Gangguan Depresi Berat Tanpa Gejala Psikotik PENDAHULUAN Gangguan mood kelompok kondisi klinis yang ditandai oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat. depresi hilangnya energi-energi dan minat, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, dan pikiran tentang kematian atau bunuh diri. Hampir selalu menyebabkan gangguan fungsi interpersonal, sosial, dan pekerjaan
STATUS PSIKIATRI Nama : Tn. Slamet Riyanto Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 36 tahun Status Perkawinan : Menikah Bangsa : Indonesia Suku : Jawa Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : PNS Lembaga Pemasyarakatan Alamat : RT 36 Kebon Kopi, Kec. Thehok. Pernah masuk Rumah Sakit : Belum Pernah * Pasien datang sendiri
ANAMNESIS Keluhan Utama
Os merasa pikirannya kacau dan rasa ingin bunuh diri yang kuat sejak 1 bulan ini. Riwayat Perjalanan Penyakit Os datang ke IGD RSJ Jambi atas keinginan sendiri dengan keluhan os merasa pikirannya kacau dan ada keinginan untuk bunuh diri yang kuat sejak 1 bulan ini. Os mengeluh pikirannya kacau sejak terlilit hutang karena bisnis yang dibangunnya bangkrut. Os sering merasa cemas dan selalu merasa disalahkan oleh keluarga, ibunya sakit karena memikirkan keadaan os. Os merasa tidak mendapatkan dukungan dari keluarga dan istrinya justru meninggalkan os karena hal ini Os juga memiliki keinginan yang kuat untuk bunuh diri (minum baygon dan loncat ke sungai) Os mengganggap bunuh diri adalah jalan terbaik. Os menyangkal bahwa keinginan bunuh diri tersebut karena os mendengar bisikan-bisikan yang menyuruhnya untuk bunuh diri. Os juga mengeluh tidak berkonsentrasi lagi untuk bekerja, percaya diri yang berkurang, menarik diri dari lingkungan dan pergaulan. Os juga mengaku mudah lelah. Os menyebutkan kalau os merasa cemas, was-was, pesimis dengan masa depannya.
Os mengaku sulit tidur, tidur saat larut malam dan hanya tidur beberapa jam kemudian terbangun dan sulit untuk tidur lagi. Os juga mengeluh hilangnya nafsu makan. Menurut pengakuan os, os tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang, alkohol, maupun merokok.
Riwayat Penyakit Dahulu Os tidak pernah mengalami keluhan yang sama Riwayat trauma kapitis (-) Riwayat kejang demam : os tidak tahu Riwayat asma (-) Riwayat hipertensi (-)
Riwayat Keluarga Os 2 bersaudara Tidak ada dikeluarga yang mengalami keluhan yang sama. Os lahir cukup bulan, lahir dengan dukun dan tidak ada kelainan. Os anak yang periang suka bergaul. Os telah menikah dan mempunyai 1 orang anak.
Stressor psikososial Os terlilit hutang Os ditinggalkan istrinya Os merasa disalahkan karena masalah ini Os punya keinginan untuk bunuh diri.
Penggunaan alkohol/zat adiktif lainnya (-); Os tidak pernah menggunakan alkohol/zat adiktif lainnya. PEMERIKSAAN PSIKIATRIK KHUSUS Gambaran Umum Penampilan Sikap Tubuh : Biasa Cara berpakaian : Cukup Rapi Kesadaran Gangguan Kesadaran : Composmentis Gangguan Perhatian : - Gangguan sugestibilitas : - Emosi Afek : Sesuai Mood : depresi, ide bunuh diri Emosi lain : Ansietas, Rasa bersalah. Gangguan fisiologis yang menyertai mood :anoreksia, insomnia Perilaku motorik : hipoaktivitas
Pikiran Bentuk pikir : koheren Isi pikiran : waham (-) Pembicaraan Gangguan cara bicara : Miskin bicara. Gangguan afasik : - Persepsi Gangguan persepsi : Halusinasi (-), ilusi (-) Gangguan yang berkaitan dengan gangguan kognitif dan penyakit medis : - Gangguan yang berkaitan dengan konversi dan fenomena disosiatif : -
Memori Gangguan memori : - Tingkatan memori : memori segera, jangka pendek, menengah dan jangka panjang baik.
Intelegensi Retardasi Mental : tidak dinilai Demensia : - Pseudodemensia : - Pemikiran konkrit : - Pemikiran abstrak : - Tilikan : Tilikan V Daya nilai Daya nilai kritis : + Daya nilai otomatis : - Daya nilai terganggu : -
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut DSMIVTR Gangguan depresif berat didefinisikan sebagai satu atau lebih episode depresif berat tanpa adanya riwayat episode manik, campuran, atau hipomanik. ETIOLOGI
1. Faktor organobiologi Gangguan mood berhubungan dengan disregulasi heterogen pada amin biogenik 2. Faktor genetik Genetik merupakan faktor penting dalam perkembangan gangguan mood, tetapi jalur penurunan sangat komplek 3. Faktor Psikososial Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan 4. Faktor kepribadian Semua orang, apapun pola kepribadiannya, dapat mengalami depresi sesuai dengan situasinya 5. Faktor psikodinamik pada depresi DIAGNOSIS
Kriteria DSM-V-TR Episode Depresif Berat A. Lima/lebih gejala yang ada selama periode 2 minggu dan merupakan perubahan dari fungsi sebelumnya. Salah satu dari gajalanya adalah (1). Perasaan Depresi (2). Kehilangan minat atau kegembiraan. 1. Perasaan depresi hampir sepanjang hari, hampir setiap hari, seperti yang ditunjukkan oleh salah satu laporan subjective (misalnya : merasa sedih, kosong, putus asa) atau pengamatan yang dilakukan oleh orang lain (misalnya: mendadak menangis). Note: pada anak-anak dan remaja, suasana hatinya mudah tersinggung). 2. Berkurangnya minat atau kesenangan secara nyata dalam semua atau sebagian, hal ini dirasakan hampir sepanjang hari, dan setiap hari.
Lanjutan 3. Kehilangan berat badan yang signifikan ketika tidak diet atau peningkatan berat badan (misalnya : perubahan lebih dari 5% berat badan setiap bulan atau peningkatan/ penurunan nafsu makan setiap harinya). 4. Insomnia/hiperinsomnia hampir setiap hari. 5. Psikomotor agitasi atau retardasi hampir setiap hari (diamati oleh orang lain, bukan hanya perasaan kegelisahan atau perasaan yang melemah). 6. Kelelahan atau kehilangan energi hampir setiap hari.
Lanjutan 3. Perasaan tidak berharga atau bersalah yang berlebihan atau tidak tepat (delusi) hampir setiap hari (bukan hanya menyalahkan diri sendiri atau menyakiti diri). 4. Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau keraguan, hampir setiap hari. 5. Pikiran berulang tentang kematian (tidak takut mati), ide bunuh diri berulang tanpa rencana tertentu, atau usaha bunuh diri atau rencana khusus untuk melakukan bunuh diri.
Lanjutan B. Gejala klinis yang signifikan menyebabkan distress atau gangguan dalam bidang sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya. C. Episode ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis dari suatu zat atau kondisi medis lain. D. Terjadinya episode depresi mayor tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan schizoaffective, skizofrenia, gangguan schizophreniform, gangguan delusi, atau skizofrenia lain yang ditentukan dan tidak ditentukan dan gangguan psikotik lainnya. E. Tidak pernah ada episode manik atau episode hypomanic.
Menurut PPDGJ III Gejala utama ( pada episode ringan, sedang, dan berat) : afek depresif kehilangan minat dan kegembiraan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
Gejala lainnya : konsentrasi dan perhatian berkurang; harga diri dan kepercayaan diri berkurang; gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna; pandangan masa depan yang suram dan pesimistis; gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri tidur terganggu nafsu makan berkurang.
F32.0 Episode Depresif Ringan
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut diatas; Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya : (a) samapai dengan (g). Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya. Lamanya seluruh episode berlangsung sekurangnya-kurangnya sekitar 2 minggu. Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya. Karakter kelima : F32.00 = Tanpa Gejala Somatik F32.01 = Dengan gejala somatik
F32.1 Episode Depresif Sedang
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti episode depresi ringan. Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu. Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan social, pekerjaan dan urusan rumah tangga. Karakter kelima : F32.10 = Tanpa Gejala Somatik F32.11 = Dengan gejala somatic
F32.2 Episode Depresif Berat tanpa Gejala Psikotik
Semua 3 gejala utama depresi harus ada Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat. Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresif berat masih dapat dibenarkan.
Lanjutan Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dapat dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu. Sangat tidak mungkin pasien akan mampu menerusakan kegiatan social, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
F32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik
Episode depresif berat yang memenuhi criteria menurut F32.2 tersebut diatas; Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfaktorik baisanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuji pada stupor. Jika diperlukan waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan afek (mood-congruent)
DIAGNOSIS BANDING
Gangguan Medis Kondisi Neurologis Pseudodemensia. PENATALAKSANAAN
Perawatan di rumah Sakit Indikasi : perlunya prosedur diagnostik, resiko bunuh diri atau membunuh, dan penurunan jelas kemampuan pasien dalam mendapatkan makanan atau tempat berlindung Terapi psikososial Tiga jenis terapi psikososial jangka pendek : terapi kognitif, terapi interpersonal, dan terapi perilaku Farmakoterapi Antidepresan membutuhkan waktu 3 sampai 4 minggu untuk rnemberikan efek terapi yang signifikan, Antidepresan : Selective Serotonine Reuptake Inhibitor (SSRJs), seperti fluoxetine, paroxerine (Paxil), dan Sertraline (Zoloft). Antidepresan golongan lain misalnya bupropion, venlafaxine, nefazodone (Serzone) dan mirtazapine (Remeron), menunjukkan secara klinis hasil yang sama efektif dengan obat terdahulu tetapi lebih aman dan toleransinya lebih baik Alternatif pengobatan. ECT biasanya digunakan jika pasien tidak berespon terhadap farmakoterapi dengan dosis yang sudah adekuat atau tidak dapat mentoleransi farmakoterapi atau pada tampilan klinis yang sangat berat yang memperlihatkan perbaikan sangat cepat dengan penggunaan ECT