalam medium sudah berkurang atau sudah habis, kemungkinan bakteri tersebut sudah mengalami fase kematian dan banyaknya bakteri yang mati menyebabkan pH medium menjadibasa/ netral. Kenaikan pH menjadi netral/ basa diakibatkan bakteri asam laktat mengalami fase stasioner atau kematian (Gobel, 2008). Penurunan pH karena terbentuknya asam dengan dihasilkannya CO 2 yang terbentuk dari penambahan glukosa yang tersedia melalui proses respirasi. Terlarutnya CO 2 dalam air akan menghasilkan ion bikarbonat dan ion hidrogen. Tambahan ion hidrogen dihasilkan dan konsentrasi H + menjadi lebih besar dari pada konsentrasi OH - . Larutan menjadi asam karbonat yang dibentuk oleh reaksi karbondioksida dengan air. Salah satu penyebab pH medium tidak menjadi asam kemungkinan dikarenakan respirasi BAL tidak optimum sehingga CO 2 yang dihasilkan sedikit yang menyebabkan ion hidogen yang dihasilkan dan konsentrasi H + menjadi lebih sedikit daripada konsentrasi OH - yang menyebabkan pH medium menjadi naik atau lebih basa. (Hibbard, 2002). Peningkatan nilai pH menjadi basa ini kemungkinan disebabkan juga karena seiring dengan bertambahnya waktu pada saat pengkulturan. BAL akan terus tumbuh dan berkembang biak sehingga enzim laktat dehidrogenase yang dihasilkan oleh bakteri tersebut semakin bertambah dan semakin banyak pula asam laktat yang dihasilkan, ketika sumber karbon dalam medium sudah habis dan bakteri asam laktat sudah tidak tumbuh dan tidak berkembang biak lagi, maka enzim enzim yang dihasilkan akan menurun sehingga tidak dapat memproduksi asam laktat lagi yang menyebabkan pH medium menjadi meningkat (basa), (Milcent, 2001). Pengamatan selanjutnya adalah foto mikroba, berdasarkan Tabel 1 hanya 4 perlakuan yang tidak terkontaminasi yaitu kontrol, perlakuan 0,1% molases, perlakuan 0,16% molases dan perlakuan 0,32% molases. Berdasarkan foto mikroba (Gambar 1), BAL terlihat berbentuk coccus dan bacill. Hal ini sesuai dengan Casida (1968) bahwa BAL berbentuk batang dan coccus. Pengamatan foto mikroba tidak dilakukan pewarnaan, sehingga BAL yang terlihat berwarna bening. Penyebab adanya kontaminasi pada 3 erlenmeyer kultur BAL yang diambil foto mikrobanya adalah kurangnya proses sterilisasi dalam pembuatan kultur inokulum BAL.
Jumlah Mikroba Pengamatan perhitungan jumlah sel mikroba menggunakan spektrofotometer dapat dilihat hasilnya pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1. Jumlah sel BAL terbanyak berada di erlenmeyer perlakuan 0,1% molases. BAL memanfaatkan glukosa (molases) dalam media pertumbuhannya. Pemanfaatan gula (molases) yang ada dalam substrat untuk pertumbuhan BAL akan terlihat dengan meningkatnya populasi BAL (Penn, 1991). Setelah dilakukan penambahan glukosa secara statistik berpengaruh nyata terhadap total BAL, hal ini disebabkan glukosa digunakan sebagai prekursor dan sumber energi awal oleh bakteri asam laktat sebelum memfermentasi karbohidrat lain (Penn, 1991). Banyaknya jumlah bakteri asam laktat disini kemungkinan karena persentase molases yang diberikan sesuai dengan konsentrasi gula yang diperlukan untuk pertumbuhan BAL. Populasi BAL yang sedikit/ mengalami penurunan pada perlakuan 0,16%, perlakuan 0,8%, perlakuan 0,4% molases dan kontrol kemungkinan disebabkan oleh terakumulasinya sisa metabolisme yang mempunyai efek kurang menguntungkan bagi bakteri tersebut (Nurwantoro et al,. 2009). Peningkatan dan penurunan jumlah BAL ini dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu peningkatan jumlah BAL karena jumlah nutrisi relatif tinggi (terutama gula), proses inkubasi, suhu dan sinergi antara BAL. BAL juga mengalami penurunan, jumlah bakteri yang sedikit disebabkan oleh beberapa faktor seperti nutrient dalam media sudah banyak termanfaatkan dan hasil metabolit. Penambahan gula (molases) lebih dari 5% akan menghambat pertumbuhan mikroba. Penambahan molases 0,1% dengan 0,32% jumlah bakteri yang tumbuh lebih banyak pada medium dengan penambahan molases 0,1% yaitu sebanyak 0,664, sedangkan pada media dengan penambahan molases 0,32% jumlah bakteri yang tumbuh sebanyak 0,629. Penambahan molases pada medium pertumbuhan bakteri pada umumnya dapat mempercepat tercapainya fase eksponensial, karena gula invert yang terkandung dalam molases memungkinkan BAL untuk langsung menggunakan gula tersebut sebagai sumber karbonnya tanpa dilakukan proses pemecahan terlebih dahulu. Namun, Pemberian konsentrasi glukosa yang terlalu banyak dapat mengakibatkan sel mengalami lisis karena adanya perbedaan tekanan osmotik. Pemberian molases dengan konsentrasi tinggi justru menghambat pertumbuhan BAL itu sendiri (Tamime dan Robinson, 1989). Total Plate Count (TPC), TPC adalah metode dengan penaksiran jumlah kepadatan bakteri secara tidak langsung. Disini dilakukan pertumbuhan BAL dengan perlakuan kontrol, molases 0,1% dan molases 0,32%. Di pilih ketiga perlakuan ini karena pada perlakuan inilah BAL banyak tumbuh. Dilakukan pengenceran 10 -5 , 10 -6
dan 10 -7 agar populasi BAL dapat terhitung, pengenceran menghasilkan 30 300 atau lebih bakteri yang dapat dihitung dan dapat dikatakan berhasil karena bila kurang dari 30 sel bakteri untuk alasan statistik tidak dapat diterima, bila lebih dari 300 kemungkinan ada koloni yang terlalu padat, terlalu dekat satu sama lain (Hadioetomo, 1990). Berdasarkan pengamatan hanya perlakuan molases 0,1% (10 -6 dan 10 -7 ) dan perlakuan molases 0,32% (10 -5 ) yang jumlah koloni/ selnya 30 300 sel. Dapat dilihat lebih detail pada Tabel 2 Hasil Penghitungan Jumlah Koloni/ Sel Bakteri Metode TPC. Hasil perhitungan dengan TPC kemudian dilakukan perhitungan CFU. CFU adalah singkatan dari Colony Forming Unit yang mencerminkan satuan mikroba yang membentuk sebuah koloni. Berdasarkan hasil pada Tabel 2. Pengamatan dan Penghitungan Jumlah Koloni/ Sel Bakteri (CFU), penambahan molases dengan konsentrasi 0,1 % memiliki nilai CFU lebih banyak dari penambahan molases dengan konsentrasi 0,32%. Jumlah bakteri pada penambahan molases 0,1% adalah 112,5 x 10 8
CFU/ml dan pada penambahan molases 0,32% adalah 186 x 10 6 CFU/ml. Angka tersebut sudah memenuhi persyaratan jumlah bakteri asam laktat yang akan dijadikan sebagai probiotik. Menurut Tannock (1999) agar ketersediaan probiotik dapat memberikan efek positif, maka makanan atau pakan penyedia probiotik yang di konsumsi diharapkan dapat mengandung jumlah sel hidup sebesar (10 6 - 10 9 CFU/ml), berarti penambahan molases pada media ekstrak singkong memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan BAL. Pertumbuhan BAL lebih optimal dan jumlah koloni/ selnya lebih banyak yang tumbuh.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah produksi jumlah bakteri asam laktat menunjukan adanya perbedaan antara medium kontrol dengan medium (ekstrak singkong+MRSB 0,1% ) yang ditambahkan molases. Medium ekstrak singkong dengan penambahan molases 0,1 % dan 0,32 % yang memiliki tingkat absorbansi tertinggi, masing- masing adalah 0,664 dan 0,629 dan jumlah bakteri berdasarkan perhitungan dengan metode TPC (Total Plate Count) medium dengan penambahan molases 0,1% adalah 112,5 x 10 8 CFU/ml dan medium dengan penambahan molases 0,32% adalah 186 x 10 6 CFU/ml.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terimakasih kepada para dosen praktikum bioteknologi yaitu Bapak Dr. Irawan Sugoro, Ahmad Danial, M.Si, dan Saeful Bahri, S,Si, kepada para asisten dan teman-teman yang telah memberikan masukan dalam penyusunan jurnal ini, kami ucapkan terimakasih atas bantuannya.
DAFTAR PUSTAKA Buckle, K. A, Edward R.A, Fleeth G.H, Wootton. 1978. Ilmu Pangan. Penerjemah H, Adiono. UI Press. Jakarta. Terjemahan dari Food Science. Casida, L.E.Industrial Microbiology. John Wiley Sons Inc. New York. Fardiaz, S. 1988. Fisiologi Fermentasi. Pusat Antar Universitas Lembaga Sumber Daya Informasi IPB. Bogor. Gobel, Risco B., 2008. Mikrbiologi Umum Dalam Praktik. Universitas Hasanudin. Makassar. Hadaddin, M. S. Y., S. Y. M. Abdul Rahim, E. A. R. Hashlamoun and R. K. Robinson. 1998.The Effect of Lactobacillus acidophillus on The Production and Chemical Composition on Hens Egg. Poult. Sci 75 : 451 494. Hadioetomo, R. 1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktik. Gramedia. Jakarta. Hibbard, M.J. 2002. Mineralogy: A Geologist Point of View. McGrow-Hill.NewYork JIN, L.Z., Y.W. HO, N. ABDULLAH and S. JALALUDIN. 1998. Probiotic in poultry : modes of action. J. 53: 351 368. Milcent, S,. Carrere, H. Clasification of Lactic Acid Fermentation Broths. Separation and Purification Techonology. Vol.22-23.Hlm. 393-401, 2001 Nurwantoro, Sutaryo., D. Hartanti dan H. Sukoco. 2009. Viabilitas Bifidobacterium bifidum, Kadar Laktosa dan Rasa Eskrim Simbiotik pada Lama Pemnyimpanan Suhu Beku yang Berbeda. J. Indon. Trop. Anim. Agric. 34 (1) : 16 21. Pelczar, Michael. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta. Penn, C. 1991. Handling Laboratory Microorganism. Open University. Milton Keynes. Tamime, A. Y. and R. K. Robinson. 1989. Yoghurt Science and Technology. Pergaman Press Ltd. Oxford. Tannock, G.W. 1998. Yeast Physiology and Biotechnology. John Wiley & Sons Ltd, Chichester Winarno, F.G. 1993. Pangan Gizi, Teknologi, dan Konsumen, PT Gramedia Pustaka, Jakarta.