Anda di halaman 1dari 10

SANDI PUSPITAPRATIWI

1102012259 KELOMPOK B11


TUGAS MANDIRI
SKENARIO 3_ MENCRET
SASARAN BELAJAR
LI.I Memahami dan Menjelaskan Asam dan Basa
LO.1.1 Definisi Asam dan Basa
LO.1.2 Klasifikasi Asam dan Basa
LO.1.3 Sumber Asam dan Basa
LI.II Memahami dan Menjelaskan Keseimbangan Asam dan Basa
LO.2.1 Mekanisme Keseimbangan Asam dan Basa
LO.2.2 pH dan Anion Gap
LO.2.3 Analisa Gas Darah
LO.2.4 Gangguan Keseimbangan Asam dan Basa
LI.III Memahami dan Menjelaskan Asidosis Metabolik
LO.3.1 Pengertian Asidosis Metabolik
LO.3.2 Penyebab dan Gejala Asidosis Metabolik
LO.3.3 Penatalaksanaan Asidosis Metabolik

PENJABARAN MATERI
LI.I Memahami dan Menjelaskan Asam dan Basa
LO.1.1 Definisi Asam dan Basa
ASAM
Menurut Bronsted dan Lowry, asam adalah zat yang dapat memberikan ion H
+
ke zat lain
(sebagai donor proton).
BASA
Menurut Bronsted dan Lowry, basa adalah zat yang dapat menerima ion H
+
dari zat lain (sebagai
akseptor proton.

SANDI PUSPITAPRATIWI
1102012259 KELOMPOK B11
Sumber: Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam-Basa, FKUI, 2008
LO.1.2 Klasifikasi Asam dan Basa
Menurut Bronsted dan Lowry, asam dan basa berdasarkan kemampuan melepaskan ion H
+

dapat dibagi menjadi:
Asam Lemah: merupakan asam yang hanya terdisosiasi sebagian dalam air (berdisosiasi
tidak sempurna). Asam karbonat dalam air hanya akan terdisosiasi sebagian menjadi ion
H
+
dan HCO
3
-
. Berikut merupakan contoh asam lemah: asam asetat (CH
3
COOH), asam
laktat (HC
3
H
5
O
3
), asam format (CHCOOH), asam oksalat (C
2
H
2
O
4
).
Asam Kuat: merupakan asam yang berdisosiasi sempurna dalam air. HCl dalam air akan
berdisosiasi seluruhnya menhjadi ion H
+
dan ion Cl
-
. ion H
+
yang terbentuk akan diikat
oleh molekul air. Berikut merupakan contoh asam kuat: asam sulfat (H
2
SO
4
), asam
Iodida (HI), asam bromide (Hbr), asam nitrat (HNO
3
).
Basa Lemah: merupakan basa yang hanya terdisosiasi sebagian dalam air atau suatu
persenyawaan yang bergabung tidak sempurna dengan ion hydrogen dalam larutan air.
Berikut merupakan contoh basa lemah: Magnesium Hidroksida (Mg(OH)
2
, Alumunium
Hidroksida (Al(OH)
3
).
Basa Kuat: merupakan basa persenyawaan yang berdisosiasi sempurna dalam larutan
air. NaOH dalam air akan terdisosiasi seluruhnya menjadi ion Na
+
dan ion OH
-
. Ion OH
-
yang terbentuk akan bereaksi dengan ion H
+
dari air. Contoh basa kuat: Kalium
Hidroksida (KOH), Barium Hidroksida (BaOH), Kalsium Hidroksida (Ca(OH)
2
).
Sumber: Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam-Basa, FKUI, 2008

LO.1.3 Sumber Asam dan Basa
Sumber ion Hidrogen di dalam Tubuh
Produksi ion hydrogen sangat banyak karena dihasilkan secara terus-menerus di dalam
tubuh. Proses metabolisme intrasel pada orang normal menghasilkan 15.00 mmoL ion
hydrogen selama 24 jam. Perolehan dan pengeluaran ion hydrogen sangat bervariasi
bergantung pada diet, aktifitas dan status kesehatan. Ion hydrogen di dalam tubuh dapat
berasal dari makanan dan proses metabolism tubuh. Metabolism buah-buahan menghasilkan
ion bikarbonat. Olahraga menghasilkan asam laktat. Asam laktat dan benda keton sendiri
merupakan hasil metabolism antara (intermediary metabolism) saat berlangsung metabolism
dalam anaerob.
Muntah dan mengeluarkan asam meningkatkan bikarbonat. Produksi asam organic
seperti asam asetoasetat dan asam beta-hidroksibutiratmeningkat pada penyakit diabetes
mellitus. Kehilangan ion bikarbonat HCO
3
-
pada diare akan meningkatkan asam. Didalam tubuh
SANDI PUSPITAPRATIWI
1102012259 KELOMPOK B11
ion hydrogen terbentuk sebagai hasil dari metabolism karbohidrat, protein dan lemak dan
dapat berbentuk asam volatile, non volatile asam anorganik maupun asam organic.
Basa dalam tubuh digunakan untuk menetralisir daya asam H
+
, basa tersebut diantaranya
didapat dari sumber kasium tulang dan gigi.
Berikut merupakan makanan yang mengandung basa:
Makanan mengandung basa lemah: kacang merah, apel, tahu dan bawang Bombay
Makanan mengandung semi-basa : anggur kering (kismis), wortel, pisang
Makanan mengandung basa kuat: daun the, rumput laut chlorella
Sumber: Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam-Basa, FKUI, 2008
http://naturindonesia.com/pola-makan.html?start=1
LI.II Memahami dan Menjelaskan Keseimbangan Asam dan Basa
LO.2.1 Mekanisme Keseimbangan Asam dan Basa
Keseimbangan asam basa adalah keseimbangan ion hydrogen. Walaupun produksi asam
akan terus menghasilkan ion hydrogen dalam jumlah yang banyak, ternyata konsentrasi ion
hydrogen tetap dipertahankan pada kadar rendah 405nM atau pH 7,4, Cairan tubuh harus
dilindungi dari perubaan pH karena sebagian besar enzin sangat peka akan perubahan pH.
Pengaturan keseimbangan asam basa diselengarakan melalui koordinasi tiga system,
yaitu system buffer, system paru dan system ginjal. Prinsip pengaturan keseimbangan asam
basa oleh system buffer adalah menetralisir kelebihan ion hydrogen, bersifat temporer, dan
tidak melakukan eliminasi. Proses eliminasi dilakukan oleh ginjal dan paru. Mekanime paru dan
ginjal dapat menujang system buffer dengan mengatur sekresi, eksresi dan absorbs ion
hydrogen dan bikarbonat serta membentuk buffer tambahan (fosfat dan ammonia).
Untuk jangka panjang, kelebihan asam atau basa dikeluarkan melalui ginjal atau paru,
sedangkan untuk jangka pendek, tubuh dilindungi dari perubahan pH dengan system buffer,
Mekanisme buffer tersebut bertujuan untuk mempertahankan pH darah antara 7,35-7,45.
Sumber: Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam-Basa, FKUI, 2008
LO.2.2 pH dan Anion Gap
pH adalah suatu cara untuk menyatakan konsentrasi ion H
+
yang sangat kecil. Skala pH
dikembangkan untuk memudahkan perhitungan matematik dan sangat bermanfaat pada
labolatorium. Sorenson (1909) menyatakan jumlah ion hydrogen dalam bentuk pH, yaitu
logaritma negative konsentrasi ion H
+
.

pH= - log
+
SANDI PUSPITAPRATIWI
1102012259 KELOMPOK B11
Konsentrasi ion H
+
pada air adalah 100 nmol/L, berarti pH air= - (log 10
-7
)=7. Skala pH dapat
dipakai untuk menyatakan konsentrasi antara 1-10
-14
mol/L.
Suatu larutan yang memiliki pH 7 disebut netral karena mengandung ion hydrogen dan ion
hidroksida dengan konsentrasi setara. Suatu larutan disebut asam apabila memiliki pH dibawah
7 karena mengandung ion hydrogen lebih banyak disbanding dengan ion hidroksida. Suatu
larutan bias disebut basa apabila pH diatas 7 karena memiliki ion hidroksida lebih banyak bila
dibandingkan dengan ion H
+
.
Sumber: Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam-Basa, FKUI, 2008
Anion Gap
Perhitungan dari anion gap adalah essensial untuk menganalisa kelainan asambasa secara
benar. Jumlah konsentrasi dari ion yang bermuatan negative harus sama dengan ion bermuatn
positif. Konsep ini dinyatakan dengan persamaan:
Na
+
+ UC = Cl
-
+ HCO
3
+ UA
UC= unmeasured cation, menunjukan jumlah muatan semua kation selain natrium (kalium,
kalsium, magnesium, dan beberapa garam globulin.
UA=unmeasured anion, sama dengan jumlah muatan dari semua anion selain klorida dan
bikarbonat (albumin, sulfat, dan berbagai ion organic. Dapat disimpulkan persamaan anion gap:
AG = UA UC = (Na
+
) ((Cl
-
) + (HCO
3
))
Kadar normal anion gap berkisar antara 9-16 mEq/L.
Beberapa tipe dari asidosis metabolic menambahkan ion hydrogen bersama dengan suatu
anion terkait yang tidak terukur ECF. Penambahan asam H-anion mempengaruhi kedua sisi dari
persamaan AG. Ion hydrogen dibuffer oleh HCO
3
-
dan anion meningkatkan AG melalui
penambahan anion yang tidak terukur (UA). Hasilnya disebut anion gap dosis tinggi.
Sumber: Lecture Notes, Keseimbangan Cairan dan Elektrolit, Richard A.P
LO.2.3 Analisa Gas Darah
Elektrolit, pH dan CO
2
diukur menggunakan elektroda spesifik untuk masing-masing parameter.
Kadar Na dan K diukur degan metode fotometrik nyala api atau ion selective electrode.
Kadar Cl diukur dengan metode fotokolorimetrik, atau ion selective electode.
Pengukuran pH dilakukan dengan elektroda pH
Pengukuran PCO
2
dilakukan dengan elektroda CO
2
. elektrodaa berada pada lingkungan
buffer bikarbonat dan dipisahkan dari sampel darah oleh suatu membrane semi-
permeabel untuk CO
2
yang berdifusi kedalam buffer mengakibatkan perubahan pH dan
nilai ini yang diukur oleh elektroda.
SANDI PUSPITAPRATIWI
1102012259 KELOMPOK B11
Pengukuran PO
2
dilakukan denan elektroda O
2.

Nilai normal analisa gas darah:
Darah arteri atau kapiler:
parameter Neonatus dan bayi Anak dan dewasa
pH 7,32-7,49 7,35-7,45
PCO
2 (
mmHg) 26,4-41,2 35-45
HCO
3
(mEq/L) 16-24 21-28
PO
2
95-99 95-99

Darah vena:
Parameter Anak dan Dewasa
pH 7,32-7,43
PCO
2
(mmHg) 38-50
HCO
3
-
(mEq/L) 22-29

Sumber: Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam-Basa, FKUI, 2008

LO.2.4 Gangguan Keseimbangan Asam dan Basa
Gangguan keseimbangan asam basa disebebkan oleh factor-faktor yang mempengaruhi
mekanisme pengaturan eseimbangan antaralain system buffer, respirasi fungsi ginjal, gangguan
kardiovaskular maupun gangguan fungsi susunan saraf pusat.
Gangguan keseimbangan asam basa serius umumnya menunjuka fase akut, ditandai dengan
pergeseran pH menjauhi batas nilai normal. Nilai pH abnormal meskipun salah satu nilai
komponen gas darah lainya (PCO
2,
HCO
3
-
) masih berada dalam batas normal. Bila kondisi
tersebut berlanjut, terjadi reaksi penyesuaian yang bersifat fisiologik dan pada kondisi ini
disebut fase kompensasi. Jika kondisi penyebab tidak diatasi, maka mekanisme kompensasi
tidak mampu mengatasi perubahan yang terjadi, hal ini disebut fase tidak terkompensasi.
Klasifikasi umum yang digunakan umumnya menggambarkan masalah dan kelainan yang
terjadi, sesuai dengan namanya:
Gangguan keseimbangan asam basa repiratorik : terjadi karena ketidakseimbangan
antara pembentukan CO
2
dijaringan perifer dan eksresinya diparu yang ditandai oleh
peningkatan atau penurunan CO
2.

Ganggua keseimbangan asam basa metabolic : terjadi karena pembentukan CO
2
oleh
asam fixed dan asam organic yang menyebabkan peningkatan ion bikarbonat dijaringan
perifer atau cairan ekstraselular.
SANDI PUSPITAPRATIWI
1102012259 KELOMPOK B11
Sumber: Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam-Basa, FKUI, 2008
Berikut merupakan contoh penyakit yang mengakibatkan ketidakseimbangan asam dan basa:
DIARE
Diare (mencret) adalah buang air besar cair lebih dari 3 kali sehari dengan konsentrasi tinja cair.
Definisi ini tidak berlaku untuk bayi yang diberi ASI. Bagi bayi dengan konsumsi ASI, buang air
besar sampai 5-6 kali masih dalam batas normal.
Gejala Diare ringan: demam ringan, mual atau disertai muntah, kram perut. Sedangkan Gejala
Diare yang lebih serius: terdapat darah pada tinja, muntah lebih dari 48 jam, demam, nyeri
perut dan dehidrasi.
Diare diklasifikasikan menjadi diare akut cair atau diare berlendir darah. Berdasarkan
perjalananya, diare dibedakan menjadi akut, kronis dan persisten (tanpa infeksi).
Penyebab diare diantaranya:
Infeksi berbagai macam bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi makanan ataupun
minuman
Infeksi berbagai macam virus: penyebab utama dieare pada balita adalah rotavirus
Alergi makanan terutama susu dan laktosa
Parasit yang masuk melalui makanan atau minuman yang kotor.
Penyebab utama disentri di Indonesia adalah salmonella, Escherichia coli dan entamoeba
histolytica.
Pencegahan diare:
Mencuci tangan dengan sabun
Meminum air yang bersih dan menyehatkan
Pengelolaan sampah yang baik agar tidak terjadi pencemaran
Buang air besar dan kecil pada tempat yang telah disediakan.
Penyembuhan diare:
Minum dan makan secara normal, dan berikan makanan yang mudah dicerna oleh
tubuh
Untuk bayi dan balita teruskan minum ASI
Berikan cairan Oralit
Suplementasi seng (Zn) dapat membantu pemulihan vili-vili yang rusak akibat diare
Dapat diberikan juga obat-obat yang bersifat absorben, seperti arang aktif, atau kaolin
pectin yang dijual bebas.
Sumber: www.pantirapih.or.id
SANDI PUSPITAPRATIWI
1102012259 KELOMPOK B11

LI.III Memahami dan Menjelaskan Asidosis Metabolik
LO.3.1 Pengertian Asidosis Metabolik
Asidosis metabolic adalah suatu proses yang menyebabkan penurunan primer pada konsentrasi
HCO
3
-
plasma. Asidosis metabolic dihasilkan oleh penambahan asam atau pengeluaran HCO
3
-
.
Penambahan asam dapat merupakan akibat dari:
Peningkatan produksi ion hydrogen endogen, seperti pada ketoasidosis, asidosis L-
laktat, asidosis D-laktat dan intoksiniasi salisilat.
Metabolism dari toksin yang dikonsumsi seperti methanol, atau etlenglikol
Penurunan eksresi ion hydrogen di dalam ginjal seperti pada asidosis uremik dan
asidosis tubuli ginjal distal (tipe I)
Pengeluaran HCO
3
-
dapat diakibatkan oleh:
Pengeluaran daei ginjal pada asidosis tubuli ginjal proksimal (tipe II)
Pengeluaran pada gastrointestinal pada diare
Lazimnya, asidosis metabolic diklasifikasi menurut pada apakah ada atau tidaknya suatu
peningkatan gap anion.
Sumber: Lecture Notes, Keseimbangan Cairan dan Elektrolit, Richard A.P

LO.3.2 Penyebab dan Gejala Asidosis Metabolik
Berikut merupakan penyebab yang lazim dari asidosis metabolic:
Peningkatan gap anion
Ketoasidosis diabetic dan alkoholik
Asidosis uremik (gagal ginjal lanjut)
Intoksikasi etilen glikol, methanol, atau paraldehida
Gap anion normal
Gagal ginjal ringan-sedang
Pengeluaran HCO
3
-
dari gastrointestinal (diare akut)
Asidosis tubuli ginjal (tipe I distal, tipe II proksimal, tipe IV tubuli ginjal)
Asidosis pengenceran
Pengobatan ketoasidosis diabetic (pengeluaran keton dalam urin)
Sumber: Lecture Notes, Keseimbangan Cairan dan Elektrolit, Richard A.P
Gejala Asidosis Metabolik:
SANDI PUSPITAPRATIWI
1102012259 KELOMPOK B11
Kejang (Tahap Lanjutan)
Kelemahan - Otot
Berat Badan Berkurang
Nafas Cepat
Rasa Sakit/Nyeri - Dada
Palpitasi
Sakit kepala
Kecemasan
Masalah Penglihatan
Rasa Sakit/Nyeri - Perut
Mual
Muntah
Kelambanan
Denyut Jantung Tak Beraturan (Tahap Lanjutan)
Perubahan nafsu makan


Read more: http://medisato.com/id/asidosis-metabolik-gejala/#ixzz2MieedfaD

LO.3.3 Penatalaksanaan Asidosis Metabolik
Indikasi koreksi asidosis metabolic perlu diketaui dengan baik agar koreksi dapat dilakukan
dengan tepat tanpa menimbulkan bahaya pada pasien. Langkah koreksi asidosis metabolic:
1. Langkah pertama. Tetapkan berat ringanya gangguan asidosis. Gangguan tersebut letal
bila pH darah kurang dari 7 atau kadar ion H lebih dari 100 nmol/L. gangguan perlu
mendapat perhatian bila pH darah 7,1-7,3 atau kadar ion antara 50-80 nmol/L.
2. Langkah kedua. Tetapkan anion gap atau bila perlu cek anion gap urin untuk mengetaui
dugaan etiologi asidosis metabolic. Dengan bantuan gejala klinis lain dapat dengan
mudah ditetapkan etiologinya.
SANDI PUSPITAPRATIWI
1102012259 KELOMPOK B11
3. Langkah ketiga. Bila dicurigai kemungkinan asidosis laktat, hitung rasio delta anion gap
dengan delta HCO
3
-
(delta anion gap : anion pada saat diperiksa anion gap normal,
delta HCO
3
: kadar HCO
3
normal dikurangi dengan kadar HCO
3
pada saat pasien
diperiksa). Bila rasio lebih dari 1 atau 1,6, asidosis ini disebabkan oleh asidosis laktat.
Langkah ketiga ini menetapkan sejauh mana koreksi dapat dilakukan.
Prosedur Koreksi
Secara umum koreksi dilakukan hingga tercapai pH 7.2 atau kadar ion HCO
3
12 mEq/L
Pada keadaan khusus :
Pada penurunan fungsi ginjal, koreksi dapat dilakukuan secara penuh hingga mencapai kadar
ion HCO
3
20-22 mEq/L. pertimbangan dilakukan hal tersebut adalah mencegah hyperkalemia,
mengurangikemungkinan malnutrisi dan mengurangi gangguan tulang.
Pada ketoasidosis diabetic atau asidosis laktat tipe A,
koreksi dilakukan b
ila kadar ion HCO
3
dalam
darah kurang atau samadengan 5mEq/L, terdapat hyperkalemia berat, setelah koreksi insulin
pada diabetes mellitus, koreksi oksigen pada asidosis laktat,atau pada asidosis yang belum
terkendali. Koreksi dilakukan sampai kadar ion HCO
3
10 mEq/L.
Pada asidosis metabolic yang terjadi bersamaan dengan asidosis respiratorik dan tidak
menggunakan ventilator, koreksi harus dilakukan secara hati-hati atas pertimbangan depresi
pernafasan.
Koreksi dengan pemberian larutan natrium bikarbonat dilakukan setelah kebutuhan bikarbonat
diketahui. Rumus untuk menghitung ruang bikarbonat pada kadar bikarbonat plasma tertentu
adalah sebagai berikut:
Ruang bikarbonat = (0,4 + (2,6/ HCO
3
)) x BB kg)
Ruang bikarbonat pada kadar bikarbonat plasma 20 mEq/L adalah:
(0,4 + (2,6 : 20)) x BB atau 0,53 BB atau 53 % BB
Bila kita ingin menginginkan menaikan kadar bikarbonat plasma dari 10 mEq/L menjadi 20
mEq/L, maka bikarbonat yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
Ruang bikarbonat pada keadaan 10 mEq/L = (0,4 + (2,6 : 10) x BB atau 65% BB
Ruang bikarbonat pada keadaan 20 mEq/L = (0,4 + (2,6 : 20) x BB atau 53% BB
Jika berat badan 60 kg, maka bikarbonat yang dibutuhkan adalah:
((0,66 + 0,53) : 2) x 60 x (20-10)) = 357 mEq
Bikarbonat diberikan secara intarvena selama sampai 8 jam, bergantung pada berat ringan-nya
asidosis yang terjadi (letal atau tidak letal).
SANDI PUSPITAPRATIWI
1102012259 KELOMPOK B11
Sumber: Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam-Basa, FKUI, 2008

Anda mungkin juga menyukai