Anda di halaman 1dari 16

CA OESOFAGUS

A. Definisi.
Kanker oesofagus merupakan keganasan yang terjadi pada oesofagus. Keganasan yang
paling sering menyerang adalah jenis karsinoma epidermoid. Sedangkan jenis lainnya
leomiosarkoma, fibrosarkoma, atau melanoma malignum tapi sangat jarang terjadi.

B. Etiologi
Timbulnya karsinoma esofagus dihubungkan dengan faktor diit. Minum alkohol, dan
merokok. Diduga juga berhubungan dengan penyakit sebelumnya. Esofagitis menahun karena
rangsangan ahan kimia dan akalasia merupakan faktor resiko tinggi.

C. Klasifikasi
Kanker esofagus dibagi berdasarkan jenis sel yang terlibat. Mengetahui jenis kanker
esofagus yang anda miliki membantu menentukan pilihan perawatan yang harus anda jalani.
Jenis kanker esofagus antara lain:
Adenocarcinoma dimulai dari sel kelenjar penghasil lendir di dalam esofagus. Adenocarcinoma
terjadi paling sering pada bagian bawah esofagus.
Squamous cell carcinoma. Kanker ini rata dan tipis di permukaan esofagus. Squamous cell
carcinoma sering terjadi di bagian tengah esofagus. Squamous cell carcinoma adalah kanker
esofagus yang umum di seluruh dunia.
Jenis langka lainnya. Kanker esofagus langka antara lain choriocarcinoma, lymphoma,
melanoma, sarcoma dan kanker sel kecil.

D. Anatomi Fisiologi
Esofagus merupakan salah satu organ silindris berongga dengan panjang sekitar 25 cm
dan berdiameter 2 cm, terbentang dari hipofaring sampai cardia lambung, kira-kira 2-3 cm di
bawah diafragma. Esofagus terletak posterior terhadap jantung dan trakea, anterior terhadap
vertebra dan berjalan melalui lubang diafragma tepat anterior terhadap aorta.
Pada kedua ujung esofagus, terdapat otot-otot spingter, diantaranya :
1) Krikifaringeal
Membentuk sfingter esofagus bagian atas dan terdiri atas serabut-serabut otot rangka.
Dalam keadaan normal berada dalam keadaan tonik, atau kontraksi kecuali waktu
menelan.
2) Sfingter Esofagus bagian bawah
Bertindak sebagai sfingter dan berperan sebagai sawar terhadap refluks isi lambung ke
dalam esofagus. Dalam keadaan normal, sfingter ini menutup kecuali bila makanan
masuk ke dalam lambung atau waktu bertahak atau muntah.
Dinding esofagus terdiri dari 4 lapisan, yaitu :
i. Mukosa
Terbentuk dari epitel berlapis gepeng bertingkat yang berlanjut ke faring bagian
atas, dalam keadaan normal bersifat alkali dan tidak tahan terhadap isi lambung
yang sangat asam.
ii. Sub Mukosa
Mengandung sel-sel sekretoris yang menghasilkan mukus yang dapat
mempermudah jalannya makanan sewaktu menelan dan melindungi mukosa dari
cedera akibat zat kimia.
iii. Muskularis
Otot bagian esofagus, merupakan otot rangka. Sedangkan otot pada separuh
bagian bawah merupakan otot polos, bagian yang diantaranya terdiri dari
campuran antara otot rangka dan otot polos.
iv. Lapisan bagian luar (Serosa)
Terdiri dari jaringan ikat yang jarang menghubungkan esofagus dengan struktur-
struktur yang berdekatan, tidak adanya serosa mengakibatkan penyebaran sel-sel
tumor lebih cepat (bila ada kanker esofagus) dan kemungkinan bocor setelah
operasi lebih besar.

E. Faktor Risiko
Tidak jelas apa yang menyebabkan kanker esofagus. Kanker esofagus terjadi ketika sel di dalam
esofagus terjadi kesalahan pada DNA nya. Kesalahan ini membuat kanker tumbuh dan
berkembang tidak terkendalikan. Akumulasi sel yang tidak normal ini membentuk tumor di
dalam esofagus yang dapat tumbuh untuk menyerang jaringan terdekat dan menyebar ke bagian
tubuh lainnya.
Iritasi kronis dianggap berkontribusi pada perubahan DNA yang menyebabkan kanker esofagus.
Faktor yang menyebabkan iritasi pada sel di dalam esofagus dan meningkatkan risiko kanker
esofagus antara lain:
Alkohol.
Cairan empedu yang naik.
Mengunyah tembakau.
Sulit menelan yang disebabkan achlasia.
Minum cairan yang terlau panas.
Kurang makanan buah dan sayuran.
Makan makanan awetan.
Gastroesophageal reflux disease (GERD).
Obesitas.
Perubahan sel pra kanker pada esofagus (Barrets esophagus).
Pengobatan radiasi pada dada atau perut bagian atas.
Merokok.

F. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala kanker esofagus antara lain:
Sulit menelan.
Hilang berat badan secara tiba-tiba.
Nyeri pada dada.
Lelah.
Ulsertiva esofagus tahap lanjut.
Disfagia, awalnya dengan makanan padat dan akhirnya dengan cairan.
Merasakan benjolan pada tenggorokan dan rasa nyeri saat menelan.
Nyeri atau begah substernal, regurgitasi makanan yang tak tercerna dengan bau nafas
dan akhirnya cegukan.
Mungkin terjadi hemoragi, dan kehilangan berat badan dan kekuatan secara progresif
akibat kelaparan.Pada tahap awal, kanker ini sering tanpa tanda atau gejala.

G. Patofisiologi dan Manifestasi Klinik
Biasanya pasien mengalami lesi ulserasi esofagus yng luas sebelum gejala timbul.
Malignasi, biasanya sel squamosa tipe epidermoid, menyebar dibawah mukosa esofagus , atau
dapat menyebar langsung kedalamnya, melalui dan diatas lapisan otot ke limfatik. Pada tahap
lanjut, obstruksi esofagus terliat, dengan kemungkinan peforasi mediastinum dan erosi pembuluh
darah besar.
Bila gejala terjadi yang berhubungan dengan kanker esofagus penyakit ini secara umum
meluas. Gejala termasuik disfagia, pada awalnya dengan makanan padat dan akhirnya dengan
cairan; perasaan ada massa di tenggorokan; nyeri saat menelan; nyeri substernal atau rasa penuh;
dan kemudian regurgutasi makanan yang tidak dicerna disertai bau nafas busuk dan cegukan
Pasien pada awalnya hanya makanan padat yng menyebabkan distres, tetapi dengan
berkembangnya penyakit dan obsrtuksi cairan tidak adapat masuk ke lambung. Regurgitasi
makanan dan saliva terjadi hemoragi dapt terjadi dan penurunan progresif berat badan dan
kekuatan terjdi sebagai akibat kelaparan. Gejala selanjutnya mencakup nyeri substernal,
cegukan, kesulitan bernfas dn bau nafas busuk

H. Pemeriksaan Penunjang.
Diagnostik dipastikan dengan esofagogastroduodenosopi (EGD) dengan biopsi dan
sikatan. Bronkoskopi biasanya dilakukan pada tumor dengan sepertiga tengah dan atas esofagus,
untuk menentukan apakah trakea telah terkena dan untuk membentu dalam menentukan apakah
lesi dapat diangkat. Mediastenosskopi digunakan untuk menentukan apakah kanker tellah
menyebar ke nodus dan struktur mediastinal lain. Kanker esofagus ujung bawah mungkin
berhubungan dengan adenokarsinoma lambung yng meluas ke atas esofagus.

I. Penanganan
Bila kanker tersebut ditemukan pada tahap awal, sasaran pengobaan dapat diarahkan
pada pengobatan; namun, kanker sering ditemukan pada tahap akhir, yang membuat paliasi
merupakan satu-satunya tujuan yang harus diterima. Pengobatan dapat mencakup pembedahan
Standar penetalaksanaan bedah mencakup reseksi total esofagus dengan pengangkata
tumor dan margin luas bebas-tumor dan esofagus dan nodus limfa area. Tumor esofagus torakal
bawah lebih mungkin dilakukan pembedahan daripada dilkalisasikan lebih tinggi pada esofagus,
dan integritas saluran GI dipertahankandengan menanam esofagus bawah ke dalam lambung.
Reseksi bedah esofagus mempinyai angka mortalitas relatif tingiakibat infeksi,
komplikasi paru, dan kebocoran melalui anastomisis. Pada pasca operasi pasien akan dipasang
selanbg nasogastrik yang tidak boleh dimanipulasi. Pasien dipertahankan puasa sampai
pemeriksan sinar X memastikan bahwa anastomisis aman dan tidak bocor.
Penggunaan terapi radiasi baik sendiri maupun ada hubunganya dengan bedah praoperasi
dan pasca operasi, mungkin merupkan pilihan pengobatan. Pengunaan kemoterapi dikombinasi
edngan radiasi atau pembedahan juga sedang diteliti. Pengobatan paliatif mungkin perlu
mempertahankan sofagus tetap terbuka dan untuk membantu memberi nutrisi dan mengontrol
saliva. Paliasi dapat diselesaikan dengandilatasi esofagus , terapi laser, penempatan endoprotesis,
radiasi dan kemoterapi. Kaerna metode ideal pengobatan kanker esofagus belum ditemukan,
setiap pasien diobati dengan mengunakan rencan operawatan individual.
















KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN CA ESOFAGUS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama / kepercayaan, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, suku/ Bangsa, alamat, no. rigester dan diagnosa medis.
2 . Riwayat penyakit sekarang
Pada klien kanker esophagus biasanya mengeluh Leher terasa nyeri, semakin lama
semakin membesar, susah menelan, badan merasa lemas, serta BB turun drastis dalam
waktu singkat.
3 . Riwayat penyakit dahulu .
Adanya penyakit yang berhubungan dengan saluran pencernaan, atau adanya kanker pada
organ tubuh lain.
4 Riwayat penyakit keluarga .
Untuk menentukan hubungan genetik perlu diidentifikasi adanya anggota keluarga yang
menderita kanker esofagus
5. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Klien ditanya tentang kebiasaan merokok, penggunaan tembakau, penggunaan obat-
obatan, penggunaan alkhohol dan upaya yang biasa dilakukan dalam
mempertahankan kesehatan diri (pemeriksaan kesehatan berkala, gizi makanan yang
adekuat )
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Klien ditanya frekuensi makan, jenis makanan, makanan pantangan, jumlah minum
tiap hari, jenis minuman, kesulitan menelan atau keadaan yang mengganggu nutrisi
seperti nause, stomatitis, anoreksia dan vomiting. Pada pola ini biasanya klien
mengeluh susah menelan, nyeri pada saat menelan, berat badan turun.
c. Pola eliminasi
Klien ditanya tentang pola berkemih, termasuk frekuensinya, ragu ragu, jumlah kecil
dan tidak lancar menetes - netes, kekuatan system perkemihan. Klien juga ditanya
apakah mengedan untuk mulai atau mempertahankan aliran kemih. Klien ditanya
tentang defikasi, apakah ada kesulitan seperti konstipasi akibat dari p[enyempitan
urethra kedalam rectum.
d. Pola tidur dan istirahat .
Klien ditanya lamanya tidur, adanya waktu tidur yang berkurang karena frekuensi
miksi yang sering pada malam hari ( nokturia ). Kebiasaan tidur memekai bantal atau
situasi lingkungan waktu tidur juga perlu ditanyakan. Upaya mengatasi kesulitan
tidur.
e. Pola aktifitas .
Identifikasi pekerjaan klien dan aktivitasnya sehari-hari, kebiasaan membawa benda-
benda berat yang dapat menimbulkan strain otot dan jenis utama lainnya. Orang yang
kurang aktivitas mengakibatkan tonus otot menurun.
f. Pola hubungan dan peran
Klien ditanya bagaimana hubungannya dengan anggota keluarga, pasien lain,
perawat atau dokter. Bagai mana peran klien dalam keluarga. Apakah klien dapat
berperan sebagai mana seharusnya.
g. Pola persepsi dan konsep diri
Meliputi informasi tentang dampak yang timbul pada klien kanker esofagus yaitu
timbul ketakutan, rasa cemas karena penyakitnya
h. Pola sensori dan kognitif
Pada klien kanker esofagus biasanya tidak mengalami masalah dalam pola sensori
dan kognitif.
i. Pola reproduksi seksual
Mengidentifikasi apakah setelah klien menderita kanker esophagus pola reproduksi
klien mengalami gangguan
j. Pola penanggulangan stress
Menanyakan apa klien merasakan stress, apa penyebab stress, mekanisme
penanggulangan terhadap stress yang dialami. Pemecahan masalah biasanya
dilakukan klien bersama siapa. Apakah mekanisme penanggulangan stressor positif
atau negatif.


k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien menganut agama apa, bagaimana dengan aktifitas keagamaannya. Kebiasaan
klien dalam menjalankan ibadah.

6. Pemeriksaan Persistem
1) B1 (breathing) :
RR meningkat, sesak nafas, produksi sekret meningkat. Bagaimana pernafasan
klien, apa ada sumbatan pada jalan nafas atau tidak. Apakah perlu dipasang O2.
Frekuensi nafas , irama nafas, suara nafas. Ada wheezing dan ronchi atau tidak.
Gerakan otot Bantu nafas seperti gerakan cuping hidung, gerakan dada dan
perut. Tanda tanda cyanosis ada atau tidak.
2) B2 (blood) :
Yang dikaji adalah nadi ( takikardi/bradikardi, irama ), tekanan darah, suhu
tubuh, monitor jantung ( EKG ).
3) B3 (brain) :
Hal yang dikaji adalah keadaan atau kesan umum, GCS, adanya nyeri kepala.
4) B4 (bladder) :
Hal yang dikaji Frekuensi defekasi, inkontinensia alvi, konstipasi / obstipasi,
bagaimana dengan bising usus, sudah flatus apa belum, apakah ada mual dan
muntah.
5) B5 (bowel) :
Disfgia, Nafsu makan turun, BB turun, apakah ada ketidaknyamanan pada
supra pubik, kandung kemih penuh . Masih ada gangguan miksi seperti retensi.
Kaji apakah ada tanda tanda perdarahan, infeksi. Memakai kateter jenis apa.
Irigasi kandung kemih. Warna urine dan jumlah produksi urine tiap hari.
Bagaimana keadaan sekitar daerah pemasangan kateter.
6) B6 (bone) :
Bagaimana aktifitas klien sehari hari setelah operasi. Bagaimana memenuhi
kebutuhannya. Apakah terpasang infus dan dibagian mana dipasang serta
keadaan disekitar daerah yang terpasang infus. Keadaan ekstrimitas.

II. MASALAH KEPERAWATAN DAN KOLABORASI/DIAGNOSA
1. Masalah Keperawatan
a. Ketidaksembangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d masukan nutrisi yang kurang.
b. Nyeri akut b.d agen injuri (faktro fisik).
c. Kerusakan kemampuan menelan b.d penyumbatn mekanis (tumor)
d. Defisit pengetahuan b.d sedikitnya terpapar informasi mengenai kanker oesofagus.
2. Masalah Kolaborasi
a. PK: perdarahan

III. PERENCANAAN KEPERAWATAN
1. Diagnosa no 1
Ketidaksembangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d masukan nutrisi yang kurang.
a. Tujuan
Setelah dilakukan keperawatan diharapkan masalah keurangan nutrisi dapat
diatasi
b. Kriteria Hasil
NOC:
o Perawat mampu meningkatkan status nutrisi pasiern
o Perawat mampu mengontrol BB pasien.
Client Outcome
o Pasien mengalami peningkatan BB menuju berat yang diharapkan
o BB pasien berada dalam rentang normal
o Mengenal faktor-faktor yang mnyebabkan BB dibawah normal.
o Pasien mampu mengkonsumsi nutrisi yang adekuat
o Pasien mengkonsumsi nutrisi yang adekuat.
o Pasien terebas dari tanda-tanda malnutrisi.

c. Intervensi dan rasionalisasi (N!C)
No Intervensi Rasionalisasi
Manajemen Nutrisi
1 tanyakan kepada klien apakah ia untuk menentukan nutrisi yng tepat
memiliki riwayat elergi terhadap
makanan
untuk pasien
2 beri dukungan kepada pasien untuk
mendapatkan intake kaolri yang
adekuat sesua dengan tipe tubuh dan
pola aktivitasnya.
agar terjdi keseimbangan antara
kebituhan kalori edngan pemasukan
kalori
3 beri pasien makanan yang
mengandung tinggi protein, tinggi
kalori.
untuk meningkatkan BB pasien
kearah normal
4 monitor catatan intake intake
kandungan nutrisi pada makanan
mengukur apakah asien kebutuhan
nutrisinya terpenuhi atau tidak.
Manajemen Gangguan Makan
1 Tentukan kemajuan BB harian yang
diharapkan bersama klien.
dapat menilai keberhasilan dari
peningkatan BB.
2 monitor masukan kalori perharinya untuk memastikan apakah pasie
mengkonsumsi cukup kalori
3 monitor pasien berkitan dengan
makan, penurunan berat badan, dan
kenaikan BB.
untuk menentukan efektivitas dan
keberhasilan terapi yang digunakan.
4 anjurkan pasien untuk mengurangi
aktivitasnya sehinga bisa mendukung
program kenaikan BB.
kalori yang tersimpan bisa diubah
sebagai cadangan dalam bentuk
peningkatan masa otot.

2. Diagnosa no 2
Nyeri akut b.d agen injuri (faktro fisik).
a. Tujuan
Setelah dilakukan keperawatan diharapkan masalah nyeri akut dapat diatasi
b. Kriteria Hasil
NOC:
o Perawat mampu menurunkan tingkat nyeri, meningkatkan tingkat kenyamanan,
dan mngontrol nyeri.
Client Outcome
o Pasien mampu menggunakan sekala nyeri untuk mengidentifikasi tingkat nyeri
saat ini dan menentukan tingkat kenyamanan yang diinginkan.
o Pasien mampu menerangkan bagaimana nyeri yang tidak terukur dapat diatasi.
o Pasien mampu menampilkan ktivitas pemulihan dengan dilaporkannya
penerimaan terhadap tingkat nyeri.
o Pasien berada dalam kecukupan mengenai istirahat dan tidurnya
o Pasien mampu mendemonsrasikan menejemen nyeri non farmakologi
c. Intervensi dan rasionalisasi (N!C)
No Intervensi Rasionalisasi
1 tentukan apakah pneyrinya itu saat
pengkajian atau tidak . jika ia bantu
pasien untukemnurunkkan nyerinya
tersebut.
intensitas, onset, durasi, dan
peningkatan nyeri hendaknya dikaji
untukmedpatkan data yang esensial..
2 tnyakan kepada klien mengenai
pengalaman nyeri yang pernah ia
alami dan metode yang digunakan
untuk menurunkanya.
beberapa faktor penhambat dapat
menghilangkan ekinginan klien untuk
melaporkan neyri dan mengunakan
obat analgesik.
3 mintalah kepada klien untuk
melaporkn lokasi, intensitas dengan
mengunakan skala nyeri, dan
kualitas nyeri.
intensitas, lokasi dan kalitas nyeri
hendaknya dilaporkan setelah
prosedur tindakan untuk mengetahui
keberhasilan treatmen
4. eksplor kebutuhan p[asien dengan
obat anlgesik opioid dan non-opioid.
intervensi pharmakologi merupakan
alat utama sebagai penurun nyeri.
5 ajari pasien metode nonfharmakologi
untuk menurunkan nyeri klien
digunakaan untuk sebagai suplemen
dari metode phmakologik.
6. anjurjkan pasien untuk menggunakan
obat analgesik sesua dengan yang
dianjurkan.
mencegah terjadinya
penyalahgunaanobat

Diagnosa no 3
Kerusakan kemampuan menelan b.d penyumbatan mekanis (tumor)
a. Tujuan
Setelah dilakukan keperawatan selama 10 hari maka masalah ketidakmampuan
menelan dapat teratasi
b. Kriteria Hasil
NOC:
o Perawat mampu meningkatkan kemempuan menelan pasien.
Client Outcome
o Pasien mampu mendemonstrasikan proses menelan yang efektive tanpa batuk
atau tersedak.
o Pasien terbebas dari bahya aspirasi
c. Intervensi dan rasionalisasi (N!C)
No Intervensi Rasionalisasi
1 pastikan kesiapan pasien untuk
makan. Pasien perlu diawasi ,
kemampuan mengikuti instruksi,
mempertahankan posisi kepala
dalam keadaan tegak, dan mampu
menggerakan lidah dalam mulutnya.
jika salah satu dari faktro-faktor
tersebut tidak ditemukan, maka bisa
dipertumangkan untuk menghentikan
pemberian makanan peroral dan
menggunakan makanan enteral
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
klien
2 kaji kemampuan klien untuk
menelan dengan memposisikan
jenmpol dan telunjuk pemeriksa pada
laringelal proturberance. Minta klien
untuk menelan rasakan kenaikan
larink, minta klien untuk batuk, test
refleks gag pada kedua sisi belakang
pharingeal.
secara normal waktu yang
dibutuhkan bagi bolus untuk untuk
berpindah dari tempat dimana
refleks dipicu ke pintu esopfhagea
adalah 1 detikl Klien dengan
kecelakaan kardiovaskular dengan
waktu transit(proses menelan) yang
lebih lama.mempunyai kemungkinan
yang lebih besar untuk berkembang
ke arah pneumonia aspiration.
Pasien bisa tersedak bahkan ketika
masih mempuinyai gag refleks.
3 observasi tanda-tanda yang
berhubunagn dengan proses menelan
(batuk, cegukan, kesulitan menahan
air liur, penurunan kemampuan
untuk mengerakan lidah, bicara yang
pelan )
semuanya merupakan tanda-tanda
kerusakan kemampuan menelan
4. jika klien mempunyai gangguan
menelan, jangan memberikan
makanan sampai diagnosa yang
sesuai ditegakan. Pastikan makanan
yang sesuai dengan berkonsultasi
dengan dokter untuk pemberian
makanan enteral, kebanyakan dengan
menggunakan PEG tube.
makanan bagi pasien yang tidak bisa
menelan dengan sempurn, dapat
menyebabkan aspirasi dan
kemungkinan kematian. Makanan
enteal lewat PEG tube pada
umumnya sering digunakan sebab
berdasarkan penelitan pasien
dengan PEG tube mandpatkan
peningkatan status gizi dan
nutrisidan memungkinkan
peningkatan kemampuan hidup.
5 hindari pemberian makana cairan
sampi paien mampu menelan secara
efektiv. Tambahkan pengental cairan
seperti madu, atau puding
penggunaan pengenatal dapat
meningkatkan hidrasi dannn nutrisi
6. berikan latihan menelan sesuai
dengan yang diresepkan oleh team
disfagia. (menyentuh langit-langit
dengan lidah, merangsang lengkung
tonsil, dan langit-langit lunak denagn
logam dingin cermin pemeriksan
(rangsangan suhu), latihan gerakanm
mulut.
latihan menelan dapat meningkatkan
kemampuan untuk menelan.
7 sediakan makanan dalam kondisi lingkungan yang ramai dapat
tenang jauh dari rangsangan
berlebihan, dekat dengan ruang
makan yang ribut.
menurunkan mengunyah dan
menelan.
8 pastikn bahwa klien memiliki waktu
yang cukup untuk makan
pasien dengan gangguan menelan
membutuhkan waktu 2-4 kali lebih
lama dibanduing waktu makan orang
normal.
9 Cek rongga mulut untuk memastikan
pengosongan setelah klien
menyelesaikan makanan. Berikan
perawatan mulut . jika perlu ambil
sisa makanan yang terdapat dalam
mulut.
sisa makanan yang terselip dalam
menyebabkan stomatitis, pembusikan
gigi, kemungkinan aspirasi lebih
lanjut.
10 jaga posisi tegak lurus 30-45 derajat. posisi tegak lurus mempertahankan
makanan tetap didalam lambung
sampai kosonng mencegah
terjadinya refluks dan aspiras.
11 awasi tanda-tanda aspirasi dan
pneumonia. Auskultasi suara par
setelah makan. Catat suara krakles
atau wheezing dan peningkatan suhu.
tanda-tanda tersebut menunjukan
terjadinya pneumonia.

4. Diagnosa no 4
Defisit pengetahuan b.d sedikitnya terpapar informasi mengenai kanker
oesofagus
a. Tujuan
Setelah dilakukan keperawatan selama 1 X 8 jam maka masalah defisit
pengetahuan klien dapat diatasi.
b. Kriteria Hasil
NOC:
o Perawat mampu memahamkan kepada pasien mengenai proses penyakit
o Perawat mampu memahamkan prosedur pengobatan terhadap penyakitnya.
Client Outcome
o Pasien mampu menjelaskan kondisi penyakitnya, mengenali kbutuhan medikasi,
dan mengerti pengobatanya..
o Pasien mampu menerapkan cara-cara hidup sehat dengan gaya hidupnya.
o Mendata sumber informasi dapat digunakan untuk mendapatkan lebih banyak
informasi dan dukungan setelah perpisahan.
c. Intervensi dan rasionalisasi (N!C)
No Intervensi Rasionalisasi
Teaching Disease
1 kaji tingkat pengetahuan pasien
berhubuangan dengan penyakit
spesifknya
untuk menentukan materi apa yang
cocok buat pasien
2 jelaskan tanda dan gejala yang
diderita pasien
pasien lebih waspad jika mengalami
hal-hal tersebut
3 jelaskan etiologi penyakit pasien agar pasien bisa melakukan tindakan
dalam rangka pencegahan
penyakitnya
4 diskusikan tentang gaya hidup agar
tdak terjadi komplikasi pada saat
yang akan datang.
banyak penyakit yang kammbuh atau
bertambh buruk dengan gaya hidup
yang salah.
Teaching Individual
1 tentukan kebutuhan klien untuk
belajar
minat seseorang sangat
mempengaruhi hasil pembelajaran
seseorang
2 kaji tingkat pendidikan pasien masing-masing tingkat pendidikan
memiiki cara yang unik dalam
emmahami sesuatu.
3 kaji faktor penghambat dalam belajar setiap individu memiliki keunikan
tersensiri daalm mempelajari
sesuatu sehingga faktor
penghambatnyapun berbeda-beda.
4 libatkan klien dalam menentukan
tujuan dari pembelajaranya
pasien akan lebih patuh dalam
melakasanakanhasil
pembelajaranya.
5 gunakan media gambar dalamm
enerangkan suatu proses
visualsasi sebuah proses akan lebih
berbkas hasilnya.











Daftar Pustaka:

a. Jong at al, 1977, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta.
b. Joanne et al, Nursinbg Intervention Calsification, Mosby, USA
c. Swearingen. 2001. keperawatn Medikal Bedah. EGC. Jakarta
d. Nanda. 2004. Nursing Diagnosis A Guide to Planning Care. Down load from
www.Us.Elsevierhealth.

Anda mungkin juga menyukai